Praktek Pembelian dan Penjualan

6.2.2. Perilaku Pasar Gambir

Perilaku pasar dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku partisipan dan lembaga pemasaran. Variabel yang mencerminkan perilaku sifatnya kualitatif dan sulit dikuantitatifkan. Perilaku pasar dari masing-masing lembaga yang ada di lokasi penelitian dianalisis berdasarkan empat indikator utama, yaitu: 1 praktek pembelian dan penjualan, 2 proses pembentukan harga, 3 praktek dalam menjalankan fungsi pemasaran yang sudah dibahas dalam analisis struktur pasar sub bab lembaga pemasaran, serta 4 kerjasama antarlembaga pemasaran.

6.2.2.1. Praktek Pembelian dan Penjualan

Kecendrungan yang dijumpai dari praktek jual beli yang dilakukan petani dan pedagang di lokasi penelitian adalah bahwa petani cenderung menjual hasil panennya kepada pedagang lokal yang sudah dikenal baik atau minimal sudah pernah bertransaksi sebelumnya. Hal ini terjadi karena: 1 adanya hubungan baik dengan pedagang yang bersangkutan, 2 terbatasnya akses petani dengan pedagang yang berasal dari daerah di luar wilayahnya, dan 3 adanya ketergantungan modal kerja dengan pedagang yang bersangkutan terutama dalam kegiatan pengolahan. Selain pertimbangan kenal atau tidaknya dengan siapa petani akan bertransaksi, pertimbangan lain adalah harga yang ditawarkan pedagang, serta pemotongan kadar air yang ditawarkan pedagang, atau dengan kata lain pertimbangan rasional dan memberikan keuntungan tertinggi tetap menjadi acuan petani dalam melakukan transaksi, terutama petani yang tidak memiliki keterikatan dan perjanjian dengan pedagang tertentu. Tempat petani bertransaksi atau melakukan penjualan sangat beragam, tergantung pada beberapa faktor, yaitu: 1 kebiasaan daerah dan nagari masing- masing petani, 2 infrastruktur jalan menuju lahan, 3 jarak dari rumah ke lahan, serta 4 ada tidaknya peraturan di nagari yang bersangkutan sehubungan dengan penjualan gambir. Penimbangan atau penjualan gambir biasanya dilakukan seminggu sekali oleh sebagian besar petani responden dan biasanya dilakukan bersamaan dengan hari pasar tradisional di daerah yang bersangkutan. Pola perilaku jual beli gambir ini berlaku secara umum di daerah penelitian. Setiap kecamatan biasanya memiliki hari pasar yang dipusatkan di nagari tertentu yang berada di kecamatan tersebut karena tidak setiap nagari memiliki pasar tradisional. Pasar tradisional di Kecamatan Lareh Sago Halaban tersebar di 2 nagari yaitu setiap hari Minggu, Selasa dan Rabu, di Kecamatan Harau ada 2 kenagarian yang memiliki pasar tradisional yaitu setiap hari Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu, serta di Kecamatan Kapur IX semua nagari memiliki pasar tradisional dimana ada 6 hari pasar dari hari Minggu sampai Jumat BPS, 2008b; 2008e; 2008f. Hari pasar juga merupakan hari istirahat bagi petani pada umumnya. Perilaku ini disebabkan karena: 1 petani memerlukan uang tunai dari hasil panennya yang akan digunakan untuk membiayai keperluan hidup sehari-hari dan berbelanja saat hari pasar, 2 untuk membiayai operasional modal kerja selama pengolahan atau kegiatan mangampo dilakukan, dan 3 adanya resiko potential loss jika petani menyimpan hasil panennya untuk dijual sekaligus di satu waktu. Hal ini akibat tidak adanya kepastian harga untuk penjualan di minggu berikutnya karena harga gambir selalu berfluktuasi dari minggu ke minggu. Berdasarkan data survei, terdapat 42.71 persen petani yang menjual hasil panennya di rumah, 19.79 persen petani menjual langsung di ladang ke pedagang pengumpul, 35.42 persen petani menjual ke pasar tempat penimbangan dan transaksi gambir yang telah ditetapkan dengan peraturan nagari setempat dan sebanyak 2.08 persen sisanya menjual ke tempat lain seperti di antar langsung ke rumah toke atau pedagang pengumpul setempat, seperti yang dilakukan petani di Kenagarian Sitanang Kecamatan Lareh Sago Halaban. Pembeli dominan adalah pedagang pengumpul di daerah tempat petani berdomisili dan ke pedagang besar, dengan persentase masing-masingnya berturut-turut sebesar 57.29 persen dan 42.71 persen. Sebanyak 75 persen petani tidak memiliki ikatan apapun dengan pedagang yang akan membeli hasil panennya dan sisanya sebanyak 25 persen petani memiliki ikatan dengan pembelinya. Ikatan tersebut antara lain dikarenakan: 1. Pengolahan gambir yang dilakukan petani dibiayai oleh pedagang, misal untuk biaya anak kampo dan modal kerja selama mangampo ditanggung oleh pedagang dan pembayarannya akan dipotong nantinya dari hasil panen. 2. Petani tidak memiliki fasilitas rumah pengolahankampaan untuk melakukan pengolahan. 3. Petani sudah berhutang uang sebelumnya kepada pedagang untuk membiayai keperluannya. 4. Antara petani dengan pedagang memang sudah ada perjanjian untuk menjalin kemitraan imbal-balik sebelumnya. Walaupun sebagian petani memiliki ikatan dengan pembeli, tetapi sistem pembayaran yang dilakukan dalam transaksi sepenuhnya dengan cara tunai setelah hutang piutang dikeluarkan.

6.2.2.2. Proses Pembentukan Harga