4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Serbuk sari adalah gametofit jantan tumbuhan berbunga yang berperan dalam proses pembuahan, dan merupakan salah satu sumber alergen yang dapat
mencetuskan penyakit alergi pada manusia Faegri et al. 1964, Gossage 2000. Untuk mengetahui serbuk sari yang dapat menimbulkan alergi pada manusia,
perlu dilakukan penangkapan dan identifikasi serbuk sari yang tumbuh di suatu daerah di Indonesia. Serbuk sari yang akan diuji diekstraksi proteinnya dan
untuk melihat kealergenikannya pada manusia, maka dilakukan uji klinis dengan cara uji tusuk kulit Church Holgate 1995. Sebagian besar serbuk sari adalah
protein yang bobot molekulnya dapat diukur dengan analisis SDS-PAGE. Bobot molekul BM protein serbuk sari juga dapat membantu mengkonfirmasi serbuk
sari yang berpotensi alergenik Puc 2003; Jiang et al. 2005. Dari berbagai laporan, diketahui bahwa serbuk sari rumput-rumputan
paling banyak menyebabkan alergi pada manusia, seperti Rye grass, Timothy grass, Bermuda grass, dan alang-alang Jelks 1987, Singh Kumar 2003. Rye
grass dan Timothy grass tidak ada di Indonesia, sehingga penelitian untuk mengetahui serbuk sari rumput-rumputan apa saja di Indonesia yang
menyebabkan alergi pada manusia perlu dilakukan. Pada penelitian awal tahun 2005, hasil tangkapan serbuk sari di daerah Darmaga Bogor, didapatkan serbuk
sari padi Oryza sativa, jagung Zea mays, alang-alang Imperata cylindrica, dan rumput gajah Pennisetum purpureum. Serbuk sari rumput gajah tidak diteliti
lebih lanjut dalam penelitian ini, karena laporan tentang alergi akibat serbuk sari rumput gajah tidak banyak.
Mengingat uji klinis akan dilakukan terhadap pasien yang berdomisili di wilayah Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta, maka penangkapan serbuk sari
juga dilakukan di wilayah Jakarta. Sebagai daerah penelitian penangkapan serbuk sari dengan alat Burkard, dipilih lokasi di Lebak Bulus berbatasan dengan Bogor
yang masih banyak ditanami pohon-pohonan, rumput-rumputan, dan tumbuhan lainnya. Alat Burkard dipasang selama satu tahun dari bulan Januari sampai
Desember 2006, serbuk sari yang tertangkap adalah serbuk sari akasia, kelapa
genjah, pinus, dan rumput-rumputan yang terbanyak tumbuh adalah alang-alang, serta didapatkan pula jenis jamur Curvularia dan Alternaria.
Berdasarkan Laporan Tahunan Data Angka Kesakitan dari berbagai Puskesmas Kecamatan di DKI Jakarta kejadian kasus Infeksi Saluran Pernapasan
Atas ISPA termasuk rinitis paling tinggi 18,06 adalah di Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan DKK DKI Jakarta 2006.
Data dari Dinas Tata Kota DKI Jakarta 2005 menunjukkan bahwa Kecamatan Pasar Minggu memiliki area penghijauan yang sangat luas dengan
berbagai tanaman seperti tanjung, pinus, akasia, cempaka, dadap merah, jagung, pisang, kelapa sawit, kelapa genjah, rumput-rumputan terbanyak alang-alang,
rambutan, jambu, dan mangga. Dengan demikian kemungkinan tingginya kasus ISPA tersebut diduga berkaitan dengan banyaknya serbuk sari yang beterbangan
di udara Pasar Minggu. Dari alat penangkap serbuk sari yang dipasang di Kecamatan Pasar Minggu dan sekitarnya Kecamatan Jagakarsa, tertangkap
serbuk sari akasia, kelapa genjah, kelapa sawit, pinus, jagung, dan rumput- rumputan terbanyak alang-alang.
Di negara-negara Asia, diketahui bahwa serbuk sari tanaman akasia dan kelapa sawit alergenik bagi penduduk Singapura Lee et al. 1995; Chew et al.
2000, kelapa sawit bagi penduduk Malaysia Kimura et al. 2002, alang-alang bagi penduduk India Singh Kumar 2003. Serbuk sari tanaman jagung, padi,
Bermuda grass, alang-alang, dan akasia dilaporkan merupakan serbuk sari alergenik bagi penduduk Filipina Cua-Lim et al. 2006. Di Thailand dilaporkan
hasil uji tusuk kulit serbuk sari penyebab alergi pada manusia meliputi akasia 19, kelapa genjah 12, dan Bermuda grass 17 Visitsunthorn Vichyanond
2006. Pada penelitian lain oleh Damayanti 2008 yang menggunakan hewan percobaan
tikus Wistar, penyuntikan subkutan ekstrak serbuk sari kelapa genjah, kelapa sawit, jagung, dan pinus berhasil mencetuskan reaksi alergi pada tikus tersebut,
sehingga diduga ekstrak serbuk sari tanaman-tanaman tersebut dapat juga menimbulkan reaksi alergi pada manusia. Oleh karena itu, pada penelitian ini
keempat serbuk sari tersebut serta serbuk sari akasia A. auriculiformis, alang-
alang I. cylindrica, dan padi O. sativa dipilih untuk pengujian pada manusia. Hasil tangkapan serbuk sari diidentifikasi di bawah mikroskop cahaya dan SEM.
Identifikasi Serbuk Sari
Identifikasi serbuk sari dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dan SEM.
Serbuk sari akasia. Termasuk suku Leguminoceae, ukurannya berkisar
20-70 µm, dapat terdiri dari 8, 16, atau 32 sel yang disebut polyad, dindingnya tektat dengan ornamentasi skabrat Gambar 7 a,b,c.
Gambar 7 Serbuk sari akasia dilihat di bawah mikroskop cahaya a dan SEM b,c
Serbuk sari kelapa genjah dan kelapa sawit. Serbuk sari kelapa genjah
PalmaeArecaceae, berukuran sekitar 60 µm, bersifat monad, monokolpat dengan ornamentasi psilat Gambar 8 a,b,c. Serbuk sari kelapa sawit
Arecaceae, berukuran sekitar 30 µm, bersifat monad, trikolpat dengan ornamentasi psilat Gambar 8 d,e,f.
Gambar 8 Serbuk sari kelapa genjah atas dan kelapa sawit bawah dilihat di bawah mikroskop cahaya a,d dan SEM b,c,e,f
Serbuk sari pinus. Termasuk suku Pinaceae, ukurannya berkisar antara
20-35 µm, mempunyai dua kantong udara sehingga bentuknya menyerupai Mickey Mouse. Berbentuk sferoidal, berstruktur dinding tektat dengan
ornamentasi psilat atau vesikulat dan inaperturat. Gambar 9a serbuk sari pinus dilihat dengan mikroskop cahaya. Gambar 9b dan 9c yang diamati dengan SEM.
Gambar 9 Serbuk sari pinus dilihat di bawah mikroskop cahaya a dan SEM b, c
Serbuk sari alang-alang, jagung dan padi. Termasuk suku Poaceae,
mempunyai sifat yang sama; monoporat, monad, bentuk steroidal Gambar 10
Gambar 10 Serbuk sari alang-alang atas, jagung tengah, dan padi bawah dilihat di bawah mikroskop cahaya a,d,g dan SEM b,c,e,f,h,i
Pada penampakan SEM tampak struktur dindingnya tektat dengan ornamentasi psilat dan porus yang jelas pada ketiga jenis serbuk sari suku
Poaceae Gambar 10. Khusus untuk serbuk sari jagung, ukurannya berkisar
antara 90-110 µm Gambar 10 d,e,f, sedangkan serbuk sari suku Poaceae lainnya memiliki rentang ukuran antara 20-60 µm Weber 1998; Taylor et al. 2002.
Analisis Bobot Molekul BM Protein Serbuk Sari
Pengukuran BM polipeptida protein serbuk sari dapat dipakai untuk mengetahui apakah protein tersebut termasuk protein alergenik. Analisis SDS-
PAGE dapat menduga BM polipeptida suatu protein. Ekstrak protein serbuk sari dari tujuh tanaman dianalisis dengan SDS-PAGE pewarnaan CBB Gambar 11
dan perak nitrat Gambar 12.
Gambar 11 SDS-PAGE protein serbuk sari dengan pulasan CBB. Lajur 1 dan 9: Marker LMW, 2: Kelapa sawit, 3: Jagung, 4: Kelapa genjah, 5: Pinus
6: Akasia, 7: Alang-alang, 8: Padi
Gambar 12 SDS-PAGE protein serbuk sari dengan pulasan perak nitrat. Lajur 1 dan 6: Marker LMW, 2: Kelapa sawit, 3: Jagung, 4: Kelapa genjah,
5: Pinus, 7: Akasia, 8: Alang-alang, 9: Padi
Pita polipeptida menunjukkan protein dalam keadaan terdenaturasi. Pada kedua gambar tersebut tampak tanda panah yang menunjukkan pita protein yang
selalu muncul disetiap lajur protein serbuk sari yang dianalisis dengan BM 31 kD.
BM kelapa sawit. Elektroforesis ekstrak serbuk sari kelapa sawit
menghasilkan beberapa pita antara 15-67 kD. Intensitas terkuat tampak pada pita dengan BM sekitar 26 dan 31 kD yang terlihat pada lajur 2 Gambar 11, 12.
Purifikasi ekstrak kelapa sawit mendapatkan glikoprotein dengan BM 31 kD yang bereaksi terhadap IgE dari pasien polinosis kelapa sawit Kimura 2002.
BM kelapa genjah. Elektroforesis ekstrak serbuk sari kelapa genjah
menghasilkan beberapa pita dengan intensitas pulasan terkuat pada BM 15 dan 25 kD yang tampak pada lajur 4 Gambar 11, 12.
BM jagung. Pada SDS-PAGE serbuk sari jagung, terdapat delapan pita,
intensitas terkuat tampak pada pita berukuran sekitar 24 kD dan 35 kD terlihat pada lajur 3 Gambar 11, 12. Penelitian Western blot serbuk sari jagung
menghasilkan pita reaktif IgE yang kuat pada BM 35 kD dan 55 kD Petersen 2006. Kedua pita tersebut sesuai dengan alergen protein Zea m 1 dan Zea m 13.
Perbandingan imunologis dan biokimiawi memperlihatkan bahwa alergen dari serbuk sari jagung mengandung empat grup alergen serbuk sari rumput-
rumputan, yaitu grup 1, 3, 12, dan 13. Namun, hanya dua grup alergen yang paling kuat mencetuskan reaksi IgE, yaitu grup 1 dan 13. Zea m 1 adalah
glikoprotein yang merupakan alergen grup 1 dan merupakan 4 dari seluruh protein yang diekstrak dari serbuk sari. Glikoprotein ini cepat disekresi ketika
serbuk sari terhidrasi dan memiliki aktivitas wall-loosening yang spesifik untuk dinding sel rumput Cosgrove 1997; Li 2003. Zea m 1 mewakili kelompok
protein yang disebut expansin, yaitu protein yang terlibat dalam peregangan dinding sel dalam pertumbuhan tabung serbuk sari ketika fertilisasi Cosgrove
1997. Alergen Zea m 13 diketahui berfungsi sebagai poligalaturonase Niogret 1991; Suck 2000.
BM alang-alang. Elektroforesis protein serbuk sari alang-alang pada lajur
7 Gambar 11 hanya menampakkan pita-pita di bawah 33 kD dengan pewarnaan CBB, sedangkan dengan pewarnaan perat nitrat pada lajur 8 Gambar 12
memperlihatkan tiga pita utama berukuran sekitar 16 kD, 33 kD, dan 67 kD.
Pemeriksaan imunoblot ekstrak serbuk sari alang-alang menghasilkan 7 protein alergenik utama dengan BM 16, 28, 40, 43, 57, 62 dan 85 kD Kumar et al.
1998. BM padi. Hasil elektroforesis protein serbuk sari padi Gambar 11, 12 menunjukkan pita protein yang dominan pada BM 16 dan 32 kD. Penelitian Tsai
1990 dengan pemeriksaan darah immunoblot pada pasien alergi menghasilkan 3 pita polipeptida utama serbuk sari padi dengan BM 16, 26, dan 32 kD.
BM akasia. Elektroforesis protein serbuk sari akasia memperlihatkan dua
pita protein dominan berukuran 16 kD dan 30 kD pada Gambar 12 lajur 7.
BM pinus. Elektroforesis serbuk sari pinus menghasilkan beberapa pita
dan terkuat pada BM 26 dan 31 kD seperti tampak pada lajur 5 Gambar 11, 12 Secara keseluruhan, BM protein dari 7 tanaman serbuk sari yang diteliti,
didapatkan BM berkisar antara 10-70 kD yang menunjukkan bahwa protein dalam
kisaran tersebut merupakan protein alergenik Puc 2003; Jiang 2005.
Uji Klinis Sensitivitas terhadap Serbuk Sari
Pengujian ini mempergunakan ekstrak serbuk sari sebagai alergen dalam uji tusuk kulit. Hasil reaksi positif terhadap alergen yang diuji, ditentukan dengan
munculnya bentol histamin pada kulit yang berukuran ≥ 3 mm dibandingkan
dengan kontrol negatif.
Sensitivitas terhadap serbuk sari akasia. Hasil penelitian pada kelompok
riwayat alergi, derajat sensitivitas terhadap akasia didapatkan 7 orang positif 1, 3 orang positif 2 dan hanya 1 orang positif 3, sedangkan kelompok tanpa
riwayat alergi, didapatkan 8 orang positif 1, 3 orang positif 2, dan tidak didapatkan positif 3 Gambar 13. Walaupun persentase reaksi positif terhadap
serbuk sari akasia tidak berbeda pada kedua kelompok, tetapi derajat sensitivitasnya berbeda. Pada kelompok riwayat alergi, terdapat variasi derajat
positif 1 sampai 3, sedangkan pada kelompok tanpa riwayat alergi terutama didapatkan positif 1 dan tidak didapatkan positif 3. Ada kemungkinan alergen ini
telah menimbulkan hipersensitivitas yang tidak disadari oleh orang tanpa riwayat alergi, karena gejala klinisnya yang ringan, seperti bersin-bersin, yang dapat
dianggap sebagai penyakit flu biasa common cold oleh orang tersebut. Berdasarkan temuan diatas, identifikasi reaksi hipersensitivitas terhadap serbuk
sari pohon peneduh jalan perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis pohon selanjutnya, jika pohon akasia akan diganti dengan pohon lain. Hal ini penting
dilakukan guna memilih pohon peneduh yang tepat dan aman dari pajanan alergen, mengingat pohon-pohon tersebut biasanya berada di pinggir-pinggir jalan
dan disekitar pemukiman penduduk.
Gambar 13 Perbedaan sensitivitas kedua kelompok terhadap serbuk sari akasia Hasil temuan lain yang memperkuat yaitu uji tusuk kulit di Singapura
mendapatkan sensitivitas sebesar 27,7 untuk serbuk sari akasia Chew 2000. Penelitian di Bengal India, pada tahun 2000 mendapatkan uji tusuk kulit positif
terhadap serbuk sari akasia Boral Bhattacharya 2000, dan pada tahun 2004 sebesar 20,4 dari 147 orang pasien alergi pernapasan yang diperiksa dengan
derajat sensitivitas pada umumnya adalah positif 1 17,8 Boral et al. 2004. Spesies akasia lainnya telah dilaporkan menyebabkan asma, yaitu Acacia
melanoxylon di Tasmania Wood-Baker 1997 dan Acacia floribunda di Mediteranea Ariano 1991. Akasia merupakan genus yang besar dan meliputi
lebih dari 1000 spesies. Pohon A.auriculiformis adalah tumbuhan asli Australia, Indonesia dan Papua New Guinea Sornsathapornkul Owens 1998. Selama ini
belum ada alergen serbuk sari akasia yang diketahui karakteristiknya. Namun, dapat terjadi reaktivitas silang antara serbuk sari akasia dan serbuk sari rumput rye
Howlett 1982. Penelitian lain, serbuk sari akasia juga menunjukkan reaksi 1
2 3
4 5
6 7
8
Frekuensi kasus
Positif 1 Positif 2
Positif 3 Derajat Sensitivitas
riwayat alergi tanpa riwayat
alergi
positif juga pada uji tusuk kulit di negara Thailand Pumhirun et al. 1997 dan Arab Saudi Suliaman et al. 1997.
Sensitivitas terhadap serbuk sari alang-alang. Reaksi positif terhadap
serbuk sari alang-alang pada kelompok alergi menunjukkan persentase tertinggi dibandingkan terhadap serbuk sari yang diteliti lainnya. Derajat sensitivitas
terhadap serbuk sari alang-alang pada kelompok riwayat alergi terutama adalah positif 2, sedangkan pada kelompok tanpa riwayat alergi kebanyakan positif 1
Gambar 14. Alang-alang merupakan tumbuhan liar yang tidak ditanam dan tersebar luas hampir di seluruh wilayah Jabotabek. Hal ini merupakan salah satu
dasar pemilihan serbuk sari alang-alang untuk pemeriksaan kealergenikannya.
Gambar 14 Perbedaan derajat sensitivitas kedua kelompok terhadap serbuk sari alang-alang
Alang-alang pada umumnya mudah tumbuh dimana-mana, serbuk sarinya ringan, mudah disebarkan angin sehingga orang lebih berisiko untuk terpajan pada
waktu musim berbunga Bijli 2003. Alang-alang juga banyak terdapat di wilayah
bersuhu panas di Asia, Afrika Selatan dan Australia. Penelitian di India mendapatkan bahwa alang-alang secara klinis lebih kuat mencetuskan reaksi
alergi pada pasien atopik dibandingkan suku Poaceae lainnya Sridhara et al. 1995.
Penelitian klinis selanjutnya mendapatkan sensitivitas uji tusuk kulit positif pada 8,9 dari 303 pasien alergi pernapasan Kumar 1998.
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Frekuensi kasus
Positif 1 Positif 2
Positif 3 Derajat sensitivitas
riwayat alergi tanpa riwayat alergi
Tampak bahwa serbuk sari alang-alang merupakan alergen dengan tingkat sensitivitas tertinggi pada kelompok riwayat alergi, sehingga berpotensi
dimasukkan dalam panel pemeriksaan uji tusuk kulit.
Sensitivitas terhadap serbuk sari jagung. Derajat sensitivitas terhadap
serbuk sari jagung pada kelompok riwayat alergi terutama adalah positif 2, sedangkan pada kelompok tanpa riwayat alergi terutama didapatkan positif 1
Gambar 15
Gambar 15 Perbedaan sensitivitas kedua kelompok terhadap serbuk sari jagung
Alergi terhadap serbuk sari jagung telah dilaporkan di Filipina Cua Lim et al. 2006, tetapi belum pernah dilaporkan di Indonesia. Pada penelitian ini tingkat
sensitivitas terhadap serbuk sari jagung tergolong sedang, baik pada kelompok riwayat alergi maupun kelompok tanpa riwayat alergi 7,2, kemungkinan
disebabkan karena perbedaan wilayah penangkapan serbuk sari dan tempat tinggal responden penelitian. Penangkapan serbuk sari dilakukan di Darmaga Bogor,
sedangkan responden penelitian tinggal di Jakarta. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa tingkat sensitivitas yang lebih tinggi akan ditemukan pada
penduduk di wilayah perkebunan jagung atau pada komunitas petani jagung. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui potensi alergenik serbuk sari
tanaman jagung khusus di wilayah perkebunan jagung.
Sensitivitas terhadap serbuk sari kelapa genjah. Pada kelompok riwayat alergi,
derajat sensitivitas terhadap serbuk sari kelapa genjah, didapatkan 4 orang positif 1 dan 3 orang positif 2. Pada kelompok tanpa riwayat alergi hanya ditemukan
1 2
3 4
Frekuensi kasus
Positif 1 Positif 2
Positif 3 Derajat sensitivitas
riwayat alergi tanpa riwayat
alergi
positif 1 sebanyak 6 orang Gambar 16. Persentase tingkat sensitivitas serbuk sari kelapa genjah 10,1 pada kelompok riwayat alergi dan 8,7 pada kelompok
tanpa riwayat alergi, menunjukkan bahwa alergen tersebut berada di udara bebas wilayah Jakarta yang terbawa oleh angin. Serbuk sari tanaman kelapa genjah
merupakan serbuk sari alergenik bagi penduduk negara India Sridhara et al. 1995; Mandal et al. 2008.
Gambar 16 Perbedaan sensitivitas kedua kelompok terhadap serbuk sari kelapa genjah
Sensitivitas terhadap serbuk sari kelapa sawit. Uji sensitivitas terhadap
serbuk sari kelapa sawit mendapatkan 4 orang riwayat alergi positif 1 dan 1 orang positif 2, sedangkan pada kelompok tanpa riwayat alergi hanya ditemukan 2 orang
yang masing-masing terdiri dari positif 1 dan 2 Gambar 17. Tingkat sensitivitas yang didapat dari penelitian ini tidak terlalu tinggi
pada kelompok riwayat alergi dan bahkan tergolong rendah pada kelompok tanpa riwayat alergi. Tanaman kelapa sawit banyak ditanam di Jakarta sebagai pohon
peneduh dan elemen pertamanan kota serta real estate besar, sehingga ada kemungkinan pajanan serbuk sari kelapa sawit sudah terjadi pada penduduk
Jakarta. Adapun areal perkebunan kelapa sawit yang sangat luas di Indonesia, terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Sebagai perbandingan, sensitivitas
terhadap serbuk sari kelapa sawit dilaporkan sebesar 39,8 dan merupakan alergen luar rumah yang tertinggi di Singapura Chew 2000. Diduga serbuk sari
1 2
3 4
5 6
Frekuensi kasus
Positif 1 Positif 2
Positif 3 Derajat sensitivitas
riwayat alergi tanpa riwayat alergi
tersebut terbawa angin dari Malaysia di mana terdapat perkebunan kelapa sawit yang luas sekali.
Gambar 17 Perbedaan derajat sensitivitas kedua kelompok terhadap serbuk sari kelapa sawit
Penelitian sebelumnya mendapatkan komponen alergenik multipel dari serbuk sari kelapa sawit Lee et al. 1995. Perlu penelitian lebih lanjut apakah
tingkat sensitivitas protein serbuk sari kelapa sawit lebih tinggi pada penduduk di areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Sensitivitas terhadap serbuk sari padi. Derajat sensitivitas positif 1
terhadap serbuk sari padi, didapatkan pada 3 orang riwayat alergi dan 1 orang tanpa riwayat alergi, sedangkan positif 2 hanya didapatkan pada 1 orang dalam
masing-masing kelompok Gambar 18 Hasil penelitian menunjukkan rendahnya tingkat sensitivitas terhadap
serbuk sari padi, hanya sedikit orang yang terpapar alergen serbuk sari padi. Kemungkinan disebabkan karena areal persawahan di Jakarta saat ini hampir tidak
ada dan penangkapan serbuk sari padi dilakukan di Bogor. Penelitian terhadap alergi serbuk sari padi sangat jarang dilaporkan. Pada suatu penelitian di Taiwan,
sebanyak 312 pasien asma anak menjalani uji tusuk kulit, dan 29 9,3 orang di antaranya menghasilkan reaksi positif dengan ukuran bentol 6 mm Tsai 1990.
1 2
3 4
Frekuensi kasus
Positif 1 Positif 2
Positif 3 Derajat sensitivitas
riwayat alergi tanpa riwayat alergi
Gambar 18 Perbedaan sensitivitas kedua kelompok terhadap serbuk sari padi
Sensitivitas terhadap serbuk sari pinus. Derajat sensitivitas terhadap
serbuk sari pinus pada kelompok riwayat alergi hanya ditemukan positif 2 sebanyak 3 orang, sedangkan kelompok tanpa riwayat alergi hanya ditemukan
positif 1 sebanyak 1 orang Gambar 19. Meskipun serbuk sari pinus tertangkap di wilayah Jakarta, pohon pinus bukan merupakan tanaman khas di Jakarta. Pohon
pinus banyak ditanam di daerah perumahan dalam jumlah terbatas, sehingga pajanannya tidak terlalu banyak seperti tanaman lain.
Gambar 19 Perbedaan sensitivitas kedua kelompok terhadap serbuk sari pinus 1
2 3
Frekuensi kasus
Positif 1 Positif 2
Positif 3 Derajat sensitivitas
riwayat alergi tanpa riwayat alergi
1 2
3
Frekuensi kasus
Positif 1 Positif 2
Positif 3 Derajat sensitivitas
riwayat alergi tanpa riwayat alergi
Pohon pinus dari spesies Pinus merkusii disebut pula dengan pinus Sumatra Sumatran pine. Alergi terhadap serbuk sari pinus jarang dilaporkan dan
tampaknya tidak bermakna secara klinis. Sebuah penelitian di Spanyol Selatan melaporkan adanya reaksi uji kulit
positif terhadap serbuk sari cemara Australia Casuarina equisetifolia pada 6 orang dari 210 pasien non-atopi dengan riwayat rinitis, asma, atau rinitis asma
hanya pada musim gugur. Lima orang di antaranya menunjukkan reaksi IgE positif dari darah dengan cara RAST Garcia 1997. Penelitian lain di Arizona,
Amerika Serikat mendapatkan 12 dari 826 pasien atopik 1,5 yang menghasilkan uji kulit positif terhadap serbuk sari pohon Pinus ponderosa
Freeman 1993. Belum ada laporan tentang alergi serbuk sari pohon Pinus merkusii.
Sensitivitas terhadap serbuk sari Grasses mix. Uji sensitivitas terhadap
serbuk sari Grasses mix pada kelompok riwayat alergi mendapatkan 18 orang positif 1 dan 7 orang positif 2, sedangkan pada kelompok tanpa riwayat alergi
ditemukan 12 orang positif 1 dan 4 orang positif 2 Gambar 20. Dalam sediaan alergen 12 Grasses mix, salah satunya adalah Bermuda
grass C.dactylon yang umum dijumpai di Indonesia, sehingga reaksi positif
dapat terjadi karena pajanan dengan jenis rumput tersebut.
Gambar 20 Perbedaan sensitivitas kedua kelompok terhadap Grasses mix 2
4 6
8 10
12 14
16 18
Frekuensi kasus
Positif 1 Positif 2
Positif 3 Derajat sensitivitas
riwayat alergi tanpa riwayat alergi
Selain itu, diduga adanya kandungan protein yang epitopnya bagian alergen yang merangsang pembentukan antibodi IgE sama dalam Grasses mix
dengan serbuk sari Poaceae lainnya, yang umum terdapat di lingkungan tempat tinggal responden. Reaksi silang sering ditemukan di antara suku Poaceae karena
adanya kandungan epitop protein yang serupa Sridhara et al. 2000; Jutel 2005.
Sensitivitas terhadap tungau debu rumah. Alergen tungau debu rumah
merupakan alergen terbanyak yang menimbulkan reaksi uji tusuk kulit positif pada hampir semua orang di seluruh dunia, karena pada umumnya orang lebih
lama berada di dalam rumah atau ruangan, sehingga lebih sering dan lama terpajan dengan tungau debu rumah Pumhirun et al. 1997, Baratawidjaja et al.
1998b. Oleh karena itu, alergen tungau debu rumah termasuk salah satu yang
harus ada dalam panel uji tusuk kulit dan sebagai petunjuk ada tidaknya atopi
pada seseorang.
Berdasarkan uji tusuk kulit dengan alergen tungau debu rumah, diketahui bahwa atopi ditemukan pada sekitar
≥25 populasi manusia tanpa memandang riwayat alerginya Bousquet et al. 2008. Namun dalam penelitian ini, proporsi
orang tanpa riwayat alergi yang terbukti atopik positif salah satu tungau jauh lebih besar, yaitu 47,8. Timbulnya reaksi positif terhadap serbuk sari yang
diteliti, pada kelompok tanpa riwayat alergi diduga kelompok tersebut pernah terpajan dengan serbuk sari tersebut, tetapi tidak cukup memberikan gejala
penyakit alergi. Dari hasil uji tusuk kulit pada penelitian ini, didapatkan hasil positif
tertinggi terhadap tungau debu rumah untuk kedua kelompok dibanding dengan alergen yang lainnya, hanya saja berbeda dalam derajat sensitivitasnya. Perbedaan
sensitivitas seseorang kemungkinan dapat disebabkan oleh tingginya proporsi kelompok tanpa riwayat alergi yang terbukti atopik. Secara klinis, pada umumnya
diagnosis atopik antara lain dibuktikan dengan reaksi uji tusuk kulit positif terhadap
Dermatophagoides
pteronyssinus Der.p dan atau
Dermatophagoides
farinae Der.f yang merupakan alergen dalam rumah.
Perbedaan hasil uji tusuk kulit antara kelompok riwayat alergi dan kelompok tanpa riwayat alergi
Hasil uji tusuk kulit pada kelompok riwayat alergi menunjukkan bahwa persentase reaksi positif terhadap serbuk sari alang-alang dan akasia lebih tinggi
dibanding terhadap serbuk sari lainnya Tabel 2. Persentase kelompok riwayat alergi bereaksi positif terhadap ekstrak serbuk sari alang-alang 20,3, akasia
15,9, dan kelapa genjah 10,1, sedangkan terhadap ekstrak serbuk sari yang diteliti lainnya memberikan reaksi positif kurang dari 10. Dari 7 jenis alergen
serbuk sari yang diuji, perbedaan persentase sensitivitas uji tusuk kulit yang bermakna antara kelompok riwayat alergi dan tanpa riwayat alergi hanya tampak
pada serbuk sari alang-alang, akan tetapi dibandingkan terhadap alergen Grasses mix, persentase kelompok riwayat alergi bereaksi positif terhadap ekstrak serbuk
sari tanaman yang diteliti masih lebih rendah Tabel 2. Tabel 2 Perbedaan persentase uji tusuk kulit positif terhadap alergen berbeda
antara kelompok riwayat alergi dan kelompok tanpa riwayat alergi
Jenis alergen Riwayat
alergi Tanpa
riwayat alergi
n N
Akasia 11
15,9 11
15,9 Alang-alang
14 20,3
6 8,7
Jagung 5
7,2 5
7,2 Kelapa genjah
7 10,1
6 8,7
Kelapa sawit 5
7,2 2
2,9 Padi
4 5,8
2 2,9
Pinus 3
4,3 1
1,4 Campuran rumput Grasses mix
25 36,2
16 23,2
Dermatophagoides pteronisinnus Der. p 54
78,3 19
27,5 Dermatophagoides farinae Der. F
54 78,3
30 43,5
Demikian pula jika dibandingkan terhadap alergen tungau debu rumah Der. p dan Der. f kelompok riwayat alergi yang memberikan reaksi positif
sangat tinggi. Kecenderungan sensitivitas terhadap alergen serbuk sari Grassess mix dan tungau debu rumah Der. p dan Der. f lebih banyak pada kelompok
riwayat alergi dibandingkan tanpa riwayat alergi. Kelompok riwayat alergi ditentukan berdasarkan pada kedatangan pasien
ke rumah sakit atau klinik, umur pasien yang datang berkisar 20-52 tahun, kebanyakan di bawah atau berumur 30 tahun 42. Kelompok riwayat alergi
sebagian besar menderita rinitis alergi 51 orang 74, 14 orang 20 asma, dan 4 orang 6 menderita keduanya. Kelompok ini sebagian besar perempuan 51
orang. Umur kelompok riwayat alergi dalam penelitian ini serupa dengan umur pasien rinitis alergi yang dilaporkan beberapa negara di Eropa, yaitu 36 tahun
dengan kisaran antara 31-42 tahun Bauchau Durham 2005. Penelitian di Thailand mendapatkan prevalensi hiperreaktivitas bronkus
dan asma tertinggi pada kelompok usia 30-39 tahun Dejsomritrutai et al. 2006. Di Amerika Serikat AS prevalensi asma pada perempuan hampir dua kali lipat
dari penderita laki-laki CDC 2001, gejala perbedaan penyakit alergi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki di AS telah tampak dalam 20 tahun
terakhir Anderson et al. 1992. Perbedaan ini kemungkinan karena perbedaan hormon seks Barr et al. 2004; Zimmerman et al 2000, perbedaan ukuran jalan
napas dan responsivitasnya Pagtakhan et al. 1984, atau obesitas Chen et al. 2002; Thomson et al. 2003. Fluktuasi hormon perempuan estrogen dan
progesteron berhubungan dengan gejala-gejala rinitis alergi musiman Stübner et al. 1999. Perubahan-perubahan di hidung diketahui terjadi selama siklus
menstruasi, pubertas, dan kehamilan Kalogeromitros et al. 1995; Ellegard 2004. Reaksi positif uji tusuk kulit terhadap alergen dapat dibedakan derajat
sensitivitasnya berdasarkan diameter bentol, positif 1 3-5 mm, positif 2 6-10 mm, positf 3 11-20 mm, dan positif 4 bila 20 mm. Dalam pengujian ini,
pasien yang diuji tidak ada yang memperlihatkan derajat positif 4. Derajat sensitivitas masing-masing alergen pada kelompok riwayat alergi dan tanpa
riwayat alergi disajikan pada Gambar 21 dan 22. Derajat sensitivitas terhadap akasia, baik pada kelompok riwayat alergi
maupun tanpa riwayat alergi umumnya bereaksi positif 1 yang berarti telah terjadi pajanan serbuk sari pada kedua kelompok. Tampaknya pajanan yang terjadi pada
kedua kelompok masih rendah. Derajat sensitivitas terhadap serbuk sari kelapa genjah pada kelompok
riwayat alergi didapatkan positif 1 4 orang dan positif 2 3 orang. Pada kelompok tanpa riwayat alergi hanya didapatkan positif 1 sebanyak 6 orang.
Terhadap serbuk sari kelapa sawit, pada kelompok riwayat alergi didapatkan 4 orang bereaksi positif 1 dan 1 orang positif 2, sedangkan pada
kelompok tanpa riwayat alergi hanya ditemukan 2 orang yang masing-masing positif 1 dan 2 Gambar 21 dan 22. Seperti diketahui tanaman kelapa sawit
banyak ditanam di Jakarta sebagai tanaman penghijauan dan elemen pertamanan, sehingga ada kemungkinan telah terjadi pajanan serbuk sari kelapa sawit pada
penduduk Jakarta. Sensitivitas terhadap serbuk sari alang-alang bereaksi positif 2, didapatkan
pada 9 orang dengan riwayat alergi dan hanya 1 orang tanpa riwayat alergi. Di India alang-alang secara klinis lebih kuat mencetuskan reaksi alergi pada pasien
atopik dibandingkan spesies lain dalam suku Poaceae Sridhara et al. 1995. Penelitian klinis lebih lanjut memperlihatkan uji tusuk kulit bereaksi positif pada
8,9 dari 303 pasien alergi pernapasan Kumar et al. 1998. Serbuk sari alang- alang tampaknya merupakan alergen penyebab sensitivitas tinggi pada kelompok
riwayat alergi, sehingga berpotensi sebagai bahan alergen dalam panel pemeriksaan uji tusuk kulit.
Reaksi sensitivitas terhadap serbuk sari jagung bereaksi positif 2 pada kelompok riwayat alergi ada 4 orang, sedangkan pada kelompok tanpa riwayat
alergi hanya 1 orang. Ekstrak serbuk sari padi menghasilkan reaksi positif 2 pada 3 orang riwayat alergi dan 1 orang tanpa riwayat alergi. Penelitian sensitivitas
terhadap serbuk sari jagung dan padi menunjukkan rendahnya tingkat sensitivitas pada kedua kelompok Gambar 21 dan 22, ini dapat disebabkan orang yang
terpapar hanya sedikit mengingat area ladang jagung tidak banyak dan persawahan di Jakarta hampir tidak ada. Sensitivitas terhadap serbuk sari pinus
sangat sedikit, hanya ditemukan positif 2 pada tiga orang riwayat alergi dan 1 orang tanpa riwayat alergi dengan positif 1.
Umumnya serbuk sari kerabat-kerabat pinus secara klinis tidak dianggap
penting karena ukurannya sangat besar, antara 50-90
µ
m dan bersifat antigenik lemah.
Uji sensitivitas terhadap serbuk sari Grasses mix pada kedua kelompok kebanyakan menghasilkan sensitivitas positif 1, ini menyatakan banyak orang
yang sudah terpapar walaupun tidak menunjukkan gejala, sedangkan terhadap tungau debu rumah sebagian besar memperlihatkan sensitivitas positif 2 pada
kelompok riwayat alergi.
7 3
1 5
9
1 4
4 3
4 1
3 1
3 18
7 18
31
5 21
29
5 5
10 15
20 25
30 35
Jum la
h O ra
ng ya ng S
ens iti
f
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
Akasia Alang-
alang Jagung
K_genjah K_sawit
Padi Pinus
Grass_mix Der_p
Der_f + 1
+ 2 + 3
Gambar 21 Derajat sensitivitas uji tusuk kulit pada kelompok riwayat alergi
8 3
5 1
4 1
6 1
1 1
1 1
12
4 12
7 18
12
5 10
15 20
25 30
35
Jum la
h O ra
ng ya ng S
ens tif
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
+ 1
+ 2
+ 3
Akasia Alang-
alang Jagung
K_genjah K_sawit
Padi Pinus
Grass_mix Der_p
Der_f + 1
+ 2
Gambar 22 Derajat sensitivitas uji tusuk kulit pada kelompok tanpa riwayat alergi
Perbedaan sensitivitas kedua kelompok terhadap serbuk sari alang-alang, akasia dan
Grasses mix
Reaksi positif terhadap serbuk sari alang-alang dan akasia baik pada kelompok alergi menunjukkan persentase lebih tinggi dibandingkan terhadap
serbuk sari yang diteliti lainnya. Akan tetapi bila dibandingkan terhadap Grasses mix yang bereaksi positif masih lebih rendah Gambar 23. Serbuk sari alang-
alang merupakan satu-satunya alergen yang memberikan perbedaan hasil bermakna pada uji klinis antara kelompok riwayat alergi dan kelompok tanpa
riwayat alergi. Alang-alang merupakan tumbuhan liar yang tidak ditanam dan tersebar luas hampir di seluruh wilayah Jabotabek, ini merupakan salah satu dasar
pemilihan serbuk sari alang-alang untuk diperiksa potensi kealergenikannya. Alang-alang pada umumnya mudah tumbuh di mana-mana, serbuk sarinya ringan
dan mudah disebarkan angin, sehingga orang lebih berisiko untuk terpajan pada
waktu musim berbunga Bijli et al. 2003. Alang-alang juga banyak terdapat di
wilayah bersuhu panas di Asia, Afrika Selatan, dan Australia.
Gambar 23 Perbedaan sensitivitas kedua kelompok terhadap alang-alang, akasia dan Grasses mix
Walaupun persentase reaksi positif terhadap serbuk sari akasia tidak berbeda pada kedua kelompok responden, tetapi derajat sensitivitasnya berbeda.
Pada kelompok riwayat alergi, bervariasi derajat sensitivitasnya positif 1 sampai 2
4 6
8 10
12 14
16 18
20
Positif 1
Positif 2
Positif 3
Positif 1
Positif 2
Positif 3
Positif 1
Positif 2
Positif 3
Riwayat alergi Tanpa riwayat alergi
Grasses mix Alang-alang
Akasia
3, sedangkan pada kelompok tanpa riwayat alergi tidak ada yang positif 3. Kemungkinan alergen ini telah menimbulkan hipersensitivitas yang tidak disadari
oleh orang tanpa riwayat alergi karena gejala klinis yang ringan seperti bersin- bersin, yang dapat dianggap sebagai penyakit flu biasa dan bukan alergi oleh
kebanyakan orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serbuk sari akasia merupakan alergen pencetus alergi pada manusia, sebaiknya dipikirkan untuk
mengganti dengan pohon peneduh lain, yang telah diidentifikasi serbuk sarinya bukan penyebab alergi pada manusia.
Hasil uji tusuk kulit terhadap campuran rumput Grasses mix menunjukkan persentase dari masing-masing kelompok responden lebih tinggi
dari persentase serbuk sari yang diuji Gambar 21, 22, 23. Dalam sediaan alergen Grasses mix, salah satunya adalah Bermuda grass
C.dactylon yang umum dijumpai di Indonesia, sehingga dapat menghasilkan reaksi positif akibat adanya pajanan. Dari hasil penelitian ini tampak bahwa
serbuk sari Poaceae, Grasses mix dan alang-alang, memberikan sensitivitas yang cukup bermakna secara klinis. Artinya dalam populasi studi, pasien alergi juga
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami sensitivitas terhadap serbuk sari Poaceae dibandingkan orang tanpa riwayat alergi. Dua serbuk sari Poaceae
lainnya, yaitu jagung dan padi, tidak banyak menghasilkan sensitivitas pada kelompok studi, yang kemungkinan disebabkan perbedaan antara tempat tinggal
orang yang diteliti dan area penangkapan serbuk sari. Alergen serbuk sari yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
ekstrak kasar protein serbuk sari. Alergen komersial untuk uji tusuk kulit telah diketahui susunan polipeptidanya yang menghasilkan reaksi alergenik, yaitu
reaksi yang memproduksi IgE. Produksi antibodi IgE pada pasien alergi akan mengakibatkan munculnya gejala-gejala alergi dari rinitis sampai asma. Untuk
pembuatan vaksin imunoterapi, perlu dilakukan analisa polipeptida yang ada dalam ekstrak kasar serbuk sari.
Alang-alang, jagung, padi dan Grasses mix termasuk suku Poaceae. Antar suku Poaceae sering terjadi reaksi silang karena adanya protein yang sejenis,
sehingga dapat memberikan reaksi yang serupa Weber 2003. Dari hasil penelitian ini tampak bahwa serbuk sari Grasses mix dan alang-alang,
memberikan perbedaan sensitivitas yang cukup bermakna secara klinis. Artinya dalam populasi studi, pasien alergi juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami sensitivitas terhadap serbuk sari Poaceae dibandingkan orang tanpa riwayat alergi.
Serbuk sari jagung dan padi tidak banyak menghasilkan sensitivitas pada kelompok studi, yang kemungkinan disebabkan perbedaan antara tempat tinggal
responden penelitian dan area penangkapan serbuk sari. Penelitian klinis oleh Petersen et al. 2006 pada pasien polinosis rumput memperlihatkan adanya reaksi
silang cross-reactivity antara alergen dari serbuk sari Timothy grass Phl p1 dan serbuk sari jagung Zea m1. Namun reaktivitas alergen Zea m1 jauh lebih rendah
dibandingkan Phl p1. Hampir semua serbuk sari Poaceae memiliki reaktivitas silang derajat tinggi, karena banyak epitop yang sama di sebagian besar spesies
Lieferman Gleich 1976. Komponen alergenik utama pada sebagian besar, yaitu alergen Gp1, merupakan glikoprotein yang memicu gejala-gejala alergi pada
individu yang sensitif serbuk sari Poaceae. Respons uji tusuk kulit positif dapat terjadi sampai 43 pada orang tanpa gejala penyakit alergi Kerkhof et al. 1996.
Studi longitudinal memperlihatkan bahwa adanya uji tusuk kulit positif pada orang tanpa gejala dapat memprediksi munculnya gejala-gejala alergi di kemudian
hari, termasuk asma Horak 1985, Bodtger et al. 2003, terutama jika kadar alergen tinggi.
Uji tusuk kulit positif pada orang yang tersensitisasi tanpa gejala dapat terjadi pada 1-5 alergen tunggal dan 8-30 panel aeroalergen. Ciri penting yang
ditemui pada orang tersensitisasi tanpa gejala adalah kemampuan menghasilkan reaksi alergi fase dini Bodtger et al. 2003, tetapi tidak fase lambat yang ditandai
dengan inflamasi eosinofilik Durham et al. 1996. Studi lain pada sampel mukosa saluran napas hidung dan bronkhus mendapatkan bahwa pada orang tanpa gejala
dengan uji tusuk kulit positif terhadap tungau debu rumah, tidak terjadi proses inflamasi di saluran napas. Pada orang-orang ini, tidak tampak timbunan sel-sel
eosinofil dan basofil serta tidak tampak penebalan membran basal di mukosa saluran napas. Selain itu, hitung eosinofil darah secara bermakna lebih rendah
dibandingkan pasien rinitis alergi dan asma Braunsthal et al. 2003. Gejala-gejala
alergi dapat muncul pada 20-60 orang setelah 2-24 tahun Bodtger 2004.
5. SIMPULAN