Analisa Kadar Sulfida Pada Air Sungai Daerah PT. Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak

(1)

ANALISA KADAR SULFIDA PADA AIR SUNGAI DAERAH PT.

PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SIBAYAK

KARYA ILMIAH

SARASWATY ELOVANI BR GINTING

122401136

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ANALISA KADAR SULFIDA PADA AIR SUNGAI KONSUMSI

DAERAH PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SIBAYAK

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

SARASWATY ELOVANI BR GINTING

122401136

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Analisa Kadar Sulfida Pada Air Sungai Daerah PT. Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Saraswaty Elovani Br Ginting Nomor Induk Mahasiswa : 122401136

Program Studi : D-3 Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Disetujui di Medan, Juli 2015

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS Dr. Mimpin Ginting, M.S NIP. 195408301985032001 NIP. 195510131986011001


(4)

PERNYATAAN

ANALISA KADAR SULFIDA PADA AIR SUNGAI DAERAH PT.

PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SIBAYAK

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, juli 2015

SARASWATY ELOVANI BR GINTING 122401136


(5)

ANALISA KADAR SULFIDA PADA AIR SUNGAI DAERAH PT.

PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SIBAYAK

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar Sufida sebagai H2S pada air sungai di daerah lapangan panas

bumi PT.Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak . Sampling air sungai diambil dengan menggunakan botol kaca gelap dan disimpan dalam wadah tertutup dan terbebas dari gelembung udara. Analisa kadar Sufida sebagai S (H2S) pada air sungai dilakukan dengan

metode Titrasi Iodometri. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa kadar S sebagai H2S

dengan kosentrasi berkisar 0,03 – 0,01 mg/ L yang masih memenuhi standar baku mutu untuk air minum berdasarkan standar baku mutu Permenkes 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

.


(6)

ANALYSIS OF RIVER WATER SULFIDE LEVELS ON

AREA PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

SIBAYAK

ABSTRACT

Has conducted analysis Sufida as H2S levels in the river water in the area of

geothermal field Geothermal Energy Area PT.Pertamina Sibayak. A sampling of river water taken using the dark glass bottles and stored in a sealed container and free from air bubbles. Analysis Sufida levels as S (H2S) in river water carried by iodometry titration method. Research results indicating that the levels of S as H2S with concentrations ranging from 0.03 to 0.01 mg / L which still meets the quality standards for drinking water quality standards based Permenkes 416 of 1990 on Requirements and Water Quality Monitoring.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan iii

Pernyataan iv

Penghargaan v

Abstrak vi

Abstract

vii Daftar Isi

viii Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan Umum Tentang Air 4

2.2. Pengertian Air 5

2.3 Kualitas Air 6

2.4 Syarat-syarat Air Minum 10

2.5 Karakteristik Air 11

2.6. Pemantauan Kualitas air 13

2.7. Pemantauan Limbah 14

2.8. Meminimalisasi Pencemaran Air 15 2.8.1. Pembuatan Sumur Pantau 15 2.8.2. Pemantauan Kualitas Air 15

2.9. Sulfida 15

2.10. Penentuan Sulfida dalam air 17 Bab 3. Metode Penelitian

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1.Alat 18

3.2.2.Bahan 18

3.2. Prosedur Kerja

3.2.1.Pembuatan Larutan 19 3.2.2.Standarisasi Larutan Na.Thiosulfat 20 3.2.3.Penentuan kadar sulfide 21 3.2.4. Untuk Larutan Blanko 21

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Data Percobaan 23

4.2. Reaksi Percobaan 24


(8)

4.4. Pembahasan 25 Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 26


(9)

ANALISA KADAR SULFIDA PADA AIR SUNGAI DAERAH PT.

PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SIBAYAK

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar Sufida sebagai H2S pada air sungai di daerah lapangan panas

bumi PT.Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak . Sampling air sungai diambil dengan menggunakan botol kaca gelap dan disimpan dalam wadah tertutup dan terbebas dari gelembung udara. Analisa kadar Sufida sebagai S (H2S) pada air sungai dilakukan dengan

metode Titrasi Iodometri. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa kadar S sebagai H2S

dengan kosentrasi berkisar 0,03 – 0,01 mg/ L yang masih memenuhi standar baku mutu untuk air minum berdasarkan standar baku mutu Permenkes 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

.


(10)

ANALYSIS OF RIVER WATER SULFIDE LEVELS ON

AREA PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

SIBAYAK

ABSTRACT

Has conducted analysis Sufida as H2S levels in the river water in the area of

geothermal field Geothermal Energy Area PT.Pertamina Sibayak. A sampling of river water taken using the dark glass bottles and stored in a sealed container and free from air bubbles. Analysis Sufida levels as S (H2S) in river water carried by iodometry titration method. Research results indicating that the levels of S as H2S with concentrations ranging from 0.03 to 0.01 mg / L which still meets the quality standards for drinking water quality standards based Permenkes 416 of 1990 on Requirements and Water Quality Monitoring.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum dan kebutuhan rumah tangga, keperluan industri dan lain – lain. Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup. Tubuh kita sebagian besar terdiri atas air, dimana air dapat berfungsi sebagai alat angkut zat dari bagian tubuh yang satu kebagian tubuh yang lain.

Air merupakan sarana pokok dalam kelangsungan hidup manusia. Sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah air permukaan (sungai,waduk, rawa dan sebagainya), air hujan dan air tanah pada daerah-daerah tertentu. Air dipergunakan berbagai keperluan seperti keperluan rumah tangga, industri, pertanian, transportasi dan lain-lain.

Dilihat dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus memenuhi kebutuhan manusia, karena persediaan air bersih yang terbatas dapat menimbulkan berbagai penyakit. Air yang digunakan harus memenuhi standar dari segi kualitas dan kuantitasnya. Secara kualitas , air harus memenuhi standar kesehatan. Dari standar kualitas air minum dapat dilihat adanya parameter-parameter yang tercantum dalam standar kualitas air minum yang memberi gambaran tentang sifat pengaruh unsur tersebut di dalam air dan akibat yang dapat ditimbulkan apabila konsentrasi parameter-parameter tersebut di dalam air melebihi standar yang telah ditetapkan.

PT. Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak merupakan perusahaan yang menjalankan usaha dibidang produksi uap yang diperoleh dari panas bumi yang berasal dari gunung sibayak, selama tahap eksplorasi yang dimulai dari tahun 1990 PT PGE telah melakukan pemboran sebayak 9 buar sumur bor dengan kedalaman 2000 – 2 500 Mku (


(12)

meter kedalaman ukur) yang dibagi dalam 3 kelompok sumur eksplorasi dan 6 sumur pengembangan. Terdapat 5 buah sumur yang berada dalam kelompok A, 3 buah sumur berada dalam kelompok B, dan 1 buah sumur berada dalam kelompok C. Bebrapa sumur tersebut telah memproduksi uap dari reservoir panas bumi, umumnya sumur- sumur tersebut belum bisa dikembangkan secara komersil. PT. Petamina terletak di Desa Semangat Gunung dan memanfaatkan permandian air panas dari Gunung Sibayak yang kaya kandungan belerang. Air sungai yang digunakan penduduk merupakan air yang mengalir disekitaran pengolahan panas bumi. Air sungai digunakan penduduk antara lain sebagai air untuk mencuci pakaian dan alat-alat dapur, air untuk pertanian dan sebagian masyaakat menggunakannya sebagai air minum.

Dengan alasan ini penulis ingin mengetahui efektivitas pengolahan lapangan panas bumi terhadap lingkungan, sehingga penulis ingin menganalisa “ kadar Sulfida sebagai S (H2S) pada air sungai sekitar PT. Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak” sejauh mana


(13)

1.2. Permasalahan

Mengidentifikasi senyawa Sulfida sebagai S (H2S) pada kualitas air sungai daerah PT.

Pertamina Geothermal Area Sibayak, apakah sudah layak minum berdasarkan standar baku mutu APHA 4500-S2- D 2005.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah untuk mengetahui hasil identifikasi kandungan belerang sungai daerah PT.Petamina Geothermal Area Sibayak.

1.4. Manfaat

Dapat mengetahui kualitas air sungai terhadap Sulfida sebagai S (H2S) pada

PT.Pertamina Geothermal Area Sibayak .

Informasi lain yang bisa didapat adalah sebagai bahan pertimbangan masyarakat untuk tidak khawatir akan kualitas air sungai konsumsi disekitar area tersebut


(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia.

Air merupakan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk sumber hajat hidup orang banyak,bahkan untuk semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta oleh mahluk hidup orang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan serta bijaksana, dengan memperhitungkan generasi sekarang maupun mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Hanum, 2015).

Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut. Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman.

Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa minuman ataupun makanan tidak menyebabkan/merupakan pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk


(15)

mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan.

Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolahan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan.

Setiap mahkluk di dunia memerlukan air. Tanpa air sebagai zat yang paling esensial untuk menunjang kehidupan, maka dapat dipastikan kehidupan di bumi ini. Untuk manusia, air selain sebagai konsumsi makanan dan minum juga diandalkan untuk keperluan pertanian, industri dan lain – lain (Suripin,2002).

2.2. Pengertian Air

Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau yang terdiri dari hidrogen dan oksigen. Karena air bersifat universal, maka yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkaat – tingkat tertentu ada zat yang terlarut didalamnya. Air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen (H2) yang

bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk senyawa H2O. Air

merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Air yang dibutuhkan oleh tubuh sekitar 60-70% dari berat tubuh, dan umumnya tubuh kita membutuhkan sekitar 8-12 gelas/ hari (www.academia.edu).

2.3 Kualitas Air

Penyediaan air bersih dalam bentuk kualitas dan kuantitas adalah factor utama bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya.


(16)

Parameter yang menentukan kualitas air: 1. Parameter fisika,

2. Parameter kimia, dan 3. Parameter biologi.

1. Parameter Fisika

Parameter Fisika adalah yang berhubungan dengan penglihatan, sentuhan, rasa, ataupun bau. Padatan tersuspensi, turbiditas, rasa, dan bau termasuk kategori ini.

 Padatan tersuspensi bersumber dari partikel organik dan anorganik yang tidak larut (ppm).

• Contoh Padatan anorganik : lempung, lanau, dan bahan tanah lainnya dan bahan organik adalah seperti serabut tumbuhan dan bahan biologi (sell bakteri, algae dan lain-lain). Penentuan padatan terlarut dapat dilakukan dengan gravimetri dengan jalan mengeringkan sampel pada 104o C.

 Kekeruhan adalah pengukuran langsung padatan tersuspensi menggunakan Jackson turbidimeter. Kekeruhan yaitu mengurangi kejernihan air dan diakibatnya oleh pencemar – pencemar yang terbagi halus, dari manapun asalnya, yang ada dalam air. Kekeruhan biasanya disebabkan oleh lempung, danau, partikel – partikel tanah dan pencemar – pencemar kolodial lainnya

 Warna dari bahan organik seperti daun, kayu, akar, asam humus dll. Bahan anorganik dari besi oksida - berwarna merah, mangan oksida-- warna coklat atau kehitaman. Pada limbah industri, produksi kertas, proses makanan, produksi kimia, penambangan, dan kilang adalah berupa zat warna dan lainnya.

• Pengukuran zat warna menggunakan standar warna TCU (True color unit) --1 TCU = 1 mg/L platinum. Alatnya Spektrometri.


(17)

 Rasa dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk atau bahan kimia yang mudah menguap. Pengukurannya dengan melarutkan contoh air yang bersangkutan hingga rasa dan baunya tak dapat lagi ditemukan dengan pengujian oleh manusia. Air minum secara praktis harus bebas dari warna, rasa dan bau.

 Pengukuran bau dan rasa--bahan organik dapat dilakukan dengan gas/liquid

 Suhu air merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tujuan penggunaan, pengolahan untuk membuang bahan – bahan pencemar serta pengangkutannya. Suhu tergantung pada sumber airnya. Suhu air tanah akan bervariasi menurut kedalaman dan ciri – ciri akifer yang menjadi sumber air itu. Suhu air permukaan yang disadap dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut kedalamannya.

2. Parameter Kimia

Air merupakan pelarut yang sangat baik sehingga banyak sekali bahan-bahan yang dapat larut dalam air.

Parameter kimia kualitas air : • Derajat keasaman (pH)

pH adalah bilangan yang menunjukkan berapa konsentrasi ion H+ didalam suatu larutan. Konsentrasi ini ditunjukkan oleh pH yang berarti pH = -log (H+). Air murni atau netral ( tidak asam dan tidak basa ) mempunyai pH = 7. Air yang bersifat asam mempunyai jumlah ion H+ lebih besar dari ion OH¯ dan sebaliknya, air yang bersifat basa mempunyai jumlah ion OH¯ lebih besar dari ion H+.

• Alkalinitas,

Alkalinitas air adalah pengukur kapasitasnya untuk menetralisir asam – asam. Pada air alamiah, alkalinitas dikaitkan dengan konsentrasi bikarbonat, karbonat dan hidrokarbonat


(18)

dalam miligram per liter. Keasaman dinyatakan dalam jumlah kalsium karbonat yang dibutuhkan untuk menetralisir air itu.

• Karbondioksida

Karbondioksida adalah salah satu gas minor yang ada di atmosfer dan merupakan hasil akhir dari pembusukkan biologi, baik yang aerobik maupun yang anaerobik. Air hujan dan kebanyakan persediaan air permukaan mengandung sejumlah kecil karbondioksida (biasanya kurang dari 5 mg/L), tetapi air tanah dapat mengandung jumlah dioksida merupakan hal yang penting, karena mempengaruhi pH air, menimbulkan karat bagi kebanyakan sistem pipa dan mempengaruhi kebutuhan dosis bila dipergunakan pengolahan kimiawi.

• Kesadahan

Kalsium dan magnesium adalah ion – ion utama yang membentuk kesadahan air. Seperti tercantum dalam Tabel, ion – ion logam terlarut yang bervalensi dua dan tiga, misalnya aluminium, besi mangan dan seng, mempunyai sumbangan juga dalam pembentukan kesadahan. Kesadahan dinyatakan dalam miligram per liter padanan kalsium karbonat. Kesadahan air alamiah sangat bervariasi di seluruh Amerika Serikat. Air kira – kira dapat diklasifikasikan menurut tingkat kesadahan yang dikandungnya sebagai berikut :

Tabel 2.1. Klasifikasi Tingkat Kesadahan Air Kesadahan total mg/L

sebagai CaCO3

Klasifikasi

Kurang dari 15 15 – 60 61 – 120 121 – 180 Lebih dari 180

Air yang sangat lunak Air lunak

Air yang agak lunak Air sadah


(19)

3. Parameter Biologi

Kebanyakan air permukaan di alam adalah mengandung bakteri dan virus dan pengukurannya dilakukan dengan mengidentifikasi bakteri patogen. Dalam rekayasa lingkungan pengukurannya dilakukan dengan indikator bakteri patogen E. Coli dalam 100 ml air contoh.

Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia Colli, Clostridium Perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberapa jam. Keberadaan bakteri Coliform (E.Coli tergolong jenis bakteri ini) yang banyak ditemui di kotoran manusia dan hewan menunjukkan kualitas sanitasi yang rendah dalam proses pengadaan air. Makin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, makin tinggi pula risiko kehadiran bakteri patogen, seperti bakteri Shigella (penyebab muntaber), S. Typhii (penyebab Typhus), Kolera, bdan Disentri.

Dari sudut kontrol terhadap penyakit ada dua golongan besar dari organisme yaitu : 1. Mikroorganisme patogen, yang dapat menyebabkan penyakit, yang paling menjadi

perhatian pada masalah kualitas air.

2. Mikroorganisme non patogen, mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit (Hanum, 2015).

2.4. Syarat-syarat Air Minum

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum


(20)

Kebutuhan masyarakat terhadap air bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat ( Chandra, 2006).

Konsumsi air bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah tangga, diperkirakan sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi,cuci,kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter.

2.Syarat Kualitas

Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. Syarat-syarat fisik yaitu air minum seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Syarat-syarat Kimia (organik, anorganik) Air minum tidak boleh mengandung senyawa-senyawa beracun dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan (Standar Air Minum Indonesia). Syarat-syarat bakteriologik ialah air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (phatogen) sama sekali dan tidak mengandung bakteri-bakteri-bakteri-bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml air (Sutrisno dan Suciastuti,2004).

2.5 Karakteristik Air

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0o C (32o F) – 100o C, air berwujud cair. Suhu 0o C merupakan titik beku (freezing point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai, danau, dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas


(21)

atau padatan, sehingga tidak akan terdapat kehidupan dimuka bumi ini, karena sekitar 60% - 90% bagian sel makhluk hidup adalah air.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinka air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi.

4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut keseluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk ke badan air.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi.


(22)

Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability). Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang yang kecil). Dengan adanya sistem kapiler dan sifat sebagai pelarut yang baik, air dapat membawa nutrien dari dalam tanah ke jaringan tumbuhan (akar, batang, daun). Adanya tegangan permukaan memungkinkan beberapa organisme, misalnya jenis-jenis insekta, dapat menyerap di permukaan air. 6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat

membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas (massa volume) yang lebih rendah daripada air. Dengan demikia, es akan mengapung di air. Sifat inni mengakibatkan danau-danau di daerah yang beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian bawah permukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap berlangsung (Chandra,2006).

2.6 Pemantauan Kualitas Air

Pemantauan kualitas air balong(cooling pond) agar sesuai dengan standart yang ditentukan oleh kementrian lingkungan hidup, adapun parameter yang diukur antara lain sebagai berikut : TDS (Mg/L), PH, dan Temperatur (0C). sedangkan alat yang digunakan untuk untuk Temperatur adalah Thermometer, PH adalah PH meter , sedangkan untuk TDS adalah TDS meter.


(23)

Gambar 2.1. Thermometer (Alat pengukur temperatur)

Gambar 2.2. PH Meter Gambar 3.3. TDS Meter

Alat Pengukur pH cairan Alat pengukur TDS pada cairan

2.7 Pemantauan limbah PT.Pertamina Geothermal Energy

PT Pertamina Geothermal Area Sibayak dalam melakukan produksi tidak memiliki limbah karena pada titik di Separator yaitu pemisahan antara air dan uap dimana uap akan masuk ke dalam jalur pipa uap dan air akan dikembalikan masuk lagi kesumur yang akan diuapkan lagi menjadi uap jadi tidak diperoleh limbah. Namun pada awal mula pembukaan sumur pertama kali air yang keluar akan di tampung di dalam suatu wadah disebut Cooling pound(kolam pendingin) karena air yang keluar pada saat pembukaan sumur pertama kali bersuku 1600C sehingga harus di tampung dalam cooling pound agar suhunya menurun dan tidak berbahaya bagi lingkugan sekitar, namun ada tempat sekaligus pegolahan pupuk kompos dari sampah-sampah organik.


(24)

2.8. Meminimalisasi Pencemaran air 2.8.1.Pembuatan Sumur Pantau

Balong adalah tempat penampungan air pada akhir proses akan tetapi tidak di buang ke lingkungan, biasanya balong berada di dataran tinggi. Balonk berada di cluster A berjumlah 4 dan cluster B berjumlah 4, kemudian di dataran rendah tepatnya di bawah balonk dibuat sumur pantau, yang mana sumur ini sebagai antisipasi apakah air yang di balonk akan meresap ke masyarakat atau tidak, oleh karena itu pemantauan dilakukan 3X dalam seminggu untuk mengantisipasi peresapan dari balonk.

2.8.2.Pemantauan Kualitas Air

Pemantauan kualitas air balong(cooling pond) agar sesuai dengan standart yang ditentukan oleh kementrian lingkungan hidup, adapun parameter yang diukur antara lain sebagai berikut : TDS (Mg/L), PH, dan Temperatur (0C). sedangkan alat yang digunakan untuk PH adalah PH meter,untuk TDS adalah TDS meter, sedangkan untuk Temperatur adalah Thermometer

2.9. Senyawa Sulfida

Sulfida adalah suatu bentuk ion dari sulfur dimana satu ion sulfur tersebut membutuhkan 2 elektron lagi pada kulit terluarnya untuk mencapai kestabilannya. Karena membutuhkan 2 elektron lagi maka dilambangkan S2- contoh senyawa sulfida yaitu H2S

(Asam Sulfida). Sulfida merupakan salah satu toksikan yang dapat dihasilkan dari industri penyamakan kulit, pengilangan minyak, industri gula dan beberapa industri lainnya. H2S

merupakan salah satu gas yang sangat berbahaya, menempati kedudukan kedua setelah hidrogen sianida (HCN) dan dengan tingkat racun yang sangat tinggi lima sampai enam kali lebih beracun dari karbon monoksida. Dapat larut dalam air maupun Hidrogen cair.


(25)

Efek yang dapat ditimbulkan sulfida antara lain dapat mengganggu mata, mengaratkan logam deret elektrokimia, tidak tampak, memiliki berat jenis yang lebih besar dari udara. Gas ini dapat melumpuhkan sistem pernafasan dan dapat membunuh dalam sekejap. Pada konsentrasi rendah H2S memiliki bau yang menyengat seperti telur busuk. Pada

konsentrasi yang tinggi bau tidak dapat cium lagi karena gas tersebut secara cepat mematikan indra penciuman dan mematikan sistem saraf kita. Gejala-gajala yang timbul akibat terhirup gas H2S pada konsentrasi yang rendah baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

sebagai berikut: pusing, mual, rasa melayang, gelisah, mengantuk, batuk-batuk, rasa kering dan nyeri dihidung, tenggorokan dan dada. Bahaya utama dari gas ini adalah kematian akibat menghirup. Bilamana jumlah gas yang teresap kedalam sistem peredaran darah melampaui kemampuan oksidasi dalam darah maka akan menimbulkan keracunan terhadap sistem saraf . sesak nafas ini terjadi secara singkat dan diikuti kelumpuhan (praliysis) pernafasan pada konsentrasi yang lebih tinggi. H2S terbentuk oleh zat-zat organik yang membusuk dapat

ditemukan pada lokasi pengeboran minyak dan gas bumi, geothermal (panas bumi), pada fasilitas-fasillitas pertambangan dan industri pelokimia, tempat pengolahan dan pembuangan limbah tempat pembuangan sampah dan fasilitas-fasilitas lainnya

2.10. Penentuan Sulfida dalam air

Metode penetapan kadar sulfida yang digunakan adalah secara titrasi iodometri. Dimana pada prinsipnya sulfida di dalam larutan asam bila bereaksi dengan iod berlebih akan dioksidasi menjadi sulfur. Kelebihan iod akan dititrasi kembali dengan Natrium Tiosulfat. Iodometri merupakan metode oksidimetri yang banyak digunakan, dibanding metode oksidimetri lainnya. Dasar lebih dipilihnya cara ini adalah stokhiometrinya yang sederhana


(26)

serta pelaksanaanya praktis tanpa masalah. Iodometri menurut penggunaannya dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

1. Titrasi iod bebas

2. Titrasi oksidasi melalui pembentukan iod yang terbentuk dari iodida.

3. Titrasi reduksi dengan penentuan iod yang digunakan

4. Titrasi reaksi, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah titrasi senyawa yang

menggunakan iod melalui reaksi adisi atau reaksi subthitusi, walupun adisi pada ikatan rangkap bukan merupakan reduksi. Subthitusi elektrofil iod dalam arti luas dapat dianggap suatu reaksi redoks.

Titik akhir titrasi dapat diketahui dengan menggunakan larutan amilum sebagai indikator yang ditambahkan pada saat mendekati titik akhir titrasi, jika terlihat suatu pewarnaan iod yang lemah, dengan adanya jumlah sedikit iod akan terjadi senyawa iod amilum yang berwarna biru tua. Kepekaan reaksi warna ini dipengaruhi dengan adanya ion iodida, jika tidak ada ion iodida, hanya akan terjadi pewarnaan biru lemah (761.blogspot.com/2014/05/analisa-kadar-sulfida.html).


(27)

BAB 3 METODOLOGI

3.1. METODE 3.1.1. Alat

- Batang pengaduk - Botol semprot - Buret

- Corong glass - Gelas kimia - Gelas ukur - Hot Plate - Iodin flash - statif dan klem - Karet Penghisap - Labu ukur - Pipet Volume - Timbangan analitik - Timbangan digital

3.1.2 Bahan

- Aquadest -Amilum

- Asam Asetat Glasial - Asam fosfat


(28)

- Aquadest - Cadmium Asetat - Larutan Iodium

- Larutan Natrium Thiosulfat -Larutan H2SO4

- Sampel Air

3.2. Prosedur Kerja 3.2.1. Pembuatan Larutan

1. Larutan Natrium Thiosulfat Na2S2O3 0,01N 1000 mL

- Ditimbang 2,48 gram Na2S2O3.5H2O ke dalam Beaker glass.

- Dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar volume 1000 mL

- Ditambahkan aquadest sampai tanda batas

- Dihomogenkan

- Distandarisasi dengan K2Cr2O7

2.Pembuatan Amillum 2% 100 mL

- Ditimbang 2 gram Amillum di dalam Beaker glass.

- Dilarutkan dengan aquadest hingga Volume larutan 100 mL.

- Dipanaskan di atas hot plate sambil diaduk, hingga bening.

- Didinginkan dan siap digunakan sebagai indikator.

3.Prosedur Pembuatan Cadmium Asetat

- Ditimbang 5 gram Cadmium Asetat di dalam gelas kimia.

- Dilarutkan dengan 30 mL Asam Asetat 100 % dan 120 mL aquadest

- Dipindahkan dalam labu takar volume 250 mL.

- Dicukupkan volumenya dengan aquadest sampai tanda batas.

- Dihomogenkan

4. Prosedur Pembuatan Asam Fosfat


(29)

- Dicukupkan volumenya dengan aquadest sampai tanda batas.

- Dihomogenkan

5. Pembuatan Iodium 0,01 N 100 mL

- Ditimbang I2 sebanyak 1,27 gram dan KI sebanyak 1,8 gram pada kaca arloji.

- Dicampurkan I2 dan KI di dalam gelas kimia.

- Dilarutkan dengan aquadest.

- Dipindahkan ke dalam labu takar 1000 mL dan ditambahkan dengan aquadest sampai garis

batas.

- Dihomogenkan

6. Pembuatan K2Cr2O7 0,01 N 100 mL

- Ditimbang seksama 0,5 gram K2Cr2O7 di dalam gelas kimia.

- Dilarutkan dengan aquadest.

- Dipindahkan dalam labu tentu ukur 100 mL.

- Dicukupkan volomenya dengan aquadest sampai tanda batas.

- Dihomogenkan

3.2.2. Standarisasi larutan Na. Thiosulfat (Na2S2O3)

- Dipipet sebanyak 10 mL K2CrO7 0,01 N

- Ditambahkan 2 gram KI, 1 gram NaHCO3, 5 mL HCL 6 N

- Didiamkan di tempat gelap

- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3

- Diamati Perubahan warna menjadi warna kuning muda

- Ditambahkan Amilum 2 mL dilakukan titrasi hingga warna biru hilang - Dihitung N. Na2S2O3

N1V1 = N2V2

Dimana N1 = Normalitas K2Cr2O7 dan V1 = Volume K2Cr2O7 (ml)


(30)

3.2.3. Penentuan kadar sulfida

- Ditimbang air sebanyak 100 gram - Dimasukkan kedalam Beaker glass

- Ditambahkan 5 ml Cadmium Asetat

- Didiamkan selama 1 jam

- Disaring dengan kertas saring

- Dipindahkan kertas saring dan endapannya kedalam gelas Erlenmeyer bertutup

- Ditambahkan 10 mL larutan iodium

- Diasamkan dengan larutan asam fosfat

- Dititrasi dengan Natrium Thiosulfat hingga terjadi perubahan menjadi kuning

- Ditambahkan indikator amilum 2 mL

- Diamati perubahan warna menjadi warna bening

- Dicatat volume larutan Natrium Thiosulfat yang terpakai.

3.2.4. Untuk Larutan Blanko

- Dimasukkan aquadest 100 gram kedalam gelas Erlenmeyer - Ditambahkan dengan iodine 0,01 N sebanyak 5 ml

- Diaduk, hingga terbentuk warna kuning tua kemudian dititrasi dengan larutan Natrium thiosufat hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning muda

- Ditambahkan indikator amilum sebanyak 1 ml

- Dititrasi kembali dengan Natrium Thiosulfat hingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening

- Dicatat Volume Natrium Thiosulfat yang terpakai,dan kadar H2S dihitung dengan rumus: % H2S

=

N Na−Thio x ( Vol blanko −volume sampel )x 0,0174 x 100 Berat Sampel (mgram )


(31)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Hasil Analisa Data S pada Air sungai Area Panas Bumi Sibayak

2 Parameter Satuan Hasil Pengujian

A-1 mg/L

A-2 mg/L

A-3 mg/L

A-4 mg/L

1 Sulfida sebagai S (H2S) mg/L

0.03

0.03 0.03 0.03

0.02

0.02 0.02 0.02


(32)

4.2 Reaksi Percobaan

H2S + Cd(CH3COO)2  CdS(s) + 2 CH3COOH

I2(s) + KI (aq)  KI3 (aq)  I2(s) + KI (aq)

CdS(s) + I2 (berlebih)  CdI2 + S(s) + I2 (sisa)

I2 (tsisa) + Na2S2O3  2NaI + Na2S4O6 (Kuning Muda)

I2 + amilum  I2 – amilum (biru)

4.3. Perhitungan

Penentuan kadar H2S pada air sungai

-Berat Sampel = 10,0121 gram

-Volume blanko = 4,62 ml

-Percobaan I. Volume blanko – Volume titran I = (4,61 – 4,44) ml = 0,17 ml -Percobaan II. Volume blanko – Volume tiran II = (4,61- 4,50) ml = 0,11 ml -Percobaan III. Volume blanko – Vol ume titran III = (4,61- 4,50) ml = 0,06 ml

% H2S

=

N Na−Thio x Vol .Titran x 0,017 x 100 Berat Sampel (mgram )

Percobaan I . % H2S

=

0,01x0,17 x 0,017x100 100 x 1000

= 0,000000003 %= 3 X10-8

Konsentrasi H2S = 3 X 10-8 X 106 = 3X 10-2 mg/L = 0,03 mg/L Percobaan II. %H2S

=

0,01x0,11x0,017x100 100 X 1000


(33)

Konsentrasi H2S = 2 X 10-8 X 106 = 2X 10-2 mg/L = 0,02 mg/L

Percobaan III. %H2S

=

0,01x0,06 x0,017x100

10

= 0,00000001 % = 1 x10-8 %

Konsentrasi H2S = 1 X 10-8 X 106 = 1X 10-2 mg/L = 0,01 mg/L

4.4. Pembahasan

Analisa Sulfida sebagai S (H2S) ) merupakan analisa kandungan senyawa S ( belerang) ,

analisa dilakukan pada Air Sungai Area panas bumi. Senyawa S dianalisa pada air guna mengetahui kelayakan dan efektitifitas pemanfaatan panas bumi. Didapati kandungan Senyawa S pada air sungai dengan kosentrasi berkisar antara 0,03 – 0,01 mg/ L. Dari hasil pengamatan didapati senyawa S pada air sungai tidak dengan kosentrasi yang besar yang dapat merusak ekosistem dan ketidaklayakan air sungai untuk dikonsumsi. Dengan penelitian yang dilakukan terhadap analisa kadar S pada air sungai, dapat dibuktikan bahwa aktivitas lapangan panas bumi masih memenuhi standar baku mutu air minum.


(34)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian terhadap Analisa sulfida sebagai S (H2S) pada air sungai daerah lapangan

panas bumi PT.Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak dilakukan dalam waktu berulang. Adapun hasil identifikasi yang didapati pada air sungai dengan konsentrasi <0,03mg/L. Dengan ini dapat dinyatakan kandungan Sulfida sebagai S (H2S) pada air sungai

masih memenuhi standar baku mutu Permenkes 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

.

Berdasarkan permenkes no 416/menkes/per/ix/1990/ tentang standar kwalitas air bersih yang dapat dikonsumsi adalah 0,05 mgS2-/L. Dengan ini disimpulkan air sungai dalam kondisi dibawah ambang batas sehingga masih layak untuk dikonsumsi.

5.2. SARAN

1. Walaupun kandungan belerang masih dibawah ambang batas standar baku mutu Permenkes 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air,

penggunaan air

sungai daerah lapangan panas bumi PT.Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak perlu hati-hati untuk dikonsumsi

2. Mengingat keterbatasan waktu dalam penelitian ini disarankan perlu dilakukan pengambilan dari titik sampling air sungai lebih


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Hanum, F. “Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum”.18 April 2015.http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-farida.pdf

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta. Andi

Sutrisno, C.T. dan Suciastuti, E. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta. Rineka Cipta

761.blogspot.com/2014/05/analisa-kadar-sulfida.html


(1)

3.2.3. Penentuan kadar sulfida

- Ditimbang air sebanyak 100 gram - Dimasukkan kedalam Beaker glass

- Ditambahkan 5 ml Cadmium Asetat

- Didiamkan selama 1 jam

- Disaring dengan kertas saring

- Dipindahkan kertas saring dan endapannya kedalam gelas Erlenmeyer bertutup

- Ditambahkan 10 mL larutan iodium

- Diasamkan dengan larutan asam fosfat

- Dititrasi dengan Natrium Thiosulfat hingga terjadi perubahan menjadi kuning

- Ditambahkan indikator amilum 2 mL

- Diamati perubahan warna menjadi warna bening

- Dicatat volume larutan Natrium Thiosulfat yang terpakai.

3.2.4. Untuk Larutan Blanko

- Dimasukkan aquadest 100 gram kedalam gelas Erlenmeyer - Ditambahkan dengan iodine 0,01 N sebanyak 5 ml

- Diaduk, hingga terbentuk warna kuning tua kemudian dititrasi dengan larutan Natrium thiosufat hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning muda

- Ditambahkan indikator amilum sebanyak 1 ml

- Dititrasi kembali dengan Natrium Thiosulfat hingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening

- Dicatat Volume Natrium Thiosulfat yang terpakai,dan kadar H2S dihitung dengan rumus:

% H2S

=

N Na−Thio x ( Vol blanko −volume sampel )x 0,0174 x 100 Berat Sampel (mgram )


(2)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Hasil Analisa Data S pada Air sungai Area Panas Bumi Sibayak

2 Parameter Satuan Hasil Pengujian

A-1 mg/L

A-2 mg/L

A-3 mg/L

A-4 mg/L

1 Sulfida sebagai S (H2S) mg/L

0.03

0.03 0.03 0.03

0.02

0.02 0.02 0.02


(3)

4.2 Reaksi Percobaan

H2S + Cd(CH3COO)2  CdS(s) + 2 CH3COOH I2(s) + KI (aq)  KI3 (aq)  I2(s) + KI (aq) CdS(s) + I2 (berlebih)  CdI2 + S(s) + I2 (sisa)

I2 (tsisa) + Na2S2O3  2NaI + Na2S4O6 (Kuning Muda)

I2 + amilum  I2 – amilum (biru)

4.3. Perhitungan

Penentuan kadar H2S pada air sungai

-Berat Sampel = 10,0121 gram

-Volume blanko = 4,62 ml

-Percobaan I. Volume blanko – Volume titran I = (4,61 – 4,44) ml = 0,17 ml -Percobaan II. Volume blanko – Volume tiran II = (4,61- 4,50) ml = 0,11 ml -Percobaan III. Volume blanko – Vol ume titran III = (4,61- 4,50) ml = 0,06 ml

% H2S

=

N Na−Thio x Vol .Titran x 0,017 x 100 Berat Sampel (mgram )

Percobaan I . % H2S

=

0,01x0,17 x 0,017x100 100 x 1000

= 0,000000003 %= 3 X10-8

Konsentrasi H2S = 3 X 10-8 X 106 = 3X 10-2 mg/L = 0,03 mg/L Percobaan II. %H2S

=

0,01x0,11x0,017x100 100 X 1000


(4)

Konsentrasi H2S = 2 X 10-8 X 106 = 2X 10-2 mg/L = 0,02 mg/L

Percobaan III. %H2S

=

0,01x0,06 x0,017x100

10

= 0,00000001 % = 1 x10-8 %

Konsentrasi H2S = 1 X 10-8 X 106 = 1X 10-2 mg/L = 0,01 mg/L

4.4. Pembahasan

Analisa Sulfida sebagai S (H2S) ) merupakan analisa kandungan senyawa S ( belerang) , analisa dilakukan pada Air Sungai Area panas bumi. Senyawa S dianalisa pada air guna mengetahui kelayakan dan efektitifitas pemanfaatan panas bumi. Didapati kandungan Senyawa S pada air sungai dengan kosentrasi berkisar antara 0,03 – 0,01 mg/ L. Dari hasil pengamatan didapati senyawa S pada air sungai tidak dengan kosentrasi yang besar yang dapat merusak ekosistem dan ketidaklayakan air sungai untuk dikonsumsi. Dengan penelitian yang dilakukan terhadap analisa kadar S pada air sungai, dapat dibuktikan bahwa aktivitas lapangan panas bumi masih memenuhi standar baku mutu air minum.


(5)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian terhadap Analisa sulfida sebagai S (H2S) pada air sungai daerah lapangan panas bumi PT.Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak dilakukan dalam waktu berulang. Adapun hasil identifikasi yang didapati pada air sungai dengan konsentrasi <0,03mg/L. Dengan ini dapat dinyatakan kandungan Sulfida sebagai S (H2S) pada air sungai masih memenuhi standar baku mutu Permenkes 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

.

Berdasarkan permenkes no 416/menkes/per/ix/1990/ tentang standar kwalitas air bersih yang dapat dikonsumsi adalah 0,05 mgS2-/L. Dengan ini disimpulkan air sungai dalam kondisi dibawah ambang batas sehingga masih layak untuk dikonsumsi.

5.2. SARAN

1. Walaupun kandungan belerang masih dibawah ambang batas standar baku mutu Permenkes 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air,

penggunaan air

sungai daerah lapangan panas bumi PT.Pertamina Geothermal Energy

Area Sibayak perlu hati-hati untuk dikonsumsi

2. Mengingat keterbatasan waktu dalam penelitian ini disarankan perlu dilakukan pengambilan dari titik sampling air sungai lebih


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Hanum, F. “Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum”.18 April 2015.http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-farida.pdf

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta. Andi

Sutrisno, C.T. dan Suciastuti, E. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta. Rineka Cipta

761.blogspot.com/2014/05/analisa-kadar-sulfida.html