B. Pertimbangan Penuntut Umum dalam Membuat Surat Dakwaan Secara Terpisah
Surat dakwaan sangat penting dalam hukum acara pidana, karena menjadi dasar pemeriksaan di sidang pengadilan. Pada Pasal 141 KUHAP yang
menyangkut bentuk surat dakwaan kumulasi, undang-undang dan praktek hukum memberi kemungkinan menggabungkan beberapa perkara atau
beberapa orang dalam satu surat dakwaan. Dengan jalan penggabungan tindak pidana dan pelaku-pelaku tindak pidana dalam suatu surat dakwaan perkara
atau pelaku-pelakunya dapat diperiksa dalam suatu persidangan pengadilan yang sama.
Berbeda halnya dengan apa yang diatur ketentuan Pasal 141 KUHAP, pertimbangan penuntut umum dalam membuat surat dakwaan terpisah
berpedoman pada Pasal 142 Undang-undang No. 8 Tahun 1981 KUHAP. Ketentuan ini boleh dikatakan merupakan kebalikan ketentuan Pasal 141, pada
Pasal 142 KUHAP memberi wewenang kepada penuntut umum untuk melakukan pemecahan berkas perkara dari satu berkas menjadi beberapa berkas perkara.
Pemecahan berkas perkara ini dulu disebut splitsing. Memecah satu berkas perkara menjadi dua atau lebih atau a split trial.
34
34
Ibid., hlm. 442.
Menurut M. Yahya Harahap, pakar hukum acara, pemisahan berkas perkara bukan tren yang muncul
belakangan. Sejak zaman HIR, itu sudah lazim dipraktekkan di pengadilan. “Pada
Universitas Sumatera Utara
masa lalu, tujuan memecah perkara itu terkait karena kurangnya saksi. Sehingga untuk mencukupi saksi sebagai alat bukti, berkas dipecah”.
35
a. Berkas yang semula diterima penuntut umum dari penyidik,
dipecah menjadi dua atau beberapa berkas perkara, Pada dasarnya pemecahan berkas perkara terjadi disebabkan faktor pelaku
tindak pidana terdiri dari beberapa orang. Pemecahan berkas perkara ini dapat terjadi pada beberapa perkara yang merupakan tindak pidana yang terdiri dari
beberapa orang, sedangkan saksinya tidak ada selain para pelaku tindak pidana, misalnya kasus pemerkosaan, ataupun korupsi. Untuk menghindari pelaku terlepas
atau terbebas dari pertanggungjawaban hukum pidana, apabila terdakwa terdiri dari beberapa orang, dan dari hasil penyelidikan penuntut umum ragu untuk
meneruskan perkara ke pengadilan karena kekurangan bukti dan saksi, maka penuntut umum dapat menempuh kebijaksanaan untuk memecah berkas perkara
menjadi beberapa berkas sesuai dengan jumlah terdakwa. Untuk mencegah terjadinya penerapan yang salah terhadap pemecahan
berkas perkara ini maka pada pelaksanaannya ada beberapa ketentuan dalam pemecahan berkas perkara, yaitu :
b. Pemecahan dilakukan apabila yang menjadi terdakwa dalam
perkara tersebut, terdiri dari beberapa orang. Dengan pemecahan berkas dimaksud, masing-masing terdakwa didakwa dalam satu
surat dakwaan yang berdiri sendiri antara yang satu dengan yang lain,
c. Pemeriksaan perkara dalam pemecahan berkas perkara,
35
website : http:www.modusaceh-news.comfileshalhal11edisi36des2007.pdf
diakses pada tanggal 30 Mei 2008.
Universitas Sumatera Utara
tidak lagi dilakukan bersamaan dalam suatu persidangan. Masing-masing terdakwa diperiksa dalam persidangan yang
berbeda. d.
Pada umumnya, pemecahan berkas perkara menjadi penting, apabila dalam perkara tersebut kurang bukti dan kesaksian.
Biasanya “splitsing” dilakukan dengan membuat berkas perkara baru dimana para tersangka saling menjadi saksi, sehingga diperlukan pemeriksaan
baru, baik tersangka maupun saksi.
36
C. Pemeriksaan Penyidikan dalam Pemecahan Berkas