Pengaturan Jumlah Pelepah untuk Kapasitas Produksi Optimum Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.).

PENGATURAN JUMLAH PELEPAH UNTUK KAPASITAS
PRODUKSI OPTIMUM TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensisJacq.)

AZDY FRANSEDO
A24070166

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ABSTRACT
Frond is photosynthesis organ for oil palm tree. In oil palm plantation,
this Setting of frond is known as canopy management. In this time, setting of
frond which is done in oil palm plantation is based on standard in the plantation.
However, until this time, there is no appropriate guidance related with this canopy
management, for example how many frond number should be maintain on
different varieties, different season and different oil palm age in order to get
optimum photosynthetic capacity and yield. This research aims to study the effect
of number of frond which setted in two varieties and age of oil palm tree to

production of that oil palm tree. This research consist of 4 locations set (block)
with different variety and different age. The variety and age of oil palm in each
locations (blocks) is Marihat 2005, Marihat 1996, Costarica 2003, and Costarica
2001.
The finding of this research is treatment in number of frond has not shown
significant effect to each variable. However in variety of Costarica 2003 location
set, shown that treatment number of frond give significant effect to variable of
production. This is shown by treatment of frond F which is plants with 49-56 of
frond in begining of rainy season, 41-48 of frond in top of rainy season until
begining of dry season, and 41-48 of frond while dry season, gave the best result
in weight of fresh fruit bunch (FFB) oil palm which is 2227.6 kg/hektar/month.

RINGKASAN

AZDY FRANSEDO. Pengaturan Jumlah Pelepah untuk Kapasitas Produksi
Optimum Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). (Dibimbing oleh
AHMAD JUNAEDI dan SUDIRMAN YAHYA).
Pelepah merupakan organ fotosintesis pada tanaman kelapa sawit. Pada
perkebunan kelapa sawit, pengaturan jumlah pelepah disebut juga dengan
pengelolaan tajuk. Pengaturan jumlah pelepah yang dilakukan di perkebunan

kelapa sawit selama ini hanya berdasarkan pada standar yang ditetapkan oleh
perkebunan. Namun hingga saat ini belum ada petunjuk pasti berhubungan
dengan pengelolaan tajuk ini, misalnya berapa banyak jumlah pelepah yang harus
dipertahankan pada varietas yang berbeda, musim yang berbeda dan umur tanam
yang berbeda untuk mendapatkan kapasitas fotosintesis dan hasil yang optimum.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pengaturan jumlah
pelepah terhadap produksi tanaman kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di
kebun PT. Sawit Asahan Indah, Grup Astra Agro Lestari, Kabupaten Rokan Hulu,
Provinsi Riau, yang memiliki jenis tanah mineral. Percobaan terdiri atas 4 set
lokasi (blok) dengan varietas dan umur tanam yang berbeda, yaitu blok F6
(varietas Marihat tahun tanam 2005), blok G19 (varietas Marihat tahun tanam
1996), blok F6-7 (varietas Costarica 2003) dan blok I21 (varietas Costarica 2001).
Pada setiap lokasi digunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
dengan satu faktor perlakuan yaitu jumlah pelepah yang dipertahankan. Perlakuan
jumlah pelepah yang diberikan merupakan kombinasi dari jumlah pelepah yang
ditinggalkan pada tanaman yaitu 41-48 (I) dan 49-56 (II) dan periode musim
dalam setahun yang dibagi ke dalam 3 bagian yakni awal musim hujan sampai
puncak hujan (Oktober-Desember), puncak hujan sampai awal musim kemarau
(Januari-April),


dan

selama

musim

kemarau

(Mei-Agustus).

Dengan

demikianperlakuan jumlah pelepah terdiri atas 6 taraf perlakuan: I-I-I (A), I-I-II
(B), I-II-II (C), II-II-II (D), II-II-I (E), II-I-I (F).
Hasil

penelitian

menunjukkan


perlakuan

jumlah

pelepah

belum

memberikan pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Namun pada set

iii
percobaan varietas Costarica 2003, terlihat adanya kecenderungan perlakuan
pelepah memberikan pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Hal ini
diperlihatkan oleh Perlakuan F (49-56 di awal musim hujan, 41-48 di puncak
hujan sampai awal musim kemarau, 41-48 selama musim kemarau) menunjukkan
pengaruh nyata dan merupakan perlakuan terbaik dalam menghasilkan bobot TBS
tertinggi yaitu 2227.6 kg/ha/bulan. Hal yang tidak berbeda juga diperlihatkan pada
set percobaan varietas Costarica 2001, walaupun tidak memiliki perbedaan yang
nyata dengan perlakuan C (41-48 pelepah di awal musim hujan, pada puncak
hujan, dan selama musim kemarau) yang menghasilkan bobot TBS 1445.6

kg/ha/bulan, perlakuan F (49-56 di awal musim hujan, 41-48 di puncak hujan
sampai awal musim kemarau, 41-48 selama musim kemarau) juga menghasilkan
bobot TBS yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pelepah lainnya
dengan menghasilkan bobot TBS 1427.9 kg/ha/bulan.

PENGATURAN JUMLAH PELEPAH UNTUK KAPASITAS
PRODUKSI OPTIMUM TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :
AZDY FRANSEDO
A24070166

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Judul

: PENGATURAN

JUMLAH

PELEPAH

UNTUK

KAPASITAS PRODUKSI OPTIMUM TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
Nama

: AZDY FRANSEDO

NIM


: A24070166

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi.
NIP. 19681101 199302 1 001

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc.
NIP : 19490119 197412 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, Msc. Agr.

NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sukaping, Kecamatan Pangean, Kabupaten
Kuantan Singingi, Provinsi Riau pada tanggal 1 November 1989. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zulfahri dan
Ibu Efri Warni.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Cinta Karya Kecamatan Seberida
pada tahun 2001, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Seberida
dan meyelesaikan pendidikan SMP di SMPN 5 Bangkinang pada tahun 2004,
selanjutnya penulis lulus dari SMAN 10 Pekanbaru pada tahun 2007. Tahun 2007
penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB).
Tahun 2010 hingga 2011 penulis menjadi asisten mata kuliah Ekologi
Tanaman di Departemen Agronomi dan Hortikultura. Penulis juga aktif di
berbagai kegiatan mahasiswa dan kepanitiaan-kepanitiaan. Selanjutnya pada tahun

2011 penulis melaksanakan penelitian di PT. Sawit Asahan Indah, Grup Astra
Agro Lestari, Kabupaten Rokan Hulu, Riau selama enam bulan yang dimulai dari
bulan April hingga September.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hantarkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
PHQ\HOHVDLNDQNHJLDWDQSHQHOLWLDQGDQVNULSVL\DQJEHUMXGXO³3HQJDWXUDQ-XPODK
Pelepah untuk Kapasitas Produksi Optimum Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.)´. Penelitian pengaturan jumlah pelepah ini dilaksanakan karena
penulis tertarik untuk mempelajari pengaruh dan hubungan antara pelepah kelapa
sawit dengan produktivitasnya. Penelitian ini dilaksakan di PT. Sawit Asahan
Indah, Grup Astra Agro Lestari, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.
Penulis menyadari banyak pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Maka dari itu, penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Kedua orang tua, adik-adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan
dukungan, doa, restu dan kasih sayang kepada penulis.
2. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi dan Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc yang

telah mamberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis
selama penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc sebagai pembimbing akademik yang
telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama masa
kuliah.
4. Ir. Sofyan Zaman, MP sebagai dosen penguji yang banyak memberikan
masukan dan saran kepada penulis.
5. Jajaran Staff, Asisten, Mandor, dan karyawan di PT. Sawit Asahan Indah
yang telah banyak membantu dan menerima keberadaan penulis selama
penelitian.
6. Seluruh teman-teman seperjuangan AGH 44 Bersatu dan semua pihak
yang telah membantu.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2011
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..............................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................................ 1
Tujuan ........................................................................................................ 3
Hipotesis..................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
Botani Kelapa Sawit ................................................................................... 4
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit...................................................................... 5
Pengelolaan Tajuk ...................................................................................... 6
Penunasan Pelepah...................................................................................... 6
Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit .................................................. 7
BAHAN DAN METODE .................................................................................... 8
Tempat dan Waktu...................................................................................... 8
Bahan dan Alat ........................................................................................... 8
Metode Penelitian ....................................................................................... 9
Pelaksanaan Penelitian.............................................................................. 10
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 13
Kondisi Umum Lahan Percobaan.............................................................. 13
Keadaan Lingkungan Tumbuh dan Peubah Pertumbuhan .......................... 14
Peubah Karakter Generatif ........................................................................ 23
Jumlah Bunga dan Buah ........................................................................... 25
Produksi Tandan Buah Segar (TBS).......................................................... 27
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 30
Kesimpulan............................................................................................... 30
Saran ........................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 31
LAMPIRAN ...................................................................................................... 32

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Perlakuan Pelepah pada Periode Musim dalam Setahun....................

9

2. Intensitas Cahaya di Permukaan Tanah pada Setiap Perlakuan
Pelepah ...............................................................................................

15

3. Intensitas Cahaya di Pelepah Terbawah pada Setiap Perlakuan
Pelepah................................................................................................

17

4. Suhu Udara pada Setiap Perlakuan Pelepah........................................

19

5. Kelembaban Udara Relatif pada Setiap Perlakuan Pelepah................

20

6. Panjang Daun pada Setiap Perlakuan Pelepah....................................

21

7. Panjang Petiol pada Setiap Perlakuan Pelepah...................................

22

8. Panjang Anak Daun Terpanjang pada Setiap Perlakuan Pelepah.......

23

9. Rekapitulasi Analisis Ragam Peubah Karakter Generatif ..................

24

10. Pegaruh Perlakuan Pelepah terhadap Jumlah Bunga Betina dan
Buah per Pokok...................................................................................

25

11. Pengaruh Perlakuan Pelepah terhadap Jumlah dan Bobot TBS
serta Bobot Brondolan per Butir........................................................

28

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Luxmeter ............................................................................................

9

2. Thermo-hygrometer ...........................................................................

9

3. Tanaman Contoh yang Dipasangi Papan Tanda Plot .........................

11

4. Penimbangan TBS ..............................................................................

12

5. Penghitungan Brondolan ....................................................................

12

6. Pengukuran Panjang Daun .................................................................

12

7. Pengukuran Cahaya Dalam Piringan..................................................

12

8. Pengukuran Cahaya di Daun Terbawah..............................................

12

9. Pohon Jantan yang Ditumbang ...........................................................

14

10. Pohon Kelapa Sawit yang Berukuran Tinggi .....................................

24

11. Buah Merah yang Tidak Dipanen ......................................................

27

12. Buah Merah yang Lewat Masa Panen (over ripe) .............................

27

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Data Curah Hujan dan Hari Hujan selama Periode Penelitian ...........

33

2. Bagan Acak Perlakuan........................................................................

33

3. Sidik Ragam Jumlah Bunga Betina per Pohon...................................

34

4. Sidik Ragam Jumlah Buah Hitam per Pohon .....................................

35

5. Sidik Ragam Jumlah Buah Merah per Pohon.....................................

36

6. Sidik Ragam Jumlah TBS per Hektar per Bulan................................

37

7. Sidik Ragam Bobot TBS per Hektar per Bulan..................................

38

8. Sidik Ragam Bobot Brondolan per Butir ...........................................

39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang memiliki peran penting sebagai sumber devisa negara melalui
minyak sawit dan minyak inti sawit. Dengan berkurangnya peranan minyak dan
gas bumi dalam menghasilkan devisa dan pendapatan negara maka peranan
komoditas di sub sektor perkebunan sangat dirasakan pentingnya. Kelapa sawit
merupakan pilihan yang tepat untuk dikembangkan sebagai sumber devisa negara.
Kelapa sawit banyak diminati oleh para investor karena mempunyai prospek
ekonomi yang cukup tinggi(Fauzi, et al., 2008).
Dalam pengusahaannya, teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri
atas kegiatan pembukaan lahan,pemeliharaan tanaman sampai kegiatan panen dan
penanganan pasca panen. Semua aspek kegiatan budidaya kelapa sawit harus
dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang cukup penting dalam
pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan penunasan pelepah, karena penunasan
ini akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit.
Menurut Lakitan (1993), banyak penelitian yang difokuskan pada
hubungan antara arsitektur kanopi dengan produktivitas tanaman. Istilah indeks
luas daun (leaf area index / LAI) digunakan secara meluas untuk menunjukkan
perbandingan antara luas daun tanaman dengan luas permukaan tanah tempat
tumbuhnya. Produktivitas tanaman meningkat dengan meningkatnya LAI karena
lebih banyak cahaya yang ditangkap, tetapi nilai LAI yang terlalu tinggi tidak lagi
meningkatkan produktivitas, karena sebagian daun yang ternaung tidak
melakukan fotosintesis secara optimal, malah terkadang lebih rendah dari laju
respirasinya.
Kapasitas produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh ukuran tajuk
atau luas daun sebagai permukaan fotosintesis. Faktor-faktor abiotik seperti
cahaya, suhu, konsentrasi CO2, tekanan uap dan keadaan hara merupakan faktor
utama yang mempengaruhi laju fotosintesis dan juga pertumbuhan dan
produktivitas. Semua kondisi lingkungan yang mengurangi laju fotosintesis
(cahaya rendah, suhu rendah, dan hara miskin) akan menurunkan perolehan

2
karbon fotosintesis. Hasil pengukuran laju fotosintesis pada cahaya jenuh selama
ini menunjukkan variasi yang besar. Variasi tersebut disebabkan oleh berbagai
faktor seperti umur tanaman, posisi daun, dan faktor lingkungan (Dufrene dan
Saugier, 1993).Menurut Harahap (2000), pola tanggapan laju fotosintesis kelapa
sawit klon MK 60 terhadap fluks spektrum cahaya aktif fotosintetik menunjukkan
bahwa laju fotosintesis tanaman kelapa sawit meningkat cepat dengan
peningkatan fluks cahaya sampai pada 240 J m-2 detik-1. Di atas fluks cahaya 240 J
m-2 detik-1, laju fotosintesis cenderung konstan. Tanggapan laju fotosintesis
terhadap peningkatan fluks cahaya matahari tersebut memiliki pola yang sama
pada berbagai kedudukan pelepah daun.
Ukuran daun selain menunjukkan luas permukaan fotosintesisjuga
menunjukkan luas permukaan transpirasi. Transpirasi merupakan proses
kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata.
Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan (sebagaimana halnya juga
dengan evaporasi) (Lakitan, 1993).
Pengaturan luas permukaan daun diperlukan untuk menyeimbangkan
antara kapasitas fotosintesis bersih (termasuk untuk respirasi jaringan daun) dan
pemenuhan permintaan transpirasi.Selain itu, jika air dan hara tidak menjadi
pembatas, laju asimilasi bersih ditentukan oleh intensitas cahaya yang sampai
pada daun pelepah terbawah.
Hubungan kedua proses tersebut

bersifat

dinamis dan semakin

complicated oleh pengaruh perbedaan antara musim hujan dan kemarau.
Perbedaan antara musim tersebut berkaitan dengan fluktuasi ketersediaan air
(hujan) dan intensitas radiasi matahari. Kedua unsur iklim ini berpengaruh besar
terhadap laju fotosintesis dan transpirasi. Pada bulan-bulan bercurah hujan tinggi,
rendahnya intensitas radiasi membatasi laju fotosintesis, sedangkan pada musim
kemarau, walaupun intensitas radiasi tinggi, laju fotosintesis dibatasi oleh
ketersediaan air (hujan). Kondisi ini menjadi diperparah oleh semakin tingginya
permintaan transpirasi pada intensitas radiasi yang tinggi pada musim kemarau.
Semakin luas daun, semakin tinggi kehilangan transpirasi. Kemampuan tanaman
mempertahankan jumlah pelepah, selain ditentukan oleh faktor genetik, juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuh melalui pengaruhnya terhadap laju

3
proses penuaan daun. Patah pelepah (sengkleh) diduga disebabkan kahat hara
kalium dan cekaman kekeringan.
Pada tanaman kelapa sawit, pengaturan luas permukaan daun dilakukan
dengan pemotongan pelepah, yang sering disebut

penunasan. Penunasan

berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Kadar nitrogen dan kalium pada
pelepah akan meningkat, tetapi magnesium akan menurun bila tunas pokok
dilakukan secara berlebihan. Implikasinya, bila ditemukan status N dan K lebih
tinggi dan status Mg berkurang maka hal tersebut menunjukkan terjadinya
penunasan yang berlebihan sebelum periode pengambilan contoh daun(Pahan,
2008).
Sampai saat ini belum diperoleh informasi tentang jumlah pelepah yang
perlu dipertahankan terus menerus atau berbeda antara musim hujan dan kemarau
agar tercapai jumlah pelepah optimum, untuk menyeimbangkan antara kapasitas
fotosintesis bersih (termasuk untuk respirasi jaringan daun) dan pemenuhan
permintaan transpirasi. Laju berbagai proses fisiologi tersebut sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan tumbuh, terutama keadaan iklim. Dengan demikian
perlu pula diketahui kemungkinan adanya perbedaan tingkat penunasan atau
pelepah optimum dengan berbedanya keadaan iklim.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan mencari metode penunasan untuk memperoleh
danmempelajari jumlah pelepah optimum yang mendukung pertumbuhan dan
produksi tertinggi tanaman kelapa sawit.Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi

dasar

acuan

(justifikasi)

bagi

manajemen

kebun

dalam

penangananpenunasan atau pengelolaan tajuk.

Hipotesis
Pelakuan jumlah pelepah berpengaruh terhadap produksi tanaman kelapa
sawit.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit
Taksonomi tanaman kelapa sawit:
Divisi

: Tracheophyta

Subdivisi : Pteropsida
Kelas

: Angiospermae

Subkelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Cocoideae

Famili

: Palmae

Subfamili : Cocoideae
Genus

: Elaeis

Spesies

: Elaeis guineensis
Varietas kelapa sawit cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai

hal. Kelapa sawit dapat dibedakan atas tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang,
warna buah, dan lain-lain. Berdasarkan warna buah dari Elaeis guineensis Jacq.
tersebut, dikenal varietas-varietas Nigrescens, Virescens, dan Albescens (Lubis,
1992). Jika dilihat dari variasi morfologis buah kelapa sawit yang ada di lapangan
membuktikan bahwa kelapa sawit berasal dari banyak varietas. Sampai saat ini,
varietas yang banyak ditanam adalah varietas Tenera karena menghasilkan
minyak

yang

paling

tinggi

dibandingkan

dengan

varietas

lainnya

(Mangoensoekarjo, 2007)
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)adalah tanaman perkebunan/industri
berupa pohon batang lurus dari famili Palmae.Tanaman tropis ini dikenal sebagai
penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazildipercaya sebagai
tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya,
tanamanini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik
Selatan. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit tumbuh subur di luar negara
asalanya seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini (Lubis,1992).
Benih kelapa sawitpertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984

5
berasal dari Mauritius, Afrika. Perkebunankelapa sawit pertama dibangun di
Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) padatahun 1911.
Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati dengan
produktivitas tertinggi dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya,
yaitu 5-6 ton/ha/tahun. Kelapa sawit banyak digunakan dalam industri pangan,
sabun, tekstil, baja, obat, kosmetik, serta sebagai bahan bakar alternatif (minyak
diesel) (Wardjo, 2006).
Tanaman kelapa sawit secara alami bisa mencapai umur 100 tahun.
Namun, tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan harus diremajakan
sebelum mencapai umur tersebut, karena produksi buahnya semakin menurun
(Sastrosayono, 2003).
Daun pada tanaman kelapa sawit, dibentuk didekat titik tumbuh. Setiap
bulan biasanya akan tumbuh 2 lembar daun. Pertumbuhan daun awal dan daun
berikutnyaakan membentuk sudut 1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih
melekat dengan daun yang lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke
atas dan berwarna kuning. Anak daun pada daun normal berjumlah 80-120 lembar
(Sastrosayono, 2003).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1 500 ± 4 000 mm per
tahun, tetapi curah hujan optimal 2 000 ± 3 000 mm per tahun. Suhu optimum
untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24 ± 280C dengan suhu terendah 180C dan
tertinggi 320C. Penelitian tentang pengaruh suhu ekstrim tinggi dan ekstrim
rendah tanaman kelapa sawit masih sangat sedikit. Suhu maksimal berkisar 38 0C,
sedangkan suhu minimal sekitar 8 0C (Pahan, 2008). Adapun ketinggian tempat
optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah 0 ± 400 m diatas permukaan laut
(dpl) (Setyamidjaja, 2006).
Kelapa sawit menghendaki kelembaban udara sekitar 80 % dan penyinaran
matahari yang cukup. Lama penyinaran berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
tingkat asimilasi, produksi karbohidrat, pembentukan bunga (sex ratio), dan
produksi buah. Kecepatan angin yang optimal adalah 5 ± 6 km/jam yang sangat
baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang kering menyebabkan

6
penguapan lebih besar, mengurangi kelembaban, dan dalam waktu yang lama
dapat mengakibatkan tanaman layu (Fauziet al., 2008).
Taaman kelapa sawit tumbuh optimal pada pH 5.0 ± 5.5. Tanah yang
memiliki pH rendah seperti tanah gambut/organosol sebaiknya dilakukan
pengapuran. Di Indonesia, tanah podsolik merah kuning mendominasi areal
perkebunan (Setyamidjaja, 2006).

Pengelolaan Tajuk
Pengelolaan tajuk (canopy management) merupakan suatu perlakuan
pengaturan dan pemeliharaan kanopi atau tajuk atau daun tanaman kelapa sawit.
Pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi produksi
kelapa sawit. Efisiensi tajuk merubah radiasi matahari menjadi karbohidrat.
Pasokan karbohidrat untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif ditentukan oleh
ukuran luas permukaan hijau daun (Pahan, 2008).
Daun kelapa sawit dihasilkan dalam urutan yang teratur. Daun muda yang
sudah mengembang sempurna secara konvensional dinamakan daun nomor satu,
sedangkan daun yang masih terbungkus seludang dinamakan daun nomor nol.
Perkembangan dan menuanya daun kelapa sawit secara individual terjadi dalam
arah basipetal (dari atas ke bawah) (Pahan, 2008).
Luas daun meningkat secara progresif pada umur sekitar 8 ± 10 tahun
setelah tanam. Meningkatnya luas daun dengan bertambahnya umur tanaman
terutama disebabkan oleh bertambahnya anak daun dan rata-rata ukurannya.
Produksi daun per tahun pada tanaman yang secara genetik sama, tetapi ditanam
pada lingkungan yang berbeda memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah. Lingkungan yang
lebih favorableumumnya mempercepat terjadinya puncak laju produksi daun pada
tanaman muda (Pahan, 2008).

Penunasan Pelepah
Salah satu kegiatan penanganan dan pemeliharaan kelapa sawit adalah
penunasan. Penunasan merupakan upaya untuk mengatur jumlah pelepah yang
perlu dipertahankan atau tinggal di pohon (PPKS, 2007). Penunasan dilakukan

7
dalam rangka pengaturan jumlah pelepah yang harus ditinggalkan untuk tujuan
pengaturan kapasitas produksi, walaupun pada prakteknya sangat ditentukan oleh
manajemen panen buah (ketentuan songgo satu dan songgo dua).

Dalam

prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegitatan panen
(potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Jika penunasan tidak pada
waktu panen, pemanen melakukan penunasan terhadap pelepah yang menjepit
buah guna memudahkan potong buah, terutama pada pokok yang buah sudah
tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa penunasan (curi buah) umumnya
dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya masih rendah (dengan alat panen
dodos).

Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit
Pada kegiatan penunasan terdapat teknik yang bernama songgo satu
dansonggo dua. Teknik yang paling sering digunakan adalah songgo dua,
dimanajumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah
yangpaling bawah. Songgo satu tidak terlalu berbeda dengan songgo
dua,perbedaannya pada songgo satu hanya satu pelepah yang disisakan dari
tandanbuah paling bawah.
Teknik songgo dua sering dilakukan pada tanaman kelapa sawit
untukmendapatkan ILD yang optimum. ILD adalah rasio luas daun terhadap luas
lahan.ILD yang optimum pada tanaman kelapa sawit yaitu 5-7. Nilai ILD
dipengaruhioleh waktu penyinaran, temperature udara, kelembaban tanah, dan
karakteristikgenetik tanaman. ILD akan optimum jika penutupan tajuk
optimum.Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % radiasi matahari
yangdatang dapat diserap oleh tanaman atau saat pelepah dari tiga pokok
salingmenutupi(Pahan, 2008).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kebun PT. Sawit Asahan Indah,
Grup Astra Agro Lestari, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi ini
merupakan wilayah yang memiliki jenis tanah mineral dengan rata-rata hari hujan
bulanan dan curah hujan bulanan periode 1996-2009 berturut-turut adalah 9.32
hari/ bulan dan 272.51 mm/bulan, dan rata-rata Bulan Kering per Bulan Basah
periode 1996-2009 adalah 1.57/7.71. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama
11 bulan, yaitu pada bulan Oktober 2010 hingga Agustus 2011.

Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman kelapa
sawit dengan 4(empat) set percobaan masing-masing untuk varietas dan umur
pada areal tanaman menghasilkan, yaitu:
1. Varietas Marihat, Tahun Tanam 2005
2. Varietas Marihat, Tahun Tanam 1996
3. Varietas Costarica, Tahun Tanam 2003
4. Varietas Costarica, Tahun Tanam 2001
Peralatan percobaan yang digunakan adalah yang lazim digunakan di
kebun dan ditambah yang secara khusus diadakan untuk panen dan penunasan,
serta untuk pengamatan pengukuran peubah-peubah tanaman dan lingkungan
tumbuhnya. Peubah tanaman dan lingkungan tumbuh yang diamati yaitu iklim
mikro di bawah tajuk meliputi pengukuran intensitas cahaya, suhu dan
kelembaban. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan alat
luxmeter (Gambar 1) dan pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan dengan
menggunakan alat thermo-hygrometer (Gambar 2).

9

Gambar 1. Luxmeter.

Gambar 2. Thermo-hygrometer.

Metode Penelitian
Percobaan terdiri atas 4 set lokasi (blok) dengan varietas dan umur tanam
yang berbeda, yaitu blok F6 (varietas Marihat tahun tanam 2005), blok G19
(varietas Marihat tahun tanam 1996), blok F6-7 (varietas Costarica 2003) dan blok
I21 (varietas Costarica 2001) . Pada setiap lokasi digunakan rancangan kelompok
lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor perlakuan yaitu jumlah pelepah yang
dipertahankan.Perlakuan jumlah pelepah yang diberikan merupakan kombinasi
dari jumlah pelepah yang ditinggalkan pada tanaman yaitu 41-48 (I) dan 49-56
(II) dan periode musim dalam setahun yang dibagi ke dalam 3 bagian yakni awal
musim hujan sampai puncak hujan (Oktober-Desember), puncak hujan sampai
awal musim kemarau (Januari-April), dan selama musim kemarau (Mei-Agustus).
Dengan demikianperlakuan jumlah pelepah terdiri atas 6 taraf perlakuan.
Perlakuan pelepah yang dipertahankan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perlakuan Pelepah pada Periode Musim dalam Setahun.
Jumlah Pelepah per Periode
Perlakuan
Pelepah

Awal Musim Hujan
(Oktober-Desember)

A
B
C
D
E
F

41 ± 48
41 ± 48
41 ± 48
49 ± 56
49 ± 56
49 ± 56

Musim Hujan Musim Kemarau
(Januari-April) (Mei-Agustus)
41 ± 48
41 ± 48
49 ± 56
49 ± 56
49 ± 56
41 ± 48

41 ± 48
49 ± 56
49 ± 56
49 ± 56
41 ± 48
41 ± 48

10
Model aditif linear untuk rancangan yang digunakan adalah :
Yij= µ + IJi+ȕj+İij
(Gomez dan Gomez, 1995).
Keterangan :
Yij

: nilai peubah yang diamati.

µ

: rataan umum.

IJk

: pengaruh perlakuan jumlah pelepah ke-i.

ȕj

: pengaruh kelompok ke-j.

İijk

: pengaruh galat percobaan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis

ragam dengan uji F pada taraf nyata 5%, dan juga dilihat sampai dengan taraf
nyata 10%. Jika berbeda nyata pada uji F maka akan dilanjutkan dengan uji
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan
Tahap awal pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan persiapan lapangan
percobaan berupa layout plot-plot sesuai dengan perlakuan dan blok, dan
pemasangan papan tanda plot sesuai dengan pengacakannya (Lampiran 2). Setelah
layout plot ditentukan, perlakuan penunasan dilakukan sesuai dengan kode
perlakuan untuk masing-masing plot. Satu plot perlakuan terdiri dari 4 jalur
tanaman kelapa sawit, dan 2 jalur yang berada di tengah ditetapkan sebagai jalur
pengamatan dengan 5 tanaman contoh yang teracak di dalamnya. Tanaman contoh
yang telah dipasangi papan tanda plot diperlihatkan oleh Gambar 3.

Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan
pemeliharaan rutin yang terdapat di perkebunan. Kegiatan pemeliharaan tersebut
meliputi kegiatan pemupukan makro maupun mikro, pengendalian gulma, serta
pemberantasan hama dan penyakit.

11
Untuk kegiatan penunasan (pruning) dilakukan berdasarkan taraf
perlakuan yang diberikan untuk masing-masing plot. Kegiatan penunasan
dilakukan diluar jadwal penunasan rutin perkebunan, dikarenakan penunasan
merupakan perlakuan yang diberikan terhadap tanaman. Kegiatan penunasan
dilakukan setiap empat bulan, sesuai dengan perlakuan yang terbagi menjadi 3
musim dalam satu tahun.

Gambar 3. Tanaman Contoh yang Dipasangi Papan Tanda Plot.

Pemanenan
Panen dilakukan pada buah yang telah masak dengan kriteria buah
mencapai fraksi 3. Kegiatan pemanenan dilakukan mengikuti rotasi panen yang
terdapat di kebun. Rotasi panen yang terdapat di kebun umumnya 6/7, yaitu enam
hari panen dalam satu minggu, sehingga panen pada plot penelitian dilakukan
setiap satu minggu. Namun rotasi ini dapat berubah sesuai dengan kondisi yang
terjadi di kebun, diantaranya karena panen puncak, tenaga kerja kurang, ataupun
libur pada hari kerja.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap beberapa peubah yaitu:
1. Peubah pertumbuhan dan hasil. Pengamatan peubah pertumbuhan meliputi
panjang daun, panjang petiol, dan panjang anak daun terpanjang, yang diambil
dari daun terbawah pada masing-masing pokok contoh. Pengamatan ini
dilakukan setiap empat bulan sekali, setelah dilakukan penunasan sesuai
dengan perlakuan selama setahun. Selain itu pengamatan hasil dilakukan pada

12
saat panen meliputi bobot buah, jumlah buah, dan bobot brondolan per butir,
yang diamati dari 5 tanaman contoh dan 2 jalur plot pengamatan, serta buah
hitam, buah merah, dan bunga betina, yang diamati dari 5 tanaman contoh
setiap plot perlakuan. Pengamatan ini dilakukan setiap rotasi panen di kebun
selama 11 bulan. Pengamatan peubah pertumbuhan dan hasil ini diperlihatkan
oleh Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6.
2. Keadaan lingkungan tumbuh. Pengamatan lingkungan tumbuh dilakukan pada
iklim mikro di bawah tajuk, berupa intensitas cahaya, suhu dan kelembaban
udara. Untuk intensitas cahaya dilakukan pula pengamatan intensitas cahaya
yang jatuh pada permukaan daun terbawah. Pengamatan iklim mikro dilakukan
pada 5 pokok contoh masing-masing plot setiap empat bulan selama periode
pengamatan yaitu 11 bulan. Data lain adalah data iklim, terutama curah hujan
dan lama penyinaran di daerah penelitian. Pengamatan peubah keadaan
lingkungan tumbuh ini diperlihatkan oleh Gambar 7 dan Gambar 8.

Gambar 4. Penimbangan TBS.

Gambar 6.
Pengukuran Panjang Daun.

Gambar 5. Penghitungan Brondolan.

Gambar 7.
Pengukuran Intensitas
Cahaya di Dalam Piringan.

Gambar 8.
Pengukuran Intensitas
Cahaya di Daun Terbawah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lahan Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. Sawit Asahan
Indah, Grup Astra Agro Lestari, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, yang
memiliki jenis tanah mineral. Berdasarkan perhitungan dan pengamatan pihak
perkebunan, diinformasikan bahwa rata-rata curah hujan dan hari hujan bulanan
selama periode penelitian Oktober 2010 - Agustus 2011 berturut-turut adalah
229.18 mm/bulan dan 9 hari/bulan. Diinformasikan juga bahwa Bulan kering per
Bulan Basah selama periode penelitian ini adalah 1/9. Curah hujan untuk masingmasing pembagian musim dalam satu tahun sesuai perlakuan adalah 192.67
mm/bulan untuk periode Oktober ± Desember 2010, 347.5 mm/bulan untuk
periode Januari ± April 2011, dan 138.25 mm/bulan untuk periode Mei ± Agustus
2011. Dari informasi tersebut terlihat bahwa awal musim hujan terjadi pada bulan
Oktober ± Desember 2010, puncak hujan terjadi pada bulan Januari ± April 2011,
dan musim kemarau terjadi pada Mei ± Agustus 2011. Data pengamatan curah
hujan disajikan pada Lampiran 1.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada areal perkebunan ini, dilakukan
juga pada setiap areal plot penelitian, sehingga setiap plot penelitian mendapatkan
perlakuan yang sama dalam hal lingkungan tumbuh. Kegiatan-kegiatan tersebut
meliputi pemberian tandan kosong kelapa sawit, pemberian cacahan batang pisang
yang dikumpulkan dalam lubang rorak, dan kegiatan rutin lainnya.
Hama yang menyerang tanaman adalah hama tikus. Hama tikus ini
memakan buah kelapa sawit yang masih relatif muda. Hama tikus ini dikendalikan
secara biologis dengan memanfaatkan musuh alaminya yakni dengan memelihara
dan meletakkan sangkar burung hantu pada setiap blok di perkebunan, termasuk
blok penelitian.
Jumlah tanaman dalam satu baris atau satu jalur dalam plot penelitian
tidak seragam secara keseluruhan. Setiap baris untuk setiap plot memiliki jumlah
tanaman yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor, di
antaranya terdapat tanaman yang mati dalam satu jalur tanaman, keadaan

14
topografi, tanaman yang ditumbang karena suatu hal dan faktor lainnya (Gambar
9).
Umur tanaman dalam satu plot penelitian atau dalam satu blok tanaman di
kebun juga tidak seragam secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan adanya
tanaman yang menjadi sisipan atau sulaman, sehingga tidak jarang dalam satu plot
terdapat tanaman dengan umur dan varietas yang berbeda.

Gambar 9. Pohon Jantan yang Ditumbang.

Keadaan Lingkungan Tumbuh dan Peubah Pertumbuhan
Lingkungan merupakan faktor yang menyokong pertumbuhan pada
tanaman kelapa sawit. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses
fisiologi tanaman kelapa sawit dalam kaitannya dengan produktivitas tanaman
(Pahan, 2008). Faktor lingkungan yang diamati pada penelitian ini diantaranya
intensitas cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Morfologi daun sebagai peubah
pertumbuhan pada tanaman juga diamati dalam kaitannya terhadap pengaruh dari
faktor lingkungan tersebut.

Intensitas Cahaya
Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang
cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Pengamatan intensitas cahaya yang
jatuh pada satu tanaman kelapa sawit dilakukan di empat tempat, yaitu di dalam
piringan, di luar piringan, di bawah pelepah terbawah dan di atas pelepah
terbawah.

15
Pengamatan Intensitas cahaya dilakukan pada saat penyinaran matahari
dalam kondisi maksimal yaitu pada pukul 10.30 sampai pukul 13.00. Pengukuran
intensitas cahaya juga dilakukan pada waktu yang berbeda-beda pada setiap
varietas. Namun, pengamatan pada satu varietas dilakukan pada rentang waktu
maksimal 3 minggu setelah pengamatan pada hari pertama. Hasil pengamatan
intensitas cahaya disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Intensitas Cahaya di Permukaan Tanah pada Setiap Perlakuan
Pelepah.
Waktu

Varietas

Intensitas
Ulg
Cahaya
Dalam
Piringan

Jul-11

Marihat
2005

1
2

Rata-rata
Luar
Piringan

1
2

Rata-rata
Dalam
Piringan
Nov
2010

Marihat
1996

1
2
3

Rata-rata
Luar
Piringan

1
2
3

Rata-rata
Dalam
Piringan
Jul-11

Costarica
2003

1
2

Rata-rata
Luar
Piringan

1
2

Rata-rata
Dalam
Piringan
Agust-11

Costarica
2001

1
2

Rata-rata
Luar
Piringan
Rata-rata

1
2

Perlakuan Pelepah
A
B
C
D
E
F
............................................ Lux .............................................
9094.25 3218.40 10374.00 4099.00 3037.20 3518.00
1966.40 1871.40 2468.40 2566.75 4227.00 4401.80
5530.33 2544.90 6421.20 3332.88 3632.10 3959.90
10855.00 4793.60 4844.25 4007.40 5467.00 5165.75
4936.20 2421.00 2701.20 2219.60 1102.00 7674.80
7895.60 3607.30 3772.73 3113.50 3284.50 6420.28
4222.00 5666.67 2298.00 1381.00 1112.00 3034.80
1612.00 2614.00
451.20
1428.20 265.20
868.60
4894.00 4244.00 5742.00 1140.40 254.60
6593.00
3576.00 4174.89 2830.40 1316.53 543.93
3498.80
2473.75 7833.33 4875.00 11080.00 5241.25 6547.75
4342.00 3760.00 1086.20 16276.00 1063.20 1312.00
4152.00 4068.00 6448.00 1461.80 532.60
8986.40
3655.92 5220.44 4136.40 9605.93 2279.02 5615.38
1203.60 2460.40 2499.40 4053.20 3272.20 1825.00
1047.80 2086.80 1528.20 1864.60 1086.20 3620.20
1125.70 2273.60 2013.80 2958.90 2179.20 2722.60
1187.20 4385.00 4627.50 1585.00 3722.40 2542.80
1518.00 4392.75 5796.80
897.50 6229.00 6275.00
1352.60 4388.88 5212.15 1241.25 4975.70 4408.90
2173.75 4697.50 3330.00 1775.25 5753.75 2510.00
3041.00 2210.25 2792.40 4986.00 2794.60 2856.25
2607.38 3453.88 3061.20 3380.63 4274.18 2683.13
4600.00 3546.67 2488.00 2431.20 4730.00 3394.00
3611.25 4742.50 3558.00 4960.00 4050.00 2932.00
4105.63 4144.58 3023.00 3695.60 4390.00 3163.00

Hasil pengukuran intensitas cahaya pada Tabel 2 memperlihatkan pada
varietas Marihat 2005 intensitas cahaya tertinggi yang jatuh di dalam piringan
terdapat pada perlakuan pelepah C yakni 6421.20 lux, sedangkan intensitas

16
cahaya terendah terdapat pada perlakuan pelepah B yakni 2544.90 lux. Intensitas
cahaya tertinggi yang jatuh di luar piringan terdapat pada perlakuan pelepah A
yaitu 7895.60 lux, sedangkan intensitas cahaya terendah terdapat pada perlakuan
pelepah D yaitu 3113.50 lux. Pada varietas Marihat 1996 intensitas cahaya
tertinggi dalam piringan terdapat pada perlakuan B yaitu 4174.89lux dan terendah
terdapat pada perlakuan E yaitu 543.93 lux. Untuk intensitas cahaya di luar
piringan tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu 9605.93lux dan terendah
terdapat pada perlakuanE yaitu 2279.02 lux. Pada varietas Costarica 2003
intensitas cahaya tertinggi dalam piringan terdapat pada perlakuan D yaitu
2958.90 lux dan terendah terdapat pada perlakuan A yaitu 1125.70 lux. Untuk
intensitas cahaya di luar piringan tertinggi terdapat pada perlakuan Cyaitu
5212.15lux dan terendah terdapat pada perlakuanD yaitu 1241.25lux. Pada
varietas Costarica 2001 intensitas cahaya tertinggi dalam piringan terdapat pada
perlakuan E yaitu 4274.18lux dan terendah terdapat pada perlakuan A
yaitu2607.38lux. Untuk intensitas cahaya di luar piringan tertinggi terdapat pada
perlakuanE yaitu 4390.00lux dan terendah terdapat pada perlakuan C yaitu
3023.00lux. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas cahaya
yang jatuh di permukaan tanah mengindikasikan kerapatan populasi disekitar
tanaman semakin rendah.
Tabel 3 memperlihatkan pada varietas Marihat 2005 intensitas cahaya
tertinggi yang jatuh di bawah pelepah terbawah terdapat pada perlakuan pelepah
A yakni 7103.70lux, sedangkan intensitas cahaya terendah terdapat pada
perlakuan pelepah D yakni 2096.80lux. Intensitas cahaya tertinggi yang jatuh di
atas pelepah terbawah terdapat pada perlakuan pelepah F yaitu 8554.00lux,
sedangkan intensitas cahaya terendah terdapat pada perlakuan pelepah B yaitu
3156.50lux. Pada varietas Marihat 1996 intensitas cahaya tertinggi di bawah
pelepah terbawah terdapat pada perlakuan F yaitu 2962.87 lux dan terendah
terdapat pada perlakuan B yaitu 673.87 lux. Untuk intensitas cahaya di atas
pelepah terbawah tertinggi terdapat pada perlakuan F yaitu 7168.07lux dan
terendah terdapat pada perlakuan Dyaitu 1251.64lux. Pada varietas Costarica
2003 intensitas cahaya tertinggi di bawah pelepah terbawah terdapat pada
perlakuan F yaitu4214.70lux dan terendah terdapat pada perlakuan C yaitu

17
1258.40lux. Untuk intensitas cahaya di atas pelepah terbawah tertinggi terdapat
pada perlakuan B yaitu 6871.17lux dan terendah terdapat pada perlakuan D yaitu
2369.75lux. Pada varietas Costarica 2001 intensitas cahaya tertinggi bawah
pelepah terbawah terdapat pada perlakuan B yaitu 4039.60 lux dan terendah
terdapat pada perlakuan A yaitu 2542.50lux. Untuk intensitas cahaya di atas
pelepah terbawah tertinggi terdapat pada perlakuan F yaitu 6526.25lux dan
terendah terdapat pada perlakuan A yaitu 3602.30lux.
Tabel 3. Intensitas Cahaya di Pelepah Terbawah pada Setiap Perlakuan
Pelepah.
Waktu

Varietas

Intensitas
Ulg
Cahaya
Bawah
Pelepah

Jul-11

Marihat
2005

1
2

Rata-rata
Atas
Pelepah

1
2

Rata-rata
Bawah
Pelepah
Nov
2010

Marihat
1996

1
2
3

Rata-rata
Atas
Pelepah

1
2
3

Rata-rata
Bawah
Pelepah
Jul-11

Costarica
2003

1
2

Rata-rata
Atas
Pelepah

1
2

Rata-rata
Bawah
Pelepah
Agust11

Costarica
2001

1
2

Rata-rata
Atas
Pelepah
Rata-rata

1
2

Perlakuan Pelepah
A
B
C
D
E
F
.......................................... Lux ............................................
10670.00 7464.60 10374.00 1243.00 8212.40
2855.00
3537.40 2960.00 2468.40 2950.60 1347.25
2298.20
7103.70 5212.30 6421.20 2096.80 4779.83
2576.60
12350.00 1793.00 4048.00 2783.00 4610.00 11416.00
4394.00 4520.00 3091.40 4780.00 5770.40
5692.00
8372.00 3156.50 3569.70 3781.50 5190.20
8554.00
988.00
96.00
2360.00 598.60 2246.20
856.00
668.00
887.00
1493.80 436.80
634.40
4050.80
2073.60 1038.60 1822.80 1272.40 502.80
3981.80
1243.20
673.87
1892.20 769.27 1127.80
2962.87
6325.00 2364.00 3980.00 1779.33 2236.00 10250.00
3470.00 3880.00 2628.00 865.60
998.40
3326.20
4055.00 4608.00 4678.40 1110.00 865.20
7928.00
4616.67 3617.33 3762.13 1251.64 1366.53
7168.07
1653.00 2121.50 1502.80 2929.20 3744.20
4485.20
2034.40 5989.80 1014.00 1229.00 863.80
3944.20
1843.70 4055.65 1258.40 2079.10 2304.00
4214.70
6302.50 9075.00 4892.50 3750.00 4690.00
7319.25
1733.75 4667.33 3566.60 989.50 5318.00
5520.40
4018.13 6871.17 4229.55 2369.75 5004.00
6419.83
2328.40 5348.20 3316.00 1739.20 3250.20
3615.50
2756.60 2731.00 3390.00 3444.00 4372.00
3555.00
2542.50 4039.60 3353.00 2591.60 3811.10
3585.25
3856.60 4033.50 6628.00 2960.00 6076.00
7832.50
3348.00 4505.60 5732.50 6396.00 4810.00
5220.00
3602.30 4269.55 6180.25 4678.00 5443.00
6526.25

18
Hasil pengamatan intensitas cahaya yang jatuh pada pelepah terbawah
menunjukkan seberapa banyak cahaya yang mampu sampai ke pelepah terbawah
pada suatu tanaman kelapa sawit. Hal ini berkaitan dengan aktivitas dan kapasitas
fotosintesis yang dapat dilakukan oleh setiap daun. Semakin banyak cahaya yang
mampu sampai ke pelepah terbawah, maka semakin tinggi aktivitas fotosintesis
yang mampu dilakukan oleh setiap daun. Intensitas cahaya yang sampai ke
pelepah terbawah ini juga menggambarkan keadaan dan bentuk dari tajuk suatu
tanaman kelapa sawit. Semakin banyak intensitas cahaya yang sampai ke pelepah
terbawah menggambarkan bentuk tajuk yang tidak begitu rapat, sehingga cahaya
mampu sampai ke pelepah terbawah.

Suhu Udara
Pengukuran suhu dilakukan untuk mengetahui gambaran suhu udara yang
terjadi di lingkungan sekitar tanaman. Pengukuran suhu ini dilakukan di dalam
piringan dan di luar piringan pada pukul 10.30 sampai pukul 13.00. Hasil
pengukuran suhu disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 memperlihatkan suhu rata-rata disekitar tanaman pada setiap
varietas berada pada rentang suhu 30-34 0C. Suhu terendah dan tertinggi berada
pada varietas Costarica 2003 yaitu terendah pada perlakuan D dengan suhu 30.4
0

C, sedangkan tertinggi pada perlakuan B dengan suhu 33.9 0C.
Tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial dapat tumbuh dengan baik

pada kisaran suhu 24-28 0C. Pada kondisi ekstrim, suhu maksimal berkisar pada
38 0C dan suhu minimal 8 0C (Pahan, 2008). Berdasarkan hasil pada Tabel 3 suhu
di lahan penelitian dikategorikan mampu mendukung pertumbuhan tanaman
kelapa sawit dengan baik. Suhu rata-rata yang diperoleh dari hasil pengukuran
menunjukkan bahwa suhu di lahan penelitian masih berada jauh dari kondisi
ekstrim.

19
Tabel 4. Suhu Udara pada Setiap Perlakuan Pelepah.
Waktu

Agust
2011

Varietas

Marihat
2005

Suhu
Dalam
Piringan
Rata-rata
Luar
Piringan
Rata-rata
Dalam
Piringan

Nov
2010

Juli
2011

Agust
2011

Marihat
1996

Costarica
2003

Costarica
2001

Ulg
1
2
1
2
1
2
3

Rata-rata
Luar
Piringan
Rata-rata
Dalam
Piringan
Rata-rata
Luar
Piringan
Rata-rata
Dalam
Piringan
Rata-rata
Luar
Piringan
Rata-rata

1
2
3
1
2
1
2
1
2
1
2

Perlakuan Pelepah
A
B
C
D
E
F
........................................... 0C ...........................................
31.7
32.0
33.3
33.5
32.8
33.6
32.3
29.8
31.5
31.9
31.9
30.9
32.0
30.9
32.4
32.7
32.4
32.2
31.7
32.0
33.4
33.4
32.9
33.5
32.3
29.8
31.6
31.9
31.9
30.9
32.0
30.9
32.5
32.7
32.4
32.2
31.9
31.3
31.8
31.0
31.2
31.1
31.8
32.1
30.5
31.2
30.8
30.8
30.1
31.4
31.8
30.5
30.4
30.8
31.3
31.6
31.4
30.9
30.8
30.9
31.9
31.3
31.7
31.1
31.2
31.1
32.1
32.1
30.5
31.4
30.9
31.2
30.1
31.3
31.8
30.9
30.9
30.8
31.4
31.6
31.4
31.2
31.0
31.1
31.4
33.4
34.3
34.4
32.8
34.2
33.2
34.1
30.5
26.5
29.0
31.3
32.3
33.8
32.4
30.4
30.9
32.7
31.5
33.6
34.3
34.4
32.7
34.2
33.2
34.1
30.6
26.5
29.0
31.4
32.3
33.9
32.5
30.5
30.9
32.8
32.7
32.2
31.5
30.7
31.4
30.7
32.2
31.6
32.6
33.0
33.8
31.5
32.4
31.9
32.0
31.8
32.6
31.1
32.7
33.3
31.7
30.6
31.4
30.8
32.2
31.6
32.2
33.0
34.9
31.7
32.5
32.4
31.9
31.8
33.1
31.3

Kelembaban Udara
Kondisi kelembaban udara di sekitar tanaman erat kaitannya dengan
aktivitas pembukaan dan penutupan stomata pada daun. Hal ini juga akan
berkaitan dengan aktivitas fotosintesis yang terjadi pada tanaman. Pengukuran
suhu ini dilakukan pada pukul 10.30 sampai pukul 13.00. Hasil pengukuran
kelembaban disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 memperlihatkan rata-rata kelembaban yan terdapat di sekitar
tanaman berada pada kisaran 59-75 %. Kelembaban terendah terdapat pada
varietas Marihat 2005 yaitu pada perlakuan E dan varietas Costarica 2003 pada
perlakuan B dengan kelembaban rata-rata 59.4 %, sedangkan kelembaban
tertinggi terdapat pada varietas Costarica 2001 pada perlakuan F dengan
kelembaban 74.7 %.

20
Tabel 5. Kelembaban Udara Relatif pada Setiap Perlakuan Pelepah.
Waktu

Agust
2011

Varietas

Kelembaban

Marihat
2005

Dalam
Piringan
Rata-rata
Luar
Piringan
Rata-rata
Dalam
Piringan

Nov
2010

Juli
2011

Agust
2011

Marihat
1996

Costarica
2003

Costarica
2001

Ulg
1
2
1
2
1
2
3

Rata-rata
Luar
Piringan
Rata-rata
Dalam
Piringan
Rata-rata
Luar
Piringan
Rata-rata
Dalam
Piringan
Rata-rata
Luar
Piringan
Rata-rata

1
2
3
1
2
1
2
1
2
1
2

Perlakuan Pelepah
A
B
C
D
E
F
......................................... % ..........................................
66.8
68.2
58.4
57.2
58.2
55.6
63.4
69.6
65.0
62.6
62.0
68.4
65.1
68.9
61.7
59.9
60.1
62
67.2
69.0
57.2
55.6
58.0
56.0
69.6
70.2
65.4
63.4
60.8
69.4
68.4
69.6
61.3
59.5
59.4
62.7
64.2
64.6
65.2
68.0
64.4
65.0
63.8
65.2
64.6
70.0
67.4
68.0
65.8
66.2
69.8
70.6
67.6
68.4
64.6
65.3
66.5
69.5
66.5
67.1
64.2
64.4
65.2
67.8
64.2
65.0
63.8
66.6
63.4
70.0
67.0
69.2
65.4
67.4
69.6
70.2
68.0
68.8
64.5
66.1
66.1
69.3
66.4
67.7
66.4
59.6
54.0
54.6
60.4
54.2
59.4
60.0
71.4
84.2
78.2
67.8
62.9
59.8
62.7
69.4
69.3
61.0
66.0
60.2
53.2
55.0
60.8
53.0
59.0
58.6
70.8
84.2
77.6
67.0
62.5
59.4
62.0
69.6
69.2
60.0
64.0
62.4
68.4
68.4
68.8
74.8
64.8
65.8
62.2
64.2
64.4
73.4
64.4
64.1
65.3
66.3
66.6
74