Pengaturan Jumlah Pelepah untuk Kapasitas Produksi Optimum Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

PENGATURAN JUMLAH PELEPAH UNTUK KAPASITAS
PRODUKSI OPTIMUM KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)

IGNATIUS HARRY TRI PAMBUDI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaturan Jumlah
Pelepah untuk Kapasitas Produksi Optimum Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015

Ignatius Harry Tri Pambudi
NIM A24090070

ABSTRAK
IGNATIUS HARRY TRI PAMBUDI. Pengaturan Jumlah Pelepah untuk
Kapasitas Produksi Optimum Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Dibimbing
oleh SUWARTO dan SUDIRMAN YAHYA
Pelepah merupakan organ fotosintesis dan transpirasi pada tanaman kelapa
sawit. Pengaturan jumlah pelepah belum mempunyai standard yang sesuai dengan
kondisi lingkungan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jumlah
pelepah optimum yang mendukung produksi tertinggi tanaman kelapa sawit.
Percobaan dilaksanakan di kebun PT. Kimia Tirta Utama, Grup Astra Agro
Lestari, Kabupaten Siak, Riau dari Februari hingga Juni 2013. Percobaan
menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor dengan enam perlakuan dan
tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi jumlah pelepah dan
periode mempertahankan pelepah mampu meningkatkan bobot tandan buah segar,

jumlah tandan dan tandan buah segar rata-rata tanaman berumur < 8 tahun, 8 – 13
tahun, > 13 tahun. Perlakuan F (49-56 pada awal musim hujan dan 41-48 pada
musim hujan sampai musim kemarau) merupakan perlakuan terbaik dibandingkan
perlakuan yang lain.
Kata kunci: jumlah pelepah, periode, produksi optimum

ABSTRACT
IGNATIUS HARRY TRI PAMBUDI. Palm Leaves Quantity Controlling for
Optimum Production Capacity of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Supervised
by SUWARTO and SUDIRMAN YAHYA
Palm stems are photosynthesis and transpiration organ of oil palm plants.
Stems quantity controlling has never had an appropriate standard which is suitable
with environmental condition. This research aims to calculate an optimum
quantity of palm stems which support the highest oil palm production.
Experiments were conducted in PT. Kimia Tirta Utama plantation, Astra Agro
Lestari Group, Siak District, Riau from February until June 2013. The
experiments used a single factor with six treatments and three repetition of
randomized block. The results show that the combination of stems quantity and
time period have been able to increase the fresh fruit bunch weight, bunch
quantity and average fresh fruit bunch production of plants attain the age < 8

years, 8 – 13 years, > 13 years. The best treatment are F (49-56 at the beginning of
rainy season and 41-48 from rainy until dry season) than others treatment.
Key words: stems quantity, periode, optimum stems

PENGATURAN JUMLAH PELEPAH UNTUK KAPASITAS
PRODUKSI OPTIMUM KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)

IGNATIUS HARRY TRI PAMBUDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

Judul Skripsi : Pengaturan Jumlah Pelepah untuk Kapasitas Produksi Optimum
Kelapa Sawit (Elaeis guineensi Jacq.)
Nama
: Ignatius Harry Tri Pambudi
NIM
: A24090070

Disetujui oleh

Dr Ir Suwarto, MSi
Pembimbing I

Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi
yang berjudul Pengaturan Jumlah Pelepah untuk Produksi Optimum Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) berhasil diselesaikan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
mendukung dan membantu, baik dari segi moril maupun materil sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Penulis khususnya mengucapkan terima kasih pada:
1. Dr Ir Suwarto, M.Si. dan Prof Dr Ir Sudirman Yahya, M.Sc. yang telah
memberikan arahan, bimbingan, dorongan, petunjuk dan nasehat selama
pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Dr Ir Ahmad Junaedi, M.Si sebagai dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran, masukan dan kritik untuk penyempurnaan skripsi.
3. Dr Ir Abdul Qadir, M.Si. selaku dosen pembmbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalani studi.
4. Ibu kiki selaku asisten divisi penelitian dan sebagai pembimbing lapang

selama kegiatan penelitian berlangsung.
5. Bapak Suhermanto sekeluarga yang memberikan perhatian dan kasih
sayangnya selama menjalani penelitian.
6. Orang tua serta kakak atas doa, kasih sayang, perhatian dan
kepercayaannya terhadap penulis.
7. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura ’46 serta teman-teman Wisma
Galih yang telah memberikan dukungannya.
8. Seluruh keluarga besar PT Kimia Tirta Utama Grup Astra Agro Lestari,
Siak, Riau.
Semoga Tuhan selalu memberkati dan memberikan berkat yang setimpal
dengan niat dan keikhlasan kita. Besar harapan bahwa skripsi ini akan
memberikan manfaat bagi kita semua
Bogor, Juli 2015

Ignatius Harry Tri Pambudi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Pengelolaan Tajuk
Penunasan Pelepah
Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit
METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Metode Pelaksanaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Produksi TBS Kelompok Umur < 8 Tahun
Produksi TBS Kelompok Umur 8 − 13 Tahun

Produksi TBS Kelompok Umur > 13 Tahun
Produksi TBS Kumulatif Semua Kelompok Umur
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
2
2
2
2
4
4
5

5
6
6
6
6
7
8
8
10
12
14
17
19
19
19
20
26

DAFTAR TABEL
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11


12

13

Perlakuan jumlah pelepah pada periode musim dalam setahun
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap bobot TBS/bulan selama 3 tahun pada tanaman
umur < 8 tahun
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap BTR selama 3 tahun pada tanaman
umur < 8 tahun
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
Pelepah terhadap jumla tandan/bulan selama 3 tahun pada tanaman
Umur < 8 tahun
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap bobot TBS/bulan selama 3 tahun pada tanaman
umur 8 sampai 13 tahun
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap BTR selama 3 tahun pada tanaman
umur 8 sampai 13 tahun
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
Pelepah terhadap jumlah tandan/bulan selama 3 tahun pada tanaman
umur 8 sampai 13 tahun
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap bobot TBS/bulan selama 3 tahun pada tanaman
umur > 13 tahun
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap BTR selama 3 tahun pada tanaman
umur > 13 tahun
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
Pelepah terhadap jumlah tandan/bulan selama 3 tahun pada tanaman
umur > 13 tahun
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap bobot TBS/bulan kumulatif selama 3 tahun
pada semua kelompok umur
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap BTR kumulatif selama 3 tahun
pada semua kelompok umur
Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
Pelepah terhadap jumlah tandan/bulan kumulatif selama 3 tahun
pada semua kelompok umur

6

10

11

12

13

13

14

15

15

16

17

18

18

DAFTAR GAMBAR
1
2

Tata letak baris dalam plot (a. letak baris
pengamatan
pembatas dan
penyangga; b. tanaman contoh)
Defisiensi hara (a. kahat B; b. kahat K) dan aplikasi pemupukan
(c. pupuk Dolomite; d. kompos tandan kosong)

7

10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Bagan pengacakan perlakuan
Data produksi kebun PT KTU tahun 2013
Data curah hujan KTU tahun 2003 sampai 2012
Peta kedalaman gambut PT. KTU
Peta kedalaman air tanah PT. KTU
Peta status unsur hara kalium (K) PT KTU

21
21
22
23
24
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil
minyak dan lemak nabati. Tanaman ini memiliki prospek ekonomi yang tinggi
karena memiliki banyak produk turunan yang dapat dihasilkan dari minyak sawit
mentah (Crude palm oil/CPO). Alokasi produk turunan CPO, yaitu 80%
diperuntukkan untuk produk makanan dan 20% untuk industri non pangan
(Basiron dan chan 2004). Fungsi yang beragam membuat sawit menjadi
komoditas unggulan dalam sektor perkebunan.
Tantangan saat ini dalam memenuhi permintaan yang tinggi akan minyak
sawit adalah kendala teknis dalam peningkatan produksi sawit. Produktivitas yang
masih rendah pada saat ini yang rata-rata hanya 20 ton TBS/ha/tahun dan
rendemen 20%. Produktivitas ini sangat jauh dari visi sawit Indonesia tahun 2020,
yaitu memproduksi TBS 35 ton/ha dan rendemen 26% (Nurkhoiry 2011).
Tantangan yang lain adanya penurunan produksi sawit yang dipengaruhi oleh
perubahan iklim global. Kemarau yang panjang yang tejadi pada saat diferensiasi
kelamin bunga menyebabkan primordial bunga dominan berkelamin jantan.
Kekeringan yang terjadi sebelum antesis juga menyebabkan terjadinya keguguran
bunga (Mangoensoekarjo 2008). Kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan
penurunan produksi sawit hingga 50% dari produksi normal (Nurkhoiry 2011).
Pahan (2008) menyatakan, bahwa kapasitas produksi tanaman kelapa sawit
ditentukan oleh ukuran tajuk atau luas daun sebagai permukaan fotosintesis.
Faktor-faktor seperti cahaya, suhu, konsentrasi CO2, air, dan keadaan hara
merupakan faktor utama yang mempengaruhi laju fotosintesis, pertumbuhan dan
juga produktivitas tanaman. Apabila air dan hara tidak menjadi pembatas, laju
fotosintesis bersih ditentukan oleh intensitas cahaya yang masuk sampai daun
terbawah.
Ukuran tajuk selain menunjukkan luas permukaan fotosintesis juga
menunjukkan luas permukaan transpirasi (Lakitan 1993). Pengaturan luas
permukaan daun diperlukan untuk menyeimbangkan antara kapasitas fotosintesis
bersih dan pemenuhan permintaan transpirasi tanaman.
Hubungan antara proses fotosintesis dan transpirasi bersifat dinamis karena
di Indonesia terjadi dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Perbedaan antara
musim tersebut berkaitan dengan fluktuasi ketersediaan air dan intensitas radiasi
matahari. Ketersediaan air pada musim hujan sangat tinggi tetapi dengan
intensitas radiasi yang rendah, sehingga proses transpirasi dapat berlangsung
normal akan tetapi laju fotosintesis menjadi berkurang. Musim kemarau memiliki
intensitas radiasi yang tinggi namun terjadi defisit air sehingga laju fotosintesis
tinggi namun menyebabkan proses transpirasi menjadi terganggu. Luas tajuk yang
tinggi juga akan memperparah transpirasi tanaman kelapa sawit.
Pengaturan ukuran tajuk atau jumlah pelepah yang dipertahankan pada
setiap musim perlu dilakukan karena untuk menyeimbangkan antara kapasitas
fotosintesis bersih dan pemenuhan transipirasi tanaman. Ukuran tajuk yang
optimum pada setiap musim akan mengoptimumkan kapasitas produksi sawit
pada setiap musim.

2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jumlah pelepah optimum yang
mendukung produksi tertinggi tanaman kelapa sawit. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi dasar acuan bagi manajemen kebun dalam pengelolaan
tajuk.

Hipotesis
Pengaturan jumlah dan periode mempertahankan pelepah berpengaruh
terhadap produksi tanaman kelapa sawit pada beberapa umur tanaman yang
berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Menurut Hartley (1977) spesies kelapa sawit terbagi menjadi tiga yaitu
Elaeis guineensis, E. odora dan E, oleifera. Kelapa sawit yang dibudidayakan di
Indonesia adalah spesies Elaeis guineensis. Lubis (2008) menyatakan bahwa
Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis
berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), Jacq berasal dari nama Botanist
Amerika Jacquin.
Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah :
Divisi
: Tracheopyita
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermeae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Subfamili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Varietas E. guineensis (kelapa sawit) cukup banyak dan diklasifikasikan
dalam berbagai hal. Kelapa sawit dibedakan atas tipe buah, bentuk luar, tebal
cangkang, warna buah dan lain-lain. Berdasarkan warna buah varietas kelapa
sawit terbagi menjadi varietas Nigrescens, Virescens, dan Albescens (Lubis
2008). Varietas yang sering digunakan di Indonesia adalah varietas Nigrescens
yang memiliki warna buah violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merahkuning setelah matang dan dengan komposisi buah tipe tenera karena
menghasilkan minyak paling banyak (Mangoensoekarjo 2008).
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil. Batangnya tumbuh lurus dapat
mencapai ketinggian 15-20 m, umumnya tidak bercabang dan tidak mempunyai
kambium. Tanaman ini berumah satu atau monoecious, bunga jantan dan betina

3
terdapat pada satu pohon. Perkembangan bunga tiap jenis berkembang terpisah.
Bunga dapat menyerbuk sendiri atau silang (Mangoensoekarjo 2008).
Kelapa sawit memiliki akar primer yang tumbuh dari pangkal batang (bole)
mencapai ribuan jumlahnya dengan diameter 5 - 10 mm. Akar primer ini
kebawah hanya mencapai kedalaman 1.5 m. Akar primer yang mati akan segera
diganti dengan yang baru. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2
- 4 mm. Akar tersier akan tumbuh dari akar sekunder, diameternya 0.7 - 1.5 mm
dan dari akar tersier akan muncul akar kuartener dengan diameter 0.1 - 0.5 mm
(Mangoensoekarjo 2008).
Batang kelapa sawit mengalami pembengkakan pada pangkalnya (bole)
yang terjadi karena internodia (ruas batang) dalam masa pertumbuhan awal yang
tidak memanjang. Fenomena tersebut terjadi pada saat umur tanaman kurang dari
3 tahun. Bongkol batang ini berfungsi memperkokoh posisi pohon pada tanah agar
dapat berdiri tegak (Mangoensoekarjo 2008).
Pertumbuhan tinggi tanaman berlangsung cukup lambat dan tergantung dari
varietas dan jenisnya. Tanaman ini hanya memiliki satu titik tumbuh terminal,
sehingga menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman yang lambat hanya mampu
untuk mengakomodasi penempelan pelepah pada batang (Mangoensoekarjo
2008). Pertumbuhan batang sawit juga bersifat phototropi sehingga apabila
ternaungi menyebabkan pertumbuhan batang menjadi lebih cepat dan diameter
batang menjadi kecil (Lubis 2008).
Daun kelapa sawit memiliki susunan daun menyirip. Letak daun pada
batang mengikuti pola tertentu yang disebut filotaksis. Daun yang berurutan dari
bawah ke atas membentuk suatu spiral dengan rumus daun 1/8. Spiral ada yang
berputar ke kiri dan ke kanan, tetapi kebanyakan arah putaran ke arah kanan.
Filotaksis ini penting diketahui agar dapat menentukan letak daun ke-9, ke-17, dan
lain-lain yang akan digunakan sebagai standar pengukuran pertumbuhan dan
pengambilan contoh daun (Lubis 2008).
Daun terdiri atas tangkai daun (petiole) yang pada kedua tepinya terdapat
dua baris duri (spines). Tangkai daun bersambung dengan tulang daun utama
(rachis), yang jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri-kanannya terdapat
anak-anak daun (pinnata). Tiap anak daun terdiri atas tulang anak daun (lidi) dan
helai daun (lamina). Jumlah produksi daun adalah 30 - 40 daun per tahun pada
tanaman yang berumur 5 - 6 tahun. Produksi jumlah daun akan menurun menjadi
20 - 25 daun per tahun setelah berumur lebih dari 6 tahun (Mangoensoekarjo
2008).
Luas permukaan daun dipengaruhi perbedaan umur dan juga jenis varietas
yang ditanam. Luas permukaan daun dapat mencapai 10 - 15 m² pada tanaman
dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Luas permukaan daun dapat dihitung
dengan rumus (Lubis, 2008):
L = 2 k (dxlp)
L = Luas permukaan daun
l = lebar anak daun rata-rata contoh
k = faktor koreksi (0.55)
p = panjang anak daun rata-rata contoh
d = ∑ anak daun satu sisi
daun ke-17
Bunga tumbuh dari ketiak daun (axil). Semua ketiak daun menghasilkan
bakal karangan bunga tetapi sebagian di antaranya mengalami aborsi pada
stadium dini, sehingga tidak semua ketiak daun menghasilkan tandan buah.
Pembentukan karangan bunga pada pohon memerlukan waktu sekitar 20 bulan

4
sejak fase primordial. Waktu yang dibutuhkan bunga sampai antesis sekitar 33 34 bulan (Mangoensoekarjo 2008).
Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan
bergerombol pada tandan buah. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (kulit
buah), mesokarp (sabut), dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp.
Bagian mesokarp merupakan bagian yang menghasilkan minyak kelapa sawit
(CPO). Biji terdiri atas endokarp (cangkang) dan inti (kernel). Bagian inti terdiri
atas endosperm dan embrio. Bagian embrio terdapat bakal daun, haustorium, dan
bakal akar. Bagian biji yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit adalah bagian
inti (Mangoensoekarjo 2008).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah
tropika basah dengan kelas iklim A, B, dan C menurut klasifikasi Schmidth &
Ferguson. Tanaman ini dapat ditanam pada ketinggian dengan elevasi mencapai
850 m diatas permukaan laut (dpl). Jumlah curah hujan yang baik untuk tanaman
sawit adalah 2000-2500 mm/tahun dengan hujan agak merata sepanjang tahun,
atau dapat dibawah 2000 mm/tahun tetapi tidak memiliki defisit air sebanyak
250 mm (Lubis, 2008). Rata-rata suhu maksimum antara 29 − 32 °C dan rata-rata
suhu minimum 22 − 24 °C. Penyinaran yang konstan dengan lama penyinaran
(fotoperiodesitas) sekurang-kurangnya 5 jam/hari untuk seluruh bulan dalam
setahun, dan beberapa bulan diantaranya dengan fotoperiodesitas sampai 7
jam/hari (Mangoensoekarjo 2008).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik,
latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol, dan alluvial. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan sawit juga harus memiliki solum yang tebal sekitar 80
cm. Kemasaman tanah yang optimum adalah dengan pH 5 − 5.5 (Lubis, 2008).
Tanah dengan pH dibawah 4 perlu dilakukan pengapuran untuk menaikkan pH
agar ketersedian hara menjadi berlimpah.

Pengelolaan Tajuk
Pengelolaan tajuk (canopy management) merupakan suatu perlakuan
pengaturan dan pemeliharaan kanopi atau tajuk atau daun tanaman. Pengelolaan
tajuk yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi produksi tanaman.
Efisiensi tajuk yaitu merubah CO2 dan radiasi matahari menjadi karbohidrat harus
lebih besar daripada respirasi. Pasokan karbohidrat untuk pertumbuhan vegetatif
dan generatif ditentukan ukuran luas permukaan hijau daun sebagai penangkap
radiasi matahari (Pahan 2008).
Daun kelapa sawit dihasilkan dalam urutan yang teratur. Daun muda yang
sudah mengembang sempurna secara konvensional dinamakan daun nomor satu,
sedangkan daun yang masih terbungkus seludang dinamakan daun nomor nol.
Perkembangan dan menuanya daun kelapa sawit secara individual terjadi dalam
arah basipetal (dari atas ke bawah) (Pahan 2008).

5
Luas daun meningkat secara progresif pada umur sekitar 8 sampai 10 tahun
setelah tanam. Meningkatnya luas daun dengan bertambahnya umur tanaman
terutama disebabkan oleh bertambahnya anak daun dan rata-rata ukurannya.
Produksi daun per tahun pada tanaman yang secara genetik sama, tetapi ditanam
pada lingkungan yang berbeda memiliki perbedaan pertumbuhan tajuk. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah. Lingkungan
yang lebih favorable umumnya mempercepat terjadinya puncak laju produksi
daun pada tanaman muda (Pahan 2008).

Penunasan Pelepah
Kegiatan penunasan pelepah merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan
tanaman sawit menghasilkan. Penunasan merupakan upaya untuk mengatur
jumlah pelepah yang perlu dipertahankam atau tinggal di pohon (PPKS 2007).
Tujuan yang lain dalam kegiatan penunasan adalah untuk memudahkan proses
pemanenan, melancarkan terjadinya proses penyerbukan secara alami,
memudahkan pengamatan buah yang matang panen, dan menjaga sanitasi
tanaman (Risza 2010).

Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit
Teknik kegiatan penunasan yang sering dilakukan bernama teknik songgo
satu dan songgo dua. Teknik yang paling sering dilakukan adalah songgo dua,
dimana jumlah pelepah daun yang disisakan dua spiral dari tandan buah yang
paling bawah. Songgo satu tidak terlalu berbeda dengan songgo dua, yaitu dengan
cara menyisakan satu spiral pelepah yang terdapat pada tandan buah paling bawah
(Lubis, 2008).
Teknik songgo dua sering dilakukan pada tanaman kelapa sawit untuk
mendapatkan Indeks Luas Daun (ILD) yang optimum. ILD adalah rasio luas daun
terhadap luas lahan. Nilai ILD yang optimum pada tanaman kelapa sawit yaitu 5 −
7. Nilai ILD dipengaruhi oleh waktu penyinaran, temperatur udara, kelembamban
tanah, dan karakteristik genetik tanaman. ILD akan optimum jika penutupan tajuk
optimum. Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80% radiasi matahari
yang datang dapat diserap oleh tanaman atau saat perlepah dari tiga pokok saling
menutupi (Pahan 2008).

6

METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kebun PT. Kimia Tirta Utama, Grup
Astra Agro Lestari, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kegiatan penelitian ini
dilakukan selama lima bulan dari Februari hingga Juni 2013. Kegiatan penelitian
ini merupakan bagian dari penelitian yang masih berlangsung dan telah memasuki
tahun ke-3. Penelitian ini dimulai dari bulan September 2010 dan berakhir pada
bulan Juni 2013.

Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman kelapa
sawit varietas Marihat. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok percobaan umur
penanaman pada areal tanaman menghasilkan, yaitu :
1. Umur > 13 tahun dengan tahun tanam 1994 dengan jenis tanah mineral
2. Umur 8 − 13 tahun dengan tahun tanam 1999 dengan jenis tanah organik
3. Umur < 8 tahun dengan tahun tanam 2004 dengan jenis tanah organik
Peralatan percobaan yang digunakan adalah yang lazim digunakan di kebun
seperti parang, dodos, egrek dan timbangan. Alat-alat khusus untuk mengukur
keadaan lingkungan tumbuh seperti luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya
dan thermo-hygrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban.

Metode Penelitian
Percobaan terdiri atas 3 set lokasi (blok) dengan umur tanam yang berbeda,
yaitu blok OB 20 (umur lebih dari 13 tahun), blok OA 2 (umur 8 sampai 13 tahun)
dan blok OK 16 (umur kurang dari 8 tahun). Rancangan perlakuan yang
digunakan adalah bersifat faktorial dengan faktor tunggal, yaitu kombinasi antara
jumlah pelepah dan periode waktu mempertahankan jumlah pelapah. Rancangan
lingkungan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3
ulangan tiap kelompok umur tanaman.
Tabel 1 Perlakuan jumlah pelepah pada periode musim dalam setahun
Jumlah pelepah per periode
Kombinasi
Awal musim hujan
Musim hujan Musim kemarau
perlakuan
(Sep-Des)
(Jan-Apr)
(Mei-Ags)
A (41-48, 41-48, 41-48)
41-48
41-48
41-48
B (41-48, 41-48, 49-56)
41-48
41-48
49-56
C (41-48, 49-56, 49-56)
41-48
49-56
49-56
D (49-56, 49-56, 49-56)
49-56
49-56
49-56
E (49-56, 49-56, 41-48)
49-56
49-56
41-48
F (49-56, 41-48, 41-48)
49-56
41-48
41-48

7
Taraf perlakuan untuk kombinasi faktor jumlah pelepah dan periode waktu
mempertahankan jumlah pelepah adalah 6 taraf kombinasi seperti tabel 1 diatas.
Tiap kombinasi perlakuan pada masing-masing kelompok umur tanaman diulang
3 kali.
Model aditif linear untuk rancangan yang digunakan adalah :
Yij = µ + � i + βj + � ij
(Gomez dan Gomez, 1995)
Keterangan :
Yij
: nilai peubah yang diamati
µ
: rataan umum
�i
: pengaruh perlakuan ke-i
βj
: pengaruh kelompok ke-j

� ij

: pengaruh galat percobaan
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis
ragam dengan uji F pada taraf 5% dan dilihat hingga taraf 10%. Jika berbeda
nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multitple Range Test (DMRT).

Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini merupakan penelitian berkelanjutan dan memiliki
jangka waktu penelitian selama 3 tahun. Penelitian ini telah dimulai dari bulan
September sampai bulan Desember 2010 (Catur wulan I tahun I), Januari sampai
April 2011 (Catur wulan II tahun I), Mei sampai Agustus 2011 (Catur wulan III
tahun I), September sampai bulan Desember 2011 (Catur wulan I tahun II),
Januari sampai April 2012 (Catur wulan II tahun II), Mei sampai Agustus 2012
(Catur wulan III tahun II) dan September sampai bulan Desember 2012 (Catur
wulan I tahun III).
Persiapan
Tahap awal pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan persiapan lapangan
percobaan berupa melihat tata letak plot-plot sesuai dengan pengacakan perlakuan
dan blok (Lampiran 1). Perlakuan penunasan dilakukan sesuai dengan kode
perlakuan untuk masing-masing plot. Satu plot perlakuan terdiri atas 6 baris
tanaman kelapa sawit dengan rincian 2 baris ditengah sebagai baris pengamatan, 2
baris pinggirnya sebagai baris pembatas, 2 baris terluar sebagai baris penyangga.
X

X
X

X

X
X

X
X
1

X

X
X

X
2

X
X

3

X
X

X
4

5

X
A

b

Gambar 1 Tata letak baris dalam plot (a. letak baris
pengamatan,
pembatas dan
penyangga; b. tanaman contoh)

8
Baris pengamatan diambil 5 tanaman contoh yang teracak didalamnya.
Pengulangan perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Tata letak baris tanaman dalam
setiap plot dan tanaman contoh dapat dilihat dalam Gambar 1 diatas.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan
pemeliharaan rutin yang terdapat di perkebunan. Kegiatan pemeliharan tersebut
meliputi kegiatan pemupukan hara makro maupun mikro, pengendalian gulma,
serta pengendalian hama dan penyakit.
Kegiatan penunasan (pruning) dilakukan berdasarkan taraf kombinasi
perlakuan yang diberikan untuk masing-masing plot. Kegiatan penunasan
dilakukan diluar jadwal penunasan rutin kebun, karena penunasan merupakan
perlakuan yang diberikan terhadap tanaman.
Pemanenan
Panen dilakukan pada buah yang telah masak dengan kriteria TBS mencapai
fraksi 3 yaitu TBS telah matang dengan buah bagian luar memberondol 50 % −
75% (Pahan 2008). Kegiatan pemanenan dilakukan mengikuti rotasi panen yang
terdapat di kebun. Rotasi panen 6/7 yaitu 6 hari panen dalam waktu 7 hari. Panen
pada plot penelitian dilakukan setiap satu minggu, namun rotasi ini dapat berubah
sesuai dengan kondisi yang terjadi di kebun. Kondisi-kondisi tersebut berupa
adanya panen puncak dan libur kerja sehingga tenaga kerja kurang.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap peubah hasil. Peubah pengamatan hasil
dilakukan pada saat panen. Peubah pengamatan hasil panen meliputi pengamatan
jumlah TBS/plot, jumlah TBS tanaman contoh, bobot TBS/plot, bobot TBS
tanaman contoh dan bobot TBS rata-rata. Pengamatan hasil dilakukan pada 5
tanaman contoh/plot pada 2 baris pengamatan. Pengamatan peubah hasil
dilakukan setiap rotasi panen di kebun.
Data hasil panen lain yang perlu ditambahkan yaitu data hasil pengamatan
tahun I dan tahun II. Data keadaan lingkungan tumbuh yang diperlukan untuk
mendukung hasil penelitian berupa data iklim mikro (suhu dan kelembaban), data
curah hujan dan data kesesuaian lahan (jenis tanah dan kemiringan lahan).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Lahan penelitian sudah memenuhi syarat untuk budidaya kelapa sawit, yaitu
terletak pada ketinggian kurang dari 100 m dpl (meter diatas permukaan laut).
Keadan iklim di KTU termasuk tipe iklim B (daerah basah) menurut klasifikasi
Schmidth-Ferguson. Curah hujan selama 10 tahun terakhir (tahun 2003 ̶ 2012)
yaitu sebesar 1979.2 mm/tahun dengan 8.6 bulan basah, 1.3 bulan kering dan
rata-rata hari hujan 98.7 hari/tahun (Lampiran 3). Selama percobaan berlangsung
rata-rata suhu berada pada 28.2 ºC dengan kelembaban udara rata-rata 76 %.

9
Kondisi lahan di blok OK 16 dan OA 02 relatif datar dengan tingkat
kemiringan 0 − 8 % dan blok OB 20 memiliki kemiringan landai dengan tingkat
kemiringan 8 − 15 %. Jenis tanah di blok OK 16 dan OA 02 termasuk dalam jenis
tanah histosol sub grup typic haplohemist. Lapisan saprik pada lapisan atas
dengan kedalaman 30 ̶ 50 cm dan hemik pada lapisan bawah. Kedalaman gambut
termasuk sangat dalam antara 300 − 500 cm tetapi ada beberapa lokasi di blok OA
02 dengan gambut dangkal kedalaman kurang dari 100 cm (Lampiran 4). Menurut
Adiwiganda (2007), tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi dengan
baik pada berbagai ketebalan tanah gambut dengan syarat tanah gambut memiliki
tingkat pelapukan saprik sampai hemosaprik. Selanjutnya, untuk jenis tanah di
blok OB 20 termasuk dalam jenis tanah ultisol.
Kesesuaian lahan di blok OK 16 dan OA 02 termasuk kedalam lahan kelas
S3 (agak sesuai) dengan faktor pembatas gambut hemik di lapisan bawah (Noor
2001). Pemanfaatan lahan gambut dengan kelas kesesuain S3 harus diimbangi
dengan peningkatan kesuburan tanah, pengelolaan air dan gambut. Upaya yang
telah dilakukan di dalam meningkatkan kesuburan tanah dan pengelolaan air
diantaranya memberikan tanah mineral di sekitar piringan untuk penempatan
pupuk, penambahan pupuk tambahan MOP (Muriate of Potash) dan Dolomite
(Gambar 2), pembubunan pokok doyong, menjaga tinggi muka air tanah 50
sampai 75 cm dengan cara membuat saluran drainase, dan memonitor ketinggian
muka air tanah menggunakan phiezometer.
Kesesuaian lahan di blok OB 20 termasuk kedalam lahan kelas S3 (agak
sesuai) dengan faktor pembatas bahan organik rendah dan defisit air tanah. Upaya
yang telah dilakukan untuk meningkatkan kadar bahan organik dan kebutuhan air
tanaman diantaranya, yaitu penambahan bahan organik berupa tandan kosong
(Gambar 2) dan abu boiler, pembuatan rorak di dekat piringan, dan membuat
embung penampung air.
Hama yang ditemui selama penelitian adalah ulat api, rayap (Coptotermes
cuvignathus), dan tikus (Rattus sp.). Hama ulat api yang menyerang ada beberapa
jenis yaitu Setora nitens, Darna trima dan Thosea asigna. Hama ini menyerang
tanaman kelapa sawit dengan kategori serangan rendah, tetapi muncul setiap
bulan. Pengendalian hama ulat api dilakukan dengan pengendalian secara
mekanik dan hayati. Hama rayap hanya menyerang beberapa tanaman di blok OK
16 dan OA 02 dengan kategori sedang. Hama tikus hanya teridentifikasi pada blok
OK 16 dan OA 02 sedangkan blok OB 20 tidak terlihat karena tanaman terlalu
tinggi untuk diamati. Hama ini menyerang dengan kategori rendah dan
dikendalikan dengan pengendalian hayati dan kultur tekhnis.
Penyakit yang menyerang tanaman sawit lebih banyak karena gangguan
fisiologi tanaman berupa defisiensi hara, kerusakan angin dan tersambar petir.
Penyakit defisiensi hara yang terlihat yaitu defisiensi hara K, Mg, B, dan Cu
dengan kondisi penyakit ringan hingga sedang (Gambar 2), terutama pada blok
OK 16 dan OA 02 yang menyebabkan pelepah tua cepat mengering.
Penanggulangan penyakit dengan cara pemupukan tambahan disesuaikan dengan
gejala defisiensi hara yang terlihat dan kategori dari kondisi tanaman. Kerusakan
yang disebabkan angin menyebabkan tanaman sawit patah batang dan pokok
tumbang pada blok OK 16 dan OA 02. Penanggulangan dilakukan dengan
pembubunan pokok doyong. Kerusakan tersambar petir terjadi pada blok OB 20,
disebabkan ketinggian tanaman lebih dari 7 meter dan kondisi lahan yang landai.

10

a

b

c

d

Gambar 2 Defisiensi hara (a. kahat B; b. kahat K) dan aplikasi pemupukan
(c. pupuk Dolomite; d. kompos tandan kosong)

Produksi TBS Kelompok Umur < 8 Tahun
Bobot TBS/bulan
Bobot TBS/hektar/bulan pada tanaman kelapa sawit umur < 8 tahun
dipengaruhi secara cenderung nyata oleh kombinasi jumlah pelepah dan periode
waktu menurunkan pelepah pada tahun 2010-2011. Pelepah kelapa sawit yang
dipertahankan sesuai perlakuan kombinasi C (41-48, 49-56, 49-56), D (49-56, 4956, 49-56), E (49-56, 49-56, 41-48) dan F (49-56, 41-48, 41-48) memiliki bobot
TBS/hektar/bulan/bulan tertinggi. Bobot TBS/hektar/bulan/bulan paling rendah
adalah tanaman dengan jumlah pelepah A (41-48, 41-48, 41-48) (Tabel 2).
Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah menunjukan
tidak berpengaruh nyata terhadap bobot TBS/hektar/bulan/bulan pada tahun 20112012 dan 2012-2013.
Tabel 2 Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap bobot TBS/bulan selama 3 tahun pada tanaman
umur < 8 tahun
Bobot TBS
Perla
2010-2011
2011-2012
2012-2013
kuan
kg/ha/
kg/pokok/
kg/ha/
kg/pokok/
kg/ha/
kg/pokok/
bulan*
bulan**
bulan
bulan
bulan
bulan
A
626.9 b
10.4 ab
998.8
8.7
1361.6
9.4
B
706.9 ab
7.2 c
986.4
6.9
1542.7
9.0
C
842.5 a
8.6 bc
1053.0
9.6
1663.2
9.9
D
787.1 a
8.9 abc
1036.1
9.2
1491.8
10.0
E
810.2 a
10.1 ab
1035.7
8.4
1597.9
9.7
F
867.1 a
10.8 a
1078.9
9.4
1536.2
8.8
Rata781.7
9.4
1031.5
8.7
1532.2
9.4
rata
Keterangan : Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Duncan pada taraf **) 5% dan *) 10%. Perlakuan jumlah pelepah
yang dipertahankan per periodenya A (41-48, 41-48, 41-48), B ( 41-48, 41-48, 4956), C (41-48, 49-56, 49-56), D (49-56, 49-56, 49-46), E (49-56, 49-56, 41-48), F
(49-56, 41-48, 41-48)

Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah tanaman
kelapa sawit umur < 8 tahun menunjukkan pengaruh secara nyata terhadap bobot
TBS/pokok/bulan pada tahun 2010-2011. Kombinasi F (49-56, 41-48, 41-48)

11
menunjukkan hasil yang paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Bobot
TBS/pokok/bulan paling rendah ditunjukkan oleh kombinasi B (41-48, 41-48, 4956) dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Tabel 2).
Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah tanaman
kelapa sawit umur < 8 tahun memiliki pengaruh yang cenderung nyata tehadap
BTR pada tahun 2010-2011. Kombinasi jumlah pelepah dan periode
mempertahankan pelepah E (49-56, 49-56, 41-48) dan F (49-56, 41-48, 41-48)
menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Tabel 3).
Tabel 3 Pengaruh perlakuan kombinasi jumlah pelepah dan periode
mempertahankan pelepah terhadap BTR selama 3 tahun pada
tanaman umur < 8 tahun
Perlakuan
BTR (kg/tandan)
2010-2011
2011-2012
2012-2013
A (41-48, 41-48, 41-48)
8.2 ab
9.2
10.2
B (41-48, 41-48, 49-56)
7.4 b
8.7
10.7
C (41-48, 49-56, 49-56)
7.7 ab
9.9
10.4
D (49-56, 49-56, 49-56)
8.0 ab
9.0
11.4
E (49-56, 49-56, 41-48)
8.5 a
8.5
10.4
F (49-56, 41-48, 41-48)
8.4 a
9.1
10.4
Rata-rata
8.0
9.1
10.6
Keterangan : Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Duncan pada taraf 10%

Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah pada
tanaman berumur < 8 tahun secara statistik menunjukkan pengaruh yang
cenderung nyata terhadap bobot TBS/hektar/bulan dan BTR pada tahun pertama.
Selanjutnya, juga berpengaruh nyata terhadap bobot TBS/pokok/bulan/bulan pada
tahun pertama. Hasil terbaik pada ketiga parameter tersebut diperoleh perlakuan F
(49-56, 41-48, 41-48), walaupun ada beberapa perlakuan yang tidak berbeda nyata
dengan perlakuan F (49-56, 41-48, 41-48) yaitu perlakuan C (41-48, 49-56, 4956), D (49-56, 49-56, 49-56), E (49-56, 49-56, 41-48) namun hanya terdapat pada
salah satu parameter. Perlakuan F (49-56, 41-48, 41-48) dapat memberikan hasil
terbaik disebabkan kondisi tanaman umur < 8 tahun yang masih pendek. Tanaman
pendek memudahkan memanen buah tanpa memotong pelepah sehingga jumlah
pelepah tepat sesuai perlakuan. Menurut penelitian Gromikora et al (2014) jumlah
pelepah 49-56 pada awal musim hujan dapat memberikan hasil terbaik karena
cahaya dan air masih tersedia berimbang, sedangkan pada musim hujan dan
kemarau dengan jumlah pelepah 41-48 dapat mendukung produksi secara optimal
karena pada musim hujan terdapat faktor pembatas cahaya dan musim kemarau
terdapat faktor pembatas air.
Jumlah Tandan/bulan
Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah
menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah tandan/hektar
tanaman kelapa sawit umur < 8 tahun pada tahun 2010-2011 hingga tahun 20122013 (Tabel 4). Berdasarkan nilai rataan jumlah tandan/hektar didapatkan bahwa
jumlah tandan mengalami kenaikan produksi selama 3 tahun. Peningkatan
tertinggi rataan jumlah tandan kelapa sawit pada semua perlakuan terjadi pada

12
tahun 2012-2013. Peningkataan jumlah tandan pada tahun 2012-2013 mencapai
32 tandan/hektar/bulan dibandingkan tahun sebelumnya.
Tabel 4 Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap jumlah tandan/hektar selama 3 tahun pada
tanaman umur < 8 tahun
2010-2011
2011-2012
2012-2013
Perla
TBS/ha/ TBS/pokok TBS/ha/ TBS/pokok/ TBS/ha/ TBS/pokok/
kuan
Bulan
/bulan
Bulan
bulan
Bulan
bulan
A
105.6
1.1
112.3
0.9
130.3
0.9
B
100.1
1.0
111.1
0.8
148.9
0.8
C
111.5
1.1
120.1
1.0
164.1
0.9
D
118.5
1.1
115.6
1.0
145.3
0.9
E
112.4
1.2
120.6
0.9
154.1
0.9
F
117.5
1.2
122.6
1.0
151.3
0.9
Rata
111.6
1.1
117.0
0.9
149.0
0.9
-rata
Keterangan : Perlakuan jumlah pelepah yang dipertahankan per periodenya A (41-48, 41-48, 4148), B ( 41-48, 41-48, 49-56), C (41-48, 49-56, 49-56), D (49-56, 49-56, 49-46), E
(49-56, 49-56, 41-48), F (49-56, 41-48, 41-48)

Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah tanaman
kelapa sawit umur < 8 tahun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah tandan/pokok pada tahun 2010-2011 hingga tahun 2012-2013. Rataan
jumlah tandan/pokok tertinggi terjadi pada tahun 2010-2011 (Tabel 3). Jumlah
tandan/pokok tanaman umur < 8 tahun mengalami penurunan produksi dari tahun
ke tahun.
Produksi TBS Kelompok Umur 8 − 13 Tahun
Bobot TBS/bulan
Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah tanaman
kelapa sawit umur 8 − 13 tahun tidak berpengaruh nyata terhadap bobot
TBS/hektar/bulan pada tahun 2010-2011 hingga 2012-2013. Sama seperti
penelitian Franzedo (2011) menyatakan bahwa kombinasi tersebut tidak
signifikan meningkatkan bobot TBS/hektar/bulan tanaman kelapa sawit varietas
Marihat berumur > 8 tahun. Berdasarkan rataan bobot TBS/hektar/bulan
didapatkan kenaikan bobot TBS berkisar antara 32 dan 254 kg/hektar (Tabel 5).
Pengaruh aplikasi terhadap rataan bobot TBS tahun 2012-2013 meningkat
dibandingkan tahun 2011-2012. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh
bertambahnya umur tanaman dan bulan basah dengan curah hujan yang tinggi
yang mencapai lebih dari 200 mm/bulan. Menurut penelitian Hazriani (2004),
menyatakan bahwa meningkatnya ketersediaan air menyebabkan pada waktu
pengisian buah berjalan baik sehingga berat buah meningkat.
Hasil uji statistik menunjukkan kombinasi jumlah pelepah dan periode
mempertahankan pelepah tidak berpengaruh nyata terhadap bobot
TBS/pokok/bulan (Tabel 5). Nilai rataan bobot TBS/pokok/bulan pada tahun
2011-2012 mengalami penurunan berkisar antara 1.5 dan 6.6 kg/pokok
dibandingkan tahun sebelumnya. Pengaruh kombinasi aplikasi terhadap rataan

13
bobot TBS/pokok/bulan tahun 2012-2013 pada semua perlakuan meningkat 0.3 –
8.6 kg/pokok dibanding tahun sebelumnya.
Tabel 5 Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap bobot TBS/bulan selama 3 tahun pada tanaman
umur 8 sampai 13 tahun
Bobot TBS
Perla
2010-2011
2011-2012
2012-2013
kuan
kg/ha/bln kg/pkk/bln kg/ha/bln kg/pkk/bln kg/ha/bln kg/pkk/bln
A
1370.7
15.0
1402.6
8.4
1542.3
17.0
B

1447.3

14.3

1749.2

14.0

1908.0

18.1

C

1422.3

13.0

1618.8

11.6

1698.3

9.6

D

1444.7

14.7

1576.1

12.2

1574.2

16.6

E

1240.9

16.4

1494.6

14.6

2024.4

19.4

F

1629.3

14.8

1329.3

16.2

1691.2

16.5

Ratarata

1432.3

14.7

1536.7

13.0

1739.7

16.3

Keterangan : Perlakuan jumlah pelepah yang dipertahankan per periodenya A (41-48, 41-48, 4148), B ( 41-48, 41-48, 49-56), C (41-48, 49-56, 49-56), D (49-56, 49-56, 49-46), E
(49-56, 49-56, 41-48), F (49-56, 41-48, 41-48)

Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah tanaman
berumur 8 – 13 tahun menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap BTR tahun
2010-2011 dan 2012-2013. Kombinasi jumlah pelepah dan periode
mempertahankan pelepah tahun 2010-2011 pada perlakuan A (41-48, 41-48, 4148) dan D (49-56, 49-56, 49-56) menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan
perlakuan yang lain. BTR terbaik pada tahun 2012-2013 perlakuan F (49-56, 4148, 41-48) (Tabel 6).
Tabel 6 Pengaruh perlakuan kombinasi jumlah pelepah dan periode
mempertahankan pelepah terhadap BTR selama 3 tahun pada
tanaman umur 8 sampai 13 tahun
Perlakuan
BTR (kg/tandan)
2010-2011
2011-2012
2012-2013
A (41-48, 41-48, 41-48)
17.1 a
14.7
13.2 b
B (41-48, 41-48, 49-56)
14.8 bc
15.2
15.7 a
C (41-48, 49-56, 49-56)
14.3 c
13.7
13.2 b
D (49-56, 49-56, 49-56)
16.5 a
14.4
14.7 ab
E (49-56, 49-56, 41-48)
14.8 bc
14.3
13.9 b
F (49-56, 41-48, 41-48)
16.2 ab
16.2
16.2 a
Rata-rata
15.6
14.7
14.5
Keterangan : Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Duncan pada taraf 5%

Perubahan yang terjadi antara perlakuan terbaik pada tahun 2010-2011 dan
perlakuan terbaik tahun 2012-2013 disebabkan faktor pemanen yang belum
paham dalam mempertahankan pelepah sesuai jumlah yang ditentukan pada tahap
awal penelitian. Selanjutnya, diindikasikan terdapat serangan penyakit kuning

14
gambut (peat yellowing) dengan gejala tanaman yang terserang yaitu banyak
pelepah-pelepah tua yang mati mengering (Purba 2009). Tanaman kelapa sawit
yang mengalami kuning gambut akan menurunkan produksi jumlah dan ukuran
tandan, selain itu juga mengurangi ketahanan tanaman terhadap penyakit
(Mangoensoekarjo 2007).
Jumlah tandan/bulan
Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah tanaman
umur 8 sampai 13 tahun menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata
terhadap jumlah tandan/hektar/bulan pada tahun 2010-2011 sampai 2012-2013
(Tabel 7). Berdasarkan nilai rataan jumlah tandan/hektar/bulan tahun 2011-2012
didapatkan bahwa peningkatan jumlah tandan berkisar antara 2 dan 20
tandan/hektar dibandingkan tahun sebelumnya. Pengaruh kombinasi aplikasi
terhadap rataan jumlah tandan tahun 2012-2013 pada semua perlakuan meningkat
pada kisaran antara 3 dan 31 tandan/hektar/bulan dibanding tahun sebelumnya.
Tabel 7 Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap jumlah tandan/bulan selama 3 tahun pada
tanaman umur 8 − 13 tahun
Perla
2010-2011
2011-2012
2012-2013
kuan
TBS/ha/ TBS/pkk/ TBS/ha/ TBS/pkk/
TBS/ha/
TBS/pkk/
bln
bln
bln
Bln
Bln
Bln
A
95.1
0.9
97.0
0.7
106.2
1.3
B
99.6
1.0
119.8
0.9
127.6
1.1
C
104.6
0.9
124.9
0.8
128.4
0.7
D
94.7
0.9
107.3
0.9
105.4
1.1
E
90.4
1.1
99.1
1.0
129.1
1.4
F
104.3
1.0
85.9
1.0
116.4
0.9
Ratarata
98.4
1.0
106.9
0.9
118.9
1.1
Keterangan : Perlakuan jumlah pelepah yang dipertahankan per periodenya A (41-48, 41-48, 4148), B ( 41-48, 41-48, 49-56), C (41-48, 49-56, 49-56), D (49-56, 49-56, 49-46), E
(49-56, 49-56, 41-48), F (49-56, 41-48, 41-48)

Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah tandan/pokok/bulan pada tahun 2010-2011
sampai 2012-2013 (Tabel 7). Nilai rataan jumlah tandan/pokok tahun 2011-2012
mengalami penurunan jumlah tandan berkisar 0.1 – 0.2 tandan/pokok. Nilai rataan
jumlah tandan/pokok/bulan tanaman umur 8 – 13 tahun pada tahun 2012-2013
mengalami peningkatan sebesar 0.2 – 0.6 tandan/pokok/bulan dibandingkan tahun
sebelumnya.

Produksi TBS Kelompok Umur > 13 Tahun
Bobot TBS/bulan
Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah kelapa
sawit umur > 13 tahun tidak berpengaruh nyata terhadap bobot TBS/hektar/bulan
pada tahun 2010-2011 sampai 2012-2013. Kombinasi jumlah pelepah dan periode
mempertahankan pelepah tidak berpengaruh nyata terhadap bobot

15
TBS/hektar/bulan karena penunasan pada pelepah tua atau pelepah terbawah
hanya mempengaruhi bobot TBS dalam skala yang kecil (Rosenfeld 2009). Nilai
rataan bobot TBS/hektar/bulan pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan
sebesar 311 – 448 kg/hektar dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai rataan bobot
TBS/hektar/bulan pada tahun 2012-2013 mengalami peningkatan sebesar 61 –
172 kg/hektar dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel 8).
Tabel 8 Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap bobot TBS/bulan selama 3 tahun pada tanaman
umur > 13 tahun
Perla
Bobot TBS
kuan
2010-2011
2011-2012
2012-2013
kg/ha/bln kg/pkk/bln kg/ha/bln kg/pkk/bln kg/ha/bln kg/pkk/bln
A
1904.9
13.0 b
1576.4
9.6
1748.2
12.7
B
1974.5
9.0 b
1637.8
10.9
1713.1
12.3
C
2063.7
11.7 b
1752.8
11.2
1915.2
14.5
D
1990.0
14.3 b
1541.9
11.6
1602.8
12.9
E
2002.4
11.9 b
1636.3
13.1
1778.1
14.4
F
2040.4
20.7 a
1615.3
10.2
1777.3
13.6
Ratarata
1996
13.6
1626.7
11.1
1755.8
13.4
Keterangan : Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Duncan pada taraf 5%. Perlakuan jumlah pelepah yang dipertahankan
per periodenya A (41-48, 41-48, 41-48), B ( 41-48, 41-48, 49-56), C (41-48, 49-56,
49-56), D (49-56, 49-56, 49-46), E (49-56, 49-56, 41-48), F (49-56, 41-48, 41-48)

Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah kelapa
sawit umur > 13 tahun berpengaruh nyata terhadap bobot TBS/pokok/bulan pada
tahun 2010-2011. Kombinasi yang memiliki nilai paling tinggi terdapat pada
perlakuan F (49-56, 41-48, 41-48) (Tabel 8). Jumlah pelepah yang lebih banyak
pada musim hujan memaksimalkan penyerapan radiasi matahari. Hal ini
dibuktikan oleh Affandi (2014) yang menyatakan bahwa intersepsi radiasi di
bawah kanopi sebesar 14 % dari radiasi yang diterima tajuk. Radiasi matahari
yang terserap semakin tinggi semakin meningkatkan proses fotosintesis.
Tabel 9 Pengaruh perlakuan kombinasi jumlah pelepah dan periode
mempertahankan pelepah terhadap BTR selama 3 tahun pada
tanaman umur > 13 tahun
Perlakuan
BTR (kg/tandan)
2010-2011
2011-2012
2012-2013
A (41-48, 41-48, 41-48)
22.3 c
22.1
23.6 ab
B (41-48, 41-48, 49-56)
21.8 c
21.6
23.0 b
C (41-48, 49-56, 49-56)
24.1 bc
22.5
24.3 a
D (49-56, 49-56, 49-56)
24.9 b
22.8
24.1 a
E (49-56, 49-56, 41-48)
25.9 ab
23.1
23.2 b
F (49-56, 41-48, 41-48)
27.8 a
21.4
22.9 b
Rata-rata
24.4
22.2
23.5
Keterangan : Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Duncan pada taraf 5%

16
Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah kelapa
sawit umur > 13 tahun berpengaruh nyata terhadap BTR pada tahun 2010-2011
dan 2012-2013. Nilai BTR tertinggi pada tahun 2010-2011 terdapat pada
perlakuan F (49-56, 41-48, 41-48). Sebaliknya, nilai paling rendah terdapat pada
perlakuan A (41-48, 41-48, 41-48) dan B (41-48, 41-48, 49-56). Nilai BTR
tertinggi pada tahun 2012-2013 diperoleh perlakuan C (41-48, 49-56, 49-56) dan
D (49-56, 49-56, 49-56) (Tabel 9).
Perubahan yang terjadi antara perlakuan terbaik pada tahun 2010-2011 dan
perlakuan terbaik tahun 2012-2013 karena jumlah pelepah pada tahun 2012-2013
tidak sesuai perlakuan akibat dari tanaman yang sudah terlalu tinggi yang
menghambat pemanenan buah, sehingga untuk memudahkan pemanenan pada
tanaman yang tinggi diperlukan penurunan pelepah penyangga buah. Keadaan
tersebut menyebabkan pemangkasan berlebih pada tanaman kelapa sawit. Sesuai
dengan Breure (2010) yang menyatakan bahwa tanaman berumur > 10 tahun
memiliki LAI rendah karena over pruning yang mengakibatkan produksi bobot
TBS/hektar rendah.
Jumlah tandan/bulan
Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah kelapa
sawit umur > 13 tahun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
tandan/hektar/bulan pada tahun 2010-2011 sampai 2012-2013 (Tabel 9).
Berdasarkan nilai rataan jumlah tandan/hektar/bulan tahun 2011-2012 mengalami
penurunan 7 – 16 tandan/hektar/bulan dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi
pertanaman yang tinggi pada kelapa sawit yang berumur > 13 tahun menyulitkan
pekerja dalam melakukan penyerbukan secara manual sehingga menghambat
proses polinasi. Cekaman kekeringan dan polinasi yang buruk, yang diakibatkan
oleh keduanya atau secara terpisah akan memicu rendahnya produksi tandan
(Harun dan Noor 2002).
Tabel 10 Pengaruh kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan
pelepah terhadap jumlah tandan/bulan selama 3 tahun pada
tanaman umur > 13 tahun
Perlak
2010-2011
2011-2012
2012-2013
uan
TBS/ha/ TBS/pkk TBS/ha/
TBS/pkk/ TBS/ha/ TBS/pkk/
bln
/bln
bln
Bln
bln
bln
A
89.2
0.6
72.7
0.4
82.1
0.5
B
88.3
0.4
81.5
0.5
88.1
0.5
C
96.7
0.6
84.4
0.5
96.7
0.6
D
88.6
0.6
77.2
0.5
81.5
0.5
E
89.7
0.7
81.3
0.6
88.9
0.6
F
87.9
0.5
80.8
0.5
89.9
0.6
Ratarata
90.1
0.6
79.7
0.5
87.9
0.6
Keterangan : Perlakuan jumlah pelepah yang dipertahankan per periodenya A (41-48, 41-48, 4148), B ( 41-48, 41-48, 49-56), C (41-48, 49-56, 49-56), D (49-56, 49-56, 49-46), E
(49-56, 49-56, 41-48), F (49-56, 41-48, 41-48)

Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah kelapa
sawit umur > 13 tahun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
tandan/pokok/bulan pada tahun 2010-2011 sampai 2012-2013 (Tabel 10).

17
Berdasarkan nilai rataan jumlah tandan/pokok/bulan tahun 2011-2012 terlihat
mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Kombinasi jumlah pelepah dan periode mempertahankan pelepah tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah tandan karena produksi jumlah tandan lebih
dipengaruhi perbandingan antara bunga betina dan seluruh bunga (seks rasio).
Menurut Siregar (1998) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
seks rasio meliputi umur tanaman, jumlah hari kering, penyinaran matahari dan
curah hujan. Selanjutnya, Harun dan Noor (2002) menyatakan jumlah tandan
dipengaruhi pemupukan dan polinasi.

Produksi TBS Kumulatif Semua Kelompok Umur
Bobot TBS kumulatif selama 3 tahun
Berdasarkan hasil pengamatan bobot TBS kumulatif dari tanaman berumur
< 8 tahun dan 8 – 13 tahun menunjukkan bahwa kombinasi tersebut berpengaruh
nyata. Kombinasi tersebut berpengaruh nyata terhadap bobot TBS/pokok/ 3 tahun
pada tanaman berumur < 3 tahun dan 8 – 13 tahun. Selain itu juga berpengaruh
cenderung nyata terhadap bobot TBS/ha/3 tahun pada tanaman berumur 8 – 13
tahun. Perlakuan terbaik untuk bobot TBS/pokok/ 3 tahun pada

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

10 98 74

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Pertumbuhan Mucuna Bracteata L. Dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati

3 63 66

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Pengaturan Jumlah Pelepah untuk Kapasitas Produksi Optimum Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.).

0 7 94