Performa Domba Ekor Tipis Jantan Yang Diberi Pakan Rumput Brachiaria humidicola Dan Kulit Singkong Pasca Transportasi

PERFORMA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI
PAKAN RUMPUT Brachiaria humidicola DAN KULIT
SINGKONG PASCA TRANSPORTASI

SKRIPSI
PANJI KUSUMAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN
PANJI KUSUMAH. D14050527. 2011. Performa Domba Ekor Tipis Jantan yang
Diberi Pakan Rumput Brachiaria humidicola dan Kulit Singkong Pasca
Transportasi. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. M. Yamin, M.Agr.Sc.
Pembimbing Anggota : Ir. Sri Rahayu, MSi.
Ternak yang telah mengalami proses pengangkutan umumnya akan
mengalami penyusutan bobot badan. Hal ini disebabkan karena ternak umumnya

diangkut menggunakan mobil pick up atau truk dengan tingkat kepadatan dan suhu
yang tinggi sehingga ternak mengalami stres selama diperjalanan. Penggunaan kulit
singkong sebagai pakan ternak diharapkan dapat menjadi pakan alternatif untuk
mengembalikan bobot badan domba pasca transportasi, karena kulit singkong
merupakan pakan sumber energi dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, namun
penggunaannya harus dibatasi karena terdapat kandungan zat antinutrisi HCN.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian
rumput Brachiaria humidicola dan kulit singkong pada level yang berbeda terhadap
lama rekondisi domba ekor tipis jantan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada
tanggal 10 Februari sampai 3 Maret 2009, di Laboratorium Lapang bagian
Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Materi penelitian yang digunakan adalah domba ekor tipis jantan yang
berumur dibawah 1 tahun berjumlah 12 ekor dengan bobot rata-rata 16,38 ± 0,92 kg.
Penelitian ini menggunakan empat perlakuan pakan yang berbeda, yaitu P0 (100%
rumput Brachiaria humidicola dan 0% kulit singkong), P1 (75% rumput Brachiaria
humidicola dan 25% kulit singkong), P2 (50% rumput Brachiaria humidicola dan
50% kulit singkong) dan P3 (25% rumput Brachiaria humidicola dan 75% kulit
singkong). Peubah yang diamati adalah penyusutan bobot badan pasca transportasi,
lama rekondisi, pertambahan bobot badan selama masa pemulihan, konsumsi pakan
selama masa pemulihan dan konversi pakan selama masa pemulihan. Rancangan

statistik yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga
ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of variance (ANOVA), jika
hasilnya berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pemberian ransum tidak
berpengaruh terhadap lama rekondisi, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan
dan konversi pakan. Domba dengan perlakuan pemberian 25% kulit singkong dan
75% rumput Brachiaria humidicola menghasilkan waktu rekondisi yang paling cepat
dan mengandung HCN dalam ransum yang lebih kecil dibanding batas ambang
kemampuan domba dalam menerima HCN. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa kulit singkong dapat digunakan sebagai pakan substitusi sumber
energi bagi ternak pasca transportasi dengan kadar yang dapat direkomendasikan
maksimum 25%.
Kata-kata kunci : transportasi, performa, domba, kulit singkong.

ABSTRACT
Performance of Male Thin Tail Sheep Given of Brachiaria humidicola Grass and
Cassava Hull After Transportation
Panji Kusumah, M. Yamin and S. Rahayu
Livestock transportation has been known to cause decrease in their body
weight. This is because that livestock are generally transported by pick up car or truck

with a high density and temperature so that livestock become stress during the trip.
Using cassava hull as livestock feed is expected to become alternative feed for the
sheep’s body weight recovery, because the cassava hull is a source of energy with
high carbohydrate content, but its use should be restricted because there are HCN as
antinutrition substances. Twelve yearling male indigenous local sheep with initial
average body weight 16,94 ± 0,67 were used in this research. Dietary treatments
consisted of R0 : 100% Brachiaria humidicola + 0% cassava hull, R1 : 75% cassava
hull + 25% Brachiaria humidicola, R2 : 50% cassava hull + 50% Brachiaria
humidicola, R3 : 25% cassava hull + 75% Brachiaria humidicola. The experimental
design was randomized completely design. Variables observed were recondition time,
body weight decrease, daily weight gain, feed consumption and feed conversion. The
data were analyzed using Analysis of Variance and any significant differences were
further tested using Duncan’s test. The results showed that different level of
Brachiaria humidicola grass and cassava hull did not have effect on the time of
recondition, daily weight gain, average feed consumption and feed conversion during
reconditioning periods. The conclusion of research is that cassava hull could be used
as a feed substitute energy source for sheep after transportation, with recommended
level of cassava hull can be 25%.
Keywords : transportation, performance, sheep, cassava hull.


PERFORMA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI
PAKAN RUMPUT Brachiaria humidicola DAN KULIT SINGKONG
PASCA TRANSPORTASI

PANJI KUSUMAH
D14050527

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul : Performa Domba Ekor Tipis Jantan yang Diberi Pakan Rumput
Brachiaria humidicola dan Kulit Singkong Pasca Transportasi
Nama : Panji Kusumah

NIM : D14050527

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. M. Yamin, M. Agr. Sc.)
NIP. 19630928 198803 1 002

(Ir. Sri Rahayu, M. Si.)
NIP : 19570611 198703 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.)
NIP. 19591212 198603 1 004


Tanggal Ujian

: 3 Januari 2011

Tanggal Lulus

:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Maret 1987 di Sukabumi, Jawa Barat.
Penulis adalah putra satu-satunya dari pasangan Bapak H. Dodo Sudrajat dan Ibu Hj.
Ecin Kuraesin.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1999 di SD
Negeri 1 Cicurug, Sukabumi. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada
tahun 2002 di SLTP Negeri 1 Cicurug, Sukabumi dan pendidikan menengah atas di
SMA Terpadu Hayatan Thayyibah Sukabumi pada tahun 2005. Pada tahun 2005
penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian
Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Departemen Ilmu

Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
pada tahun 2006.
Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di
berbagai lembaga kemahasiswaan seperti Ikatan Keluarga Mahasiswa Sukabumi
(IKAMASI), Forum Aktifitas Mahasiswa Muslim Fakultas Peternakan (FAMM AlAn’am) dan Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (Himaproter).

KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur Penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
karunia dan nikmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat
dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, dan umat muslim hingga akhir zaman.
Penelitian yang penulis lakukan mengambil judul “Performa Domba Ekor
Tipis Jantan yang Diberi Pakan Rumput Brachiaria humidicola dan Kulit Singkong
Pasca Transportasi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Melalui
penelitian ini, diharapkan dapat diketahui level pemberian pakan rumput Brachiaria
humidicola dan kulit singkong yang terbaik untuk performa domba ekor tipis jantan
pasca transportasi. Semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang
berguna bagi penelitian-penelitian berikutnya dan dapat diterapkan secara nyata di

masyarakat.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini dari semua pihak untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, karena
sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Terakhir, tak lupa
penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu
dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..........................................................................................

i

ABSTRACT ............................................................................................


ii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................

v

KATA PENGANTAR ............................................................................

vi

DAFTAR ISI ...........................................................................................


vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xi

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang .............................................................................

Tujuan ..........................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

3

Domba ..........................................................................................
Klasifiksai Domba ...........................................................
Domba Ekor Tipis ............................................................
Stres Selama Pengangkutan .........................................................
Penyusutan Bobot Badan .............................................................
Kulit Singkong .............................................................................
Rumput Brachiaria humidicola ...................................................
Konsumsi Pakan ...........................................................................
Lama Rekondisi ...........................................................................
Pertambahan Bobot Badan ...........................................................
Konversi Pakan ............................................................................

3
3
3
4
4
5
7
7
8
9
9

MATERI DAN METODE .......................................................................

11

Lokasi dan Waktu ........................................................................
Materi ..........................................................................................
Ternak ..............................................................................
Pakan dan Minum ............................................................
Kandang dan Peralatan ....................................................
Prosedur .......................................................................................
Persiapan ..........................................................................
Transportasi Ternak .........................................................
Pelaksanaan Penelitian .....................................................
Pemeliharaan ....................................................................
Akhir Pemeliharaan .........................................................

11
11
11
11
12
13
13
14
14
15
15
vii

Halaman
Rancangan dan Analisis Data .....................................................
Perlakuan ..........................................................................
Model ...............................................................................
Kehomogenan Ragam ..........................................
Uji Kenormalan ....................................................
Kebebasan Galat ...................................................
Peubah yang Diamati .......................................................
Penyusutan Bobot Badan ......................................
Lama Rekondisi ....................................................
Konsumsi Pakan ...................................................
Pertambahan Bobot Badan ...................................
Konversi Pakan .....................................................

15
15
16
16
16
17
17
17
18
18
18
18

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

19

Penyusutan Bobot Badan Pasca Transportasi .............................
Lama Rekondisi ..........................................................................
Konsumsi Pakan Selama Masa Pemulihan .................................
Pertambahan Bobot Badan Harian Selama Masa Pemulihan .....
Konversi Pakan Selama Masa Pemulihan ...................................

19
21
23
26
28

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

30

Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................

30
30

UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

32

LAMPIRAN

37

..........................................................................................

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Kandungan Nutrisi Kulit Singkong dan Rumput B. humidicola ......

7

2. Kandungan Nutrisi Pakan yang Digunakan Selama Penelitian .......

12

3. Rataan Lama Rekondisi Domba Pasca Transportasi .........................

21

4. Rataan Konsumsi Pakan Selama Masa Pemulihan .........................

23

5. Rataan Pertambahan Bobot Badan Domba Selama Masa
Pemulihan ........................................................................................

26

6. Rataan Konversi Pakan Selama Masa Pemulihan ..........................

29

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian ..........................

11

2. (a) Rumput Brachiaria humidicola; (b) Kulit Singkong ................

12

3. (a) Timbangan Pakan; (b) Kandang Individu; (c) Timbangan
Bobot Badan; (d) Ember Pakan .......................................................

13

4. (a) Mobil Pengangkut Domba; (b) Kondisi Domba Selama
Pengangkutan ...................................................................................

14

5. Diagram Rataan Bobot Badan Domba Sebelum dan Sesudah
Transportasi .....................................................................................

20

6. Grafik Rataan Konsumsi BK (Bahan Kering) Harian ......................

24

7. Grafik Rataan Bobot Badan Harian .................................................

28

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Data Bobot Badan Domba Sebelum dan Sesudah Transportasi ....

37

2. Data Lama Rekondisi Domba Pasca Transportasi ..........................

38

3. Data Konsumsi Bahan Kering ........................................................

39

4. Data Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Selama Masa
Pemulihan .........................................................................................

40

5. Data Konversi Pakan .......................................................................

41

6. Analisis Ragam Lama Rekondisi ....................................................

42

7. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Pakan ............................

42

8. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan ...................................

42

9. Analisis Ragam Konversi Pakan .....................................................

42

10. Uji Asumsi Lama Rekondisi ...........................................................

43

11. Uji Asumsi Konsumsi Pakan ..........................................................

45

12. Uji Asumsi Pertambahan Bobot Badan ..........................................

47

13. Uji Asumsi Konversi Pakan ............................................................

49

14. Transformasi Nilai Konversi Pakan ................................................

51

15. Analisis Ragam Konversi Pakan Setelah Transformasi .................

52

16. Uji Asumsi Konversi Pakan Setelah Transformasi .........................

53

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan salah satu hewan penghasil daging yang cukup banyak
diminati di Indonesia. Populasi domba tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Namun penyebaran domba di beberapa wilayah tidak merata karena tingkat
konsumsi dan produksi domba yang berbeda. Sebagai contoh wilayah Jakarta setiap
tahun kekurangan ± 4000 ton daging domba untuk dikonsumsi, sebaliknya wilayah
Jawa Barat setiap tahunnya menghasilkan ± 23000 ton daging domba lebih banyak
dari kebutuhan konsumsinya (Direktorat Jendral Peternakan, 2009). Untuk mengatasi
ketimpangan tersebut maka perlu dilakukan distribusi domba dari wilayah yang
kelebihan ke wilayah yang kekurangan stok domba. Kendala utama dalam
pendistribusian domba ini adalah penyusutan bobot badan selama perjalanan.
Penyusutan bobot badan ini disebabkan domba mengalami stres selama
pengangkutan. Stres pengangkutan ini dapat dipicu oleh beberapa hal, yaitu jarak
pengangkutan, lama perjalanan, tingkah laku ternak, bentuk pengangkutan, tingkat
kepadatan saat pengangkutan, keadaan iklim, kondisi jalan, penanganan pada saat
perjalanan dan tingkat kerentanan terhadap stres.
Domba yang telah mengalami pengangkutan harus diperlakukan dengan baik
sesampainya di kandang agar pengembalian bobot badan yang menyusut selama
pengangkutan dapat berlangsung dengan cepat. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan pemberian pakan yang baik. Kualitas dan kuantitas pakan dapat
mempengaruhi lama rekondisi domba karena pakan merupakan unsur yang sangat
menentukan pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ternak.
Kendala lain yang dihadapi peternak saat ini adalah kurangnya ketersediaan
pakan hijauan di lingkungan sekitar dan tingginya harga konsentrat dipasaran,
padahal pengembalian bobot badan yang menyusut selama transportasi (rekondisi)
sangat tergantung salah satunya oleh kuantitas dan kualitas pakan yang dikonsumsi
ternak. Oleh karena itu, peternak dituntut harus lebih kreatif dalam mencari pakan
alternatif pengganti hijauan dan konsentrat yang murah, mudah didapat, namun tetap
memiliki kualitas yang baik. Salah satu solusi pakan alternatif tersebut adalah kulit
singkong. Walaupun memiliki zat antinutrisi HCN yang beracun bagi tubuh ternak,
namun kulit singkong merupakan pakan sumber energi dengan kandungan GE

(Gross Energy) yang cukup tinggi, yaitu sebesar 3.553 Kcal. Kandungan HCN dalam
kulit singkong dapat dikurangi hingga batas aman penggunaannya dengan
menggunakan beberapa metode. Menurut Balagopalan et al. (1988), kandungan
HCN dalam singkong dapat direduksi dengan metode pengeringan, perendaman,
perebusan, fermentasi dan kombinasi dari proses-proses ini.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pakan
rumput Brachiaria humidicola dan kulit singkong pada level yang berbeda terhadap
performa domba ekor tipis jantan pasca transportasi yang meliputi lama rekondisi,
konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Domba (Ovis aries)
Klasifikasi Domba
Pengetahuan tentang bangsa-bangsa domba dengan segala ciri-cirinya sangat
penting dalam usaha pemeliharaan domba, karena satu jenis domba memiliki
keunggulan yang berbeda dengan jenis lainnya. Secara umum, ternak domba
dikelompokan menjadi domba tipe potong, wol dan dual purpose, yakni sebagai
penghasil daging dan sekaligus penghasil wol. Domba diklasifikasikan menurut
Blakely dan Bade (1992) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Class

: Mamalia

Ordo

: Artiodactyla

Family

: Bovidae

Genus

: Ovis

Spesies

: Ovis aries

Domba Ekor Tipis
Bangsa domba ekor tipis sangat kecil dan ekornya yang tidak menunjukan
adanya tanda-tanda lemak, panjang ekornya tidak sampai pergelangan kaki. Bobot
potongnya hanya sekitar 24 kg dan tinggi pundak sekitar 57 cm (Hardjosworo dan
Levine, 1987). Domba ekor tipis memiliki tubuh kecil, lambat dewasa, warna
bulunya maupun karakteristiknya tidak seragam, dan hasil dagingnya relatif kecil
atau sedikit.
Ciri-ciri domba ekor tipis menurut Cahyono (1998) adalah : 1) Ukuran badan
kecil; 2) Pertumbuhannya lambat; 3) Warna bulu dan tanda-tandanya sangat
beragam; 4) Bulunya kasar dan agak panjang; 5) Telinganya kecil dan pendek; 6)
Domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk; 7) Ekornya kecil
dan pendek. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menambahkan bahwa domba ekor
tipis mempunyai wol yang kasar, bergumpal-gumpal dan sangat subur.

Stres Selama Pengangkutan
Domba yang mengalami pengangkutan lebih dari 3 jam umumnya akan
mengalami penyusutan bobot badan sesampainya di tempat tujuan. Hal tersebut
disebabkan karena domba mengalami stres selama dalam perjalanan. Stres
merupakan respon ternak terhadap kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan
kondisi fisiologisnya. Tingkat stres pengangkutan dipengaruhi oleh jarak, lama
perjalanan, tingkah laku ternak, bentuk pengangkutan, tingkat kepadatan saat
pengangkutan, keadaan iklim, kondisi jalan, penanganan pada saat perjalanan,
keefektifan istirahat setelah perjalanan dan sifat kerentanan terhadap stres (Fernandez
et al., 1996). Untuk mengurangi stres selama pengangkutan, domba yang baru
sampai di tempat tujuan sebaiknya dibiarkan menghirup udara segar (digembalakan)
terlebih dahulu selama kurang lebih 30 menit, baru setelah itu dimasukan ke dalam
kandang (Ramada, 2009) atau bisa juga dengan pemberian gula dan insulin pada
domba (Dinasih, 2006).
Stres selama pengangkutan dapat mengakibatkan penurunan kandungan
glikogen otot, penurunan persentase karkas, luka memar, kekurangan oksigen dan
pengeluaran darah yang kurang sempurna pada saat pemotongan (Fernandez et al.,
1996). Menurut Yuwono dan Sodiq (2006), penurunan kandungan glikogen
disebabkan karena rendahnya precursor untuk pembentukan glukosa yang disuplai
akibat kekurangan pakan. Pendapat serupa diungkapkan Leng (1970), yang
menyatakan bahwa laju pemasukan glukosa meningkat seiring meningkatnya asupan
energi.
Penyusutan Bobot Badan
Domba akan mengalami penyusutan bobot badan ketika mengalami
pengangkutan (Knowles et al., 1994). Penyusutan bobot badan domba sangat
dipengaruhi oleh metode dalam pengangkutan dan kondisi domba. Domba dalam
kondisi baik akan mengalami penyusutan bobot badan yang lebih kecil dibandingkan
dengan domba dalam kondisi kurang baik, walaupun jarak pengangkutan yang
ditempuh sama. Hasil penelitian Broom et al. (1996), menyatakan bahwa domba
yang mengalami pengangkutan selama 15 jam dalam keadaan terus bergerak
mengalami penyusutan bobot badan sebesar 5,5%, sedangkan domba yang

4

mengalami pengangkutan selama 15 jam dalam keadaan diam atau tidak terlalu
banyak bergerak mengalami penyusutan bobot badan sebesar 3,6%. Dinas
Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (1981) melaporkan bahwa
penyusutan bobot badan domba dapat mencapai 4-9% apabila jarak transportasi
hanya sekitar 80 km. Apabila jarak transportasi dari suatu daerah ke tempat lainnya
mencapai sekitar 200 km, maka terjadi penyusutan bobot badan sekitar 8-10%.
Apabila pengangkutan dilakukan secara baik serta pemberian pakan dan minum
secara teratur selama perjalanan dengan jarak 1000-1500 km, ternyata penyusutan
bobot badan hanya mencapai sekitar 4-5% (Muhearn, 1968).
Selama pengangkutan ternak mengalami urinase dan defikasi lebih sering
terutama pada awal perjalanan sehingga mengalami penurunan bobot badan
(Shorthose dan Wythes, 1988). Dehidrasi cairan pada ternak biasanya disebabkan
karena meningkatnya frekuensi urinase, pernafasan dan pengeluaran cairan melalui
keringat (Ingram, 1964). Menurut Puspianah (2008), penyusutan bobot badan domba
terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang memadai, hilangnya isi
pencernaan, berkurangnya cairan tubuh dan turunnya kondisi tubuh karena interval
pemberian pakan dan minum kurang teratur atau sama sekali kurang diperhatikan
selama pengangkutan.
Kulit Singkong
Tanaman singkong (Manihot esculenta Crantz) termasuk ke dalam kingdom
Plantae, divisi Spermathophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo
Euphorbialis, famili Euphorbiacea, genus Manihot dan spesies Manihot esculenta
Crantz. Ubi kayu atau singkong merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan tahan
terhadap kekeringan. Banyak terdapat di daerah tropik seperti Afrika, Asia dan
Amerika Selatan (Bahri, 1987). Umbi pada tanaman singkong merupakan akar yang
berubah bentuk fungsinya sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan. Umbi ini
biasanya memiliki bentuk memanjang, daging umbi mengandung zat pati dan tiap
tanaman dapat menghasilkan 5-10 umbi. Perkiraan kulit yang akan dihasilkan adalah
± 16% dari produksi umbi (Gushairiyanto, 2003). Produksi tanaman singkong di
Indonesia secara keseluruhan mencapai 21,76 juta ton pada tahun 2008 (Basis Data
Statistik Pertanian, 2009). Sehingga apabila dikonversikan akan menghasilkan kulit

5

singkong sebesar 3,48 juta ton, yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Kandungan nutrisi kulit singkong bagian dalam dapat dilihat pada Tabel 1.
Pemanfaatan kulit umbi ketela pohon sebagai pakan selain hijauan untuk
ternak kambing dan domba sudah dilakukan oleh beberapa peternak, namun
pemanfaatannya hanya dalam jumlah yang terbatas, sebab kulit umbi ketela pohon
bila diberikan dalam jumlah besar dapat menimbulkan keracunan akibat hadirnya
sianida yang dapat menyebabkan kematian (Gushairiyanto, 2003). Asam sianida
adalah satu bahan kimia yang paling beracun dibanding bahan racun lainnya, karena
asam sianida cepat bereaksi dengan organ/ sel hewan atau manusia dan merusaknya
(Yuningsih, 1991).
Sifat racun kulit umbi ketela pohon jika dimakan ternak adalah akibat
terbebasnya sianida dari glukosida sianogenik yang terkandung di dalam sel kulit
umbi (Gushairiyanto, 2003). Hal ini disebabkan cairan rumen domba mampu
membebaskan glukosida sianogenik menjadi sianida (Bahri, 1987).
Dosis letal minimum untuk sianida yang diberikan pada domba adalah
sebesar 2,5-4,5 mg HCN/ kg bobot badan, namun jika domba merumput dapat tahan
pada 15-20 mg HCN/ kg bobot badan/ hari (Sudaryanto, 1987). Dalam jumlah kecil,
HCN dapat dinetralkan tubuh menjadi tiosianat (Rochmy, 2009). Apabila konsumsi
sianida terlalu banyak atau melebihi batas toleransi, menyebabkan kerja kelenjar
tiroid akan terganggu. Hal ini akan langsung mempengaruhi pertumbuhan karena
sianida merupakan saingan kelenjar tiroid dalam mengambil yodium (Sudaryanto,
1987). Bahaya lain HCN pada kesehatan adalah pada sistem pernapasan, di mana
oksigen dalam darah terikat oleh senyawa HCN dan menyebabkan sesak napas
(Purwantisari, 2007).
Kandungan sianida pada kulit singkong dapat diturunkan dengan beberapa
cara, yaitu perendaman, pencucian, pengukusan, pengeringan, fermentasi, atau
kombinasi dari beberapa perlakuan (Sudaryanto, 1992). Muchtadi (1989)
menyatakan bahwa titik didih HCN adalah 26oC, oleh karena itu penyimpanan hasil
tanaman pada suhu dan kelembapan yang tinggi akan mengakibatkan turunnya kadar
HCN secara bertahap.

6

Rumput Brachiaria humidicola
Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput asli Afrika Selatan,
kemudian menyebar ke daerah Fiji dan Papua New Guinea, terkenal dengan nama
Koronivia grass. Rumput Brachiaria humidicola merupakan tanaman tahunan,
perkembangan vegetatif dengan stolon yang begitu cepat sehingga bila ditanam di
lapang segera membentuk hamparan (Skerman dan Rivers, 1990). Daunnya tidak
berbulu dan umumnya menggulung untuk menahan penguapan air. Helai daunnya
gepeng dengan panjang 12-25 cm dan lebar 5-16 mm. Panjang malai 7-12 cm. Malai
terdiri dari 3-5 tandan, dengan panjang tandan 2-5 cm. Panjang spikelet kira-kira 5
mm sedangkan panjang floret 4 mm. Warna bunga ungu atau ungu kecoklatan.
Jumlah kromosom yaitu 2n=72. Menurut Jayadi (1991), rumput Brachiaria
humidicola dapat ditanam secara vegetatif dengan pols, stolon atau biji. Rumput ini
mempunyai toleransi pada daerah dengan drainase kurang baik dan lebih tahan
terhadap tekanan pengembalaan berat. Selain itu juga memiliki toleransi yang baik
terhadap naungan dan secara kualitatif memiliki potensi yang baik sebagai hijauan
pakan untuk ternak (Ginting dan Tarigan, 2006).
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Kulit Singkong dan Rumput B. humidicola
Komposisi Nutrisi (%)
Pakan
Kulit Singkong*

Bahan
Kering
86,50

Serat
Kasar
9,48

Protein
Kasar
10,64

Lemak
Kasar
5,24

Abu
3,21

Brachiaria humidicola**

44,13

37,40

5,10

1,05

9,80

Sumber : *) Hasil Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB (2004)
**) Skerman dan Rivers (1990)

Kandungan nutrisi rumput Brachiaria humidicola dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya karena perbedaan jenis naungan yang berpengaruh pada intensitas
cahaya (Kurniawan et al., 2007), umur potong, sifat tanah dan iklim (Ginting dan
Tarigan, 2006).
Konsumsi Pakan
Konsumsi pada umumnya diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang
dimakan oleh ternak, yang kandungan zat makanan di dalamnya digunakan untuk

7

mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak tersebut
(Tillman et al., 1998). Salah satu indikasi ternak mengalami cekaman akibat
transportasi dapat dilihat dari perubahan konsumsi pakannya (Grandin, 1993).
Pengangkutan menyebabkan penurunan konsumsi BK pakan dan peningkatan
konsumsi air minum (Moss, 1982). Peningkatan konsumsi air minum ini dilakukan
domba untuk menurunkan panas tubuhnya dan mengganti cairan tubuh yang hilang
selama pengangkutan (Rianto, et al., 2003). Upaya ternak untuk menurunkan panas
tubuh dan mengimbangi jumlah air yang keluar dari tubuh adalah dengan
meningkatkan konsumsi air minum (Isroli, 1990).
Suhu lingkungan kandang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi domba
yang baru sampai di tempat tujuan. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa faktor
lingkungan dapat berpengaruh langsung terhadap tingkat konsumsi pakan ternak.
Apabila suhu lingkungan kandang relatif rendah maka akan merangsang peningkatan
konsumsi BK pakan, sedangkan bila suhunya tinggi menyebabkan konsumsi pakan
menurun karena konsumsi air minum meningkat, sehingga berakibat pada penurun
konsumsi energi (Arora, 1995). Cockram et al. (2000) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa domba yang pada awalnya dipelihara di padang pegembalaan
kemudian mengalami perlakuan transportasi selama 16 jam dan dimasukan ke dalam
kandang, menghasilkan tingkat konsumsi pakan yang lebih sedikit dan tingkat
konsumsi air minum yang lebih banyak dibandingkan domba yang sejak awal
dipelihara dalam kandang. Selain faktor lingkungan, tingkat konsumsi juga
dipengaruhi oleh daya palatabilitas pakan yang diberikan. Daya palatabilitas pakan
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu penampilan dan bentuk makanan, bau, rasa dan
tekstur (Church dan Pond, 1988). Berdasarkan faktor nutrisinya kandungan energi
pakan sangat berpengaruh terhadap rataan konsumsi harian, sedangkan kandungan
protein pakan sama sekali tidak berpengaruh terhadap konsumsi harian (Mathius et
al., 2003).
Lama Rekondisi
Proses pencapaian bobot badan yang menurun sampai mendapatkan bobot
tubuh semula dikenal dengan istilah rekondisi (Romadhona, 2008). Kemampuan tiap
individu domba untuk kembali ke bobot badan awal setelah pengangkutan tidak

8

sama, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan dalam beradaptasi
dengan perubahan lingkungan selama perjalanan (Lynch et al., 1992).
Mempercepat masuknya glukosa darah kedalam otot dengan pemberian
insulin akan mempercepat masa rekondisi karena glikogen yang terkuras, yang
mengakibatkan penurunan bobot badan, dapat diganti dengan cepat (Romadhona,
2008). Kualitas pakan yang diberikan pada domba dapat mempengaruhi lama
rekondisi. Menurut Puspianah (2008), apabila kandungan protein kasar pada pakan
semakin mendekati kebutuhan protein kasar yang dibutuhkan domba maka waktu
rekondisinya akan semakin cepat.
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat
digunakan untuk menilai kualitas bahan makanan ternak yang diberikan.
Pertambahan bobot badan yang diperoleh ternak merupakan hasil zat-zat makanan
yang dikonsumsi (Maryati, 2007). Parakkasi (1999) menyatakan bahwa pertambahan
bobot badan harian dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Ransum yang memiliki nilai
nutrien tinggi dan tingkat palatabilitas yang baik dapat dengan cepat meningkatkan
pertambahan bobot badan ternak (Hermawan, 2009). Pertambahan bobot badan
domba sangat dipengaruhi oleh kandungan pakan yang diberikan, terutama
kandungan protein kasarnya (Puspianah, 2008). Proses penggilingan bahan makanan
biasanya memberikan peningkatan yang relatif besar dalam performa ternak untuk
hijauan yang berkualitas rendah, karena partikel serat menjadi kecil (Church dan
Pond, 1988).
Pertumbuhan semua hewan kambing, yang pada awalnya lambat dan
meningkat dengan cepat yang kemudian lambat pada saat hewan mendekati dewasa
tubuh (Ngadiyono, 1985). Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur
satu tahun dan 25% lagi setelah 6 bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan dengan
pakan yang sesuai kebutuhannya (Maryati, 2007).
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah total pakan yang dikonsumsi untuk menaikan bobot
tubuh satu satuan (Anastasia, 2007). Konversi menunjukkan kemampuan ternak
dalam mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi daging. Semakin rendah nilai

9

konversi maka semakin tinggi kemampuan ternak mengubah pakan menjadi daging
(Hermawan, 2009). Konversi pakan ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu
suhu lingkungan, potensi genetik, nutrisi pakan, kandungan energi dan penyakit
(Parakkasi, 1999). Maryati (2007) menambahkan konversi pakan juga dipengaruhi
oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot badan, gerak atau aktivitas tubuh, musim
dan suhu dalam kandang dan lingkungan, potensi genetik, nutrisi pakan, kandungan
energi dan penyakit. Nilai standar konversi pakan domba nemurut NRC (1985)
adalah bernilai empat.

10

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu, yaitu pada tanggal 10
Februari hingga 1 Maret 2009. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu
Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor (Kandang B). Analisis Proksimat pakan yang digunakan, dilakukan di
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan dan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati
dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut
Pertanian Bogor, Bogor. Analisis asam sianida (HCN) kulit singkong dilakukan di
Balai Besar Industri Agro, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri,
Departemen Perindustrian RI, Bogor.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 12 ekor domba jantan
lokal yang berumur kurang dari satu tahun dengan rata-rata bobot badan 16,38 ± 0,92
kg. Domba diperoleh dari Pasar Hewan Cianjur, Jawa Barat.

Gambar 1. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian.
Pakan dan Minum
Pakan yang digunakan adalah rumput Brachiaria humidicola yang diperoleh
dari padang rumput laboratorium lapang ruminansia kecil sedangkan kulit singkong
diperoleh dari industri rumah tangga keripik singkong di kompleks Pesantren Darul
Fallah, Kecamatan Ciampea, Leuwiliang dan Industi rumah tangga ”Tela Krez”,

Kampus IPB, Darmaga, Bogor. Rumput Brachiaria humidicola yang diberikan,
sebelumnya diangin-anginkan terlebih dahulu supaya rumput tidak terlalu basah saat
diberikan pada domba. Kandungan nutrien rumput Brachiaria humidicola dan kulit
singkong yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pakan yang Digunakan Selama Penelitian
Jenis sampel

BK

ABU

PK

SK

LK

BetN

TDN

------------------------------- (%) -----------------------------B. humidicola

Klt. Singkong

GE

HCN

(Kcal)

(mg/ kg
pakan)

17,22

1,31

1,53

4,67

0,40

9,21

-

100

7,65

8,94

27,28

2,34

53,79

43,88

25,00

0,74

2,51

2,52

0,19

19,04

-

922

100

3,05

10,05 10,10

0,73

76,08

82,42

3552

440

Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor. 2009.
Keterangan :
BK
: Bahan Kering
BetN : Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
PK
: Protein Kasar
TDN
: Total Digestible Nutrient
SK
: Serat Kasar
GE
: Gross Energy
LK
: Lemak Kasar
HCN
: Asam Sianida

(a)

(b)

Gambar 2. (a) Rumput Brachiaria humidicola dan (b) Kulit Singkong
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kandang individu
dengan ukuran 120 x 80 x 120 cm. Dindingnya terbuat dari tembok semen dengan
atap tipe monitor berbahan asbes dan lantainya terbuat dari kayu. Kandang
dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Peralatan yang digunakan antara
lain tempat pakan untuk rumput dan kulit singkong serta tempat air minum dari
ember plastik kapasitas tiga liter, thermometer, timbangan pegas merk “THREE
GOATS” kapasitas 50 kg, ban bekas, tambang, timbangan duduk merk "FIVE
GOATS” kapasitas 5 kg, sapu, serokan, keranjang rumput, karung, suntikan dan
12

obat-obatan. Kandang dan beberapa peralatan yang digunakan selama penelitian
dapat dilihat pada Gambar 3.

(b)

(a)

(c)
(d)

Gambar 3. (a) Timbangan Pakan, (b) Kandang Individu, (c) Timbangan
Bobot Badan dan (d) Ember Pakan.
Prosedur
Persiapan
Bahan, peralatan dan kandang dipersiapkan sebelum penelitian dilakukan.
Domba ekor tipis jantan sebanyak 12 ekor dipilih dengan rata-rata bobot badan 16,38
± 0,92 kg dan berumur di bawah satu tahun. Domba dibeli dan langsung ditimbang
ketika masih berada di Pasar Hewan Cianjur. Penimbangan tersebut dihitung sebagai
penimbangan awal sebelum pengangkutan. Kulit singkong yang digunakan untuk
pakan domba sebelumnya dicuci dan dibersihkan dari kulit paling luar sehingga
diperoleh kulit singkong bagian dalam yang berwarna putih. Sebelum diberikan pada
domba, kulit singkong dilayukan terlebih dahulu selama kurang lebih 12 jam untuk
mengurangi kadar HCN dan memperpanjang masa simpan, kemudian dipotongpotong menjadi ukuran kecil.

13

Transportasi Ternak
Domba diangkut dengan menggunakan mobil pick up merk suzuki carry 1,5
yang pada bagian baknya bisa dibuat dua tingkat, seperti yang terlihat pada Gambar
4. Bak mobil mempunyai atap dan pagar yang terbuat dari besi yang berfungsi
sebagai penahan domba agar tidak kabur dan pelindung dari terik matahari dan
hujan. Luasan bak mobil pick up yang digunakan untuk mengangkut 12 ekor domba
penelitian adalah ± 1,6 m2, apabila dirata-ratakan maka setiap ekor domba akan
menempati luas 0,135 m2. Pengangkutan dilakukan siang hari dan menempuh jarak ±
108 km selama ± 6,5 jam. Selama diperjalanan domba berada dalam posisi duduk
dan tidak diberi makan maupun minum.

(a)

(b)

Gambar 4. (a) Mobil Pengangkut Domba dan (b) Kondisi Domba Selama
Pengangkutan.
Pelaksanaan Penelitian
Domba dari Cianjur yang baru tiba di Kandang B langsung ditimbang
kembali untuk mengetahui bobot badan setelah pengangkutan sehingga dapat
diketahui penyusutan bobot badannya. Domba ditempatkan secara acak ke dalam
kandang individu berdasarkan perlakuannya, kemudian dilakukan pemandian,
pemberian obat cacing, penyuntikan vitamin B kompleks dan antibiotik keesokan
harinya. Penimbangan domba dilakukan setiap hari pada pagi hari sebelum
pemberian pakan, dengan cara menggantung ternak dengan ban bekas yang
dimodifikasi untuk menahan ternak selama ditimbang.

14

Pemeliharaan
Pemeliharaan domba dilakukan selama tiga minggu, mulai 10 Februari
hingga 1 Maret 2009. Selama penelitian berlangsung domba dipelihara dalam
kandang individu dengan pemberian pakan berupa rumput Brachiaria humidicola
dan kulit singkong sesuai dengan perlakuan. Domba diberikan pakan berdasarkan
kebutuhan total bahan kering yaitu 3,5% dari bobot badan. Domba diberi pakan tiga
kali sehari, yaitu pada pagi hari (06.00-07.00 WIB), siang hari (12.00-13.00 WIB)
dan sore hari (16.00-17.00 WIB). Pemberian air minum dilakukan secara ad-libitum.
Pemberian kulit singkong diberikan dalam wadah plastik berupa ember,
sedangkan rumput diberikan dalam bentuk segar. Pemberian kulit singkong pada
domba yang mengalami perlakuan P1, P2, dan P3 dilakukan pada pagi hari
(didahulukan) dan pemberian rumput dilakukan pada siang dan sore hari. Kulit
singkong yang diberikan terlebih dahulu ini dimaksudkan karena kulit singkong
tergolong jenis pakan baru dan memiliki sifat palatabilitas yang rendah, sehingga
tidak terlalu disukai oleh domba. Selanjutnya sisa pakan ditimbang keesokan
harinya, sebelum pemberian pakan di pagi hari. Setiap hari dilakukan penimbangan
domba, penimbangan sisa pakan, pemberian pakan, pembersihan kandang dan alat,
serta pemeriksaan kesehatan ternak.
Akhir Pemeliharaan
Penelitian ini berakhir ketika masing-masing domba jantan sudah mencapai
bobot badan semula, yaitu bobot badan awal yang diperoleh pada saat domba akan
diangkut dari Pasar Hewan Cianjur. Hal inilah yang dijadikan sebagai indikator
untuk mengetahui lama rekondisi domba ekor tipis jantan dengan pemberian rumput
Brachiaria humidicola dan kulit singkong pada level yang berbeda.
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan empat perlakuan pemberian pakan dengan tiga
ulangan yaitu:
P0

= 100% rumput Brachiaria humidicola dan 0% kulit singkong;

P1

= 75% rumput Brachiaria humidicola dan 25% kulit singkong;

P2

= 50% rumput Brachiaria humidicola dan 50% kulit singkong;
15

= 25% rumput Brachiaria humidicola dan 75% kulit singkong.

P3
Model

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap. Faktor perlakuannya adalah pemberian pakan pada taraf yang
berbeda. Masing–masing taraf perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Model rancangan
menurut Mattjik dan Sumertajaya ( 2002 ) adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + εij
Yijk

= Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j

µ

= Rataan umum

αi

= Pengaruh persentase ransum level ke-i (P0, P1 , P2 , P3 )

εij

= Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j

i

= Perlakuan ke-i (0, 1, 2 dan 3)

j

= Ulangan ke-j (1, 2 dan 3)
Menurut Aunuddin (2005), dalam kaitan dengan pendugaan dan uji hipotesis

maka diperlukan beberapa asumsi tentang ε, yaitu berupa:
a) ε bersifat bebas terhadap sesamanya,
b) Ragam ε homogen atau Var (ε) = σ2, dan
c) Pola sebaran dari ε adalah N (0, σ2).
Kehomogenan Ragam.

Uji Bartlett sering digunakan untuk memeriksa

kehomogenan ragam dalam bentuk pengujian hipotesis dengan HN bahwa ragam
antara perlakuan bersifat homogen (σ21 = . . = σ2j = . . = σ2).
Uji Kenormalan. Pemeriksaan lebih lanjut terhadap pola sisaan dapat kita lakukan
dengan grafik peluang. Grafik peluang adalah alternatif dari histogram yang dapat
digunakan untuk menentukan bentuk sebaran, nilai tengah maupun ragam dari data.
Dalam grafik tersebut skala sumbu vertikalnya telah disusun sedemikian rupa
sehingga sebaran komulatif untuk fungsi peluang tertentu akan membentuk pola
garis lurus. Uji kenormalan yang digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov.

16

Peluang bahwa galat dari salah satu pengamatan yang

Kebebasan Galat.

mempunyai nilai tertentu harus tidak tergantung dari nilai-nilai galat untuk
pengamatan yang lain.
Jika

asumsi

pokok

tidak

terpenuhi,

salah

satu

jalannya

adalah

mentransformasi data. Transformasi data adalah usaha untuk merubah data dari suatu
skala ke skala yang lain. Metode transformasi yang populer digunakan adalah
Metode Box-Cox, yaitu dengan pemangkatan yang berupa:
untuk p ≠ 0
untuk p = 0
Parameter p dapat diperoleh secara empiris dari data, Box dan Cox
menggunakan metode kemungkinan maksimal untuk menduga nilai tersebut.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dari pengaruh pemberian pakan rumput Brachiaria
humidicola dan kulit singkong pada level yang berbeda terhadap performa domba
pasca transportasi meliputi lama rekondisi, konsumsi pakan, pertambahan bobot
badan dan konversi pakan, serta penyusutan bobot badan sebagai data pendukung.
Penyusutan bobot badan.

Penyusutan bobot badan diperoleh dari hasil

pengurangan bobot badan sebelum tansportasi dengan bobot badan setelah
transportasi yang dinyatakan dalam persen, rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Keterangan:

Ba

= bobot badan sebelum transportasi (kg)

Bb

= bobot badan setelah transportasi (kg)

Penyusutan bobot badan juga dapat diperoleh dalam bentuk kg, dengan
rumus:
Penyusutan bobot badan
Keterangan:

= Ba – Bb

Ba

= bobot badan sebelum transportasi (kg)

Bb

= bobot badan setelah transportasi (kg)
17

Lama Rekondisi (hari).

Waktu yang dibutuhkan ternak untuk mengembalikan

bobot badan yang hilang selama perjalanan. Lama rekondisi dicapai apabila domba
sudah mencapai bobot badan awal (sebelum mengalami pengangkutan).
Konsumsi Pakan (g/ekor/hari). Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) yaitu pakan yang
diberikan per hari dikurangi dengan sisa pakan. Konsumsi diperhitungkan sebagai
jumlah makanan yang diberikan pada ternak selama rekondisi.
Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) = pakan yang diberikan (g/ekor/hari) – sisa pakan
(g/ekor/hari)
Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari). Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari)
yaitu bobot badan yang diperoleh dari selisih bobot badan akhir dengan bobot badan
awal selama penelitian dibagi lama penelitian.

Keterangan:

Ba

= bobot badan awal (g)

Bb

= bobot badan akhir (g)

Konversi Pakan. Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi terhadap
pertambahan bobot badan. Konversi pakan dihitung dari jumlah bahan kering yang
dikonsumsi dibagi pertambahan bobot badan. Menggunakan hitungan bahan kering
karena pakan yang diberikan tidak dalam bentuk ransum dan terdiri dari dua jenis
bahan pakan yang berbeda.

18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusutan Bobot Badan Pasca Transportasi
Ternak

yang

mengalami

pengangkutan

umumnya

akan

mengalami

penyusutan bobot badan ketika sampai di tempat tujuan, hal ini disebabkan ternak
mengalami stres selama dalam perjalanan akibat perubahan lingkungan, pembatasan
pakan dan keterbatasan gerak tubuh. Penyusutan bobot badan digunakan sebagai data
pendukung dari penelitian ini dikarenakan domba belum mengalami perlakuan pakan
yang berbeda selama transportasi. Rataan penyusutan bobot badan domba penelitian
pasca transportasi adalah 0,57±0,36 kg (3,39±2,25%). Nilai standar deviasi yang
dihasilkan relatif tinggi, hal tersebut wajar karena domba belum mengalami
perlakuan pakan yang berbeda selama transportasi, sehingga tinggi rendahnya
penyusutan bobot badan tidak tergantung dari perlakuan pakan yang diberikan,
namun kemampuan individu domba itu sendiri dalam mengatasi stres selama
pengangkutan.
Domba umumnya mengalami penyusutan bobot badan setelah transportasi,
hal ini disebabkan terutama oleh lingkungan yang kurang memadai, hilangnya isi
pencernaan, berkurangnya cairan tubuh dan turunnya kondisi tubuh karena interval
pemberian pakan dan minum kurang teratur atau sama sekali kurang diperhatikan
selama pengangkutan (Puspianah, 2008). Rataan penyusutan bobot badan domba
pada penelitian ini masih dalam batas wajar karena sesuai atau bahkan lebih kecil
dari hasil penelitian Knowles et al. (1996) yang menyatakan bahwa domba
mengalami penyusutan 6,7% pada pengangkutan selama 14 jam dan Dinas
Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (1981) yang melaporkan bahwa
penyusutan bobot badan domba dapat mencapai 4-9% apabila jarak transportasi
hanya sekitar 80 km. Gambar 5 memperlihatkan diagram rataan bobot badan domba
sebelum dan sesudah transportasi. Rataan bobot badan domba sebelum transportasi
adalah 16,94±0,67 dan setelah transportasi adalah 16,38±0,92. Diagram tersebut
memperlihatkan bahwa perbedaan rataan bobot badan domba sebelum dan setelah
transportasi sangat kecil dan bahkan hampir tidak terlihat. Ini dikarenakan skala yang
digunakan masih relatif kecil yaitu per ekor domba. Namun pada kenyataan di
lapangan dimana pengangkutan umumnya menggunakan domba dalam jumlah yang

besar yaitu 40-50 ekor, maka nilai penyusutan tersebut berdampak sangat besar dan
menyebabkan kerugian bagi peternak.
18
16

Bobot Badan (kg)

14
12
10
8
6
4
2
0
Sebelum

Sesudah
Transportasi

Gambar 5. Diagram Rataan Bobot Badan Domba Sebelum dan Sesudah
Transportasi
Selama perjalanan, domba diangkut dengan menggunakan mobil pick up
dengan luas per ekor ±0,135 m2. Luasan ini sedikit lebih kecil dari kepadatan yang
dianjurkan oleh Direktorat Jendral Peternakan (1997), yaitu sebesar 0,16 m2/ekor
untuk domba dengan bobot badan 20 kg. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah
karena rataan bobot badan domba yang diangkut kurang dari 20 kg, yaitu sebesar
16,94±0,67 kg.
Menurut Knowles et al. (1995) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
domba yang diangkut selama 14 jam dan 15 jam akan mengalami penurunan bobot
badan masing-masing sebesar 6,7% dan 8% per ekor. Penurunan bobot badan yang
dihasilkan dalam penelitian ini sebesar 3,39±2,25%, jauh lebih kecil daripada
penelitian yang dilakukan Knowles et al. (1995), hal tersebut wajar karena lama
pengangkutan domba pada penelitian ini hanya ±6,5 jam.
Pengangkutan domba dilakukan pada siang hari, ketika matahari cukup terik
dan suhu lingkungan tinggi. Hal tersebut mengakibatkan tingkat stres pada domba
menjadi semakin tinggi, karena domba merupakan hewan homeotermal sehingga
peningkatan suhu rektal sebesar 0,740C sudah mengakibatkan domba tersebut stres

20

(Knowles et al., 1995). Thermoneutral Zone (TNZ) atau suhu lingkungan yang
nyaman bagi domba adalah 22-31 °C (Darmanto, 2009).