2 2
2
X X
n XY
X Y
X a
Keterangan: X = Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa
Y = Pelunasan Tunggakan Pajak N = Banyaknya Sampel
a = Nilai Konstanta b = Angka arah atau Koefisien Regresi
2. Analisis Korelasi Kuat lemahnya hubungan antara variabel X dan variabel Y dalam
penelitian ini, dibuktikan dengan menggunakan analisis Korelasi Product Moment, karena dalam penelitian ini penulis mempergunakan metode penelitian
asosiatif dan skala pengukuran rasio. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono 2006 : 212 berpendapat bahwa
“Statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif hubungan antar variabel meliputi Korelasi Product
Moment, Korelasi Ganda dan Korelasi parsial.”
Analisis Korelasi Product Moment digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya hubungan penagihan tunggakan pajak dengan surat paksa terhadap
2 2
X X
n Y
X XY
n b
pelunasan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bandung Cicadas. Rumus dari analisis Korelasi Product Moment adalah :
2 2
2 2
Y Y
n X
X n
Y X
XY n
r
Keterangan : r
= Korelasi antara variabel x dengan y x = Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa Variabel bebas
y = Pelunasan Tunggakan Pajak Variabel Terikat n = Jumlah sampel
Angka korelasi berkisar antara -1 sampai dengan 1 besar kecilnya angka korelasi menentukan kuatnya hubungan kedua variabel adapun penilaian koefisien
korelasi antara variabel x dan variabel y dapat dilihat dari table dibawah ini.
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi
Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi Nilai
Koefisien Korelasi
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat Rendah Rendah
Sedang Kuat
Sangat Kuat
Korelasi dapat positif atau negatif, korelasi positif menunjukan arah yang sama hubungannya antara variabel, artinya jika variabel 1 besar, maka variabel 2
semakin besar. Sebaliknya korelasi negatif menunjukkan arah yang berlawanan artinya jika variabel 1 besar maka variabel 2 menjadi kecil.
3. Koefisien Determinasi Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh variabel
X terhadap variabel Y Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Terhadap Pelunasan Tunggakan Pajak maka penulis akan menggunakan analisis koefisien
determinasi yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu :
Keterangan : Kd = Nilai Koefisiensi Determinasi
r = Koefisien korelasi pearson product moment 100 = Pengali yang menyatakan dalam persentase
3.2.5.2. Uji Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan sejauh mana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya, yaitu pengaruh
penagihan pajak dengan surat paksa terhadap pelunasan tunggakan pajak. Langkah-langkah pengujian hipotesis yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan variabel pengukuran
Kd = r² x 100
Variabel X = Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa Variabel Y = Pelunasan Tunggakan Pajak
2. Menentukan hipotesis nol Ho Ho :
ρ = 0 Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pelunasan
Tunggakan Pajak. 3. Menentukan hipotesis alternatif Hi
Hi : ρ ≠ 0
Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa berpengaruh
secara signifikan
terhadap Pelunasan
Tunggakan Pajak. 4. Menguji tingkat signifikan
Untuk menguji signifikansi suatu koefisien Korelasi Product Moment menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :
t
hitung
=
2
1 2
r n
r
Keterangan : t = nilai uji t
n = jumlah sampel r = nilai koefisien korelasi
Nilai t
hitung
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai t
tabel
dengan tingkat kepercayaan dengan taraf nyata
α = 0,05 uji dua pihak dan dari hipotesis yang telah ditetapkan tersebut akan diuji berdasarkan daerah penerimaan dan
daerah penolakan yang ditetapkan sebagai berikut : a. jika nilai t
hitung
t
tabel
maka H diterima, H
1
ditolak b. jika nilai t
hitung
t
tabel
maka H ditolak, H
1
diterima
Gambar 3.1 Uji Signifikasi Koefisien Korelasi Dengan Uji Dua Pihak
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Penelitian
4. 1. 1 Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah pajak mula-mula berasal dari negara Perancis pada zaman yang terkenal dengan nama “Cope Napoleon”. Pada masa itu Negara Belanda dijajah oleh Negara
Perancis. Sistem pajak yang diterapkan oleh Perancis diterapkan pula oleh Indonesia pada saat Belanda menjajah Indonesia yang saat itu dikenal dengan “Oor Longs
Overgangs Blasting ” Pajak Penghasilan. Konsep pajak itu kemudian dipakai pada
tahun 1942 di Australia disaat Indonesia masih diduduki oleh tentara Jepang. Maksud dari peralihan mengenai pajak ini merupakan suatu peraturan yang
dibuat untuk mempersiapkan bilamana di kemudian hari penjajah Jepang ditarik dari Indonesia. Pemungutan pajak ini oleh pemerintah Belanda dilaksanakan oleh suatu
badan yaitu “Deinspeti van Vinancian” yang kemudian diganti dengan nama “Zeinenbu” oleh pemerintah Jepang pada tanggal 15 Maret 1942. Lima bulan
kemudian 15 Agustus 1942, nama tersebut diganti menjadi “Kantor Inspeksi Keuangan
” dan berkantor di Gedung Concordia sekarang Gedung Merdeka Jalan Asia Afrika.
Pada tanggal 21 Agustus 1947 bersamaan dengan Agresi Militer Belanda I, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke selatan di Kabupaten Soreang,
bersama-sama dengan tentara keamanan rakyat berevakuasi. Sejak tahun 1968, Kantor Inspeksi Keuangan berganti nama menjadi Kantor
Inspeksi Pajak Bandung. Pada tanggal 1 Agustus 1980, Kantor Inspeksi Pajak Bandung dibagi menjadi dua yakni Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat dan Kantor
Inspeksi Pajak Bandung Timur. Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-48KMK1988 tanggal 19 Januari 1988 dibentuklah kantor
baru yang diberi nama Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah, beralamat di Jalan Purnawarman no. 21 Bandung dengan Kepala kantor yaitu Drs. Untung Rivai. Sejak
berlakunya keputusan Menteri Keuangan tersebut maka di Bandung terbagi atas Tiga Kantor Inspeksi Pajak, yakni :
1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur 2. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah
3. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat Kemudian berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
tanggal 23 Maret 1998 nomor Kep-276KMK.011998, struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Pajak dirombak dan berubah nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak KPP. Dengan demikian pesatnya perkembangan wilayah, maka