dapat berbeda dari waktu ke waktu,atau dari tempat yang satu ke tempat yang lain juga dapat berbeda.
Oleh sebab itu dalam upaya analisis mengenai dampak lingkungan ini diperlukan kesamaan pandangan dan titik temu antara keadaan real dengan
standard yang sudah dikenal serta disepakati. Maksudnya adalah bahwa dalam implementasinya nanti diperlukan kesamaan pandangan dalam melakukan analisis
dan kajian antara pihak investor, petugas dari instansi pemerintah dengan masyarakat di sekitar lokasi.
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian antara lain kebisaan hidup, cara bergaul, cara beradaptasi, model komunikasi, konflik kepentingan, mobilitas
masyarakat dan sebagainya. Hal ini disebabkan dari segi sosial budaya, masyarakat ikut menikmati hasil pembangunan dan sekaligus menerima dampak
lingkungan yang negatif akibat proses pembangunan tersebut. Harapan masyarakat, lewat pembangunan yang dilaksanakan dapat diprediksi diperolehnya
lingkungan yang seimbang, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih meningkat bila dibandingkan kondisi sebelumnya. Apabila antara harapan dan
kenyataan terdapat kesesuaian maka analisis mengenai dampak lingkungan telah sesuai dan benar.
2.2 Dampak Lingkungan Dalam Kegiatan Industri Mineral
Eksploitasi sumber daya alam secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan aspek peran dan fungsi alam ini terhadap lingkungan dapat mendatangkan berbagai macam
bencana alam seperti tanah longsor, banjir, kabut asap, pemanasan global hingga bencana lumpur panas Sidoarjo yang sangat merugikan masyarakat.
Banyak sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak terhadap kehidupan. Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya sebagai
pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan yang dilakukan harus berwawasan lingkungan mengenalisis mengenai dampak lingkungan
yang akan terjadi. Sumberdaya mineral mempunyai implikasi yang sangat luas dalam kehidupan
masyarakat karena sumberdaya mineral merupakan aset yang memberi harapan dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu eksploitasi sumberdaya mineral
merupakan kesempatan bagi masyarakat. Dengan demikian industri pertambangan
merupakan industri alternatif yang paling efektif untuk meningkakan kesejahteraan masyarakat di daerah yang penduduknya berada dalam kemiskinan struktural. Di sisi lain
industri mineral juga merupakan industri yang menimbulkan berbagai perubahan drastis terhadap lingkungan sehingga merupakan ancaman terhadap kelestarian fungsi-fungsi
lingkungan dan fungsi-fungsi kehidupan sosial budaya masyarakat. Potensi-potensi positif sektor pertambangan sering tidak mampu mengkompensasikan potensi-potensi
negatif ini, sehingga industri pertambangan mempunyai potensi konflik dengan kepentingan masyarakat Agenda 21, 2001.
Kegiatan industri mineral dapat menciptakan kerusakan lingkungan yang serius dalam suatu kawasanwilayah. Potensi kerusakan tergantung pada berbagai faktor kegiatan
industri mineral dan faktor keadaan lingkungan. Faktor kegiatan industri mineral antara lain pada teknik industri mineral, pengolahan dan lain sebagainya. Sedangkan faktor
lingkungan antara lain faktor geografis dan morfologis, fauna dan flora, hidrologis dan lain-lain.
Dampak kegiatan industri mineral terhadap lingkungan tidak hanya bersumber dari pembuangan limbah, tetapi juga karena perubahan terhadap komponen lingkungan yang
berubah atau meniadakan fungsi-fungsi lingkungan. Semakin besar skala kegiatan industri mineral, makin besar pula areal dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan
akibat kegiatan industri mineral dapat bersifat permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula. Perubahan topografi tanah, termasuk karena mengubah aliran
sungai, bentuk danau atau bukit selama masa kegiatan industri mineral, sulit dikembalikan kepada keadaannya semula. Kegiatan industri mineral juga mengakibatkan
perubahan pada kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Perubahan tata guna tanah, perubahan kepemilikan tanah, masuknya pekerja, dan lain-lain. Pengelolaan
dampak industri mineral terhadap lingkungan bukan untuk kepentingan lingkungan itu sendiri tetapi juga untuk kepentingan manusia.
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dampak industri mineral terhadap lingkungan sangat penting. Keterlibatan masyarakat sebaiknya berawal sejak dilakukan
perencanaan ruang dan proses penetapan wilayah untuk industri mineral. Masyarakat setempat dilibatkan dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan usaha industri mineral
serta upaya penanggulangan dampak yang merugikan maupun upaya peningkatan dampak yang menguntungkan. Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap
pengawasan pelaksanaan keterlibatan masyarakat.
Ada berbagai macam resiko di bidang industri mineral yaitu resiko geologi eksplorasi yang berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan produksi,
resiko teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, resiko pasar yang berhubungan dengan perubahan harga, dan resiko kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Resiko-resiko tersebut berhubungan dengan besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha yaitu
produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi menuntut pengembalian keuntungan rate of return yang lebih tinggi Poerwanto, 2007.
Kegiatan industri mineral memiliki sejumlah dampak penting bagi lingkungan. Rencana kegiatan penambangan dan pengolahan hasil yang berkaitan langsung dengan
dampak yang ditimbulkannya. Kegiatan ini terdiri dari tahap pra-konstruksi, operasi, produksi dan pasca kegiatan
green_mining_engL
Sebagai negara penganut “paham” sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat, Indonesia cenderung menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu mengolah
kekayaan sumberdaya alam dan energi secara bijaksana agar kondisi lingkungan tetap lestari dan bermutu tinggi. Lingkungan yang lestari, pembangunan akan tetap berlangsung
dari generasi ke generasi, dan lingkungan yang lestari hanya dapat dilahirkan dari pola pikir yang memiliki rasa bijak lingkungan yang besar Naiola, 1996. Usaha
pertambangan mineral tidak hanya sekedar pemenuhan keuntungan aspek ekonomi dari pengelolaan sumber daya mineral, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan sosial dan
lingkungan. a.
Kebutuhan Sosial Dalam konteks industri mineral , misalnya dengan memberikan kesempatan
berusaha dan mengembangkan usaha bagi masyarakat kecil melalui pemberian pinjaman modal peningkatan sumberdaya kapital, penyediaan berbagai fasilitas
yang mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan lain-lain. Keberpihakan terhadap kelompok masyarakat miskin, masyarakat di perdesaan,
wanita dan anak-anak, ataupun kelompok masyarakat lain yang selama ini diabaikan, perlu dilakukan sehingga tujuan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus
pemerataan dan pengentasan kemiskinan dapat terealisasi. Intinya adalah bahwa pemberdayaan masyarakat adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan dalam
mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Untuk dapat mengelola sumberdaya secara berkelanjutan, kebijaksanaan lingkungan yang lebih menekankan pada konservasi dan perlindungan sumberdaya,
perlu memperhitungkan mereka yang masih bergantung kepada sumberdaya tersebut, untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Bila hal ini tidak diperhatikan, akan
memberikan dampak yang buruk terhadap kemiskinan dan mempengaruhi keberhasilan jangka panjang dalam upaya konservasi sumberdaya dan lingkungan.
Selain itu, masalah hak kepemilikan merupakan faktor penentu dalam pemanfaatan sumberdaya yang efisien, merata dan berkelanjutan. Sumberdaya yang
dimiliki oleh umum tidak jelas hak kepemilikannya telah mengarah pada sumberdaya akses terbuka open access, dimana dalam keadaan ini, siapapun dapat
memanfaatkan sumberdaya yang ada tanpa sedikitpun mempunyai insentif untuk memelihara kelestariannya. Pengukuhan hak-hak kepemilikan akan memperjelas
posisi kepemilikan suatu pihak sehingga pihak tersebut dapat mencapai kelestarian upaya konservasi dan mempertahankan apa yang telah menjadi miliknya dari
intervensi maupun ancaman dari pihak luar. b.
Kebutuhan Lingkungan Pengelolaan limbah pertambangan mineral yang telah dilakukan oleh industri
mineral masih belum mampu mengatasi terjadinya degradasi kualitas lingkungan bio- fisik dan masalah social kemasyarakatan, meskipun beberapa kegiatan pertambangan
telah berorientasi pada industri bersih yang berwawasan lingkungan. Perubahan lingkungan di sekitar pertambangan dapat terjadi setiap saat, sehingga manajemen
pengelolaan limbah yang efektif menjadi indikator keberlanjutan usaha pertambangan mineral.
Sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan diharapkan dapat mencegah dampak pencemaran terhadap daya dukung lingkungan, perubahan perilaku
sosial kemasyarakatan serta pertumbuhan sektor ekonomi informal yang tidak terkendali. Untuk itu seyogyanya pengelolaan lingkungan pertambangan mineral
dituangkan dalam suatu kebijakan yang sistematis dan terarah secara berkelanjutan Weimar Vining 1989.
Kegiatan industri mineral apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, kegiatan industri mineral dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
Kasus Teluk Buyat Sulawesi Utara dan Minamata Jepang adalah contoh kasus keracunan logam berat. Logam berat yang berasal dari limbah tailing
perusahaan tambang serta limbah penambang tradisional merupakan sebagian besar sumber limbah B3 bahan berbahaya dan beracun yang mencemari lingkungan.
Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi di mana merkuri Hg
digunakan sebagai media untuk mengikat emas. Mengingat sifat merkuri yang berbahaya, maka penyebaran logam ini perlu diawasi agar penanggulangannya dapat
dilakukan sedini mungkin secara terarah. Selain itu, untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu dilakukan perbaikan sistem pengolahan yang dapat menekan
jumlah limbah yang dihasilkan akibat pengolahan dan pemurnian emas. Sedangkan industri mineral skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak
lagi. Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk
mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas top soil. Top
Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang
mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan
dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang. Limbah tailing merupakan produk samping, reagen sisa, serta hasil
pengolahan pertambangan yang tidak diperlukan. Tailing hasil penambangan emas biasanya mengandung mineral inert tidak aktif. Mineral tersebut antara lain: kwarsa,
kalsit dan berbagai jenis aluminosilikat. Tailing hasil penambangan emas mengandung salah satu atau lebih bahan berbahaya beracun seperti Arsen As,
Kadmium Cd, Timbal Pb, Merkuri Hg, Sianida CN dan lainnya. Sebagian logam-logam yang berada dalam tailing adalah logam berat yang masuk dalam
kategori limbah bahan berbahaya dan beracun B3. Misalnya, Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun toxic. Unsur ini bila
bercampur dengan enzime di dalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan enzime untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang
penting. Logam Hg ini dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Karena sifatnya beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat berbahaya
jika terhisap oleh manusia, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam
tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri di antaranya kerusakan rambut dan gigi, hilang
daya ingat dan terganggunya sistem syaraf.
2.3 Dampak Lingkungan Industri Mineral di Indonesia