penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia. Oleh karena itu, fiksi merupakan sebuah cerita, karenanya terkandung juga dalamnya tujuan
memberikan hiburan. Membaca sebuah karangan fiktif berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin Nurgiantoro, 2010:3. Cerita
fiksi adalah roman, cerpen, drama, puisi, dan novel.
2.2 Novel
Dalam sastra Indonesia kontemporer, novel adalah suatu cerita dengan suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menganggap kehidupan pria
wanita bersifat imajinatif 2010:62.
Pengertian novel dari kritikus dan pakar sastra Indonesia dijelaskan di bawah ini. H. B. Jassin berpengertian bahwa novel adalah cerita mengenal salah satu episode
dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang luar biasa dalam kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan terjadinya perubahan nasib pada manusia
Purba, 2010:63, dalam Faruk, 1997:262.
Dalam Kamus Istilah Sastra, Abdul rozak zaidan, Anita K. Rustapa, dan Haniāah
menuliskan, novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang
pengarang, dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulis 1994:136, dalam Purba, 2010:63.
Dalam Kamus Istilah Sastra, Panuti Sudjiman berpengertian bahwa novel adalah prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan
serangkaian pristiwa dan latar secara tersusun 1990:54, dalam Purba, 2010:63.
Dalam bahasa Inggris dua ragam fiksi naratif yang utama disebut romance romansa dan novel. Novel bersifat realistik, sedangkan roman bersifat puitik dan
epik. Hal itu menunjukkan bahwa keduanya berasal dari sumber yang berbeda. Novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, misalnya surat, biografi,,
kronik, dan sejarah. Novel berkembang dari dokumen-dokumen, dan secara stilistika menekankan pentingnya detail dan bersifat mimesis. Novel lebih
mengacu kepada realitas yang lebih tinggi dan psikologi yang lebih mendalam. Roman merupakan kelanjutan epik Wellek dan Waren, 1989:282-283, dalam
Purba, 2010:64.
2.3 Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada
lempengan lilin. Keahlian mengguankan alat ini akan memengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan di titik beratkan pada
keahlian untuk menulis indah, maka style berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah Keraf,
2002:112. Gaya bahasa atau langgam bahasa adalah cara penutur mengungkapkan
maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk menyampaikan sesuatu: ada cara yang memakai perlambangan majas metafora, personifikasi; ada cara yang
menekankan kehalusan majas eufemisme, litotes; dan masih banyak lagi majas