Vaksinasi BCG pada Anak Skrining dan Manajemen Kontak

TB Anak 49 Juknis Manajemen TB Anak

BAB VII PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ANAK

A. Vaksinasi BCG pada Anak

Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang dilemahkan yang berasal dari Mycobacterium bovis. Pemberian vaksinasi BCG berdasarkan Program Pengembangan Imunisasi diberikan pada bayi 0-2 bulan. Pemberian vaksin BCG pada bayi 2 bulan harus didahului dengan uji tuberkulin. Petunjuk pemberian vaksinasi BCG mengacu pada Pedoman Program Pemberian Imunisasi Kemenkes. Secara umum perlindungan vaksin BCG efektif untuk mencegah terjadinya TB berat seperti TB milier dan TB meningitis yang sering didapatkan pada usia muda. Saat ini vaksinasi BCG ulang tidak direkomendasikan karena tidak terbukti memberi perlindungan tambahan. Perhatian khusus pada pemberian vaksinasi BCG yaitu : 1. Bayi terlahir dari ibu pasien TB BTA positif Bayi yang terlahir dari ibu yang terdiagnosis TB BTA positif pada trimester 3 kehamilan berisiko tertular ibunya melalui placenta, cairan amnion maupun hematogen. Sedangkan bayi yang terlahir dari ibu pasien TB BTA positif selama masa neonatal berisiko tertular ibunya melalui percik renik. Pada kedua kondisi tersebut bayi sebaiknya dilakukan rujukan 2. Bayi terlahir dari ibu pasien infeksi HIVAIDS Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terbukti infeksi HIVAIDS tidak dianjurkan diberikan imunisasi BCG, bayi sebaiknya dilakukan rujukan untuk pembuktian apakah bayi sudah terinfeksi HIV atau tidak. Sejumlah kecil anak-anak 1-2 mengalami komplikasi setelah vaksinasi BCG. Komplikasi paling sering termasuk abses lokal, infeksi bakteri sekunder, adenitis supuratif dan pembentukan keloid lokal. Kebanyakan reaksi akan sembuh selama beberapa bulan. Pada beberapa kasus dengan reaksi lokal persisten dipertimbangkan untuk dilakukan rujukan. Begitu juga pada kasus dengan imunodefisiensi mungkin memerlukan rujukan. TB Anak 50 Juknis Manajemen TB Anak

B. Skrining dan Manajemen Kontak

Skrining dan manajemen kontak adalah kegiatan investigasi yang dilakukan secara aktif dan intensif untuk menemukan 2 hal yaitu 1 anak yang mengalami paparan dari pasien TB BTA positif, dan 2 orang dewasa yang menjadi sumber penularan bagi anak yang didiagnosis TB. Latar belakang perlunya Investigasi Kontak: 1. Konsep infeksi dan sakit pada TB. 2. Anak yang kontak erat dengan sumber kasus TB BTA positif sangat berisiko infeksi TB dibanding yang tidak kontak yaitu sebesar 24.4– 69.2. 3. Bayi dan anak usia 5 tahun, mempunyai risiko sangat tinggi untuk berkembangnya sakit TB, terutama pada 2 tahun pertama setelah infeksi, bahkan pada bayi dapat terjadi sakit TB dalam beberapa minggu. 4. Pemberian terapi pencegahan pada anak infeksi TB, sangat mengurangi kemungkinan berkembangnya sakit TB. Tujuan utama skrining dan manajemen kontak adalah : 1. Meningkatkan penemuan kasus melalui deteksi dini dan mengobati temuan kasus sakit TB. 2. Identifikasi kontak pada semua kelompok umur yang asimtomatik TB, yang berisiko untuk berkembang jadi sakit TB 3. Memberikan terapi pencegahan untuk anak yang terinfeksi TB, meliputi anak usia 5 tahun dan infeksi HIV pada semua umur. Kasus TB yang memerlukan skrining kontak adalah semua kasus TB dengan BTA positif dan semua kasus anak yang didiagnosis TB. Skrining kontak ini dilaksanakan secara sentripetal dan sentrifugal. Istilah yang digunakan pada skrining dan manajemen kontak 1. Kasus Indeks : Kasus yang diidentifikasi sebagai kasus TB baru atau berulang; dapat berupa sumber kasus dewasa, atau anak sakit TB 2. Sumber Kasus : Kasus TB biasanya BTA sputum positif yang menyebabkan infeksi atau sakit pada kontak. TB Anak 51 Juknis Manajemen TB Anak 3. Investigasi kontak : Proses sistematis yang diitujukan untuk mengiden- tifikasi kasus TB yang belum terdiagnosis pada sekelompok orang yang kontak dengan kasus indeks 4. Kontak erat : Hidup dan tinggal bersama dalam satu tempat tinggal dengan sumber kasus contoh ayah, ibu, pengasuh, dll atau mengalami kontak yang sering dengan sumber kasus contoh sopir, guru, dll. 5. Kontak serumah : Seseorang yang saat ini tinggal bersama atau pernah tinggal bersama di satu tempat tinggal selama satu malam atau lebih ATAU seringbeberapa hari, bersama-sama dengan kasus indeks selama 3 bulan sebelum diagnosis atau mulai terapi TB. 6. Terapi preventif : Pengobatan yang diberikan kepada kontak yang diidentifikasi infeksi TB. Yang memiliki risiko berkembangnya sakit TB setelah terpapar dengan sumber kasus TB BTA positif, bertujuan untuk mengurangi kejadian sakit TB. Langkah Pelaksanaan Skrining Kontak  Jika Kasus Indeks adalah dewasa BTA positif • Tentukan berapa jumlah anak yang kontak dengan kasus indeks, sesuai dengan definisi di atas • Setiap anak yang sudah diidentifikasi, harus dilakukan evaluasi tentang ada atau tidaknya infeksi dan gejala TB lihat bab diagnosis • Jika terdapat gejala sugestif TB, harus dievaluasi untuk kemungkinan sakit TB lihat bab diagnosis • Catat semua anak yang teridentifikasi sebagai kontak TB pada register TB 01 Gejala utama TB a. BB turun atau sulit naik b. Demam menetap 2 minggu dan atau keringat malam c. Batuk menetap ≥ 3 minggu, non remitting d. Nafsu makan tidak ada disertai gagal tumbuh e. Fatique, kurang bermain, kurang aktif f. Diare menetap 2 minggu TB Anak 52 Juknis Manajemen TB Anak • Kontak dengan gejala sugestif TB harus dievaluasi menggunakan sistem skoring. • Jika tidak ada gejala sugestif TB, maka anak dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan pengobatan preventif dengan Isoniazid selama 6 bulan apabila anak berumur 5 tahun.  Jika kasus indeks adalah anak dengan sakit TB • Tentukan sumber kasus dengan melakukan identifikasi terhadap orang dewasa yang pernah kontak erat dan atau kontak serumah sesuai definisi di atas dalam 3 bulan terakhir. • Jika dapat diidentifikasi, evaluasi apakah tersangka sumber kasus TB dewasa tersebut sudah didiagnosis atau telah mendapat terapi TB. • Jika belum, pastikan sumber kasus mendapat manajemen yang layak sesuai pedoman kasus TB dewasa • Identifikasi juga anak lain yang mungkin sudah terpapar dari tersangka sumber kasus tersebut dan evaluasi sesuai langkah- langkah di atas.

C. Tatalaksana Pencegahan dengan Isoniazid