Tujuan pengukuran LILA Cara pengukuran LILA Hubungan LILA Ibu hamil dengan Berat Bayi Lahir

bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya kecil untuk masa kehamilan = KMK ; 3 Kedua-duanya 19,20,27 Dari pengertian diatas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu Prematur murni dan Dismaturitas. . 2.4.1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. 22,26 2.4.2. Disamaturitas atau Kecil Masa Kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan KMK

2.5 Lingkar Lengan Atas LILA

Lingkar lengan atas adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran secara praktis yang digunakan untuk memeriksa ukuran lingkar lengan atas. Menurut I Dewa Nyoman S 2002 pengukuran LILA adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam untuk mengetahui kelompok beresiko KEK. Depkes RI 2000 menetapkan nilai ambang batas LILA Wanita Usia Subur WUS dan ibu hamil dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. 22 6

2.5.1 Tujuan pengukuran LILA

Tujuan pengukuran LILA adalah : 6 - Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, dan untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah BBLR. - Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK. - Mengembangkan gagasan-gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. - Meningkatkan peran petugas lintas sektor dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK. - Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.

2.5.2 Cara pengukuran LILA

1. Pengukuran dilakukan pada lengan kiri dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas 23,5 cm batas antara merah dan putih 2. Tetapkan posisi bahu dan siku. Lengan harus dalam posisi bebas lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. 3. Letakkan pita antara bahu dan siku. Alat pengukur harus dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau berlipat-lipat sehingga permukaan tidak rata. 4. Tentukan titik tengah lengan. 5. Lingkarkan pita LILA.Jangan terlalu ketat atau longgar. 6. Baca skala pengukuran.

2.5.3 Hubungan LILA Ibu hamil dengan Berat Bayi Lahir

Salah satu cara untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita atau tidak menderita KEK adalah dari ukuran LILA, jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut dikatakan KEK atau gizi kurang dan beresiko melahirkan bayi dengan BBLR. Dari hasil penelitian Ngare dan Neuman pada 148 wanita hamil di Kenya tahun 1998 menyimpulkan bahwa faktor-faktor prediktor BBLR antara lain, ukuran BMI, LILA, kadar Hb dan masukan gizi. Bila masukan zat gizi kurang memadai maka akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Sebagai respon terhadap pertumbuhan janin dan plasenta yang cepat serta kebutuhan – kebutuhan yang semakin meningkat, ibu hamil mengalami perubahan metabolik. Sebagian besar pertambahan berat badan selama hamil dihubungkan dengan uterus dan isinya, payudara, berubahnya volume darah serta cairan ekstrasel dan ekstravaskuler. Penambahan berat badan adalah akibat perubahan metabolik yang menyebabkan bertambahnya air dalam sel dan penumpukan lemak dan protein. Adanya asumsi bahwa pada trimester I dan II terjadi penimbunan cadangan lemak antara lain lemak bawah kulit sedang pada trimester III terjadi pemakaian cadangan lemak yang maksimal maka dengan demikian ada perubahan ukuran lingkar lengan atas sesuai dengan perubahan lemak bawah kulit dan ada hubungannya dengan berat badan lahir. 7,8,10 Bhargava dkk 2000 11 dalam penelitiannya di Kenya menyimpulkan bahwa status gizi ibu mempunyai hubungan yang positif dengan berat bayi lahir. Temuan tersebut didukung oleh hasil penelitian Humphrey dan Holzheimer 2000 12 yang menyatakan bahwa status gizi yang rendah mempunyai korelasi dengan BBLR. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Rodrigues dan Barros 1998 13 menemukan bahwa aktifitas ibu hamil dan status gizinya sangat penting terhadap risiko bayi prematur atau BBLR. Penelitian serupa juga diungkapkan oleh Ogunyemi dkk 1998 14 menemukan bahwa ada hubungan antara status gizi dan kenaikan berat badan ibu hamil dengan keadaan bayi perinatal dan berat lahirnya. Jadi status gizi normal dan kenaikan berat badan yang ideal pada ibu hamil berhubungan dengan penurunan komplikasi bayi perinatal dan optimalisasi berat badan lahir. Demikian juga menurut Merchant dkk 1999 25 dalam penelitiannya menemukan bahwa status gizi ibu adalah salah satu faktor yang menjadi pertimbangan penting sebagai indikator terhadap hasil kelahiran birth outcome. Hasil penelitian di Indonesia seperti dilakukan Budijanto dkk 2000 15 di Madiun, Jawa Timur menemukan bahwa risiko terhadap kejadian berat bayi lahir rendah ada kaitan ukuran lingkar lengan atas dan pekerjaan berat. Temuan ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Purdyastuti di RS Fatmawati Jakarta 1994 dikutip dari 16 yang menyimpulkan adanya hubungan antara status gizi ibu yang dinilai dari LILA dengan berat bayi lahir. skema Tindak Lanjut pengukuran LILA 7 PENGUKURAN LILA WUS Wanita Usa Subur ≥ 23,5 cm RESIKO KEK BUKAN RESIKO KEK Anjuran : - Makan cukup dengan pedoman Umum Gizi Seimbang - Hidup sehat - Tunda kehamilan - Bila hamil segera rujuk sedini mungkin - Diberi penyuluhan Anjuran : - Pertahankan kondisi kesehatan - Bila hamil , periksa kehamilan kepada petugas kesehatan 23,5 cm

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir