Permasalahan Harga Kakao Fermentasi dan

51 eksportir nasional, namun tetap mengedepankan kepentingan petani kakao. Di samping itu, peran serta perusahaan eksportir asing PMA perlu diarahkan agar pelaksanaan pemasaran lebih baik daripada pelaksanaan pemasaran sebelum adanya perusahaan asing. Terakhir, perlu dikembangkan pola kemitraan antara perusahaan asing dengan perusahaan kakao nasional. Pola join operasi atau sistem kuota penjualanpembelian dapat menjadi alternatif solusi kelembagaan dalam rangka kemitraan tersebut.

3.4.1.3 Permasalahan Harga Kakao Fermentasi dan

Non Fermentasi Harga spot kakao Sulawesi cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari harga spot kakao di Malaysia maupun di New York. Berikut perbandingan harga spot kakao di Sulawesi, Malaysia dan New York : Tabel 14 : Harga Spot Kakao di Sulawesi, Malaysia dan New York harga Spot Sulawesi harga Spot Malaysia Harga Kakao New York Tahun Bulan USDTon USDTon USDTon Januari 1832 1764 1701.99 Februari 1785 1717 1813.88 Maret 1945 1904 1924.2 April 1836 1791 1977.2 Mei 2123 1939 2004.84 Juni 2153 2064 2016.69 Juli 2100 1982 2152.65 Agustus 3253 2969 1902.09 September 2928 2705 1938.08 Oktober 2899 2664 1914.68 November 2298 2121 1966.84 2007 Desember 2300 2092 2113.13 Januari 2536 2327 2215.85 Februari 2947 2705 2523.07 Maret 3057 2797 2670.41 April 3253 2969 2628.33 Mei 2829 2574 2689.62 Juni 3253 2969 3021.76 Juli 3115 2831 2953.68 2008 Agustus 2829 2574 2810.47 52 Sumber : www.econstats.com Petani kakao Sulsel menerima harga yang cukup tinggi yaitu antara 80-90 harga New York. Sebagai ilustrasi, pada bulan Juli 2007, harga kakao di New York US 2.141ton = Rp 20.340kg, sedangkan harga di petani Rp 16.500kg atau 81,12 NY. Ilustrasi lain; pada tanggal 10 Maret 2008, harga di New York US 2.727ton = Rp 24.816kg, sedangkan harga dipetani Rp 21.000-21.500kg 84,6-86,6 New York. Harga kakao yang tinggi membuat petani cenderung menjual biji kakao ke pedagang pengumpul untuk dieksport. Biji kakao yang dijual petani umumnya dalam bentuk kakao non fermentasi. Hal ini menyulitkan perusahaan pengolah kakao yang membutuhkan biji kakao fermentasi untuk melakukan proses produksinya. Harga biji kakao non fermentasi di tingkat petani yang tidak berbeda jauh dengan harga biji kakao fermentasi membuat petani kakao cenderung tidak melakukan fermentasi. Petani cenderung menjual biji kakao yang belum difermentasi dengan harga yang hanya berbeda Rp. 1500,- s.d. Rp. 2.500,-. Umumnya petani lebih suka menjual langsung pada saat sesudah panen untuk mendapatkan uang tunai. Biaya yang harus dikeluarkan petani untuk melakukan fermentasi rata-rata Rp. 2000,-Kg, sehingga petani justru merugi bila melakukan fermentasi. 20 Dengan harga kakao on fermentasi yang cukup tinggi, perusahaan pengolahan kesulitan untuk mengimbangi pedagang dalam bersaing mendpatkan biji kakao dari petani. Berikut tabel perbandingan harga kakao non fermentasi dan fermentasi tahun 2008 : 20 Diskusi dengan Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia Sulawesi Selatan 53 Grafik 11 : Perbandingan Harga Kakao di Kab. Tana Toraja Tahun 2008 Perbandingan harga Kakao Fermentasi dan Non Fermentasi di Kab. Tana Toraja Tahun 2008 5,000 10,000 15,000 20,000 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Bulan Rp Kg Kab. Tana Toraja non Fermentasi Kab. Tana Toraja Fermentasi Tabel 15 : Perbandingan Harga Kakao di Kab. Tana Toraja Tahun 2008 Kab. Tana Toraja Keterangan Non Fermentasi Fermentasi Jan 10,000 13,000 Feb 11,000 13,000 Mar 11,500 13,000 Apr 12,500 13,500 Mei 12,000 14,500 Juni 13,000 17,500 Juli 13,000 17,500 Ags 12,000 13,000 Sep 13,000 14,500 Okt 15,000 16,500 Nov 14,000 16,500 Des 15,000 17,500 54 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian Lebih jauh APKAI mengungkapkan bahwa umumnya petani kakao memiliki hutang kepada para pedagang pengumpul kakao, sehingga petani terpaksa menjual kepada pedagang pengumpul tersebut. Antara petani dan pedagang sudah memiliki keterikatan sehingga petani hanya menjual kakao ke pengumpul yang dikenalnya. 21 Meskipun demikian harga kakao di tingkat petni tidak terpaut jauh dengan harga kakao di tingkat pengumpul, yakni hanya terpaut Rp. 200,- s.d Rp. 2.500,-. Selisih harga tertinggi terjadi di Kab. Tana Toraja pada minggu pertama bulan Juni dan Juli 2008, sedangkan pada bulan-bulan lainnya harga hanya terpaut hingga Rp. 1500,-Kg. Berikut tabel perbadingan harga kakao di tingkat petani dan pengumpul : Tabel 16 : Perbandingan Harga Kakao Non Fermentasi di Tingkat Petani dan Pengumpul Tahun 2008 Kab. Kolaka Kab. Tana Toraja Kab. Parigi Moutong Kab. Luwu Timur Keterangan Harga Tingkat Petani Harga Tingkat Pengumpul Harga Tingkat Petani Harga Tingkat Pengumpul Harga Tingkat Petani Harga Tingkat Pengumpul Harga Tingkat Petani Harga Tingkat Pengumpul Jan 14,500 15,000 10,000 12,000 16,750 17,200 14,500 15,000 Feb 14,500 15,000 11,000 12,000 19,100 19,300 14,500 15,000 Mar 17,000 17,500 11,500 12,500 21,800 22,800 17,000 17,500 Apr 14,500 15,000 12,500 15,000 19,000 19,700 14,500 15,000 Mei 16,000 16,500 12,000 13,500 20,700 21,700 16,000 16,500 Juni 19,000 19,500 13,000 15,500 22,500 23,500 19,000 19,500 Juli 21,000 22,000 13,000 15,500 26,600 26,900 21,000 22,000 Ags 18,500 19,000 12,000 12,500 21,100 21,600 18,500 19,000 Sep 17,500 18,000 13,000 12,500 20,800 21,800 17,500 18,000 Okt 13,500 14,500 15,000 15,500 18,250 20,250 13,500 14,500 Nov 9,500 10,000 14,000 15,500 16,000 16,700 9,500 10,000 Des 18,500 19,000 15,000 16,500 21,000 22,500 18,500 19,000 Sumber : Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian data minggu I per bulan tahun 2008 Di lain pihak, harga kakao di tingkat eksportir cukup tinggi. Hal ini terlihat pada perbandingan harga spot kakao di Makassar. Perbedaan harga spot dengan 21 Ibid 55 harga tingkat pengumpul isa mencapai Rp. 12.000kg, seperti yang terjadi pada periodel bulan November 2008. Rata-rata Harga spot kakao Makassar mencapai Rp. 22.023,-Kg, sedangkan harga kakao tingkat pengumpul di Kolaka dan Luwu Timur pada minggu pertama Bulan November di hanya mencapai Rp. 10.000,-kg . Berikut tabel perbandingan harga spot kakao di Makassar dengan Harga Pengmpul di beberapa kabupaten sentra produksi kakao : Tabel 17 : Perbandingan harga Spot Kakao Makassar dan Harga di Tingkat Pengumpul Harga Pengumpul Periode Rata-rata Harga Spot Makassar Kolaka Tana Toraja Luwu Timur Januari 16669 15,000 12,000 15,000 Februari 20507 15,000 12,000 15,000 Maret 22381 17,500 12,500 17,500 April 21302 15,000 15,000 15,000 Mei 23290 16,500 13,500 16,500 Juni 25729 19,500 15,500 19,500 Juli 25102 22,000 15,500 22,000 Agustus 23464 19,000 12,500 19,000 September 22940 18,000 12,500 18,000 Oktober 19751 14,500 15,500 14,500 November 22023 10,000 15,500 10,000 Desember 25329 19,000 16,500 19,000 Sumber : BAPEGGTI rata-rata harga spot harian di Makassar Sumber : Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian data minggu I per bulan tahun 2008 Grafik 12 : Perbandingan harga Spot Kakao Makassar dan Harga di Tingkat Pengumpul 56 Perbandingan Harga Spot Kakao Makassar dan Harga di Tingkat Pengumpul 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Jan ua ri Febr uar i Ma re t A pr il Me i Ju ni Jul i Ag us tus S ept em ber Ok to ber N ove m ber De se m be r Rata-rata Harga Spot Makassar Kolaka Tana Toraja Luwu Timur Dari grafik perbandingan harga di atas dapat disimpulkan bahwa pihak pihak yang lebih banyak menikmati tingginya harga kakao Sulawesi adalah pedagang eksportir kakao dengan selisih harga yang mencapai Rp. 12.000,-kg. Hal ini menunjukkan pedagang eksportir banyak diuntungkan dengan sistem perniagaan kakao yang ada di Sulawesi saat ini.

3.5 Dugaan Pelanggaran UU No. 51999