Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

b. Fungsi legeslatif, didapati dalam musyawarah duk pakat, yang dihadiri oleh perangkat fungsionaris Gampong, yaitu Keuchik , Teungku Sago, Tuha Peut, Tuha Lapan Cerdik pandai. c. Fungsi yudikatif, didapati pada rapat paripurna rapat Gampong dan atau melalui musyawarah perangkat Gampong, yang bersifat evaluasi dan mengontrol terhadap berfungsi tidaknya segala tatatan dan keputusan- keputusan kebijakan yang telah ditetapkan. Untuk berjalannya pelaksanaan adat dengan baik dan berwibawa, sangat ditentukan oleh pimpinan Gampong yaitu Keuchik . Ia harus berpucuk keatas dan berakar ke bawah dan mampu mengayomi, sehingga memiliki ikatan lahir bathin dengan rakyat. Hal ini terlihat dari cara lembaga adat menyelesaikan sengketa, kaidah hukum yang menjadi pegangan dalam penyelesaian itu, serta pelaksaanaan keputusan adat itu.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian dan kenyataan tersebut diatas, timbul beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana mekanisme cara lembaga adat Aceh menyelesaikan sengketa masyarakat Aceh? 2. Apa saja kaedah hukum pertimbangan yang digunakan lembaga adat Aceh dalam menyelesaikan sengketa? 3. Bagaimana efektifitas pelaksanaan putusan lembaga adat Aceh dalam menyelesaikan sengketa pada masyarakat Aceh? Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui mekanisme cara lembaga adat Aceh menyelesaikan sengketa. 2. Untuk mengetahui kaidah pertimbangan yang digunakan lembaga adat Aceh dalam menyelesaikan sengketa. 3. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan putusan lembaga adat Aceh dalam menyelesaikan sengketa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian dapat dilihat secara teoritis dan secara praktis yaitu: 1. Secara teoritis, penelitian dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya di bidang hukum adat dan pelaksanaannya dalam kaitannya terhadap suku Aceh. 2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini dapat sebagai bahan pegangan dan rujukan dalam mempelajari tentang lembaga adat pada masyarakat Aceh dan efektifitasnya, bagi para akademis, mahasiswa dan masyarakat umum.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi dan penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara khusus pada Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan judul ”Efektifitas Putusan Penyelesaian Sengketa Oleh Lembaga Adat Aceh” Universitas Sumatera Utara belum pernah dilakukan. Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, 18 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. 19 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis. 20 Teori yang dipakai sebagai pisau analisis penyelesaian sengketa yang dikenal dalam hukum Islam yaitu dengan cara sulhu perdamaian. Perintah melakukan sulhu terdapat dalam Al-Quran di Surat An Nisa ayat 126. Cara ini sudah dikenal di kalangan bangsa Arab mulai masa pra Islam. Pada waktu itu meskipun belum terdapat sistem peradilan yang teroganisir, setiap ada persengketaan mengenai hak seseorang sering kali diselesaikan melalui wassith juru damai yang ditunjuk oleh orang yang bersangkutan. Lembaga ini terus dikembangkan sebagai alternatif penyelesaian sengketa dengan memodifikasi yang 18 J.J.J. M. Wuisman, dalam M. Hisyam, 1996, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, Jakarta, FE UI, h. 203. M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27. menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. 19 Ibid, h. 16 20 M. Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian,, Bandung, CV. Mandar Madju, h. 80. Universitas Sumatera Utara pernah berlaku pada masa pra Islam. Tujuan dari penyelesaian sengketa ini adalah agar tidak terjadi putusnya silaturrahmi diantara mereka yang bersengketa; 21 Syarat sulhu menurut ulama fikih adalah sebagai berikut: 1. Syarat yang terkait dengan kedua belah pihak yang melakukan perdamaian: a. Kedua belah pihak adalah orang yang cakap bertindak hukum b. Jika salah satu pihak yang akan melakukan sulhu adalah anak kecil, baik sebagai tergugat maupun penggugat, maka disyaratkan perdamaian yang dilakukan itu tidak membawa mudharat baginya. c. Orang yang bertindak atas nama anak kecil dalam perdamaian adalah orang yang memiliki hak untuk mengelola hartanya, seperti ayah atau kakek. 2. Syarat yang terkait dengan objek sulhu: a. Objek itu adalah sesuatu yang bernilai harta, baik berupa materi dan utang, maupun manfaaat. b. Harta itu bernilai bagi umat Islam. c. Objeknya jelas. d. Harta itu milik orang yang digugat dan berada di bawah penguasaannya. 3. Syarat yang terkait dengan persengketaan yang didamaikan: a. Objek persengketaan merupakan hak pribadi semata-mata. b. Yang dipersengketakan itu merupakan hak penggugat. 21 Hasballah dalam Iman Jauhari, 2009, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press, Medan, h. i. Universitas Sumatera Utara 4. Syarat yang terkait dengan ijab dan kabul adalah bahwa kabul harus sejalan dengan ijab 22 . Teori lain yang juga dipakai sebagai pisau analisis dalam penyelesaian sengketa dalam hukum Islam yaitu Islah. Islah artinya memperbaiki, mendamaikan, dan menghilangkan sengketa atau kerusakan. Berusaha menciptakan perdamaian, membawa keharmonisan, menganjurkan orang untuk berdamai, melakukan perbuatan baik, berperilaku sebagai orang suci. 23 Islah yang ada kaitannya dengan pewarisan, khususnya mengenai wasiat. Dalam Surat al-Baqarah 2 ayat 182, Allah SWT memerintahkan umat Islam agar jika melihat pelaksanaan wasiat yang menyimpang dan mengakibatkan pembuatnya terjatuh ke dalam dosa, untuk segera mengadakan Islah. Sementara eksistensi kebiasaan adat yang berkembang sebagai hukum di masyarakat menurut perspektif Islam dapat dilihat dari pendapat Prof. Dr. H.M. Hasballah Thaib M.A. dalam bukunya Tajdid, Reaktualisasi dan Elastisitas Hukum Islam menyatakan : “Urf atau adat kebiasaan adalah suatu yang telah dibiasakan oleh masyarakat dan dijalankan terus menerus baik berupa perkataan ataupun perbuatan. Para ulama mazhab Maliki membagi adat urf kepada tiga macam, yaitu : a. Urf adat yang timbul oleh semua ulama, yaitu adat yang ditunjuki oleh nash 22 Iman Jauhari, 2009, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam,Medan, Pustaka Bangsa Press, h.64-65 23 Hasballah Thaib dan Zamakhsyari Hasballah, 2008, Tafsir Tematik Al-Qur an,, Medan, Pustaka Bangsa, h. 147. Universitas Sumatera Utara b. Adat yang jika diambil berarti mengambil sesuatu yang dilarang oleh syara‟ atau meninggalkan sesuatu yang tugas syara‟ adat ini tidak ada nilainya c. Adat yang tidak dilarang syara‟ dan tidak ditunjuki untuk mengamalkannya 24 . Fikih Muamalah mengatur hubungan kepentingan antar sesama manusia yang dalam Al- Qur‟an disebut habl min an-naas. Hanafi berpendapat bahwa pokok-pokok urusan agama salah satunya adalah muamalah. Muamalah meliputi transaksi kehartabendaan seperti jual-beli, perkawinan dan hal-hal yang berhubungan dengannya, urusan persengketaan gugatan, peradilan dan sebagainya dan pembagian warisan. 25

2. Konsepsi