PENGARUH STRUKTUR DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNACE TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN Pengaruh Struktur dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI yang Terga

(1)

PENGARUH STRUKTUR DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNACE TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN

MANDATORY DISCLOSURE

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI yang Tergabung pada LQ45 Periode 2011-2015)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:

SATRIAVI MEGA NANDA B 200 130 019

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH STRUKTUR DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNACE TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN

MANDATORY DISCLOSURE

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI yang Tergabung pada LQ45 Periode 2011-2015)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

SATRIAVI MEGA NANDA B 200 130 019

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing


(3)

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 21 Januari 2017 Penulis

SATRIAVI MEGA NANDA B 200 130 019


(5)

1

PENGARUH STRUKTUR DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNACE TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN

MANDATORY DISCLOSURE

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI yang Tergabung pada LQ45 Periode 2011-2015)

Abstrak

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah komite audit, jumlah rapat komite audit, proporsi komisaris independen, dan jumlah rapat dewan komisaris terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang tergabung pada LQ periode 2011-2015 yang berjumlah 141 perusahaan. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dalam menganalisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, jumlah rapat komite audit dan jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure, sedangkan kepemilikan institusional, jumlah komite audit dan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.

Kata kunci: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah komite audit, jumlah rapat komite audit, proporsi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, tingkat kepatuhan mandatory disclosure

Abstract

The purpose of this research is to know the effect of managerial ownership, institutional ownership, the number of the audit committee, the number of audit committee meetings, the proportion of independent commissioners, and the number of board meetings on the level of compliance with mandatory disclosure. The population in this research is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange are incorporated in the LQ45 period 2011-2015 totaling 141 companies. In this study, the sampling technique used purposive sampling method. This study in analyzing data using multiple linear regression analysis. The results showed that managerial ownership, the number of audit committee meetings, and the number of board meetings effect on the level of compliance with mandatory disclosure, while institutional ownership, the number of the audit committee and proportion of independent commissioners does not affect the level of compliance with mandatory disclosure.

Keywords: managerial ownership, institutional ownership, the number of the audit committee, the number of audit committee meetings, the proportion of independent directors, the number of board meetings, the compliance level of mandatory disclosure.


(6)

2 1. PENDAHULUAN

Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber ekonomi menjadi barang dan jasa agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat. Di era globalisasi, perkembangan teknologi dan arus informasi yang pesat menuntut perusahaan untuk dapat menyajikan informasi yang berguna bagi pengguna informasi, seperti shareholder dan stakeholder. Hal itu menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat dan kompetitif. Tujuan perusahaan bukan hanya untuk memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat melainkan juga mampu bersaing dengan perusahaan lain agar keberlangsungan perusahaan tetap berjalan dan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi para pengguna. (Widjayanti dan Wahidawati, 2015).

Persaingan perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif harus diikuti dengan penyajian informasi yang berupa laporan tahunan yang baik dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Laporan keuangan tahunan merupakan suatu media yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja perusahaan dan mengkomunikasikan hasil informasi keuangan tersebut kepada pihak luar dengan tujuan untuk menarik para investor supaya mereka menginvestasikan modal ke perusahaan. (Sutiyok dan Rahmawati, 2013). Proses pembuatan laporan tahunan tidak lepas dari penelitian mengenai kelengkapan pengungkapan (disclosure) dalam laporan tahunan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diterangkan bahwa kewajiban untuk menyampaikan dan mengumumkan laporan keuangan yang berisi informasi berkala tentang kegiatan usaha dan keadaan keuangan perusahaan publik. Hal tersebut mengemukakan bahwa sarana untuk memberikan komunikasi dan informasi keuangan yang harus diungkapkan secara transparan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

Laporan keuangan yang diungkapkan tersebut diharapkan mampu memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan


(7)

3

yang berkaitan dengan investasi dana yang mereka kontribusikan untuk perusahaan. Untuk itu para pemegang saham menginginkan pengungkapan yang transparan. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan tahunan sangatlah penting, karena semakin luas atau semakin banyak laporan keungan yang diungkapkan maka, perusahaan akan dipandang berkualitas baik. (Sutiyok dan Rahmawati, 2013).

Mandatory disclosure didefinisikan sebagai suatu pengungkapan informasi yang wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu kepada pihak luar perusahaan.Mandatory disclosure bertujuan memenuhi kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan, memastikan pengendalian kualitas kinerja melalui ketaatan terhadap hukum dan standar akuntansi yang berlaku (Prawinandi, Suhardjanto dan Triatmoko, 2012). Terdapat dua sifat pengungkapan, yaitu pengungkapan yang didasarkan pada ketentuan (required/regulated/mandatory disclosure) dan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure). Mandatory disclosure mengacu pada informasi yang harus diungkapkan sebagai konsekuensi dari adanya ketentuan perundang-undangan, pasar saham, komisi bursa saham atau peraturan akuntansi dari pihak yang berwenang, sedangkan voluntary disclosure merupakan informasi yang diungkapkan secara sukarela oleh perusahaan (Adina & Ion, 2008).

Corporate governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang. (Istiqomah dan Pujiati, 2015).

Penelitian ini dilatarbelakangi motivasi bahwa penelitian tentang tingkat kepatuhan mandatory disclosure banyak dilakukan di Indonesia, namun hasilnya berbeda-beda. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi bidang teori akuntansi keuangan khususnya menguji teori agensi serta untuk menguji pengaruh struktur corporate governance yang didalam penelitian ini diproksikan oleh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah komite


(8)

4

audit, jumlah rapat komite audit, proporsi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.

2. METODE

2.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung pada Indeks LQ45 selama periode 2011-2015 yang berjumlah 141 perusahaan. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan.

2.2 Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure (Variabel Dependen)

Pengungkapan merupakan suatu bentuk yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk memberikan informasi kepada para investor dan calon investor. Item tingkat kepatuhan mandatory disclosure oleh BAPEPAM dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012 terdapat total skor tingkat kepatuhan mandatory disclosure adalah 152. Indikator tingkat kepatuhan mandatory disclosure dengan cara memberi skor 1 untuk item yang diungkapkan, skor 0 pada item yang tidak diungkapkan, dan NA (Not

Applicable) pada item yang tidak dapat diterapkan pada perusahaan tersebut menurut

Al-Mutawaa dan Hewaidy (2010) dalam Utami, Suhardjanto, dan Hartoko (2012). =

x 100% Dimana:

= Skor kepatuhan pengungkapan wajib perusahaan manufaktur B pada tahun Y

= Jumlah item yang diungkapkan perusahaan manufakturpada tahun Y

= Nilai maksimum yang mungkin dicapai perusahaan manufaktur B pada tahun Y


(9)

5

2.3 Kepemilikan Manajerial (Variabel Independen)

Semakin banyak kepemilikan saham manajerial maka semakin besar pula tanggung jawab yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Al-Fayoumi et al. (2010) dalam Fauziah (2015) Manajer memiliki insentif yang lemah untuk bertindak sesuai kepentingan pemegang saham sehingga diperlukan kepemilikan manajerial untuk memotivasi manajer agar dapat memaksimalkan kinerjanya. Menurut Kusumawati, Sari, dan Trisnawati (2013) indikator yang digunakan dalam mengukur kepemilikan manajerial adalah menggunakan variabel dummy, yaitu apabila terdapat kepemilikan manajerial diberi nilai 1, sedangkan apabila tidak terdapat kepemilikan manajerial diberi nilai 0.

2.4 Kepemilikan Institusional (Variabel Independen)

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain. Menurut Alvionita dan Taqwa (2015) Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer yang akan menyembunyikan informasi demi kepentingan pihak tertentu. Menurut Widjayanti dan Wahidawati (2015) indikator yang digunakan adalah persentase jumlah saham yang dimilki institusi dari seluruh saham yang beredar.

KI =

x 100% 2.5 Jumlah Komite Audit (Variabel Independen)

Komite audit adalah komite yang bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindaklanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen (BAPEPAM-LK, 2010). Ukuran yang digunakan


(10)

6

dalam penelitian ini adalah jumlah anggota komite audit dalam perusahaan (Prawinandi, Suhardjanto dan Triatmoko. 2012).

2.6 Jumlah Rapat Komite Audit (Variabel Independen)

Rapat yang dilaksanakan oleh komite audit yang difungsikan untuk mengoordinasikan dan mengkomunikasikan antara pihak manajemen maupun auditor eksternal mengenai pengungkapan yang ada pada laporan keuangan. Kusumastuti, Supatmi dan Sastra, (2007) indikator untuk mengukur jumlah rapat komite audit ini dengan cara jumlah rapat komite audit pada laporan tahunan perusahaan selama satu tahun.

2.7 Proporsi Komisaris Independen (Variabel Independen)

Proporsi komisaris independen berfungsi untuk memastikan transparansi, struktur yang sehat, dan pengambilan keputusan yang rasional. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang mempunyai posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar dapat tercipta perusahaan yang good corporate governance. Indikator yang digunakan untuk mengukur proporsi komisaris independen ini adalah presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris.

PCI =

x 100% 2.8 Jumlah Rapat Dewan Komisaris (Variabel Independen)

Rapat dewan komisaris harus memiliki jadwal pertemuan tetap dan dapat dilakukan pertemuan tambahan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Menurut Ettredge et al. (2010) serta Allegrini dan Greco (2011) dalam Utami, Suhardjanto, dan Hartoko (2012) indikator pengukuran jumlah rapat dewan komisaris yaitu jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam satu tahun.

2.9 Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel dependen,


(11)

7

sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independen.Sehingga analisis regresi linear berganda yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut:

TKMD = α + β1 KM + β2 KI + β3 JKA + β4 JRKA + β5 PCI + β6 JRDK e

Keterangan:

TKMD = Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure α = Konstanta

β = Slope atau Koefisien Regresi KM = Kepemilikan Manajerial KI = Kepemilikan Institusional JKA = Jumlah Komite Audit JRKA = Jumlah Rapat Komite Audit PCI = Proporsi Komisaris Independen JRDK = Jumlah Rapat Dewan Komisaris e = Error

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Uji Asumsi Klasik

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,322, yang berarti lebih besar dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa seluruh data berdistribusi normal. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa seluruh variabel independen memiliki VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson

menunjukkan du < d < 4 – du (1,817 < 1,921 < 2,183), maka dapat dikatakan bahwa H0 = tidak ada autokorelasi, positif atau negatif, tidak ditolak, yang artinya bahwa dalam model tersebut tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji heteroskedastisitas


(12)

8

menunjukkan P > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (2,179> 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,031< 0,05, sehingga H1 diterima yang artinya bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

mandatory disclosure. Dengan demikian, kepemilikan manajerial dapat

mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini membuktikan semakin besar kepemilikan manajerial perusahaan maka tingkat monitoring semakin kuat sehingga manajer akan lebih meningkatkan tingkat kepatuhan mandatory disclosure.

3.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (0,263< 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,793> 0,05, sehingga H2 ditolak yang artinya bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, kepemilikan institusional tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini disebabkan karena pihak institusi sebagai pemilik tidak begitu memperhatikan tingkat kepatuhan pengungkapan wajib yang dilakukan perusahaan tetapi lebih memperhatikan informasi yang penting untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Selain itu, intitusi sebagai pihak pemilik merasa merasa tidak bertanggungjawab terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan wajib karena hanya menggunakan hasil akhir dari laporan keuangan dan bukan sebagai pembuat laporan keuangan.


(13)

9

3.2.3 Pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung < ttabel (-1,726< 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,080> 0,05, sehingga H3 ditolak yang artinya bahwa jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, jumlah komite audit tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini membuktikan bahwa jika jumlah anggota komite audit terlalu besar maka bila melakukan komunikasi dan koordinasi dalam komite audit akan sulit dilakukan sehingga tugas pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan komite audit untuk membantu dewan komisaris menjadi kurang efektif sehingga tidak dapat mendorong manajemen untuk melakukan

mandatory disclosure.

3.2.4 Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung < ttabel (2,376> 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,019< 0,05, sehingga H4 diterima yang artinya bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, jumlah rapat komite audit mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Penjelasannya adalah perusahaan yang melakukan rapat komite audit lebih banyak dalam setahun cenderung melakukukan pengungkapan wajib lebih banyak, serta terdapat kemungkinan bahwa rapat tersebut dapat terkoordinasi dan dikomunikasikan dengan baik untuk mendapat proses pelaporan yang terungkap dan transparan terhadap komite audit.

3.2.5 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure


(14)

10

Dalam penelitian ini proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (0,849 < 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,398 > 0,05, sehingga H5 ditolak yang artinya bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, proporsi komisaris independen tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hal ini bisa dikarenakan keberadaan anggota dewan komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membuat komisaris independen tersebut mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris, jika komisaris independen merupakan pihak mayoritas (>50%) mungkin dapat lebih efektif dalam memonitor perusahaan.

3.2.6 Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Komisaris terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung < ttabel (2,389 > 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05, sehingga H6 diterima yang artinya bahwa jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, jumlah rapat dewan komisaris mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hal ini mengidentifikasikan kesadaran perusahaan untuk melakukan pengungkapan wajib dengan berdasarkan tinggi rendahnya intensitas rapat dewan komisaris, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya intensitas rapat dewan komisaris merupakan pertimbangan untuk tingkat mandatory disclosure.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan


(15)

11

tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory

disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rapat dewan komisaris

berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.

4.2 Implikasi

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dalam meneliti secara mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure.

2. Perusahaan manufaktur yang tergabung pada Indeks LQ45 dapat memenuhi tingkat mandatory disclosure sesuai yang telah ditentukan oleh Bapepam-LK. 3. Bagi investor sendiri yang akan menanamkan modalnya pada suatu perusahaan

harus lebih memperhatikan tingkat kepatuhan mandatory disclosure oleh perusahaan karena pada akhirnya hal ini akan berdampak terhadap para pemegang saham diperusahaan.

4.3 Keterbatasan

Berdasarkan simpulan di atas, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

a. Periode yang digunakan masih terbilang pendek sehingga sampel yang digunakan terbatas.

b. Terbatasnya jumlah variabel independen dalam penelitian ini hanya enam yaitu: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah komite audit, jumlah rapat komite audit, proporsi komisaris independen, dan jumlah rapat dewan komisaris.

c. Jenis perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang tergabung pada LQ45 saja, sehingga bisa diterapkan untuk semua jenis perusahaan.


(16)

12 4.4 Saran

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, ada beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya:

a. Periode yang digunakan dapat diperpanjang, agar dapat menjelaskan hubungan pengaruh dan menunjukkan hasil yang akurat.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak variabel independen, misalnya latar belakang komisaris utama, proporsi dewan komisaris wanita, kepemilikan publik, kepemilikan asing, dan variabel lainnya.

Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan semua jenis perusahaan sebagai sampel, dengan harapan hasil penelitian dapat digeneralisasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adina, P. dan P. Ion. 2008. “Aspects Regarding Corporate Mandatory and Voluntary

Disclosure”. Annals Faculty of Economics Journal 3 (1): 1407-1411.

Alvionita, I. dan Taqwa, S. 2015. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Mekanisme

Corporate Governance terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure.

SNEMA.

Boediono, Gideon SB., 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII : Ikatan Akuntan Indonesia.

Fauziah, I. 2015. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Pasca Konvergensi IFRS. Jurnal Bisnis dan

Manajemen. 5 (2): 279-304.

Ghozali, I. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20. Edisi 6. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali, I. dan Chariri, A. 2007. Teori Akuntansi. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gunawan, B. dan Hendrawati, E.R. 2016. Peran Struktur Corporate Governance

dalam Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib Periode Setelah Konvergensi IFRS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). BAKI. 1 (1): 71-83.

Hafiz, M., Adriani, A., dan Chairina. 2015. Pengaruh Struktur Corporate Governance

terhadap Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib Konvergensi IFRS pada Laporan Laba Rugi Komprehensif (Studi pada Perusahaan Perbankan yang


(17)

13

Herawati, Vinola, 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating

Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai

Perusahaan.Simposium Nasional Akuntansi XI. http://www.idx.co.id.

Istiqomah, S.R.N. dan Pujiati, D. 2015. Pengaruh Struktur Corporate Governance

terhadap Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib IFRS pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. 1-18.

Kharis, A. dan Suhardjanto, D. 2012. Corporate Governance dan Ketaatan Pengungkapan Wajib pada Badan Usaha Milik Negara. Jurnal Keuangan dan Perbankan. 16 (1): 37-44.

Kusumawati, E., Sari, S.P., dan Trisnawati, R. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Praktik Earnings

Management. Proceeding Seminar Nasional dan Call for Papers Sancall.

123-136.

Kusumastuti. S., Supatmi, dan P. Sastra. 2007. Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 9. Nomor 2; 88-98.

Prawinandi, W., Suhardjanto, D., dan Triatmoko, H. 2012. Peran Struktur Corporate

Governance dalam Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Konvergensi

IFRS. 1-26.

Supriyono, E., Mustaqim, A.A., dan Suhardjanto, D. 2014. Pengaruh Corporate

Governance terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Konvergensi

IFRS di Indonesia. SNA 17 Mataram. 1-23.

Sutiyok dan Rahmawati, E. 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Konvergensi IFRS di Perbankan. Jurnal Akuntansi & Investasi. 151-162.


(1)

8

menunjukkan P > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (2,179> 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,031< 0,05, sehingga H1 diterima yang artinya bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan

mandatory disclosure. Dengan demikian, kepemilikan manajerial dapat

mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini membuktikan semakin besar kepemilikan manajerial perusahaan maka tingkat monitoring semakin kuat sehingga manajer akan lebih meningkatkan tingkat kepatuhan mandatory disclosure.

3.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (0,263< 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,793> 0,05, sehingga H2 ditolak yang artinya bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, kepemilikan institusional tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini disebabkan karena pihak institusi sebagai pemilik tidak begitu memperhatikan tingkat kepatuhan pengungkapan wajib yang dilakukan perusahaan tetapi lebih memperhatikan informasi yang penting untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Selain itu, intitusi sebagai pihak pemilik merasa merasa tidak bertanggungjawab terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan wajib karena hanya menggunakan hasil akhir dari laporan keuangan dan bukan sebagai pembuat laporan keuangan.


(2)

9

3.2.3 Pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung < ttabel (-1,726< 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,080> 0,05, sehingga H3 ditolak yang artinya bahwa jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, jumlah komite audit tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hal ini membuktikan bahwa jika jumlah anggota komite audit terlalu besar maka bila melakukan komunikasi dan koordinasi dalam komite audit akan sulit dilakukan sehingga tugas pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan komite audit untuk membantu dewan komisaris menjadi kurang efektif sehingga tidak dapat mendorong manajemen untuk melakukan

mandatory disclosure.

3.2.4 Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung < ttabel (2,376> 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,019< 0,05, sehingga H4 diterima yang artinya bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, jumlah rapat komite audit mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Penjelasannya adalah perusahaan yang melakukan rapat komite audit lebih banyak dalam setahun cenderung melakukukan pengungkapan wajib lebih banyak, serta terdapat kemungkinan bahwa rapat tersebut dapat terkoordinasi dan dikomunikasikan dengan baik untuk mendapat proses pelaporan yang terungkap dan transparan terhadap komite audit.

3.2.5 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure


(3)

10

Dalam penelitian ini proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (0,849 < 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,398 > 0,05, sehingga H5 ditolak yang artinya bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, proporsi komisaris independen tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hal ini bisa dikarenakan keberadaan anggota dewan komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membuat komisaris independen tersebut mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris, jika komisaris independen merupakan pihak mayoritas (>50%) mungkin dapat lebih efektif dalam memonitor perusahaan.

3.2.6 Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Komisaris terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure

Dalam penelitian ini jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai thitung < ttabel (2,389 > 1,960) dengan nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05, sehingga H6 diterima yang artinya bahwa jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, jumlah rapat dewan komisaris mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure.Hal ini mengidentifikasikan kesadaran perusahaan untuk melakukan pengungkapan wajib dengan berdasarkan tinggi rendahnya intensitas rapat dewan komisaris, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya intensitas rapat dewan komisaris merupakan pertimbangan untuk tingkat mandatory disclosure.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan


(4)

11

tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory

disclosure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rapat dewan komisaris

berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.

4.2 Implikasi

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dalam meneliti secara mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure.

2. Perusahaan manufaktur yang tergabung pada Indeks LQ45 dapat memenuhi tingkat mandatory disclosure sesuai yang telah ditentukan oleh Bapepam-LK. 3. Bagi investor sendiri yang akan menanamkan modalnya pada suatu perusahaan

harus lebih memperhatikan tingkat kepatuhan mandatory disclosure oleh perusahaan karena pada akhirnya hal ini akan berdampak terhadap para pemegang saham diperusahaan.

4.3 Keterbatasan

Berdasarkan simpulan di atas, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

a. Periode yang digunakan masih terbilang pendek sehingga sampel yang digunakan terbatas.

b. Terbatasnya jumlah variabel independen dalam penelitian ini hanya enam yaitu: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah komite audit, jumlah rapat komite audit, proporsi komisaris independen, dan jumlah rapat dewan komisaris.

c. Jenis perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang tergabung pada LQ45 saja, sehingga bisa diterapkan untuk semua jenis perusahaan.


(5)

12 4.4 Saran

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, ada beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya:

a. Periode yang digunakan dapat diperpanjang, agar dapat menjelaskan hubungan pengaruh dan menunjukkan hasil yang akurat.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak variabel independen, misalnya latar belakang komisaris utama, proporsi dewan komisaris wanita, kepemilikan publik, kepemilikan asing, dan variabel lainnya.

Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan semua jenis perusahaan sebagai sampel, dengan harapan hasil penelitian dapat digeneralisasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adina, P. dan P. Ion. 2008. “Aspects Regarding Corporate Mandatory and Voluntary

Disclosure”. Annals Faculty of Economics Journal 3 (1): 1407-1411.

Alvionita, I. dan Taqwa, S. 2015. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Mekanisme

Corporate Governance terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure.

SNEMA.

Boediono, Gideon SB., 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII : Ikatan Akuntan Indonesia.

Fauziah, I. 2015. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Pasca Konvergensi IFRS. Jurnal Bisnis dan

Manajemen. 5 (2): 279-304.

Ghozali, I. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20. Edisi 6. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali, I. dan Chariri, A. 2007. Teori Akuntansi. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gunawan, B. dan Hendrawati, E.R. 2016. Peran Struktur Corporate Governance

dalam Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib Periode Setelah Konvergensi IFRS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). BAKI. 1 (1): 71-83.

Hafiz, M., Adriani, A., dan Chairina. 2015. Pengaruh Struktur Corporate Governance

terhadap Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib Konvergensi IFRS pada Laporan Laba Rugi Komprehensif (Studi pada Perusahaan Perbankan yang


(6)

13

Herawati, Vinola, 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating

Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai

Perusahaan.Simposium Nasional Akuntansi XI. http://www.idx.co.id.

Istiqomah, S.R.N. dan Pujiati, D. 2015. Pengaruh Struktur Corporate Governance

terhadap Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib IFRS pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. 1-18.

Kharis, A. dan Suhardjanto, D. 2012. Corporate Governance dan Ketaatan Pengungkapan Wajib pada Badan Usaha Milik Negara. Jurnal Keuangan dan Perbankan. 16 (1): 37-44.

Kusumawati, E., Sari, S.P., dan Trisnawati, R. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Praktik Earnings

Management. Proceeding Seminar Nasional dan Call for Papers Sancall.

123-136.

Kusumastuti. S., Supatmi, dan P. Sastra. 2007. Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 9. Nomor 2; 88-98.

Prawinandi, W., Suhardjanto, D., dan Triatmoko, H. 2012. Peran Struktur Corporate

Governance dalam Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Konvergensi

IFRS. 1-26.

Supriyono, E., Mustaqim, A.A., dan Suhardjanto, D. 2014. Pengaruh Corporate

Governance terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Konvergensi

IFRS di Indonesia. SNA 17 Mataram. 1-23.

Sutiyok dan Rahmawati, E. 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Konvergensi IFRS di Perbankan. Jurnal Akuntansi & Investasi. 151-162.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

1 58 93

Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

1 30 99

Analisa Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

3 39 98

Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance terhadap publikasi Sustainability Report (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011)

3 14 141

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)

0 9 136

BAB III METODE PENELITIAN - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 9

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 12

Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 13