ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi dalam jenjang Strata Satu Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan Judul “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kinerja

Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Dalam menulis skripsi ini penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah diberikan motivasi, bimbingan, saran serta dorongan moril baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesaikanya penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat & terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.H.R.Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr.Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs.Ec.H.RA.Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi


(2)

4. Ibu Dr.Sri Trisnaningsih, SE, Msi selaku Ketua program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”veteran” Jawa Timur.

5. Bapak DRS.EC.EKO RIYADI, MAKS selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga & pikiran dalam membimbing skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak bekal ilmu pengetahuan dan suri tauladan kepada penulis selama menjadi mahasiswa UPN.

7. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan

bantuan secara moril maupun materil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.

8. Kepada teman-temanku dikoz ( Rizki Rj, Kiki, Bejo, Iksan, & Galoh). Dan teman-temanku dikampuz (Maziaten, Eny, Devi, Dewi, Shely, Lia, Hamdan serta gank ambarowo, p-Mant, Rizky, Aam) serta Oky yang membatu penulis dari awal hingga akhir penulisan dan anak-anak pasukan 2006, dan semua pihak yang belum disebutkan namanya satu persatu penulis berterima kasih banyak atas support dan bantuanya selama mengerjakan skripsi ini.


(3)

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas kebaikan dengan limpahan rahmatnya yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga sskripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Mei 2011


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1 Laporan Keuangan ... 12

2.2.1.1 Definisi Laporan Keuangan ... 12

2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 12

2.2.1.3 Jenis - jenis Laporan Keuangan ... 13

2.2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan ... 14

2.2.1.5 Pengguna Laporan Keuangan ... 16

2.2.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan ... 18

2.2.2 Analisis Laporan Keuangan ... 20

2.2.2.1 Definisi dan Tujuan Analisis Laporan Keuangan ... 20


(5)

2.2.2.3 Keterbatasan Analisis

Laporan Keuangan ... 22

2.2.3 Analisis Rasio Keuangan ... 23

2.2.3.1 Definisi Analisis Rasio Keuangan ... 23

2.2.3.2 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan ... 24

2.2.3.3 Penggolongan Rasio Keuangan ... 24

2.2.3.4 Rasio Lancar (Current Ratio) ... 26

2.2.3.5 Return On Asset (ROA) ... 27

2.2.3.6 Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)... 28

2.2.3.7 Rasio Utang (Debt to Total Assets Ratio) ... 29

2.2.4 Penilaian Kinerja Keuangan ... 29

2.2.5 Pengaruh Rasio Lancar Terhadap Kinerja Keuangan ... 31

2.2.6 Pengaruh Rasio ROA Terhadap Kinerja Keuangan ... 32

2.2.7 Pengaruh Rasio Perputaran Total Aktiva Terhadap Kinerja Keuangan ... 32

2.2.8 Pengaruh Rasio Debt To Total Assets Terhadap Kinerja Keuangan ... 33

2.2.9 Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan ... 33

2.3. Kerangka Pimikiran ... 35

2.4. Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

3.2 Teknik Penarikan Sampel ... 39

3.2.1 Populasi ... 39


(6)

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.3.1 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.3.2 Pengumpulan Data ... 40

3.4 Uji Kualitas Data ... 41

3.4.1 Uji Normalitas ... 41

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 41

3.5 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 44

3.5.1. Teknik Analisis ... 44

3.5.2. Uji Hipotesis ... 44

3.5.2.1.Uji Kesesuaian Model atau Uji F ... 44

3.5.2.2.Uji Parsial atau Uji t ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek penelitian ... 47

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Uji Normalitas ... 55

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 56

4.3 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 59

4.3.1 Teknik Analisis Regerensi Linier Berganda ... 59

4.3.2 Uji Hipotesis ... 61

4.3.2.1Uji Kesesuaian Model atau Uji F... 61

4.3.2.2Uji Parsial atau Uji T ... 62

4.4 Pembahasan ... 64

4.4.1 Implikasi ... 64

4.4.2 Perbedan dengan Penelitian Sebelumnya ... 68


(7)

Tujuan dan Manfaat ... 68 4.4.4 Keterbatasan Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 70 5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL Tabel :

1.1 Data Tingkat “Laba Setelah Pajak”

Perusahaan Otomotif ... 4

4.1 Rekapitulasi Data “Rasio Lancar (X1)” Periode 2005-2009 ... 50

4.2 Rekapitulasi Data “Return On Assets (ROA) (X2)” Periode 2005-2009 ... 51

4.3 Rekapitulasi Data “Perputaran Total Aktiva (X3)” Periode 2005-2009 ... 52

4.4 Rekapitulasi Data “Debt to Total Assets (X4)” Periode 2005-2009 ... 53

4.5 Rekapitulasi Data “Kinerja Keuangan (Y)” Periode 2005-2009 ... 54

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 55

4.7 Hasil Uji Multkolineritas ... 57

4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58

4.9 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda ... 59

4.10 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model ... 61

4.11 Koefisien Determinasi (R Square / R2) ... 62


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rasio Lancar (X1)

Lampiran 2 Return On Assets (ROA) (X2)

Lampiran 3 Perputaran Total Aktiva (X3)

Lampiran 4 Debt to Total Assets (X4)

Lampiran 5 Kinerja Keuangan (Y) Lampiran 6 Uji Normalitas

Lampiran 7 Uji Regresi Linier Berganda Lampiran 8 Uji Nonparamentrik Correlation


(10)

ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Doris Welly Jayanta

Abstrak

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan bisa menyangkut bidang manajerial dan operasional baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil keputusan akan terdeskripsi pada laporan keuangan perusahaan seperti neraca, laporan laba rugi, arus kas dan perubahan laba. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan rasio keuangan terhadap kinerja keuangan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Variabel penelitian adalah Rasio Lancar (Xı), Return On Assets (X2), Rasio Perputaran Total Aktiva (X3), Debt To Total Assets (X4) dan kinerja keuangan (Y) Sampel penelitian ini 7 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel yang ditunjukan untuk tujuan tertentu dan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis secara kesesuaian model (uji F) dan secara parsial (uji t)

Hasil pengujian diperoleh bahwa terdapat kecocokan model pengaruh yang signifikan antara rasio keuangan terhadap kinerja keuangan, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa rasio keuangan yang meliputi rasio lancar,

return on assets, rasio perputaran total aktiva, debt to total assets berpengaruh

terhadap kinerja keuangan telah teruji kebenaranya. Sedangkan secara parsial

return on assets dan debt to total assets yang berpengaruh signifikan terhadap

kinerja keuangan.

Keywords: Rasio Lancar, Return On Assets, Rasio Perputaran Total Aktiva, Rasio Debt To Total Assets dan kinerja keuangan.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar Modal merupakan pertemuan pihak yang memerlukan dana (borrower) dengan pihak yang bisa menyediakan dana atau yang mempunyai kelebihan dana (lender). Kehadiran pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana bagi perusahaan. Manfaat lebih lanjut dari adanya pasar modal adalah meningkatnya kemampuan perusahaan untuk menentukan struktur modal yang optimal. Sementara itu, bagi para investor, pasar modal merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan untuk menginvestasikan dananya sebagai sumber pendapatan. (Husnan, 2001 : 4).

Sebelum melakukan suatu investasi, seorang investor harus mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya dengan melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut. Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan maka dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial dari perusahaan tersebut, kemudian menganalisisnya, sehingga kita dapat menilai hal apa yang dicapai di masa lalu dan di masa yang sedang berjalan.

Analisis rasio merupakan suatu bentuk atau cara yang umum digunakan dalam menganalisis laporan finansial suatu perusahaan. Dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau


(12)

menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002 : 64).

Menurut Sutrisno (2003: 247-254) ada beberapa cara menggolongkan atau mengklasifikasi dari analisa rasio, yaitu Rasio likuiditas, Rasio Leverage Rasio aktivitas dan Rasio keuntungan.

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditur jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih.

Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang dipergunakan untuk membayar hutang.

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini membandingkan tingkat penjualan dengan investasi dalam berbagai rekening aktiva seperti perputaran persediaan, perputaran piutang


(13)

Rasio keuntungan adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas pengelolah (manajemen) perusahan yang ditunjukan oleh jumlah keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi seperti profit margin, earning power, return on total

assets, return on equity, return on investment

Bagi manajemen finansial, dengan menghitung rasio-rasio akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan dibidang finansial, sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bagi kepentingan perusahaan untuk masa yang akan datang (Harahap, 2006 : 297).

Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan melalui analisa rasio keuangan tersebut dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial dari perusahaan, sehingga kita dapat menilai hal apa yang telah dicapai di masa lalu dan di masa yang sedang berjalan. Dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, digunakan laba setelah pajak, karena laba merupakan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan, yang memberikan informasi berkaitan dengan tanggung jawab menajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. (Munawir, 2002 : 68).

Dipilihnya perusahaan Otomotif sebagai sampel dikarenakan perusahaan tersebut memiliki persaingan bisnis yang kuat akibat dari aktivitas perdagangan bebas. Selain itu perusahaan tersebut merupakan bagian dari kebutuhan pokok yang memiliki perubahan yang sangat cepat seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi serta selera


(14)

Berikut ini merupakan laba setelah perusahaan Otomotif selama periode 2005 – 2009, yang dapat disajikan pada tabel 1.1, sebagai berikut :

Tabel 1 : Data Tingkat “Laba Setelah Pajak”

Perusahaan Otomotif

Tahun 2005 - 2009

No Nama Perusahaan Tahun Laba Setelah Pajak

Pertumbuhan Laba

1 PT. Astra Otoparts Tbk 2005 279,027.00

2006 282,058.00 1.07

2007 454,907.00 38.00

2008 566,025.00 19.63

2009 768,265.00 26.32

2 PT. Branta Mulia Tbk 2005 119,496.00

2006 18,314.00 -552.48

2007 39,149.00 53.22

2008 94,775.00 58.69

2009 72,106.00 -31.44

3 PT. Intraco Penta Tbk 2005 17,998.00

2006 7,066.00 -154.71

2007 9,514.00 25.73

2008 22,944.00 58.53

2009 37,473.00 38.77

4 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 2005 57,068.00

2006 170,007.00 66.43

2007 29,204.00 -482.14

2008 2,974.00 -881.98

2009 174,860.00 98.30

5 PT. Selamat Sempurna Tbk 2005 65,737.00

2006 66,175.00 0.66

2007 80,325.00 17.62

2008 91,472.00 12.19

2009 132,850.00 31.15

6 PT. Tunas Ridean Tbk 2005 142,732.00

2006 22,211.00 -542.62

2007 189,816.00 88.30

2008 245,079.00 22.55

2009 310,387.00 21.04

7 PT. Unaited Tractors Tbk 2005 1,050,729.00

2006 930,372.00 -12.94

2007 1,493,037.00 37.69

2008 2,660,742.00 43.89

2009 3,817,541.00 30.30

Sumber : Bursa Efek Indonesia 2005 - 2009


(15)

perusahaan mengalami penurunan. Dengan menurunnya kemampuan perusahaan memperoleh laba, menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh para investor, sehingga menyebabkan investor ragu dalam melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini bisa menjadi ukuran seberapa besar tingkat resiko yang akan dihadapi, serta seberapa besar dividen yang akan mereka terima dimasa yang akan datang (Husnan, 2001 : 7).

Sesuai dengan latar balakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio

Keuangan terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan suatu masalah, yaitu apakah rasio keuangan yang terdiri dari Rasio lancar, Return

on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets

berpengaruh terhadap Kinerja keuangan pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh dari Rasio lancar,

Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets


(16)

6

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan analisis rasio keuangan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2 Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan khasanah perpustakaan, bahan referensi, dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah yang ada. 3 Bagi Peneliti

Sebagai langkah kongkrit untuk penerapan ilmu berdasarkan teori yang selama ini didapat, serta dapat menambah pengetahuan tentang kondisi perusahaan dan permasalahan yang dihadapinya.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Meriewati dan Setyani (2005)

a Judul: “Analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja pada perusahaan di industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”

b Perumusan Masalah: “Apakah rasio keuangan berpengaruh

terhadap perubahan kinerja pada perusahaan di industri food and

beverage yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?”

c Hipotesis: Rasio keuangan (rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas) terhadap perubahan kinerja (EAT dan OP) pada tahun 1999-2003.

d Kesimpulan:

1. Rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap

perubahan kinerja (untuk earning after tax) adalah rasio Total

Capital Assets, Total Assets Turnover, dan Return On Investment.

2. Rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap

perubahan kinerja (untuk operating profit) adalah Current


(18)

2. Wahyuni Dewi, Marita dan Satoyo (2006)

a. Judul: “Analisi rasio keuangan terhadap perubahan kinerja pada industri automotive dan allied yang terdaftar di (BEJ).

b. Perumusan Masalah: apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan kinerja pada industri automotive dan allied product yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

c. Hipotesis: rasio keuangan serta persial berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja (dengan komponen laba: operating profit and EAT) pada industri automotive and allied products. d. Hasil Penelitian:

1. Rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap

perubahan kinerja pada variabel dependen operating profit adalah long term debt to equity ratio, avarege day’s inventory, workcapital turnover, gross profit margin, dan return on ivesment. Rasio keuangan cenderung berpengaruh signifikan pada operating profit dibandingkan pada EAT, dikarenakan operating profit lebih mudah untuk diprediksi, karena berasal dari operasional perusahaan.

2. Rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap

perubahan kinerja pada variabel dependen terhadap earning after tax adalah average day’s inventory. Rasio keuangan yang berpengaruh signifikan pada EAT hanya everage day’s


(19)

inventory, dikarenakan pendapatan yang berasal dari extra ordiniory item sulit untuk diprediksi.

3. Suprihatmi dan Wahyudin (2005)

a.Judul: “Pengaruh rasio keuangan terhadap kemampuan

memprediksi perubahan laba pada perusahaan-perusahaan maufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.

b.Perumusan masalah: apakah rasio keuangan berpengaruh

terhadap kemampuan memprediksi perubahan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

c. Hipotesis: rasio keuangan serta persial berpengaruh

signifikan terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

d.Hasil Penelitian:

1. Delapan variabel yang digunakan yaitu debt to equity,

leverage ratio, gross profit margin, net profit margin, inventory turnover, total asset turnover, return on investment, dan return on equity secara simultan

berpengaruh terhadap perubahan laba.

2. Secara parsial variabel gross profit margin, inventory

turnover, return on investment, dan return on equity

berpengaruh terhadap perubahan laba. Dari hasil uji – t tersebut ditunjukkan bahwa variabel inventory turnover


(20)

turnover dan return on unvestment mempunyai

pengaruh positif sedangkan untuk varibel gross profit

margin, dan return on equity mempunyai pengaruh

negatif terhadap perubahan laba.

4. Candra Puspita (2010)

a. Judul: “Analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja perusahaan manufaktur (food and beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia periode (2005-2008)”.

b. Perumusan masalah: “Apakah analisis rasio keuangan (rasio lancar, return on assets, perputaran total aktiva, debt to total assets) berpengaruh terhadap perubahan kinerja perusahaan Manufaktur ( Food and Beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2005-2008)”. c. Hipotesis: Diduga variabel-variabel rasio keuangan (rasio

lancar, return on assets, rasio perputaran total aktiva, debt to total assets), berpengaruh terhadap perubahan kinerja perusahaan Manufaktur (Food and Beverages) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2005-2008). d. Hasil penelitian: Variabel – variable rasio keuangan (rasio

lancar, return on assets, perputaran total aktiva, debt to total assets), berpengaruh terhadap perubahan kinerja perusahaan manufaktur (food and beverages) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2005-2008) tidak dapat terbukti kebenarannya, karena berdasarkan hasil pengujian hanya variable return on assets yang terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.


(21)

Perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang

No. Nama Judul Variabel

1. 2. 3. 4. 5. Meriewati dan Setyani (2005) Wahyuni Dewi, Marita dan Satoyo (2006) Suprihatmi dan Wahyudin(2005) Candra Puspita (2010) Doris (2011)

Analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja pada perusahaan di industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Analisi rasio keuangan terhadap perubahan kinerja pada industri automotive dan allied yang terdaftar di (BEJ).

Pengaruh rasio keuangan terhadap

kemampuan memprediksi perubahan laba pada

perusahaan-perusahaan maufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja perusahaan manufaktur (food and beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia periode (2005-2008). Analisis rasio kuangan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

CR, QR, WCTA, TDER, TDTCA, LTDER, TAT, IT, ADI, WCT, GPM, NPM, ROI, ROE berpengaruh terhadap Kinerja.

CR, QR, WCTA, TDER, TDTCA, LTDER, TAT, IT, ADI, WCT, GPM, NPM, ROI, ROE berpengaruh terhadap Kinerja.

DE, LR, GPM, NPM, IT, TAT, ROI, ROE berpengaruh terhadap perubahan laba.

CR, ROA, TATO, DAR berpengaruh terhadap kinerja keuangan

CR, ROA, TATO, DAR berpengaruh terhadap kinerja keuangan.


(22)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1.Definisi Laporan Keuangan

Definisi Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: 1) adalah: ”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.

Kasmir (2010: 7) “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam periode tertentu”.

2.2.1.2.Tujuan Laporan Keuangan

Mengenai tujuan pelaporan keuangan dapat kita lihat melalui beberapa pendapat antara lain : Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2009: 3) “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan


(23)

suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”.

Kasmir (2010: 10) “secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuaikebutuhan perusahaan maupun secara berkala. Jelasnya laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepadapihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadapperusahaan.

2.2.1.3.Jenis-jenis Laporan Keuangan

Sedangkan jenis laporan keuangan menurut Darsono (2005: 18) menjelaskan bahwa PSAK NO.1, laporan keuangan dibagi menjadi 5 yang terdiri dari:

1. Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada

tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca.

2. Laporan laba/rugi (atau untuk lembaga non profit disebut laporan Sisa Hasil Usaha) merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.

3. Laporan arus kas, laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.


(24)

Laporan arus kas terdiri dari kas untuk kegiatan operasional, kas untuk kegiatan investasi, dan kas untuk kegiatan pendanaan.

4. Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba

ditahan, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan.

5. Catatan atas laporan keuangan, isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Apabila penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan dalam lampiran.

2.2.1.4.Karakteristik Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: 5) diuraikan sebagai berikut:

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pengguna. Maksudnya pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang


(25)

seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membeantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.

3. Keandalan

Agar bermanfaat informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan


(26)

dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antarperiode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

2.2.1.5.Pengguna Laporan Keuangan

Berdasarkan Standart Akuntansi Keuangan (2009: 2-3) “Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga dan masyarakat”. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:

a. Investor

Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili, mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang


(27)

memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan


(28)

pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum, dan tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pengguna lain.

2.2.1.6.Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2010: 16), keterbatasan laporan keuangan yang

dimiliki perusahaan antara lain:

1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di mana data-data yang diambil dari data masa lalu.

2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan

hanya untuk pihak tertentu saja.

3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan


(29)

4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidak pastian.

5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang

ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.

Keterbatasan laporan keuangan menurut Darsono (2005: 25) antara lain:

1. Penyajian dikelompokkan pada akun-akun yang material, tidak bisa rinci sekali.

2. Laporan keuangan sering disajikan terlambat, sehingga informasinya kadaluarsa. Keterlambatan sebenarnya tergantung pada keterlibatan administrasinya, jika sistemnya baik, maka akan cepat tersaji apalagi menggunakan komputerisasi.

3. laporan keuangan menekankan pada harga historis (harga perolehan), sehingga jika terjadi perubahan nilai perlu dilakukan penyesuaian. 4. Penyajian laopran keuangan dilakukan dengan bahasa teknis akuntansi,

sehingga bagi orang awam perlu belajar dulu, tetapi bagi pelaku bisnis akan mudah karena menggunakan bahasa bisnis.

5. Laporan keuangan mengikuti satandar (SAK) yang mungkin terjadi

perubahan aturan setiap tahun.


(30)

2.2.2. Analisis Laporan Keuangan

2.2.2.1.Definisi dan Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan terdiri dari 2 kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Ini berarti juga bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan. Pengertian analisis laporan keuangan menurut Prastowo (2005: 56) yaitu: “Suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri”.

Agar analisis yang dilakukan bersifat efisien dan terarah, maka tujuan analisis harus ditentukan terlebih dahulu. Hal ini penting karena masing-masing tujuan memerlukan data yang berbeda. Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain (Prastowo, 2005: 57):

1. Sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau manajer.

2. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang.

3. Sebagai proses diagnosa terhadap masalah-masalah manajemen,

opersasi atau masalah lainya.


(31)

2.2.2.2.Metode Analisis Laporan Keuangan

Untuk menilai kinerja perusahaan baik atau tidak, dalam pelaksanaanya harus ada suatu ukuran yang dapat dijadikan perbandingan. Ukuran perbandingan yang biasanya dipakai adalah kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu perlu adanaya metode dan teknik analisa laporan keuangan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lainya.

Menurut Jumingan (2006: 242) berdasarkan tekniknya analisis keuangan dapat dibedakan mejadi beberapa analisis antara lain:

1. Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam presentase (relatif).

2. Analisis tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.

3. Analisis presentase per komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk mengetahui presentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktiva seluruhnya.


(32)

4. Analisis sumber penggunaan modal kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.

5. Analisis sumber penggunaan kas, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan pada suatu periode waktu tertentu.

6. Analisis rasio keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

7. Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. 8. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis antuk mengetahui

tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh keuntungan.

2.2.2.3. Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan

Keterbatasan analisa laporan keuangan menurut Hanafi dan Abdul Halim (2005: 93) yaitu:

1. Data yang dicatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarkan pada harga perolehan (historical cost). Metode harga perolehan dipakai oleh akuntansi karena metode tersebut dinilai paling obyektif


(33)

dibanding metode lain seperti metode harga pasar atau hara penggantian saat ini (crrent replascement cost).

2. Penyusunan laporan keuangan juga didasarkan pada beberapa

alternative metode akuntansi (missal metode FIFO, LIFO, rata-rata persediaan).

3. Upaya perbaikan barang kali bisa dilakukan oleh pihak manajemen untuk memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan nampakbagus.

4. Banyak perusahaan mempunyai beberapa devisi atau anak perusahaan yang bergerakpada beberapa bidang usaha (industry).

5. Inflasi atau deflasi mempengaruhi laporan keuangan terutama yang berkaitan dengan rekening-rekening jangka pajang seperti investasi jangka pajang.

6. Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri. Ada beberapa perusahaan yang tidak bagus yang dipakai juga untuk perhitungan rata-rata industri.

2.2.3. Analisis Rasio Keuangan

2.2.3.1.Definisi Analisis Rasio Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan keuangan. Menurut Jumingan (2006: 242) “Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos


(34)

dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laporan laba rugi”.

2.2.3.2.Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Sawir (2005: 44) Keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain adalah:

1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

2. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

3. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang

berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.

4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

2.2.3.3.Penggolongan Rasio Keuangan

Pada dasarnya angka-angka rasio dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Galongan yang pertama adalah angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan dari mana unsur-unsur angka


(35)

tersebut diperoleh, dan golongkan yang kedua adalah angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan. Menurut Jumingan (2006: 120-121) berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio itu dibuat maka rasio itu dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), ratio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan utang jangka dan sebagainya.

2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio, dan sebagainya.

3. Rasio-rasio antar laporan (inter-statement ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan sebagainya.

Menurut Sartono (2001:114) rasio keuangan dibagi menjadi 4, yaitu : 1) Rasio likuiditas

Adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tpat pada waktunya.


(36)

2) Rasio aktivitas

Adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan.

3) Financial leverage ratio

Adalah rasio yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. 4) Rasio profitabilitas

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri.

2.2.3.4.Rasio Lancar (Current Ratio)

Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan

Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen. Ada beberapa macam rasio likuiditas yang dapat digunakan tetapi rasio yang paling sering digunakan adalah rasio lancar (current ratio). Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreeditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang


(37)

diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. (Wetson & Copeland, 1992: 226)

Current Ratio (CR) merupakan salah satu bentuk ratio keuangan

yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar, sehingga seseorang investor lebih berminat pada keampuan likuiditas perusahaan. (Riyanto, 1995: 332)

Merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.

Aktiva Lancar Rasio Lancar =

Hutang Lancar

(Sawir, 2005: 8)

2.2.3.5.Return On Asset (ROA )

Return On Assets (ROA) menujukkan pengukuran efektivitas

kegiatan operasional manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba (Sartono, 2001: 123). Return On

Assets merupakan indikator keberhasilan manajemen menjalankan

kegiatan operasionalnya. Semakin besar nilai ROA, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan.


(38)

ROA yaitu rasio yang menuunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukiuran tentang manajemen. Rasio ini menujukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Return On Assets merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimilki (Sutrisno, 2003: 254)

Laba Bersih (Net Income)

ROA (Return on Assets)= X 100%

Total Aktiva (Total Assets)

(Sutrisno, 2003: 254)

2.2.3.6.Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)

Rasio ini menunjukan efektifitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputaranya lambat, ini menunjukan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar diandingkan denga kemampuan untuk menjual.

Penjualan (Sales) Rasio Perputaran Total Aktiva =

Total Aktiva (Total Assets)


(39)

2.2.3.7.Rasio Utang (Debt to Total Assets Ratio)

Debt to Total Asset merupakan salah satu ukuran rasio leverage.

Debt to Total Asset merupakan rasio yang mengukur prosentase total dana

yang disediakan para kreditor. Yang termasuk hutang adalah kewajiban lancer dan semua obligasi (hutang jangka panjang).

Rasio Debt to Total Asset mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang yang berasal dari kreditur. Semakin besar rasio maka semakin besar pula resiko yang dihadapi. (Fakhrudin, Sopian 2001: 61).

Merupakan rasio yang mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang yang berasal dari kreditur. Skala pengukuran datanya adalah rasio. Satuan pengukuran yang digunakan persen (%). Rumus untuk menghitung Debt to Total Asset adalah (Sutrisno, 2003:249):

Total Hutang

Debt To Total Assets = X 100% Total Aktiva

(Sutrisno, 2003: 249)

2.2.4. Penilaian Kinerja Keuangan

Menurut Meriewaty dan Yuli (2005: 278) kinerja keuangan perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah


(40)

satu indikator kinerja dalam suatu perusahaan. Salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan adalah berupa rasio-rasio keuangan perusahaan untuk periode tertentu. Dengan rasio-rasio keuangan tersebut akan tampak jelas berbagai indikator keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk periode tertentu.

Menurut Helfert (1996: 68) hubungan antara analisa rasio dengan kinerja adalah agar dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan dapat membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat menunjukkan kepada analisis rasio dan peluang bagi perusahaan yang sedang ditelaah. Ukuran-ukuran kinerja akan mengidentifikasi efektifitas penggunaan aktiva oleh perusahaan, dan berbagai rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja akan memberikan gambaran yang memadai (Helfert, 1996: 345).

Menurut Munawir (2002: 31) tujuan penilaian kinerja yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas yaitu kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan untuk memenuhi kewajiban saat ditagih.

2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.


(41)

3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu.

4. Untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pokok hutangnya dengan tepat waktu, serta kemaampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

2.2.5. Pengaruh Rasio Lancar Terhadap Kinerja Keuangan

Pada rasio aktiva lancar kemampuannya untuk menutup hutang

lancar juga disebut sebagai modal kerja. Karena modal kerja merupakan selisih lebih antara aktiva lancar di atas hutang lancar. Manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan keuntungan atau laba dari setiap kegiatan operasi yang dilakukan (Meriewaty dan Yuli, 2005: 284). Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri dan kondisi ekonomi makro secara umum (Darsono, 2005: 52).


(42)

2.2.6. Pengaruh Rasio ROA Terhadap Kinerja Keuangan

Return On Assets memperlihatkan sejauh manakah perusahaan

mengelola aktiva secara efektif. ROA diperoleh dari hasil membagi laba bersih dangan total aktiva. Semakin besar angka rasio ini maka akan semakin baik, karena hal tersebut menunjukkan dahwa aktiva perusahaan dimanfaatkan secara efektif dalam menghasilkan laba. Dengan menggunakan rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan (Darsono, 2005: 57).

2.2.7. Pengaruh Rasio Perputarn Total Aktiva Terhadap Kinerja Keuangan

Perputaran total aktiva adalah penjualan bersih dibagi rata-rata total aktiva. Kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini. Dengan melihat rasio ini, kita bisa mengetahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan (Darsono, 2005: 60). Rasio perputaran adalah salah satu dari beberapa petunjuk yang secara bersama-sama dapat menunjukkan kinerja yang baik atau kurang baik (Helfert, 1996: 78).


(43)

2.2.8. Pengaruh Rasio Debt To Total Assets Terhadap Kinerja Keuangan

Debt To Total Assets yaitu rasio total kewajiban terhadap asset.

Rasio ini menekankan pentingnya pandanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tenteng kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kredito. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi dari pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil (Darsono, 2005: 54). Ukuran-ukuran kinerja akan mengidentifikasikan efektifitas penggunaan aktivitas oleh perusahaan, dan berbagai rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja akan memberikan gambaran yang memadai.

2.2.9. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kinerja Keuangan

Hubungan antara analisis rasio dengan kinerja adalah agar dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan


(44)

dapat membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat menunjukkan kepada analisis risiko dan peluang bagi perusahaan yang ditelaah (Helfert, 1996: 68).

Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperolah laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya sumber daya perusahaan tercantum di dalam neraca, dan hubungan antara unsur-unsur yang membentu necara dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Rasio keuangan adalah perbandian antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Dengan demikian, rasio keuangan bermanfaat untuk menentukan kekuatan hubungan rasio keuangan dengan fenomena ekonomi (Meriewaty dan Yuli, 2005: 279).

Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya pertumbuham laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberiakan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan (Meriewaty dan Yuli, 2005: 279). Ukuran-ukaran kinerja akan mengindikasikan efektifitas penggunaan aktiva oleh perusahaan dan berbagai rasio yang


(45)

35

digunakan untuk mengukur kinerja akan memberikan gambaran yang memadai.

2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan landasan teori yang dijelaskan di atas maka dapat dibuat kerangka pikir yang ditunjukkan pada gambar 2.1:

Analisis Regresi Linier Berganda

Debt To Total Assets

(X4) Rasio Lancar

(X1)

ROA

(X2) Kinerja

Keuangan (Y) Rasio Perputaran Total Aktiva

(X3)

Gambar 2.1:

2.4. Hipotesis

Diduga variabel-variabel Rasio keuangan (Rasio lancar, Return On Assets, Rasio perputaran total aktiva, Debt To Total Assets), berpengaruh terhadap Kinerja keuangan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan Analisis Rasio sebagai variabel bebas (X) yang terdiri dari Rasio lancar (X1), Return on Assets (ROA)(X2), Perputaran

total aktiva (X3), Debt to total assets (X4), dan Kinerja keuangan sebagai

variabel terikat (Y).

Agar dapat memperjelas definisi dan untuk memudahkan pengukuran terhadap masing-masing variabel, maka diperlukan definisi operasional atas variabel-variabel tersebut.

Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :

Variabel Bebas (X)

Analisis Rasio, terdiri dari : 1. Rasio Lancar (X1)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ratio dan satuan pengukurannya adalah kali (x).

Rasio Lancar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Lancar Hutang

lancar Aktiva lancar


(47)

2. Return on Assets (ROA) (X2)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ratio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).

Return On Assets (ROA) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% 100 Aktiva Total

Bersih Laba

ROA x

Sumber : Sutrisno (2003 : 254) 3. Perputaran Total Aktiva (X3)

Merupakan rasio yang menunjukan efektifitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ratio dan satuan pengukurannya adalah kali (x).

Perputaran Total Aktiva dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Aktiva Total

Penjualan Aktiva

Total

Perputaran 

Sumber : (Sawir, 2005: 17) 4. Debt to Total Assets (X4)

Merupakan rasio yang menunjukan besarnya utang yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas


(48)

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ratio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).

Debt to Total Assets dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Debt to Total Assets =

Aktiva Total

Hutang Total

x 100%

(Sutrisno, 2003: 249)

Variabel Terikat (Y) Kinerja Keuangan

Merupakan pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektifitas pemanfaatan modal, efisiensi dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan.

Pada penelitian ini untuk mengukur kinerja keuangan digunakan nilai dari laba bersih setelah pajak, dengan alasan bahwa laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan (Meriewaty dan Yuli, 2005: 278). Dan laba bersih yaitu kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan tahunan suatu perusahaan. Kinerja perusahaan diambil berdasarkan pada laba setelah pajak.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ratio dan satuan pengukurannya adalah rupiah (Rp).

Kinerja keuangan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kinerja Keuangan = laba bersih


(49)

3.2.Teknik Penentuan Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah himpunan individu, unit, elemen, yang memiliki ciri atau karakteristik yang sama (Sugiyono, 2006 : 55), Dari pengertian tersebut maka populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan Otomotif yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai tahun 2009, tercatat sebanyak 19 perusahaan.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Teknik pengambilan sampel merupakan bagian dalam melaksanakan suatu penelitian, untuk itu teknik pengambilan sampel yang dilakuakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel yang ditujukan untuk tujuan tertentu dan berdasarkan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. (Sugiyono, 2006 : 78).

Adapun kriteria – kriteria dalam pengambilan sampel tersebut yaitu antara lain :

1. Perusahaan sampel adalah perusahaan Otomotif yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia per 31 Desember 2005 sampai per 31 Desember 2009, serta yang masih aktif dalam melakukan perdagangan saham 2. Perusahaan sampel adalah perusahaan Otomotif yang mempunyai


(50)

3. Perusahaan sampel adalah perusahaan Otomotif yang selama 5 (lima) tahun berturut – turut yaitu tahun 2005 – 2009 memperoleh laba.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan sampel tersebut di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 perusahaan.

Adapun nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. PT. Astra Otoparts Tbk 2. PT. Branta Mulia Tbk 3. PT. Intraco Penta Tbk

4. PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 5. PT. Selamat Sempurna Tbk 6. PT. Tunas Ridean Tbk 7. PT. Unaited Tractors Tbk

3.3.Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu berupa laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan Otomotif per 31 Desember 2005 sampai per 31 Desember 2009, dan sumber data berasal dari PT. Bursa Efek Indonesia.

3.3.2. Pengumpulan Data


(51)

menganalisa laporan keuangan tahunan (Anual report), dari perusahaan yang dijadikan sampel dan tersedia di PT. Bursa Efek Indonesia. Dan data yang digunakan untuk menganalisis rasio keuangan yaitu laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan Otomotif per 31 Desember 2005 sampai per 31 Desember 2009

3.4.Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov, dengan menggunakan program SPSS (Sumarsono, 2004: 40).

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mngikuti distribusi normal adalah :

1. Jika nilai signifikan (nilai profitabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

2. Jika nilai signifikasi (nilai profitabilitasnya) lebih besar dari nilai 5%, maka distribusi adalah normal.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Dalam persamaan regresi linier berganda harus bersifat


(52)

melalui uji regrasi ini tidak bias (Sesuai dengan tujuan) Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu tidak boleh ada autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedasitas (Gujarati, 1999 : 153) 1. Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model linier ada korelasi antara korelasi pengganggu periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Suatu observasi dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai Durbin Watson terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) (Ghozali, 2006:99).

Menurut Santoso (2000 : 218) deteksi adanya Autokolerasi adalah :

a. Angka D-W di bawah - 2, hal ini berarti ada Autokolerasi positif. b. Angka D-W diantara -2 sampai +2, hal ini berarti tidak ada

Autokolerasi.

c. Angka D-W di atas + 2, hal ini berarti ada Autokolerasi negatif.

2. Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2006: 95) uji multikolinieritas bertujuan intuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi


(53)

berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Santoso, 2000: 206)

3. Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2006:125) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamat ke pengamat yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Alat uji yang digunakan untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas secara kuantitatif dalam suatu persamaan regresi dapat dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman.

Menurut Santoso (2000:301) deteksi adanya heteroskedastisitas adalah:

a. Nilai probabilitas > 0,05, hal ini berarti bebas dari heteroskedastisitas.


(54)

3.5.Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Adapun model persamaan regresi yang digunakan yaitu sebagai berikut

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

(Djarwanto, 2001: 176) Keterangan :

Y = Kinerja Keuangan X1 = Rasio Lancar

X2 = Return On Assets (ROA)

X3 = Perputaran Total Aktiva

X4 = Debt to Total Assets

bo = Konstanta

b1,2,3,4 = Koefisien regresi

e = Standart Error

3.5.2. Uji Hipotesis

3.5.2.1. Uji Kesesuaian Model atau Uji F

Uji ini dilakukan untuk menguji sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri dari Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets terhadap Kinerja keuangan.

Prosedur Uji F :

1. H0 : b1,,,b4 = 0 (artinya model regresi yang dihasilkan tidak cocok

guna melihat pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri dari Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets


(55)

H1 : b1,,,b4≠ 0 (artinya model regresi yang dihasilkan cocok guna

melihat pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri dari Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets terhadap Kinerja keuangan.

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05. 3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri dari Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets terhadap Kinerja keuangan.

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri dari Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets terhadap Kinerja keuangan.

3.5.2.2. Uji Parsial atau Uji t

Uji ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri dari Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total


(56)

46

Prosedur Uji t :

1. H0 : bj = 0 (artinya tidak ada pengaruh dari rasio keuangan yang

terdiri dari Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets secara parsial terhadap Kinerja keuangan.

H1 : bj ≠ 0 (artinya ada pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri

dari

Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets secara parsial terhadap Kinerja keuangan.

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 3. Kriteria keputusan :

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak,

yang berarti bahwa tidak ada pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri dari Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets secara parsial terhadap Kinerja keuangan.

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima,

yang berarti bahwa ada pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri dari Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to Total Assets secara parsial terhadap Kinerja keuangan.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Untuk itu lebih jelasnya, berikut ini merupakan gambaran umum dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel, yaitu :

1. PT. Astra Otoparts, Tbk

PT. Astra Otoparts, Tbk didirikan dengan berdasarkan akta Notaris No. 150, yang dibuat dihadapkan Eliza Pondang, SH, tanggal 20 Febuari 1957.

Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah bergerak dibidang industri kendaraan bermotor, alat-alat berat dan sektor usaha elektronik dengan kantor pusat yang berkedudukan di Gedung AMDI 2th Floor, tepatnya di Jl. Gayah Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta dan perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1958.

2. PT. Branta Mulia, Tbk

PT. Branta Mulia, Tbk, didirikan pada tanggal 8 Juli 1981, dengan berdasarkan akta Notaris No. 83 yang dibuat dihadapkan Ridwan Suselo, SH.

Perseroan bergerak dalam bidang Industri pembuatan dan pemasaran ban, Filamen yarn, nylon tire cord (Benang nilon untuk ban) dan bahan baku untuk polyester (purified terepthalic acid), dengan


(58)

Jendral Sudirman Kav. 70-71 Jakarta, dengan pabrik berlokasi di Jl. Pahlawan Desa Karang Asem Timur Citeureup, Bogor. dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tanggal 1 April 1987.

3. PT. Intraco Penta, Tbk

PT. Intraco Penta, Tbk, didirikan pada tanggal 10 Mei 1975, dengan berdasarkan akta Notaris No. 13 yang dibuat dihadapkan Milly Karmila Sareal, SH.

Perseroan bergerak dalam bidang perdagangan dan penyewaan alat – alat berat dan suku cadang serta memberikan jasa pelayanan yang berkenaan dengan perakitan dan perbengkelan, dengan kantor pusat yang berkedudukan di Jl Pangeran Jayakarta No. 115 Blok C1-2-3 Jakarta dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1975.

4. PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk

PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk, didirikan pada tanggal 20 April 1988, dengan berdasarkan akta Notaris No.63 yang dibuat dihadapkan Lukman Kirana, S.H.

Perseroan bergerak dalam bidang usaha industri ban yang mencakup usaha pembuatan ban untuk semua jenis kendaraan bermotor, dengan kantor pusat dan pebriknya yang berkedudukan di Jl. Raya Lemahabang KM 58,3, Cikarang Timur, propinsi Jawa Barat, dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1995.

5. PT. Selamat Sempurna, Tbk

PT. Selamat Sempurna, didirikan pada tanggal 19 Januari 1976, dengan berdasarkan akta Notaris No.207 yang dibuat dihadapkan


(59)

Perseroan bergerak dalam bidang industri alat – alat perlengkapan (Suku Cadang) dari berbagai macam alat – alat mesin pabrik dan kendaraan dan yang sejenisnya, dengan kantor pusat yang berkedudukan di Wisma ADR, Jalan Pluit Raya 1 No. 1 Jakarta Utara, sedangkan pabriknya berlokasi di Jakarta dan Tangerang dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1980.

6. PT. Tunas Ridean, Tbk

PT. Tunas Ridean, Tbk didirikan pada tanggal 24 Juli 1980, dengan berdasarkan akta Notaris No.102 yang dibuat dihadapkan Winanto Wiryomartani, SH.

Perseroan bergerak dalam bidang keagenan kendaraan bermotor dan jasa keuangan, dengan kantor pusat yang berkedudukan di Gedung Tunas Toyota, Jalan Raya Pasar Minggu No. 7 Jakarta, 12740 dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tanggal Tahun 1981.

7. PT. United Tractors, Tbk

PT. United Tractors, Tbk didirikan pada tanggal 13 Oktober 1972, Berdasarkan akta Notaris Djojo Muljadi, SH. No. 69.

Perseroan bergerak dalam bidang penjualan dan penyewaan alat - alat berat beserta pelayanan purna jual, penambangan dan kontraktor penambangan,.dengan kantor pusat yang berkedudukan di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta dan perseroan memulai kegiatan


(60)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu berupa laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan Otomotif per 31 Desember 2005 sampai per 31 Desember 2009, dan sumber data berasal dari PT. Bursa Efek Indonesia. Dan berikut ini merupakan hasil dari rekapitulasi data yang diperoleh selama periode penelitian, yang ditabulasikan dalam bentuk tabel.:

1. Rasio Lancar (X1)

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ratio dan satuan pengukurannya adalah kali (x).

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.1, sebagai berikut

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Data : “Rasio Lancar (X1)”

Periode 2005 – 2009

Rasio Lancar

Periode Penelitian No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 2009

1 PT. Astra Otoparts Tbk 1.71 1.75 2.16 2.13 2.17

2 PT. Branta Mulia Tbk 2.86 3.93 4.98 2.19 3.44

3 PT. Intraco Penta Tbk 2.02 3.37 2.57 2.15 1.75

4 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 0.83 0.56 1.32 0.89 0.86

5 PT. Selamat Sempurna Tbk 1.96 1.99 1.71 1.82 1.59

6 PT. Tunas Ridean Tbk 1.20 1.15 1.15 1.41 1.35

7 PT. Unaited Tractors Tbk 1.55 1.33 1.34 1.64 1.66

Sumber : Lampiran. 1

Berdasarkan pada tabel 4.1 dapat diinterprestasikan bahwa besarnya nilai Rasio Lancar tertinggi untuk tahun 2005 – 2009 dimiliki oleh PT. Branta Mulia, Tbk, yaitu untuk tahun 2005 sebesar 2,86 kali, untuk tahun 2006 sebesar 3,93 kali, untuk tahun 2007 sebesar 4,98 kali, untuk tahun 2008 sebesar 2,19 kali dan untuk tahun 2009 sebesar 3,44 kali, sedangkan nilai Rasio Lancar yang terendah untuk tahun 2005, dan


(61)

2005 sebesar 0,83 kali, dan untuk tahun 2006 sebesar 0,56 kali, sedangkan untuk tahun 2007 besarnya nilai Rasio Lancar terendah dimiliki oleh PT. Tunas Ridean, Tbk, sebesar 1,15 kali, akan tetapi untuk tahun 2008 dan 2009 besarnya nilai Rasio Lancar terendah kembali dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk, yaitu untuk tahun 2008 sebesar 0,89 kali, dan untuk tahun 2009 sebesar 0,86 kali.

2. Return On Assets (ROA) (X2)

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ratio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.2, sebagai berikut

Tabel. 4.2 Rekapitulasi Data : “Return On Assets (ROA) (X2)”

Periode 2005 – 2009

Return On Assets (ROA)

Periode Penelitian No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 2009

1 PT. Astra Otoparts Tbk 9.21 9.31 13.17 14.22 16.54

2 PT. Branta Mulia Tbk 6.99 1.20 2.52 5.67 5.34

3 PT. Intraco Penta Tbk 2.07 0.85 1.10 2.02 3.60

4 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 5.27 11.86 1.62 0.13 6.89

5 PT. Selamat Sempurna Tbk 9.91 9.23 9.68 9.84 14.11

6 PT. Tunas Ridean Tbk 4.74 0.78 5.67 6.84 17.53

7 PT. Unaited Tractors Tbk 9.88 8.27 11.48 11.65 15.64

Sumber : Lampiran. 2

Berdasarkan pada tabel 4.2 dapat diinterprestasikan bahwa besarnya nilai ROA tertinggi untuk tahun 2005 dimiliki oleh PT. Selamat Sempurna, Tbk, yaitu sebesar 9,91%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT. Intraco Penta, Tbk, yaitu sebesar 2,07%, untuk tahun 2006 besarnya nilai ROA tertinggi dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk, yaitu sebesar 11,86%, sedangkan terendah dimiliki oleh


(62)

nilai ROA tertinggi dimiliki oleh PT. Astra Otoparts, Tbk, yaitu sebesar 13,17%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT. Intraco Penta, Tbk yaitu sebesar 1,10%, untuk tahun 2008 besarnya nilai ROA tertinggi dimiliki oleh PT. Astra Otoparts, Tbk yaitu sebesar 14,22%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk, yaitu sebesar 0,13% dan untuk tahun 2009 besarnya nilai ROA tertinggi dimiliki oleh PT. Tunas Ridean, Tbk, yaitu sebesar 17,53%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT. Intraco Penta, Tbk yaitu sebesar 3,60%.

3. Perputaran Total Aktiva (X3)

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ratio dan satuan pengukurannya adalah kali (x).

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.3, sebagai berikut

Tabel. 4.3 Rekapitulasi Data : “Perputaran Total Aktiva (X3)”

Periode 2005 – 2009

Perputaran Total Aktiva Periode Penelitian No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 2009

1 PT. Astra Otoparts Tbk 1.27 1.11 1.22 1.33 1.13

2 PT. Branta Mulia Tbk 1.03 0.99 1.00 0.98 1.11

3 PT. Intraco Penta Tbk 0.90 0.73 0.82 0.99 1.08

4 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 0.22 0.40 0.50 0.56 0.67

5 PT. Selamat Sempurna Tbk 1.30 1.23 1.28 1.46 1.46

6 PT. Tunas Ridean Tbk 1.53 1.36 1.32 1.54 2.76

7 PT. Unaited Tractors Tbk 1.25 1.22 1.40 1.22 1.20

Sumber : Lampiran. 3

Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat diinterprestasikan bahwa besarnya nilai Perputaran Total Aktiva tertinggi untuk tahun 2005 – 2009 dimiliki oleh PT. Tunas Ridean, Tbk, yaitu untuk tahun 2005 sebesar 1,53 kali, untuk tahun 2006 sebesar 1,36 kali, untuk tahun 2007


(63)

2009 sebesar 2,76 kali, sedangkan nilai Perputaran Total Aktiva terendah untuk tahun 2005 – 2009 dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk, yaitu untuk tahun 2005 sebesar 0,22 kali, untuk tahun 2006 sebesar 0,40 kali, untuk tahun 2007 sebesar 0,50 kali, untuk tahun 2008 sebesar 0,56 kali dan untuk tahun 2009 sebesar 0,67 kali.

4. Debt to Total Assets (X4)

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ratio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.4, sebagai berikut

Tabel. 4.4 Rekapitulasi Data : “Debt to Total Assets (X4)”

Periode 2005 – 2009

Debt to Total Assets

Periode Penelitian No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 2009

1 PT. Astra Otoparts Tbk 38.31 35.23 31.69 29.91 27.18

2 PT. Branta Mulia Tbk 41.66 33.18 29.74 28.71 16.66

3 PT. Intraco Penta Tbk 64.26 62.66 62.94 41.29 46.92

4 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 48.65 49.67 28.41 45.99 42.44

5 PT. Selamat Sempurna Tbk 34.27 33.44 38.14 36.71 42.20

6 PT. Tunas Ridean Tbk 77.48 76.42 74.40 71.41 43.51

7 PT. Unaited Tractors Tbk 60.99 58.74 55.50 50.97 42.83

Sumber : Lampiran. 4

Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat diinterprestasikan bahwa besarnya nilai Debt to Total Assets tertinggi untuk tahun 2005 dimiliki oleh PT. Tunas Ridean, Tbk, yaitu sebesar 77,48%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT. Selamat Sempurna, Tbk, yaitu sebesar 34,27%, untuk tahun 2006 besarnya nilai Debt to Total Assets tertinggi dimiliki oleh PT. Tunas Ridean, Tbk, yaitu sebesar 76,42%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT. Branta Mulia, Tbk yaitu sebesar 33,18%, untuk tahun


(64)

Tunas Ridean, Tbk, yaitu sebesar 74,40%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk yaitu sebesar 28,41%, untuk tahun 2008 besarnya nilai Debt to Total Assets tertinggi dimiliki oleh PT. Tunas Ridean, Tbk yaitu sebesar 71,41%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT. Branta Mulia, Tbk, yaitu sebesar 28,71% dan untuk tahun 2009 besarnya nilai Debt to Total Assets tertinggi dimiliki oleh PT. Intraco Penta, Tbk, yaitu sebesar 46,92%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT. Branta Mulia, Tbk yaitu sebesar 16,66%.

5. Kinerja Keuangan (Y)

Untuk mengukur kinerja keuangan digunakan nilai dari laba bersih setelah pajak dengan satuan pengukurannya adalah rupiah (Rp).

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.5, sebagai berikut:

Tabel. 4.5 Rekapitulasi Data : “Kinerja Keuangan (Y)” Periode 2005 – 2009

Kinerja Keuangan Periode Penelitian No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 2009

1 PT. Astra Otoparts Tbk 279,027.00 282,058.00 454,907.00 566,025.00 768,265.00

2 PT. Branta Mulia Tbk 119,496.00 18,314.00 39,149.00 94,775.00 72,106.00

3 PT. Intraco Penta Tbk 17,998.00 7,066.00 9,514.00 22,944.00 37,473.00

4 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 57,068.00 170,007.00 29,204.00 2,974.00 174,860.00

5 PT. Selamat Sempurna Tbk 65,737.00 66,175.00 80,325.00 91,472.00 132,850.00

6 PT. Tunas Ridean Tbk 142,732.00 22,211.00 189,816.00 245,079.00 310,387.00

7 PT. Unaited Tractors Tbk 1,050,729.00 930,372.00 1,493,037.00 2,660,742.00 3,817,541.00

Sumber : Lampiran. 5

Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat diinterprestasikan bahwa besarnya nilai laba bersih setelah pajak tertinggi untuk tahun 2005 – 2009 dimiliki oleh PT. Unaited Tractors, Tbk, yaitu untuk tahun 2005 sebesar Rp. 1,050,729.00, untuk tahun 2006 sebesar Rp. 930,372.00, untuk tahun 2007 sebesar Rp. 1,493,037.00, untuk tahun 2008 sebesar


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil Uji Hipotesis dengan menggunakan uji kesesuaian model atau uji F dapat diketahui bahwa model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh dari rasio keuangan yang terdiri dari Rasio lancar, Return on Assets (ROA), Perputaran total aktiva, dan Debt to total assets terhadap Kinerja keuangan pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Selanjutnya dari hasil Uji Hipotesis dengan menggunakan uji parsial atau uji t menunjukkan bahwa untuk variabel Rasio lancar secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja keuangan, maka hipotesis yang diajukan tidak teruji kebenarannya, untuk variabel Return on Assets (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja keuangan, maka hipotesis yang diajukan teruji kebenarannya, untuk variabel Perputaran total aktiva secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja keuangan, maka hipotesis yang diajukan tidak teruji kebenarannya, dan untuk variabel Debt to Total Assets secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja keuangan, maka hipotesis yang diajukan tidak teruji kebenarannya.


(2)

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dimasa yang akan datang, yaitu antara lain :

1. Dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan, diharapkan manajemen akan segera mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat segera melakukan tindakan koreksi yang diperlukan, dengan begitu rencana-rencana yang dibuat dapat berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. 2. Perusahaan harus dapat mengurangi jumlah hutangnya baik jangka

pendek maupun jangka panjang, dan pihak manajemen harus bisa mengelola aktiva dan modal yang dimiliki perusahaan dalam operasional perusahaan semaksimal mungkin agar menghasilkan laba yang maksimal.

3. Dengan melakukan inovasi baik desain ataupun kualitas terhadap produk yang dihasilkan, sehingga akan dapat meningkatkan minat beli masyarakat dengan begitu penjualan akan meningkat.

4. Manajemen hendakya mampu menekan tingkat risiko sekecil mungkin dari besarnya hutang yang dipakai untuk mendanai aktiva perusahaan, misalnya untuk aktiva lancar hendaknya dibiayai dengan hutang jangka pendek, sedangkan aktiva tetap yang tidak berputar (misalnya tanah) pada prinsipnya dibiayai dengan modal sendiri dan untuk aktiva tetap yang berputar secara berangsur – angsur (misalnya gedung atau mesin)


(3)

71

5. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan dari adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Darsono & Ashari, 2005, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ke Satu, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Djarwanto, 2001, Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Fakhruddin, M & Sopian Hadianto, 2001, Perangkat dan Modal Analisis Investasi Di Pasar Modal, Penerbit PT Alex Multimedia Komputindo, Jakarta.

Ghozali, 2006, Aplikasi Analisis Multivarrate dengan program SPSS. Edisi 11, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Halim, Abdul, 2005, Analisis Investasi. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan, 2006, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Jakarta

Helfert, Erich, 1996, Petunjuk Praktek untuk Mengelola Data dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Edisi Ke Delapan, Herman Wibowo,Penerbit Erlangga, Jakarta..

Husnan, Suad, 2001, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jumingan, 2006, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta Kasmir, Jakfar, 2010, Analisa Laporan keuangan. Edisi ke 1, Cetakan pertama.

Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Meriewaty, Dian & Astuti Yuli Setyani, 2005, “Analisis Rasio Keuangan terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverage yang Terdaftar di BEJ”, Setandart Nasional Akuntansi, Vol. VIII, Solo, 15-16, September.


(5)

Prastowo, Dwi D & Juliaty Rifka, 2005, Analisis Laporan Keuangan Konsep & Aplikasi, Edisi Ke Dua, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Puspita, Candra, 2010, “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Kinerja Perusahaan Manufaktur (food and baverage) yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia”

Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ke Empat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sartono, R. Agus 2001, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta

Sawir, Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, Edisi Revisi, Penerbit CV. ALFABETA, Bandung.

Sumarsono, 2004, Metodologi Penelitian Akuntansi : Beserta contoh Interprestasi Hasil Pengolahann Data, Edisi Revisi.

Suprihatmi & Wahyudin, 2005, “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kemampuan Memprediksi Laba pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di PT Bursa Efek Jakarta”,

Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan Teori, Konsep Dan Aplikasi.Edisi Pertama, Penerbit EKONOSIA, Yogyakarta.

Wahyuni, dewi, Marita, & Sutoyo, 2006, ”Analisis Rasio Keuangan terhadap Perubahan Kinerja pada Industri Automotive dan Allied Products yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Kajian Akuntansi, Vol. 1 No 1, Juni. Wetson, J. Fred and Copeland, 1992, Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan.

Penerbit Erlangga. Jakarta


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 43 100

Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 39 105

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 24

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

1 4 40

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2009-2013.

0 3 16

ANALISIS RASIO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Analisis Rasio Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012.

0 2 14

ANALISIS RASIO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Analisis Rasio Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012.

0 2 30

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI Tahun 2011-2013).

0 2 21

Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur (Food and Beverages) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 2 108

ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 16