selama sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban benih meningkat. Dalam satu strobili buah umumnya terdapat 35-40 benih per kerucut dengan jumlah benih
50.000-60.000 benih per kg. Hidayat dan Hansen 2001. Kayu pinus memiliki ciri warna teras yang sukar dibedakan dengan
gubalnya, kecuali pada pohon berumur tua, terasnya berwarna kuning kemerahan, sedangkan gubalnya berwarna putih krem. Pinus merupakan pohon yang tidak
berpori namun mempunyai saluran damar aksial yang menyerupai pori dan tidak mempunyai dinding sel yang jelas. Permukaan radial dan tangensial pinus
mempunyai corak yang disebabkan karena perbedaan struktur kayu awal dan kayu akhirnya, sehingga terkesan ada pola dekoratif. Riap tumbuh pada pinus agak jelas
terutama pada pohon-pohon yang berumur tua, pada penampang lintang kelihatan seperti lingkaran-lingkaran memusat Pandit dan Ramdan 2002.
Sebagian besar batang pinus ± 90-95 terdiri atas sel trakeida yang berbentuk panjang dan langsing dengan ujung-ujung yang tertutup serta
mempunyai dinding sel yang tebal. Sel trakeida mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai saluran cairan pohon yang dihisap oleh akar menuju daun, dan sebagai
pemberi kekuatan mekanis agar batang pinus bisa tegak dan dapat menahan tajuknya. Panshin dan Zeeuw 1970. Sementara sisanya sebanyak ± 5 – 10
terdiri atas sel berdinding tipis yaitu sel parenkim aksial dan sel parenkim jari-jari. Kedua macam sel ini berfungsi sebagai gudang bahan makanan cadangan pati
dan sekaligus mendistribusikannya kepada jaringan yang membutuhkannya. Bagi kayu yang mempunyai saluran damar seperti pada kayu pinus, maka sebagian dari
sel-sel parenkim ini baik sel parenkim aksial maupun sel parenkim jari-jari yang mengelilingi membatasi saluran damar tersebut dapat berdifferensiasi dan
menjadi sel epithel. Sel epithel berfungsi untuk menghasilkan getah resin yang bersifat antiseptik bila terjadi pelukaan atau serangan hama atau penyakit pada
pohon pinus tersebut Panshin dan Zeeuw 1970; Esau 1977.
2.1.3. Teknik silvikultur
Perbanyakan tanaman pinus bisa dilakukan dengan vegetatif stek pucuk dan secara generatif dengan biji. Bijibenih pinus yang telah masak secara
fisiologis dikumpulkandipanen sebagai sumber benih. Waktu pemanenan benih adalah ketika sebagian besar kerucut berubah hijau kecoklatan. Kemasakan
diperiksa dengan membelah benih. Benih yang sudah tua memiliki ciri-ciri endosperm berwarna putih dan padat, serta memenuhi seluruh rongga benih.
Benih dikumpulkan dengan memanjat untuk memetik kerucut menggunakan galah berkait yang dilengkapi pisau Hidayat dan Hansen 2001.
Kerucut pinus yang berwana hijau kecoklatan dipisahkan dari yang masih hijau, dan langsung dijemur. Kerucut hijau diperam dengan cara dihamparkan
hingga berwarna hijau kecoklatan dalam bak yang alasnya terbuat dari ram kawat. Benih diekstraksi dengan penjemuran kerucut. Ekstraksi dengan membelah akan
menghasilkan benih yang belum masak dan merusak benih sehingga menurunkan daya kecambah. Benih kemudian dibersihkan dari sayap dengan cara manual,
yaitu digosok di atas ayakan atau secara mekanik dengan pengaduk semen yang diputar 10 – 15 menit. Untuk memudahkan pelepasan sayap, benih dibasahi
dengan air 5-10, kemudian digosok, atau masukkan ke dalam mesin lalu diputar 15 menit. Selanjutnya, benih dipisahkan dari sayap, kemudian dikeringkan
Hidayat dan Hansen 2001. Benih pinus termasuk jenis benih yang bersifat ortodoks, dan dapat
disimpan selama 5 tahun pada kadar air 6-8, suhu 3-4°C dalam wadah kedap udara atau kantung plastik. Benih yang disimpan pada suhu kamar 20-30°C,
daya kecambahnya hanya dapat dipertahankan selama 1 tahun. Benih pinus tidak mengalami dormansi dan tidak perlu perlakuan khusus untuk memulai
perkecambahan. Merendam benih pada air dingin 24 jam sebelum penaburan dapat mempercepat dan menyerempakkan perkecambahan. Perkecambahan pinua
dimulai 7 hari setelah penaburan. Daya kecambah 80 dapat dicapai dalam 12-15 hari. Benih dapat langsung ditabur pada kantung plastik 1-2 butir per kantung
atau disebar dahulu lalu disapih ke kantung plastik setelah panjang kecambah mencapai 3-4 cm. Media penyapihan bermikorhiza yang terdiri dari campuran
pasir dan tanah humus dari tegakan pinus perbandingan 3:1. Bibit siap tanam setelah 9 – 10 bulan
Hidayat dan Hansen 2001. Penyediaan bibit pinus yang bermutu untuk kegiatan penanaman harus
memperhatikan adanya resiko serangan hama penyakit saat di persemaian. Penyakit yang biasa menyerang bibit pinus di persemaian berupa gagalnya benih
berkecambah maupun pembusukan kecambah pinus disebabkan oleh adanya
serangan cendawan atau bakteri di persemaian. Penyakit pembusukan kecambah secara cepat ini dikenal dengan istilah lodoh damping off. Penyakit lodoh
disebabkan oleh adanya serangan patogen oleh Fusarium sp dan Rhizoctonia sp. Achmad 1991. Kegiatan pencegahan bisa dilakukan dengan memberikan
fungisida pada saat pengolahan tanah sebelum dilakukan penyemaian atau penanaman bibit pinus. Di hutan alam tegakan alam banyak diserang oleh hama
Milliona basalis, sehingga tanaman menjadi gundul dan pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian. Teknik pengendalian pada tanaman muda dilakukan
dengan menggunakan insektisida Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999.
2.1.4. Pemanfaatan