Perairan Teluk Kao Kondisi Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Halmahera Utara
Berdasarkan analisis komposisi hasil tangkapan Tabel 5, terlihat bahwa udang putih dan ikan biji nangka dominan tertangkap di kedua daerah
penangkapan walaupun jarak kedua daerah penangkapan cukup jauh 1,4 km. Hal ini menunjukkan bahwa udang putih dan ikan biji nangka kemungkinan besar
memiliki daya adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan jenis ikan lain seperti kakap merah yang hanya dominan di Tanjung Taolas dan belanak yang
hanya dominan di Tanjung Akesone. Pengamatan terhadap profil parameter- parameter oseanografi pernah dikaji oleh Tarigan dan Edward 2003 yang
menyatakan kondisi hidrologi perairan Teluk Kao relatif masih cocok untuk berbagi kepentingan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Kep
02MNLHI1988. Namun demikian, dalam kaitannya dengan tingkah laku ikan di kedua daerah penangkapan tersebut, perlu dikaji lebih lanjut terkait dengan
keberadaan aktivitas penambangan emas. Simbolon 2007 menyatakan bahwa keberadaan ikan di suatu perairan
sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan, serta kondisi parameter- parameterfaktor oseanografi perairan. Selanjutnya disebutkan bahwa ikan yang
tidak memiliki daya adaptasi tinggi akan cenderung merespon perubahan parameter-parameter oceanografi dengan cara bermigrasi ke daerah lain, sehingga
akan berpengaruh terhadap penyebaran dan kelimpahan ikan di suatu perairan. Hutan bakau mangrove ditemukan di kedua daerah penangkapan
Tanjung Taolas dan Akesone dan kondisinya masih relatif baik. Kondisi ini diduga berpengaruh terhadap siklus hidup dan penyebaran udang putih, sehingga
udang putih tertangkap cukup dominan, baik di Tanjung Taolas maupun di Tanjung Akesone. Jenis ikan yang habitatnya di daerah karang seperti ikan kakap
merah dan kerapu hanya tertangkap di daerah penangkapan Tanjung Taolas, bahkan ikan kakap merah sangat dominan tertangkap di daerah tersebut. Hal ini
dipengaruhi oleh karena wilayah tersebut ditumbuhi oleh hutan bakau mangrove dan terumbu karang. Berbeda dengan daerah penangkapan Tanjung Akesone,
dimana terumbu karang tidak ada sama sekali sehingga tidak sesuai dengan habitat yang dikehendaki oleh ikan kakap merah dan kerapu.
Jenis spesies dan jumlah tangkapan di Tanjung Taolas lebih banyak dibandingkan dengan Tanjung Akesone Tabel 5, walaupun menggunakan alat
tangkap yang sama. Komposisi jenis dan jumlah ikan ini terkait erat dengan kondisi ekologis Tanjung Taolas yang ditumbuhi oleh hutan bakau dan terumbu
karang. Dengan kondisi terumbu karang dan hutan bakau yang masih baik, maka kemungkinan besar perairan menjadi lebih subur, sehingga akan membentuk
daerah penangkapan yang potensial. Dugaan tersebut sesuai dengan pendapat Suproyono 2007 yang menyatakan bahwa terumbu karang merupakan ekosistem
laut yang sangat tinggi produktivitasnya dan merupakan habitat yang cocok untuk berbagai jenisspesies ikan.
Kondisi ekologis perairan Teluk Kao sangat didukung oleh kondisi fisik hutan bakau dan terumbu karang yang masih bagus, khususnya sekitar Tanjung
Taolas Lampiran 2. Hal ini akan menjadi salah satu penentu tingkat keberhasilan recruitment dan kelimpahan sumberdaya ikan. Berdasarkan
penuturan nelayan setempat, perairan Teluk Kao merupakan daerah penangkapan yang cukup baik hingga tahun 1998 dengan hasil tangkapan yang bernilai
ekonomis penting seperti ikan teri, teripang, udang, kakap merah, cumi-cumi dan sebagainya. Namun demikian, dewasa ini nelayan semakin sulit memperoleh
hasil tangkapan yang banyak, bahkan beberapa jenis ikan tertentu jarang tertangkap. Akibatnya sebagian nelayan Teluk Kao beralih profesi ke usaha lain
karena mereka beranggapan bahwa usaha penangkapan kurang menjanjikan. Pernyataan nelayan ini ternyata sesuai dengan pengamatan di lapangan bahwa alat
tangkap bagan yang telah rusak tidak diperbaiki lagi, dan dibiarkan hancur oleh nelayan sehingga bekas-bekasnya cukup banyak ditemukan di sepanjang tanjung
Taolas dan Akesone.