FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN ATAS ASET (ROA) TERHADAP BANK-BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGEMBALIAN ATAS ASET (ROA) TERHADAP

BANK-BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh

Ardiansyah Wahyu Permana 08610157

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGEMBALIAN ATAS ASET (ROA) TERHADAP

BANK-BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Ekonomi Dan Bisnis

Oleh

Ardiansyah Wahyu Permana 08610157

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

(4)

(5)

(6)

Karya Ilmiah ini kutujukan kepada

Ayahanda dan Ibunda tersayang


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT, kepada – Nya kami panjatkan rasa puji syukur atas rahmat dan karunia - Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank yang listing di BEI ” dapat terselesaikan. Adapun penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata I Ekonomi pada Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bimbingan, bantuan, saran dan do’a serta dorongan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Muhammadiyah Malang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Aniek Rumijati, M.M., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih atas segala bantuan, dorongan dan semangat untuk para mahasiswa.


(8)

3. Dr, Mursidi M.M, selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan baik berupa motivasi, bantuan saran, kritik, arahan dan perbaikan demi selesainya skripsi ini dengan baik.

4. Dra.ErnaRetna Rahadjeng M.M.AFP, selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan baik berupa motivasi, bantuan, saran, kritik, arahan dan perbaikan demi selesainya skripsi ini dengan baik.

5. Dra.Muhyi MM, selaku dosen wali yang selama ini telah memberikan nasehat dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi yang telah memberikan bekal kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan beserta seluruh karyawan yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Ayah ,ibu ,kakak-kakakq serta adik-adikq dan kerabat dekat, yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat baik moril maupun materiil serta do’a yang tiada henti-hentinya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman satu angkatan Manajemen 2008, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan kalian selama ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Teman-teman dan Kepala Unit dari Pojok BEI UMM, yang telah memberikan bantuan berupa data yang dibutuhkan oleh peneliti.

10.Teman dan dosen dari Laboratorium Manajemen UMM, yang telah memberikan pengarahan, sehingga mempermudah proses pengerjaan skripsiku 11.Teman dan dosen dari unit Pusat Pengembangan Manajemen UMM, yang


(9)

Semoga amal kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara semua dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi lebih sempurnanya penulisan di masa mendatang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

WassalamualaikumWr.W

Malang, Januari 2013

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAKSI ...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Batasan Masalah ...5

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6

A. Tinjauan Peneliti Terdahulu...6

B. Tinjauan Teori...7

C. Rasio Keuangan ...19

D. Keterbatasan Laporan Keuangan ...23

E. Kerangka Pikir……….26


(11)

Halaman

BAB III METODE PENELITIAN ...28

A. Jenis Peneitian………..28

B. Sumber Data...28

C. Teknik Pengumpulan Data...28

D. Teknik dan Analisis Data ...29

E. Uji Hiposeis...34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...37

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...37

B. Hasil Analisis Data...47

C. Pembahasan Hasil Analisis Data ...52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...54

A. Kesimpulan ...54

B. Saran……….………55

C. Keterbatasan Penelitian...55 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Analisis Regresi Berganda………..47

Tabel 4.2 Hasil Analisis Korelasi Berganda……….49

Tabel 4.3 Hasil Analisis Determinasi………50

Tabel 4.4 Hasil Uji F……….51


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pikir………..27

Gambar 2 Rumus ROA……….30

Gambar 3 Rumus CAR……….31

Gambar 4 Rumus BOPO………...32


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Output Perhitungan SPSS

Lampiran 2 Daftar Nama Bank yang Terdaftar di ICMD 2011

Lampiran 3 Summary of Financial Statement PT. Bank Agroniaga Tbk Lampiran 4 Summary of Financial Statement PT.Bank ICN Bumiputera Tbk Lampiran 5 Summary of Financial Statement PT. Bank Capital Indonesia Tbk Lampiran 6 Summary of Financial Statement PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk Lampiran 7 Summary of Financial Statemen PT. Bank Central Asia Tbk Lampiran 8 Summary of Financial Statement PT. Bank Bukopin Tbk

Lampiran 9 Summary of Financial Statement PT. Bank Negara Indonesia Tbk Lampiran 10 Summary of Financial Statement PT. Bank Nusantara Parahyangan

Tbk

Lampiran 11 Summary of Financial Statement PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Lampiran 12 Summary of Financial Statement PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Lampiran 13 Summary of Financial Statement PT. Bank Mutiara Tbk Lampiran 14 Summary of Financial Statement PT. Bank Danamon Tbk Lampiran 15 Summary of Financial Statement PT. Bank Pundi Indonesia Tbk Lampiran 16 Summary of Financial Statement PT. Bank Pembangunan Daerah

Jawa Barat dan Banten Tbk


(15)

Lampiran 18 Summary of Financial Statement PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Lampiran 19 Summary of Financial Statement PT. Bank Bumi Arta Tbk

Lampiran 20 Summary of Financial Statement PT. Bank CIMB Niaga Tbk Lampiran 21 Summary of Financial Statement PT. Bank Internasional Indonesia

Tbk

Lampiran 22 Summary of Financial Statement PT. Bank Permata Tbk Lampiran 23 Summary of Financial Statement PT. Bank Sinarmas Tbk

Lampiran 24 Summary of Financial Statement PT. Bank of India Indonesia Tbk Lampiran 25 Summary of Financial Statement PT. Bank Tabungan Pensiunan

Nasional Tbk

Lampiran 26 Summary of Financial Statement PT. Bank Victoria International Tbk

Lampiran 27 Summary of Financial Statement PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk

Lampiran 28 Summary of Financial Statement PT. Bank Mayapada Internasional Tbk

Lampiran 29 Summary of Financial Statement PT. Bank Windu Kentjana International Tbk

Lampiran 30 Summary of Financial Statement PT. Bank Mega Tbk

Lampiran 32 Summary of Financial Statement PT. Bank OCBC NISP Tbk Lampiran 33 Summary of Financial Statement PT. Bank Panin Tbk

Lampiran 33 Summary of Financial Statement PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Rivai, Veithzal, Idroes. 2007. BANK and FINANCIAL INSTITUTION MANAJEMEN. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Kieso, Weygandt, and Warfield. 2002. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh. Diterjemahkan oleh Emil Salim. Jakarta. Erlangga.

Surifah, Kinerja Keuangan Perbankan Swasta Nasional Indonesia Dan Setelah Krisis Ekonomi, Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia, Vol.6, No. 2, 2002.

http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Arsitektur+Perbankan+Indonesia/

http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Keuangan+Publikasi+Bank/Bank/Bank+ Umum+Konvensional/

http://www.idx.co.id/Home/ListedCompanies/ReportDocument/tabid/91/language/en-US/Default.aspx

http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2010/02/19/pengertian-bank/

Robert, David,Kenneth. 2007. ACCUONTING : Text & Cases. Twelfth Edition. Tht McGraw-Hill Compsnies,inc

James C. Van Horne, John M. wachowicz, Jr .1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi kesembilan, Salemba empat, Jakarta

Damodar N Gujarat, Dawn C. Porter. 2010. Dasar-dasar Ekonomitrika. Edisi 5. Salemba Empat, Jakarta

Indriantoro, Nur, Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. Penerbit : BPFE. Yogyakarta.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling sentral peranannya dalam memobilisasi dana masyarakat dan merupakan industri yang memiliki peranan penting dalam laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini tercermin pada fungsi perbankan sebagai penjamin penyelesaian perdagangan, penjamin penyelesaian proyek dan terutama sebagai lembaga perantara atau intermediary. Fungsi tersebut harus diimbangi dengan kinerja bank yang sehat, karena untuk menjalankan segala fungsi yang dilakukan membutuhkan adanya keparcayaan masyarakat. Banyak sekali bank-bank yang masih memiliki tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebur cenderung rendah.

Tingkat pelayanan, keamanan, serta kecepatan dalam bertransaksi dan melayani kebutuhan masyarakat yang masih belum maksimal menjadikan kepercayaan masyarakat terhadap bank masih belum maksimal. Dengan adanya keadaan tersebut membuat bank harus bekerja lebih keras lagi dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat. Dalam perkembangannya sektor perbankan kini mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Banyakanya peraturan serta kebijakan-kebijakan yang baru dibuat khusus untuk lebih meningkatkan kualitas dari bank tersebut.


(18)

2

Dukungan tersebut harus membuat kinerja bank menjadi lebih baik. Bagaimana bank tersebut dalam pengelolaan keuangannya juga harus mengalami perbaikan peningkatan sehingga dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik lagi. Hal ini juga harus sejalan dengan perkembangan pelayanan masyarakat yang harus menjangkau sampai ke pelosok daerah. Peningkatan wilayah pelayanan serta produk yang diberikan masyarakat harus sesuai dan mendukung keinginan masyarakat, sehingga akan menarik minat masyarakat untuk ke bank.

Industri perbankan Indonesia terus menunjukkan kinerja gemilang. Dalam lima bulan pertama 2011, bank-bank umum di Indonesia meraup laba bersih Rp29,5 triliun, naik 21,4% dibandingkan periode 2010 yang tercatat Rp24,3triliun. Setelah didera krisis moneter pada 1997/98, kini industri perbankan nasional berubah menjadi lebih mengkilat. Para investor asing pun banyak melirik sektor ini sebagai ladang investasi. Hingga Mei 2011, semua indikator perbankan nasional menunjukkan ki-nerja yang menggembirakan. Kinerja perbankan yang gemilang itu dapat dilihat dari sisi permodalan, likuiditas, rasio kredit bermasalah (NPL), dan pertumbuhan kredit. Rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) tercatat 78,45% dan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) 17,41%.

Data Bank Indonesia ini menunjukkan bahwa tingginya pertumbuhan kredit telah mendongkrak pendapatan bunga bersih. Hingga kini, pendapatan terbesar perbankan Indonesia berasal dari hasil bu-nga. Hingga Mei 2011, jumlah kredit yang tersa-lurkan mencapai Rp1.889,4 triliun, naik 23,3% diban-dingkan periode sama 2010 sebesar Rp1.531,5 tri-liun. Dari 161 bank umum, per Mei 2011, total aset mereka telah mencapai Rp 3.136,4 triliun.


(19)

3

Kinerja perbankan yang cemerlang itu layak mendapatkan apresiasi. Publik berharap pelaku bisnis di sektor ini mampu mempertahankan prestasi ini. Para pengelola bank tidak boleh berpuas diri dan terlena dengan kinerja yang gemilang ini.

Para bankir masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk menggerakkan perekonomian negeri ini. Maklum, masyarakat masih memimpikan industri perbankan nasional yang efisien. Jika perbankan efisien, masyarakat pun berharap bisa menikmati suku bunga kredit yang lebih rendah. Memang masyarakat tidak bisa memaksa bank-bank untuk segera menurunkan suku bunga kredit. Masyarakat juga tidak bisa memaksa bank untuk mengucurkan kredit secara cepat. Mereka tentu memiliki dasar perhitungan yang matang sebelum memutuskan untuk memangkas suku bunga. Namun masyarakat percaya para bankir pun menyadari suku bunga kredit yang tinggi tidak bagus untuk perekonomian nasional.

Meski demikian, para bankir di Indonesia perlu pula memperhatikan sepak terjang para kompetitor di negara lain. Ambil contoh hasil survei Pricewaterhouse Coopers (PWC) Indonesia, yang menemukan fakta bahwa industri perbankan nasional masih menghadapi masalah efisiensi biaya operasional. Efisiensi perbankan di Indonesia merupakan salah satu yang terburuk di Asia Tenggara. Perbankan nasional rata-rata mendapatkan bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) sekitar 6%, jauh di atas rata-rata NIM di kawasan Asean yang berkisar 3%-4%.

Kalau pun masyarakat tidak bisa menyalahkan bankir sepenuhnya atas tingginya NIM tersebut, namun menjadi bahan perenungan bagi para bankir untuk


(20)

4

mengupayakan NIM yang moderat. Di tengah tekanan inflasi ke depan yang lebih besar, tentu ini menjadi pekerjaan berat bagi Bank Indonesia dan perbankan nasional untuk menjaga kestabilan suku bunga.

Apalagi tingkat risiko bisnis di negeri ini terbilang masih tinggi. Alhasil, kalangan perbankan mau tak mau harus menambah premi risiko dalam penetapan suku bunga kreditnya. Ujung-ujungnya suku bu-nga kredit akan bergerak naik mengikuti irama risiko yang bergejolak. Yang juga harus disadari, kendati rasio kredit bermasalah (NPL) gross masih terjaga pada kisaran 3%, namun tekanan atas risiko kredit tetap menjadi risiko utama yang harus dikelola para bankir. Ketika pasar kredit semakin ketat, mau tak mau, perbankan akan menurunkan NIM-nya, di mana suku bunga kredit akan dipangkas. Sebaliknya, persaingan ketat telah terjadi di pasar dana pihak ketiga (DPK).

Untuk mendapatkan DPK, perbankan terpaksa menawarkan suku bunga simpanan yang menarik atau memberikan iming-iming hadiah menawan. Lebih-lebih deposan besar acapkali meminta bunga khusus (special rate) yang membebani bank karena biaya dana (cost of fund) menjadi melonjak. Ke depan, melihat fundamental ekonomi Indonesia yang terus membaik, perbankan pun memiliki banyak ruang untuk bertumbuh. Namun, para bankir tetap harus berhati-hati dalam melangkah. Mereka tidak boleh mengulang kesalahan yang sama seperti menjelang krisis 1997/98 yang secara gegabah dan sembrono menyalurkan kredit sekadar untuk memenuhi target semata. Para pengelola bank harus memperhatikan kekuatan diri, terutama terkait permodalan dan ekspansi jaringan. Bagaimanapun, untuk menjangkau pasar yang begitu luas, perbankan butuh dukungan modal dan jaringan.


(21)

5

Keterbatasan modal jelas akan menghambat bank untuk ekspansi kredit dan memperbarui teknologi. Permintaan terhadap dana perbankan kian meningkat seiring dengan target pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Diharapkan para pe-ngelola bank semakin serius dan disiplin memupuk permodalan agar mampu menjangkau potensi pasar domestik yang besar ini.

Pada saat yang sama, bersama dengan Bank Indonesia, perbankan nasional juga harus aktif melakukan pendidikan atau edukasi perbankan kepada masyarakat luas, terutama di daerah-daerah pedalaman, dalam rangka mendorong proses inklusi atau pendalaman pemamahan atas industri keuangan. Pendalaman pasar keuangan akan terbentuk dengan sendirinya apabila bank sentral bersama dengan perbankan melakukan program edukasi yang intensif dan terarah. Semakin melek masyarakat terhadap perbankan, semakin tinggi minat masyarakat untuk berhubungan dengan baik. Tentunya juga dalam melakukan transaksi keuangan melalui fasilitas perbankan. Di sini, bank bukan saja bisa menjual produk berupa dana dan kredit, melainkan juga layanan yang berorentasi pada pendapatan bukan bunga (Fee Based Income atau FBI). Dengan semakin tingginya FBI, otomatis memberikan ruang bagi bank menurunkan suku bunga kredit karena pendapatan bunga kredit (interest income) bisa dikompensasikan oleh FBI yang kian membesar.

Dalam penilaian tingkat kesehatan kinerja keuangan bank, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen sangat mempengaruhi hasil dari kinerjanya. Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai. Dalam hal ini laba dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu perusahaan. Tata


(22)

6

cara serta ketentuan-ketentuan yang telah diatur membuat bank diklasifikasikan menurut kemampuannya dalam mengelaola kinerjanya.

Salah satu indikator untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return On Asset (ROA). Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total asset (total aktiva). Semakin besar ROA akan menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar.

Tingkat pengembalian (return) merupakan faktor pendukung dalam meningkatkan kinerja keuangan kedepannya. Dalam hal ini beberapa rasio keuangan yang ada dalam pelaporan keuangan saling berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Dalam rasio keuangan bank faktor-faktor tersebut tercatat dalam rasio-rasio yang mempengaruhi bank dalam meningkatkan pengembaliannya antara lain : seperti rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR).

Dari uraian laporan serta penjelasan tersebut diatas, maka dapat diartikan Bank sebagai lembaga perantara atau intermediary memerlukan kinerja yang sehat agar proses intermediary dapat berjalan dengan lancar. Untuk mengukur apakah kebijakan yang telah diambil sudah sesuai, indikator yang biasa digunakan adalah pendekatan kinerja bank secara ekonomi yaitu kinerja keuangan.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang permasalahan dan dengan banyaknya prestasi kinerja keuangan Bank, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan tinjauan tentang faktor-faktor keuangan yang mempengaruhi kinerja keuangan ( ROA ) bank yang


(23)

7

terdapat dalam pelaporan keuangannya. Dengan merumuskan dalam bentuk pertanyaan “Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank yang tercatat di BEI?”

C. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank yang terangkum dalam laporan keuangan yaitu rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR).

D. TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja keuangan ( ROA) bank?”

Manfaat ataupun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Manajemen bank, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan guna meningkatkan kinerja bank.

2. Bagi investor, agar dapat memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi yang akan diambil.

3. Menjadi bahan masukkan untuk penelitian selanjutnya dan bahan referensi pengembangan penelitian selanjutnya.


(24)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU

Beberapa peneliti terdahulu meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuanngan bank. Faktor-faktor tersebut yaitu rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mempengaruhi kinerja keuangan ( ROA ) bank. Hasil dari penelitian tersebut :

Ambika Pega Wiyas Putra ( Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Lembaga Perbankan Pada Bank Swasta Nasional Periode 2006-2009) yang menyimpulkan bahwa : Hasil uji t LDR berpengaruh positif

signifikan terhadap ROA. Sedangkan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Dan dari hasil pengujian statistik, variabel CAR terbukti

berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa variabel LDR dan BOPO memberikan pengaruh terbesar terhadap Return On Assets (ROA).

Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank yang diwakili rasio profitabilitas ( ROA ). Ambika Pega Wiyas Putra (2009:60) meneliti tentang bank swasta nasional dan menggunakan variabel independen CAR, NIM, BOPO, NPL, dan LDR,


(25)

9

pelaporan Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) 2011 dan variabel yang digunakan CAR, BOPO, dan LDR

Wisnu mawardi (Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia (Studi kasus pada Bank Umum di Indonesia dengan total asset kurang dari 1 triliun)) yang menyimpulkan bahwa : Efisiansi operasi (BOPO) berpengaruh negative dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Modal (CAR) tidak signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Pengaruh NPL terhadap ROA adalah negative, sehingga semakin besar jumlah piutang ragu-ragu maka kinerja keuangan akan menurun. Perbandingan BOPO terhadap ROA adalah negative.

Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank yang diwakili rasio profitabilitas ( ROA ). Wisnu Mawardi (2005:59) meneliti tentang bank umum yang ada di Indonesia yang berfokus pada bank yang memiliki aset kurang dari 1 milyar dengan

menggunakan variabel independen CAR, NIM, BOPO, dan NPL, sedangkan pada penelitian ini mencakup semua bank yang terdata dalam laporan Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) 2011 dan variabel yang digunakan CAR, BOPO, dann LDR

B. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Bank

Bank adalah suatu badan usaha yang mempunyai tugas utama melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kembali ke


(26)

10

masyarakat (Ade Arthesa dan Edia Handiman, 2006:8). Lukman Dendawijaya mengemukakan pengertian bank sebagai berikut: Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan. (Lukman Dendawijaya, 2009:14)

Peran bank sebagai lembaga perantara keuangan juga dinyatakan dalam PSAK No. 31, bahwa bank adalah: Suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007:31.1) Pengertian bank menurut Undang-undang No. 10 ayat (2) Tahun 1998 adalah sebagai berikut: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Berdasarkan pada pengertian bank di atas, jelas bahwa bank adalah suatu badan usaha yang memiliki wewenang dan fungsi untuk menghimpun dana masyarakat untuk disalurkan kembali kepada yang memerlukan dana.

2. Fungsi Bank

Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Fungsi pokok bank umum seperti yang dikemukakan oleh Dahlan Siamat (2004:88) adalah, “menyediakan mekanisme dan alat


(27)

11

pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, menciptakan uang, menghimpun dan menyalurkannya kepada masyarakat, serta menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya”. Lebih lanjut, Suhardjono (2003:3) mengemukakan fungsi bank sebagai berikut:

a. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan.

b. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit.

c. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.

Ade Arthesa dan Edia Handiman (2006:11) mengklasifikasikan fungsi bank ke dalam tiga bagian yaitu, fungsi pembangunan (development), fungsi pelayanan (services), dan fungsi transmisi. Penjelasan dari masing-masing fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Pembangunan (Development)

Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat menunjang pertumbuhan perekonomian negara. Jika sistem dan kelembagaan industry perbankan baik, perbankan akan sangat bermanfaat bagi pembangunan Indonesia. Pemerintah dan masyarakat membutuhkan dana yang disediakan bank sebagai perantara untuk menggerakkan sektor riil. Pembangunan negara akan berjalan baik apabila perbankan turut terlibat dalam bentuk pembiayaan yang


(28)

12 b. Fungsi Pelayanan (Services)

Pada dasaranya adalah memberikan semua kegiatan keuangan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh nasabah, sehingga nasabah memperoleh kemudahan dalam melakukan kegiatan transaksi keuangannya.

c. Fungsi Transmisi

Merupakan kegiatan bank yang berkaitan dengan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dengan menciptakan instrumen keuangan yang disebut dengan giral. Agent of trust, agent of development, dan agent of services merupakan tiga jenis fungsi yang dikemukakan oleh Sigit Triandaru (2008:9). Masing-masing dari fungsi tersebut dapat diuraikan pada penjelasan sebagai berikut:

1) Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalah gunakan oleh bank, uang akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitor tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitor akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitor akan mempunyai kemampuan membayar pada saat jatuh tempo, dan


(29)

13

debitor mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

2) Agent of development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sector moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

3) Agent of services

Di samping melakukan kegiatan penghimpuna dana dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa yang ditawarkannya antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan. Berdasarkan yang telah dipaparkan di atas, fungsi bank selain sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, tetapi juga memiliki fungsi sebagai suatu lembaga yang dapat bermanfaat bagi pembangunan Indonesia yang berperan sebagai perantara untuk mengerakkan sektor riil, sebagai pemberi


(30)

14

pelayanan yang baik untuk para nasabahnya dalam melakukan transaksi keuangan, serta sebagai suatu lembaga yang memiliki dasar kepercayaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya.

3. Jenis-Jenis Bank

Jenis-jenis bank berdasarkan fungsinya menurut UU No.10 tahun 1998 ada dua jenis, yaitu :

a. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsisp syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jenis-jenis bank yang dikemukakan oleh Kasmir (2008:27) diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut:

a. Menurut kepemilikannya bank terbagai ke dalam lima bagian, diantaranya: bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, bank milik koperasi, bank milik asing, bank milik campuran.

b. Jenis bank berdasarkan kemampuannya (status) terdiri dari dua jenis, yaitu bank devisa dan bank non devisa.

c. Jenis bank berdasarkan cara menentukan harga terbagi ke dalam dua jenis, yaitu bank konvensional dan bank syariah.


(31)

15

1) Bank milik pemerintah, yaitu bank yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya dimiliki oleh pemerintahan Indonesia. 2) Bank milik swasta nasional, yaitu bank yang seluruh atau sebagian besar

sahamnya dimiliki oleh swasta nasional.

3) Bank milik koperasi, yaitu bank yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

4) Bank milik asing, yaitu bank milik swasta asing atau pemerintah asing yang membuka cabang di Indonesia.

5) Bank milik campuran, yaitu bank yang sahamnya dimiliki swasata nasional dan pihak asing, namun pemilik mayoritas saham bank campuran adalah warga negara Indonesia.

6) Bank devisa, yaitu bank yang dapat melakukan transaksi ke luar negeri dengan mata uang asing secara keseluruhan.

7) Bank non devisa, yaitu bank yang tidak mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

8) Bank konvensional, dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya, bank ini dibagi dua, yaitu:

a) Menetapkan bunga sebagai harga produk simpanan dan produk pinjaman (kredit).

b) Untuk jasa perbankan yang lain menggunakan berbagai biaya dalam nominal atau persentase tertentu.


(32)

16

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank menurut UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan diantaranya sebagai berikut:

a. Menghimpun dana dari masyarakat. b. Memberikan kredit.

c. Menerbitkan surat pengakuan hutang.

d. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau menyimpan barang dan surat berharga.

h. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasrkan suatu kontrak (custodian).

i. Melakukan penempatan dana dan menambah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

j. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.

k. Melakukan kegiatan anjak piutang (factoring), kartu kredit dan kegiatan wali amanat (trustee).


(33)

17

l. Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

m. Melakukan kegiatan lain misalnya kegiatan dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, dan asuransi; dan melaksanakan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit.

n. Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang.

Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bank yang diuraikan dalam UU No. 10 tahun 1998, kegiatan usaha bank tidak hanya menghimpun dan menyalurkan dana saja, namun melakukan kegiatan usaha lain berupa:

a. Transaksi jual beli seperti surat-surat berharga dan pelelangan. b. Melakukan kegiatan dalam penyertaan modal pada perusahaan lain.

c. Pemberian fasilitas-fasilitas misalnya menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat membantu dan mempermudah para nasabahnya.

Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek pernghimpunan dana maupun pengaluran dananya. Hal ini tidak terlepas dari fungsi bank tersebut “bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya” (Kasmir,2008,11). Sedangkan menurut


(34)

18

(Siamat.2005:275) “ Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternative investasi”.

Agar kinerja bank selalu baik, bank harus selalu beradaptasi dengan berbagai perubahan pasar yang ada. Persaiangan yang semakin ketat membuat bank harus memberikan peningkatan kualitas layanan dan keamanan terhadap nasabahnya serta mendapatkan profit yang maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Bikker and Bos, 2008:44) “ Banks’ performance is related to changes in their environtment and the behavior of their competitors. Therefore, a third consideration relating to banks’ profit maximization concern market power.” Untuk dapat melakukan tugasnya secara maksimal, bank harus memiliki tingkat kesehatan yang baik.

“Tingkat kesehatan bank adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan, terutama kebijakan moneter” (Rivai, Veithzal, Idroes. 2007:118). Dalam hal ini penilaian terhadap kinerja keuangan suatu bank sangat menentukan apakah bank tersebut dikategorikan sehat atau tidak.

Pernilaian terhadap kinerja keuangan suatu bank dapat dilakukan dengan analisis terhadap laporan keuangannya. Karena banyaknya alat yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja keuangan, maka dalam pelaksanaannya dapat menggunakan teknik tertentu (Kuncoro,2002:556). Rasio keuangan merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan bank yang terdapat dalam laporan keuangan. “ Rasio keuangan merupakan indeks yang


(35)

19

menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangn dan kinerja perusahaan,” (Kasmir 2008:104)

Hal ini membuat beberapa rasio yang berhubungan dengan beberapa besaran yang saling terkait satu dengan yang lain, beberapa rasio tertentu hanya bermanfaat jika dihubungkan dengan sudut pandang yang dipilih dan tujuan analisis (Kuncoro, 2002:557). ROA termasuk dalam analisis rasio rentabilitas bank yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Kasmir,2000:281). Aspek profitabilitas diambil sebagai acuan dalam analisis perbankan karena merupakan gambaran perusaahaan dalam mendapatkan income/keuntungan dalam pengelolaan asset yang dimilikinya.

Alasan tersebut didasarkan pada hubungan antara ROA dengan tingkat kesehatan bank yaitu : “ROA memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan berapa besar keuntungan dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya” (Dahlan,2001:109). Hal ini dapat diambil kesimpulan juga bahwa semakin baik kinerja keuangan bank maka ROA yang dihasilkan juga semakin baik. Sejalan dengan pernyataan (Kuncoro. 2011:298) “dalam jangka panjang, ukuran return on asset akan sejalan dengan hasil aliran dana”.

Bank pada dasarnya merupakan suatu perusahaan perbankan yang dalam kegiatan usahanya mendapatkan profit yang maksimal dengan biaya yang rendah. Kinerja keuangan yang baik akan menghasilkan laba yang maksimal hal ini dilihat


(36)

20

dari semakin besar total revenue dan semakin kecil total operating expense dan applicable income taxesnya maka semakin tinggi ROA (kuncoro. 2002:553). Pada dasarnya ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan bank menghasilkan gross yield on asset dari interest income, noninterest income, dan realized securities gain (kuncoro. 2002:555).

“Semakin tinggi return (pengembalian) semakin baik karena berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga akan semakin besar. ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan asset yang dimiliki” (Kuncoro, 2002:551). Dalam analisis internal, banyak perusahaan yang menerapkan sistem rasio dan standar yang memisahkannya di dalam komponen serangkaian keputusan yang mempengaruhi kinerja operasional, keseluruhan returns, dan harapan pemengang saham (Kuncoro,2002:297).

Rasio-rasio yang memiliki kesamaan elemen, karena dibuat berdasarkan dari bagian-bagian dari pelaporan keuangan yang sama memiliki pengaruh terhadap keputusan yang dibuat bank yang dapat mempengaruhi hasil dari pelaporan keuangan berikutnya (Kuncoro,2011:297). Dari pengertian diatas maka profitabilitas merupakan alat pembanding yang sesuai untuk mengukur kegiatan perusahaan dalam mengelola berbagai alternatif investasinya. Dalam menjalankan usahanya sebuah bank harus memiliki tingkat efisiensi untuk mengatur kegiatan operasional dan aset yang dimiliki sehingga dapat memperoleh profit yang maksimal.


(37)

21

ROA merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola seluruh aset yang dimilikinya. Sehingga, perlu dilihat pula faktor-faktor yang mempengaruhi ROA. Rasio-rasio yang memiliki kesamaan elemen yang dapat mempengaruhi nilai ROA dijadikan sebagai faktor-faktor penentu dalam peningkatan dan penurunan nilai ROA. Menurut (Kuncoro,2002:297), faktor-faktor yang mempengaruhi ROA adalah BOPO, CAR, dan LDR. BOPO merupakan rasio biaya operasional per pendapatan operasional, yang menjadi proxy efisiensi operasional seperti yang biasa digunakan oleh Bank Indonesia. CAR adalah Capital Adequacy Ratio untuk mewakili faktor risiko dan LDR untuk mewakili ukuran likuiditas bank.

Dari pengertian diatas maka variabel yang diuji adalah CAR, LDR, dan BOPO yang berpengaruh terhadap ROA. Semakin tinggi nilai CAR maka keuntungan bank akan semaikin besar dengan kata lain ROA akan meningkat. Semakin kecil nilai BOPO maka semakin efisien bank tersebut dalam melakukan kegiatan operasionalnya sehingga akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh bank tersebut dan semakin tinggi nilai ROA. Jika LDR naik maka tingkat kredit bermasalah yang dapat diselesaikan akan semakin baik sehingga, akan meningkatkan profit yang dimiliki sehingga akan meningk atkan nilai ROA. C. RASIO KEUANGAN

Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank maka dapt dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Agar Laporan dapat dibaca dan berarti maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu yaitu dengan


(38)

22

menggunakan rasio- rasio keuangan sesuai dengan standar yang berlaku (Kasmir,2000:281). Rasio yang disajikan adalah sebagai berikut :

1. Return on Assets (ROA)

Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan dan dijadikan sebagai variabel dependen karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Total aset yang digunakan untuk mengukur ROA adalah jumlah keseluruhan dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat (Siamat, 2005:208).

2. Loan to Deposit Ratio ( LDR )

Ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan di masa yang akan datang, merupakan pemahaman konsep likuiditas dalam indikator ini. Menurut Bank Indonesia, penilaian aspek likuiditas mencerminkan kemampuan


(39)

23

bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang memadai guna memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Disamping itu bank juga harus dapat menjamin kegiatan dikelola secara efisien dalam arti bahwa bank dapat menekan biaya pengelolaan likuiditas yang tinggi serta setiap saat bank dapat melikuidasi assetnya secara cepat dengan kerugian yang minimal (SE. Intern BI, 2004).

Peraturan Bank Indonesia menyatakan bahwa kemampuan likuiditas bank dapat diproksikan dengan LDR (Loan to Deposit Ratio) yaitu perbandingan antara kredit dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio LDR adalah 80% hingga 110%. Jika angka rasio LDR suatu bank berada pada angka dibawah 80% (misalkan 60%), maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat menyalurkan sebesar 60% dari seluruh dana yang berhasil dihimpun.

Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi (perantara) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, maka dengan rasio LDR 60% berarti 40% dari seluruh dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Kemudian jika rasio LDR bank mencapai lebih dari 110%, berarti total kredit yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak


(40)

24

menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik. Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Jika rasio LDR bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Sedangkan menurut ambika pega (2011:60) LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Dengan meningkatnya laba, maka return on asset (ROA) juga akan meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return on Asset (ROA).

3. Capital Adequacy Ratio ( CAR )

Peranan modal sangat penting karena selain digunakan untuk kepentingan ekspansi, juga digunakan sebagai “buffer” untuk menyerap kerugian kegiatan usaha. Dalam hal ini Bank wajib memenuhi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku untuk peningkatan modal (SE. Intern BI, 2004). Secara teknis, analisis tentang permodalan disebut juga sebagai analisis solvabilitas, atau juga disebut capital adequacy analysis, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung kegiatan bank yang dilakukan secara efisien..

Menurut Peraturan Bank Indonesia, CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari


(41)

25

sumber-sumber diluar bank. Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin solvable. Dengan semakin meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja bank, karena kerugian-kerugian yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki bank tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2005:59), menyimpulkan bahwa, Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) yang merupakan proksi dari kinerja keuangan bank karena secara statistik nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak signifikan.

Hal ini menurut Mawardi, (2005:59) terjadi karena peraturan Bank Indonesia yang mengharuskan menjaga agar Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal 8%, sehingga para pemilik bank menambah modal bank yang berupa fresh money hanya agar Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat memenuhi syarat yang ditetapkan Bank Indonesia. Sementara kondisi saat dilakukannya penelitian (1998-2001) tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank masih rendah karena terjadinya krisis perbankan.

Sehingga wajar jika CAR tidak berpengaruh terhadap ROA, karena berapapun modal yang dimiliki bank jika tingkat kepercayaan masyarakat masih rendah maka bank tidak akan bisa menjalankan fungsi intermediasi-nya.


(42)

26

Sedangkan menurut ambika pega (2011:60) variabel CAR terbukti berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA.

4. Rasio biaya operasional ( BOPO )

Dalam kasus perusahaan yang bergerak dibidang perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar dalam arti sesuai yang diharapkan manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna (Mawardi, 2005:26).

Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi atau yang sering disebut BOPO. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya(SE. Intern BI, 2004).

Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Pada penelitian ini variabel BOPO diambil sebagai salah satu variabel atau faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank, karena bagaimanapun juga jika kita berbicara mengenai kinerja suatu perusahaan pastilah juga


(43)

27

berhubungan dengan efisiensi operasi perusahaan tersebut. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Penelitian yang dilakukan oleh Mawardi, (2005:59), menyimpulkan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap kinerja bank yang diproksikan dengan ROA. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan total biaya operasional dengan pendapatan operasional akan berakibat turunnya return on asset. Sedangkan menurut ambika pega (2011:60) BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

D. KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan memiliki keterbasan antara lain :

a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan intern report ( laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara ) dan bukan merupakan laporan final. Karena itu semua jumlah – jumlah atau hal – hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuidasi atau realisasi dimana dalam laporan ini terkandung pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh Akuntan atau Manajemen yang bersangkutan.


(44)

28

b. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai mungkin berbeda atau berubah.

c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukan unit yang terjual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan karena naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga – harga.

d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor – faktor tersebut tidak dapat diukur dengan satuan uang.

E. KERANGKA PIKIR

Kerangaka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah bahwa kinerja keuangan merupakan hal yang dianggap penting. Kinerja yang maksimal terutama dalam segi financial menentukan bagaimana suatu lembaga keuangan untuk dapat mengambil langkah-langkah kebijakan yang strategis. Berbagai hal yang mempengaruhi stabilitas keuangan suatu lembaga keuangan harus memiliki perhatian tersendiri dalam mengatur setiap kebijakan yang akan dikeluarkan.


(45)

29

Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan dan dengan adanya pengembangan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Sumber : pengembangan penelitian

E. HIPOTESIS

Dari beberapa argumentasi diatas, serta berdasarkan pada kerangka pikir dan teoritis yang telah dibahas maka didapatkan hepotesis sebagai berikut ;

 CAR, BOPO, dan LDR berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank yang listing di BEI

ROA

LDR BOPO CAR


(1)

24

menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik. Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Jika rasio LDR bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Sedangkan menurut ambika pega (2011:60) LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Dengan meningkatnya laba, maka return on asset (ROA) juga akan meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return on Asset (ROA).

3. Capital Adequacy Ratio ( CAR )

Peranan modal sangat penting karena selain digunakan untuk kepentingan ekspansi, juga digunakan sebagai “buffer” untuk menyerap kerugian kegiatan usaha. Dalam hal ini Bank wajib memenuhi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku untuk peningkatan modal (SE. Intern BI, 2004). Secara teknis, analisis tentang permodalan disebut juga sebagai analisis solvabilitas, atau juga disebut capital adequacy analysis, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung kegiatan bank yang dilakukan secara efisien..

Menurut Peraturan Bank Indonesia, CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari


(2)

25

sumber-sumber diluar bank. Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin solvable. Dengan semakin meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja bank, karena kerugian-kerugian yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki bank tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2005:59), menyimpulkan bahwa, Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) yang merupakan proksi dari kinerja keuangan bank karena secara statistik nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak signifikan.

Hal ini menurut Mawardi, (2005:59) terjadi karena peraturan Bank Indonesia yang mengharuskan menjaga agar Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal 8%, sehingga para pemilik bank menambah modal bank yang berupa fresh money hanya agar Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat memenuhi syarat yang ditetapkan Bank Indonesia. Sementara kondisi saat dilakukannya penelitian (1998-2001) tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank masih rendah karena terjadinya krisis perbankan.

Sehingga wajar jika CAR tidak berpengaruh terhadap ROA, karena berapapun modal yang dimiliki bank jika tingkat kepercayaan masyarakat masih rendah maka bank tidak akan bisa menjalankan fungsi intermediasi-nya.


(3)

26

Sedangkan menurut ambika pega (2011:60) variabel CAR terbukti berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA.

4. Rasio biaya operasional ( BOPO )

Dalam kasus perusahaan yang bergerak dibidang perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar dalam arti sesuai yang diharapkan manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna (Mawardi, 2005:26).

Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi atau yang sering disebut BOPO. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya(SE. Intern BI, 2004).

Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Pada penelitian ini variabel BOPO diambil sebagai salah satu variabel atau faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank, karena bagaimanapun juga jika kita berbicara mengenai kinerja suatu perusahaan pastilah juga


(4)

27

berhubungan dengan efisiensi operasi perusahaan tersebut. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Penelitian yang dilakukan oleh Mawardi, (2005:59), menyimpulkan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap kinerja bank yang diproksikan dengan ROA. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan total biaya operasional dengan pendapatan operasional akan berakibat turunnya return on asset. Sedangkan menurut ambika pega (2011:60) BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

D. KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan memiliki keterbasan antara lain :

a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan intern report ( laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara ) dan bukan merupakan laporan final. Karena itu semua jumlah – jumlah atau hal – hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuidasi atau realisasi dimana dalam laporan ini terkandung pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh Akuntan atau Manajemen yang bersangkutan.


(5)

28

b. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai mungkin berbeda atau berubah.

c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukan unit yang terjual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan karena naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga – harga.

d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor – faktor tersebut tidak dapat diukur dengan satuan uang.

E. KERANGKA PIKIR

Kerangaka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah bahwa kinerja keuangan merupakan hal yang dianggap penting. Kinerja yang maksimal terutama dalam segi financial menentukan bagaimana suatu lembaga keuangan untuk dapat mengambil langkah-langkah kebijakan yang strategis. Berbagai hal yang mempengaruhi stabilitas keuangan suatu lembaga keuangan harus memiliki perhatian tersendiri dalam mengatur setiap kebijakan yang akan dikeluarkan.


(6)

29

Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan dan dengan adanya pengembangan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Sumber : pengembangan penelitian

E. HIPOTESIS

Dari beberapa argumentasi diatas, serta berdasarkan pada kerangka pikir dan teoritis yang telah dibahas maka didapatkan hepotesis sebagai berikut ;

 CAR, BOPO, dan LDR berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank yang listing di BEI

ROA

LDR BOPO CAR