Rumusan Masalah Tujuan Penulisan

penilaian, sehingga yang merupakan masalah adalah apa yang menjadi dasar dari penilaian itu sendiri. Dalam menentukan sesuatu itu benar, pada dasarnya kita mengukurnya dari dua kemungkinan, ialah yang disebut kebenaran aprioris atau kebenaran hipotetis dan kebenaran aposterioris atau kebenaran empiris. Kebenaran aprioris adalah kebenaran yang didasarkan pada akal semata-mata, dengan alat logika tanpa memerlukan bukti empiris, sedangkan kebenaran aposterioris atau kebenaran setelah pengalaman, adalah kebenaran yang ditemukan dilapangan melalui suatu abstraksi berupa ukuran-ukuran dari wujud apa yang ingin diketahui itu. Ini adalah kebenaran Ilmu Pengetahuan yang saat ini banyak berlandaskan teori mengenai ilmu Pengetahuan dari Kant, kemudian Comte dan sebagainya. Namun pada faktanya, ada pula kejahatan yang dilakukan oleh para ilmuwan dengan suatu tujuan tertentu sehingga menyebabkan adanya kesesatan ilmu pengetahuan.Dalam ilmu filsafat kita diajarkan untuk meresapi tiap tiap kata supaya tidak terjadi kesalahan penalaran atau kesesatan yang disebabkan oleh penyalahgunaan bahasa atau penyalahan relevansi. Kesesatan merupakan bagian dari logika, dikenal juga sebagai fallaciafalaccy, dimana beberapa jenis kesesatan penalaran dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Arti dari Berpikir ? 2. Apa Hakikat Berpikir? 3. Kesalahan-Kesalahan Apa Saja Yang Ada Dalam Berpikir ? 4. Apa yang dimaksud Teori Kebenaran dan Kesalahan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Arti dari Berpikir 2. Mengtetahui Hakikat Berpikir? 3. Mengetahui Kesalahan-Kesalahan dalam Berpikir 4. Mengetahui yang dimaksud Teori Kebenaran dan Kesalahan BAB II 2 PEMBAHASAN A. Arti Berpikir Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu seseorang. Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut: 1. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis- jenis berpikir asosiatif: a. Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya. b. Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya. c. Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis. d. Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat. e. Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya. 2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu: a. Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan. 3 b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya. Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf. Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya. Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan. Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan: 1. Strategi menyeluruh: di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan untuk keseluruhan itu. 2. Strategi detailistis: di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi bagian. Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh: 1. Set: pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada persoalan-persoalan yang berikutnya timbul: set. Padahal belum tentu persoalan berikut itu dapat dipecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah dirinya. 2. Sempitnya pandangan: sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia akan mengalami kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya padangan orang tersebut. Sehingga tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar. 4

B. Hakikat Berpikir