Argumen ini dibuat untuk menghasut massa, rakyat, kelompok untuk membakar emosi mereka dengan alasan bahwa pemikiran yang
melatarbelakangi suatu usul atau program adalah demi kepentingan rakyat atau kelompok itu sendiri. Argumen ini bertujuan untuk
memperoleh dukungan atau membenarkan tindakan si pembicara. 7 Argumen ketidaktahuan argumentum ad ignorantiam
Apabila kita memastikan bahwa sesuatu itu tidak ada karena kita tidak mengetahui apa pun juga mengenai sesuatu itu, hal itu adalah sesat
pikir. Belum tentu bahwa apa yang tidak diketahui itu benar-benar tidak ada. Sesat pikir yang demikian disebut argumentum ad
ignorantiam.
F. Teori Kebenaran dan Kesalahan 1. Teori Kebenaran dalam Ilmu Pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan mampu menemukan kebenaran melalui kriteria atau teori kebenaran, dan macam-macam teori kebenaran antara lain:
a. Teori Kebenaran Korespondensi
Teori Kebenaran Korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal dan paling tua yang berangkat dari pengetahuan Aristoteles yang
menyatakan segala sesuatu yang kita ketahui adalah sesuatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek Ackerman, 1965.
Atau dengan kata lain adalah suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai saling kesesuaian dengan kenyataan
yang diketahuinya, atau sebagaimana dikemukakan oleh Randal dan Buchler dalam bukunya Philosophy An Introduction 11
th
printing , 1957 menyatakan bahwa “ A belief is called “true” if it “agrees” with a fact”.
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM : 139 .
b. Teori Kebenaran Koherensi.
Teori Kebenaran Koherensi atau teori kebenaran saling berhubungan adalah suatu proposisi itu atau makna pernyataan dari suatu pengetahuan
benilai benar bila proposisi itu mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang terdahulu yang bernilai benar. Contoh: kita sebagai bangsa
Indonesia pasti memiliki pengetahuan bahwa Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan
hari Jumat tanggal 17 Ramadha. Jika seseorang hendak membuktikannnya
13
tidak dapat langsung melalui kenyataan dalam objektivanya, karena kenyataan itu telah berlangsung 50 tahun yang lalu. Maka untuk
membuktikannya harus melalui ungkapan-ungkapan tentang fakta itu yaitu melalui sejarah atau dapat diafirmasikan kepada orang-orang yang
mengalami dan mengetahui kejadian itu. Dengan demikian kebenaran dari pengetahuan itu dapat diuji melalui kejadian-kejadian sejarah, atau juga
pembuktian proposisi itu melalui hubungan logis jika pernyataan yang hendak dibuktikan kebenarannya berkaitan dengan pernyataan-pernyataan
logis atau matematis. Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM : 140
c. Teori Kebenaran Pragmatis.
Menurut pandangan teori ini bahwa suatu proposisi bernilai benar bila proposisi itu mempunyai konsekuensi-konsekuensi praktis seperti yang
terdapat secara inheren dalam pernyataan itu sendiri. Karena setiap pernyataan itu selalu terikat pada hal-hal yang bersifat praktis, maka tiada
kebenaran yang bersifat mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal, sebab pengalaman itu
berjalan terus dan segala yang dianggap benar dalam perkembangannya pengalaman itu senantiasa berubah. Hal itu karena dalam praktiknya, apa
yang dianggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Atau dengan kata lain bahwa suatu pngertian itu tak pernah benar melainkan
hanya dapat menjadi benar kalau saja dapat dimanfaatkan secara praktis. Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM : 141
d. Positivisme