10
kualitas air pada kolam penumbuhan tanaman air.  Observasi ini dilakukan di petani tanaman  air  di  Gunung  Bunder,  Kecamatan  Pamijahan,  Bogor.    Hasil  pengukuran
kualitas  air  pada  kolam  petani  tanaman  air  disajikan  pada  Tabel  2,  dan  dijadikan sebagai  acuan  dalam  penumbuhan  tanaman  air  di  laboratorium.    Berdasarkan  hasil
wawancara,  terdapat  180  jenis  tanaman  air  yang  ditanam  oleh  petani  tanaman  air, beberapa di antaranya merupakan tanaman air tenggelam submerged.  Setelah itu,
dilakukan pemilihan sejumlah tanaman air yang nantinya dijadikan sebagai inokulan bibit pada tahapan selanjutnya.
Tabel 2. Kualitas air kolam petani tanaman air No.
Parameter Satuan
Nilai 1.
Amonia NH
3
mgL 0,1479
2. Nitrat NO
3 -
mgL 0,5468
3. Nitrit NO
2 -
mgL 4.
Ortofosfat PO
4 -
mgL 0,0690
5. Suhu
°C 23,4
6. pH
- 8,1
Beberapa  jenis  tanaman  air  tenggelam,  di  antaranya  Alternanthera  sp.,  C. caroliniana,  E.  densa,  M.  fluviatilis,dan  beberapa  jenis  Vallisneria  dicoba
ditumbuhkan  di  laboratorium  untuk  dilihat  kemampuan  adaptasinya.    Tanaman  air tenggelam dipilih karena tanaman air tersebut dapat hidup pada air yang berarus dan
berukuran  relatif  kecil  sehingga  sesuai  dengan  sistem  kanal  tanaman  air.    Setelah beberapa hari masa penumbuhan, didapatkan tiga jenis tanaman air C. caroliniana,
E.  densa,  dan  M.  fluviatilis  yang  memiliki  kemampuan  adaptasi  yang  cukup  baik terhadap  kondisi  lingkungan  yang  baru.    Ketiga  jenis  tanaman  air  ini  kemudian
dipilih dan dijadikan inokulan bibit pada penelitian utama.
3.2.2. Penelitian utama
a. Persiapan
Penelitian  utama  merupakan  tahapan  penelitian  selanjutnya  yang  dilakukan setelah informasi hasil observasi awal telah didapatkan.  Alat yang digunakan dalam
tahapan ini Lampiran 2 adalah akuarium berkanal ukuran 75 x 30 x 15 cm
3
, kawat nyamuk  berbahan  nilon  dan  keramik  sebagai  penyangga  tanaman  air.    Selain  itu,
digunakan  plastik  hitam  sebagai  penutup  akuarium  media  nutrien  bertujuan  agar
11
cahaya  tidak  masuk  ke  dalam  media  penempatan  nutrien  dan  mencegah  terjadinya proses fotosintesis pada akuarium medium nutrien.
Selain  itu,  dibutuhkan  juga  resirkulator  untuk  mensirkulasi  air  dan mengalirkan  nutrien  dari  akuarium  medium  nutrien  ke  akuarium  berkanal    tempat
penumbuhan  tanaman  air.    Alat-alat  lain  yang  dibutuhkan  dibutuhkan  dalam penelitian ini adalah gelas plastik, tisu gulung, alat tulis dan timbangan.  Bahan yang
digunakan adalah tiga jenis tanaman air C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis dengan biomassa masing-masing 9 gram Gambar 7 dan 300 gram sedimen Waduk
Cirata  yang  dibungkus  dengan  kain  kasa  Gambar  8.    Banyaknya  sedimen  yang digunakan ini, didasari oleh perbandingan antara kualitas kolam air petani tanaman
air  dengan  besarnya  nutrien  yang  terkandung  dalam  150  gram  sedimen  Waduk Citara.
a. Cabomba
caroliniana b.
Egeria densa c.
Mayaca fluviatilis Gambar 7. Tanaman air uji
Gambar 8. Sedimen Waduk Cirata dan penempatannya pada akuarium medium nutrien.
d. Pengujian dan pengukuran
Tahap  awal  yang  dilakukan  adalah  persiapan  sedimen  dan  air.    Satu  set akuarium  akuarium  berkanal  dan  akuarium  media  nutrien  diisikan  air  baku
sebanyak  35  liter.    Air  baku  yang  digunakan  merupakan  air  tanah  yang  telah
12
mengalami  proses  penyaringan  dan  diendapkan  selama  3  hari.  Setelah  itu, dimasukkan sedimen ke dalam  akuarium medium nutrien sebanyak 300  gram  yang
telah dihaluskan dan dibungkus kain kasa.  Dengan demikian, sedimen yang dipakai tidak  teraduk  dan  hanya  berada  pada  akuarium  medium  nutrien.    Setelah  itu,
sedimen didiamkan terendam dalam air selama 3 hari agar terjadi penguraian bahan organik sehingga nutrien yang terkandung dalam air sudah dapat dimanfaatkan oleh
tanaman air untuk pertumbuhannya. Setelah  3 hari masa perendaman, nutrien N dan P  yang  terkandung dianalisis
di Laboratorium.  Kemudian, mulai disiapkan tanaman air C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis yang telah dipotong dengan panjang 6 cm dengan biomassa total
yang  seragam  untuk  masing-masing  tanaman  dalam  tiap  akuarium  dengan  bobot basah 9 gram tiap akuarium uji.
Gelas  plastik  digunakan  sebagai  wadah  penimbangan  biomassa  tanaman  air. Tisu  gulung  dipakai  sebagai  alat  pengering  yang  tanaman  air.    Gelas  plastik  yang
akan  dipakai  terlebih  dahulu  ditimbang,  dan  hasilnya  dicantumkan  pada  gelas tersebut  menggunakan  spidol.    Pengukuran  bobot  basah  dilakukan  dengan  cara
menyerap  air  yang  menempel  pada  tanaman  air  uji.    Mula-mula  dua  rangkap  tisu atas  dan  bawah  dibentangkan  di  atas  meja,  kemudian  tanaman  air  tersebut
ditiriskan dan diletakkan di tengah-tengah rangkap tisu yang disiapkan.  Setelah itu dilakukan  proses  penekanan  agar  penyerapan  air  lebih  maksimal.    Proses  ini
dilakukan selama satu menit Gambar 9.
Gambar 9. Proses pengeringan tanaman air sebelum penimbangan bobot basah
13
Tanaman  air  yang  telah  dikeringkan  dari  air  yang  menempel  dimasukan  ke dalam  wadah  timbang  gelas  plastik  yang  kemudian  ditimbang  bobot  basahnya.
Hasilnya  merupakan  bobot  total  tanaman  air  dan  wadah.    Setelah  itu,  tanaman  air yang telah ditimbang, dimasukan ke dalam akuarium uji.   Bobot basah tanaman air
adalah  selisih  antara  bobot  total  dengan  wadah  timbang  gelas  plastik  yang merupakan bobot awal pemeliharaan w0 Gambar 10.
Gambar 10. Proses penimbangan bobot basah tanaman air Setelah  itu,  tiap-tiap  tanaman  air  yang  telah  ditimbang  bobot  basahnya
diletakkan  pada  kawat  nyamuk  dan  di  masukan  pada  akuarium  berkanal  tempat penumbuhan  tanaman  air.    Tiap-tiap  set  akuarium  uji  berisikan  tanaman  dengan
biomassa yang sama.
Gambar 11. Tanaman air yang sedang diuji Pengujian  dilakukan  di  ruangan  tertutup  yang  dilengkapi  dengan  AC  Air
Conditioner untuk menjaga suhu air agar stabil 23-25 °C.  Pengukuran suhu, pH, dan  oksigen  terlarut  serta  pengukuran  kualitas  air  amonia,  nitrat,  nitrit,  dan
14
ortofosfat  dan  pengukuran  contoh  bobot  basah  dilakukan  setiap  3  hari  dengan tujuan  melihat  kondisi  lingkungan,  tingkat  pemanfaatan  nutrien  dan  pertumbuhan
harian.    Setelah  18  hari  penumbuhan  tanaman  air  masa  uji  berakhir,  dilakukan kembali  penimbangan  bobot  basah  dari  tumbuhan  air  w-t  untuk  mengetahui
besarnya pertumbuhan dari tanaman air tersebut.
3.3. Analisis Data