48
Lampiran 3. Prosedur Analisa Bahan Baku dan Surfaktan MES 1. Uji Bilangan Asam SNI-01-3555-1998
Timbang 19-21 ± 0.05 gram contoh biodiesel ester alkil ke dalam sebuah labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 100 ml campuran pelarut etanol
95 - toluene 50 yang telah dinetralkan ke dalam labu Erlenmeyer tersebut. Dalam keadaan teraduk kuat, titrasi larutan isi labu Erlenmeyer
dengan larutan KOH 0,1 N dalam alkohol sampai kembali berwarna merah jambu dengan intensitas yang sama seperti pada campuran pelarut yang
dinetralkan diatas dan tidak berubah selama 15 detik. Kemudian catatlah volume titran yang dibutuhkan V ml.
Bilangan asam = 56,1 x V x N mg KOHg biodiesel M
keterangan : V = volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan pada titrasi ml
N = normalitas larutan KOH dalam alkohol M = berat contoh biodiesel alkil g
2. Bilangan Iod AOAC, 1995
Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,5 gram di dalam erlenmeyer 250 ml, lalu dilarutkankan dengan 10 ml kloroform atau
tetraklorida dan ditambahkan dengan 25 ml pereaksi hanus. Semua bahan diatas dicampur merata dan disimpan di dalam ruangan gelap selama satu jam.
Sebagian iodium akan dibebaskan dari larutan. Setelah penyimpanan, ke dalamnya ditambahkan 10 ml larutan KI 15 . Iod yang dibebaskan
kemudian dititrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
0,1 N sampai warna biru larutan tidak terlalu pekat. Selanjutnya ditambahkan larutan kanji satu persen dan
titrasi kembali sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama tanpa menggunakan minyak
Bilangan Iod = B-S x N x 12,69 G
Keterangan : B = ml Na
2
S
2
O
3
blanko S = ml Na
2
S
2
O
3
contoh
49 N = normalitas Na
2
S
2
O
3
G = berat contoh
3. Berat Jenis Ketaren, 1986
Piknometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang g. Piknometer diisi air sehingga volumenya diketahui. Pinkometer dengan
volume tertentu ml diisi sampai meluap dan tidak terbentuk udara, kemudian ditimbang berat isinya g. Berat jenis sampel dihitung dengan rumus berikut :
Berat jenis = bobot piknometer dan sampel – bobot pikno kosong Volume air ml
4. Tegangan Permukaan Metode du Nouy ASTM D 1331, 2000
Metode pengujian ini dilakukan untuk menentukan tegangan permukaan larutan surfaktan dengan menggunakan alat Tensiometer du Nouy. Peralatan
dan wadah contoh yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu. Wadah yang digunakan biasanya terbuat dari bahan gelas dengan diameter
lebih besar dari 6 cm. Wadah gelas dicuci dengan larutan chromic-sulfuric acid
, kemudian dibilas dengan air destilata. Cincin platinum merupakan bagian dari alat Tensiometer, memiliki diameter 4 atau 6 cm. Sebelum
digunakan, cincin dicuci terlebih dahulu dengan pelarut yang sesuai dan dibilas dengan air destilata, lalu dikeringkan.
Posisi alat diatur supaya horizontal dengan water pas dan diletakkan pada tempat yang bebas dari gangguan, seperti getaran, angin, sinar matahari
dan panas. Larutan contoh dimasukkan ke dalam gelas dan diletakkan diatas dudukan platform pada Tensiometer. Suhu cairan sampel diukur dan dicatat.
Selanjutnya cincin platinum dicelupkan ke dalam sampel tersebut lingkaran logam tercelup 3 - 5 mm di bawah permukaan cairan, dengan cara menaikkan
dudukan platform. Skala vernier Tensiometer di set pada posisi nol dan jarum penunjuk harus berada pada posisi berimpit dengan garis pada kaca.
Selanjutnya platform diturunkan perlahan, dan pada saat yang bersamaan skrup kanan diputar sedemikian rupa sehingga jarum penunjuk tetap berimpit
dengan garis pada kaca. Proses ini diteruskan sampai film cairan tepat putus. Pada saat cairan putus skala dibaca dan dicatat sebagai nilai tegangan
50 permukaan. Pengukuran dilakukan paling sedikit dua kali. Kemampuan
surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan dapat dilakukan dengan menambahkan konsentrasi surfaktan sebanyak 10 persen dalam air.
Nilai tegangan permukaan setelah ditambahkan surfaktan diukur kembali. Kemudian dibandingkan nilai tegangan permukaan air sebelum dan
sesudah ditambahkan surfaktan.
5. Tegangan Antar Muka ASTM D 1331, 2000