Penyebaran dan Habitat Eucalyptus pellita F. Muell Tanah Cocopeat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Eucalyptus pellita F. Muell 2.1.1 Tinjauan Botanis Eucalyptus pellita F. Muell Pelita Eucalyptus pellita F. Muell merupakan salah satu jenis dari famili Myrtaceae, dimana famili Myrtaceae terdiri dari kurang lebih 700 spesies. Jenis pelita dapat berupa semak atau perdu dengan ketinggian mencapai 10 meter, berbatang bulat dan lurus, tidak berbanir serta sedikit bercabang. Pohon pelita umumnya bertajuk sedikit ramping, dan ringan. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas, dan daunnya tidak begitu lebat. Daunnya berbentuk lanset hingga bulat telur memanjang dan bagian ujungnya runcing membentuk kait. Ciri khas lain pelita adalah sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk kulit bermacam-macam mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis atau berlekuk-lekuk. Warna kulit mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu sampai coklat, merah, sawo matang sampai coklat. Jenis pelita termasuk jenis yang sepanjang tahun tetap hijau dan sangat membutuhkan cahaya. Tanaman dapat bertunas kembali setelah dipangkas dan agak tahan terhadap serangan rayap. Sistem perakaran tanaman ini tergolong cepat sekali memanjang menembus ke dalam tanah. Intensitas penyebaran akarnya ke arah bawah hampir sama banyaknya dengan ke arah samping Anonim 1994.

2.1.2 Penyebaran dan Habitat Eucalyptus pellita F. Muell

Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman asli New South Wales, Queensland. Daerah penyebaran alami Eucalyptus pellita berada di sebelah timur garis Walace mulai dari 7° LU sampai 43°39 LS dan sebagian besar tumbuh di Australia dan pulau-pulau di sekitarnya. Beberapa jenis ekaliptus tumbuh di Papua New Guinea dan jenis-jenis tertentu terdapat di Sulawesi, Papua, Seram, Filipina, pulau di Nusa Tenggara Timur dan Timor Leste. Jenis-jenis ekaliptus menghendaki iklim bermusim daerah arid dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalyptus pelita tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Ekaliptus dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari yang mempunyai kandungan hara kurang sampai tanah yang baik dan subur. Jenis ekaliptus dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari daratan rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0 – 1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20°-32°C Anonim 1994.

2.1.3 Manfaat Eucalyptus pellita F. Muell

Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi besar dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri HTI. Manfaat yang dominan dari pohon ini adalah untuk bahan baku pulp. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu gergajian, konstruksi, veneer , plywood, furniture dan bahan pembuatan pulp dan kertas. Oleh karena itu, jenis tanaman ini cenderung selalu dikembangkan Anonim 1994.

2.2 Perkecambahan Benih

Perkecambahan adalah proses fisiologi pada tahap awal pertumbuhan benih. Pada proses ini berarti kembali aktifnya pertumbuhan embrio yang ditunjukkan oleh munculnya radikula yang menembus dan muncul dari benih Departemen Kehutanan 2004. Perkecambahan benih merupakan batas antara benih yang masih bergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil hara. Oleh karena itu, perkecambahan merupakan mata rantai terakhir dalam proses penanganan benih. Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih vigor dan kemampuan berkecambah, perlakuan awal pematahan dormansi, dan kondisi perkecambahan seperti air, suhu, kelembaban, cahaya dan bebas dari patogen. cahaya, suhu dan kelembaban merupakan tiga faktor utama yang mempengaruhi proses perkecambahan. Selama proses perkembangan semai, kondisi dan persyaratan tempat tumbuh seperti pH, salinitas, dan drainase menjadi sangat penting. Oleh karena itu, selama proses perkecambahan dan pertumbuhan awal benih, benih dan semai menjadi rentan terhadap tekanan fisiologis, kerusakan mekanik, dan infeksi. Penyediaan kondisi lingkungan yang optimal dimaksudkan untuk dapat mempercepat proses perkecambahan sehingga anakan semai dapat melalui proses tekanan fisiologis, kerusakan mekanik, dan infeksi Schmidt 2000.

2.3 Media Tanam

Media tanam merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting untuk pertumbuhan agar tanaman mendapat unsur hara dan air. Media tanam yang memenuhi syarat sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jenis dan sifat media tanam berperan dalam ketersediaan unsur hara dan air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan karakteristik media adalah dalam hal kandungan unsur hara dan daya mengikat air tercermin pada porositas, kelembaban, dan aerasi Hardjanti 2005. Berbagai jenis limbah pertanian organik telah diteliti dan mempunyai potensi sebagai media pengganti tanah seperti serat sabut kelapa, bagas tebu, dan tandan kosong kelapa sawit. Namun, media tersebut umumnya belum diproses menjadi media tanam dengan sifat fisik dan kimia sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh industri tanaman hias. Selain sebagai tempat berpijaknya tanaman, media juga berfungsi menyediakan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman. Media tersebut juga tidak mengandung biji gulma dan patogen yang merugikan Muhit dan Qodriyah 2006. Upaya perbanyakan tanaman dengan cara pembiakan generatif atau penyemaian dengan biji biasanya membutuhkan waktu yang lama, tetapi dapat dibiakkan dalam jumlah yang banyak dengan pertumbuhan yang seragam serta memiliki perakaran yang kuat agar tanaman tidak mudah roboh maka diperlukan penelitian diantaranya menggunakan media tanam untuk pembibitan secara generatif Harmanto 2001, diacu dalam Erlan 2005. Media tanam yang baik harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai berikut: tidak mengandung bibit hama dan penyakit dan bebas gulma, mampu menampung air, tetapi juga mampu membuangmengalirkan kelebihan air, remah dan porous sehingga akar bisa tumbuh dan berkembang menembus media tanam dengan mudah dan derajat keasaman pH antara 6,0 sampai 6,5. Penggunaan media tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan bibit yang ditanam Anonim 2007. Jenis dan sifat media tanam berperan dalam ketersediaan unsur hara dan air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan karakteristik media terutama pada kandungan unsur hara bagi tanaman dan daya mengikat air tercermin pada porositas, kelembaban dan aerasi Hardjanti 2005.

2.3.1 Tanah

Tanah didefinisikan sebagai tubuh alam yang tersusun dari air, udara dan bagian padat yang terdiri dari bahan-bahan mineral organik serta jasad hidup yang membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri khas yang berperan dalam pertumbuhan tanaman dalam kurun waktu tertentu. Perbandingan air dan udara selalu berubah tergantung pada iklim dan faktor lainnya Bailey 1986. Tanah mempunyai peran untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanaman, seperti memberi dukungan mekanis, tempat berjangkarnya akar, menyediakan ruang untuk pertumbuhan dan perkembangan akar, menyediakan udara oksigen untuk respirasi, menyediakan air dan hara dan sebagai media terjadinya saling tindak interaksi antara tanaman dengan jasad tanah Anonim 2007.

2.3.2 Cocopeat

Cocopeat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Cocopeat berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat. Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, serta mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium Ca, magnesium Mg, kalium K, natrium N, dan fosfor P. Cocopeat dapat dicampur dengan pasir, kompos, dan pupuk lainnya untuk membuat media pot yang baik. Cocopeat umumnya mempunyai keasaman dalam kisaran pH 5.5 -6.5. Kisaran pH ini adalah asam untuk beberapa tanaman, tetapi banyak tanaman yang mentolerir kondisi ini. Cocopeat mempunyai kandungan lignin dan selulosa yang tinggi sehingga dapat memungkinkan menjadikan media ini sebagai tempat tumbuhnya jamur di mana jamur menyukai adanya selulosa Anonim 2007.

2.3.3 Serbuk Gergaji