Hubungan antara Hasil Air dan Suplai Air Irigasi
Tabel 11. Permintaan air untuk kebutuhan irigasi dari waduk Jatiluhur
Bulan Kebutuhan air irigasi juta m
3
bulan untuk tiap tahun 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Jan
347.60 318.42
251.63 262.88
215.09 306.64
281.78 266.41
Feb 214.06
214.28 243.79
211.63 187.75
232.70 276.53
216.92 Mar
280.74 244.66
252.16 247.60
291.83 281.49
290.96 259.80
Apr 344.42
356.45 313.41
340.19 350.72
311.12 295.18
290.36 Mei
484.17 466.69
410.96 493.81
455.18 457.82
474.74 415.91
Jun 525.40
581.46 463.67
485.51 538.93
475.24 590.19
442.03 Jul
441.81 531.47
461.27 421.97
545.85 490.87
566.97 497.83
Ags 326.72
313.83 318.01
267.11 349.33
336.62 352.33
314.17 Sep
256.57 151.59
176.67 122.85
198.52 174.14
188.46 120.84
Okt 354.64
378.13 431.01
254.17 387.89
374.85 321.05
297.77 Nov
463.49 445.98
468.24 358.71
493.50 366.56
339.62 363.35
Des 372.61
364.92 369.70
329.53 357.63
364.13 341.18
340.91 Jml
4412.23 4367.88
4160.53 3795.94
4372.24 4172.18
4319.00 3826.28
Kebutuhan air irigasi yang dibutuhkan dari DAS Citarum melalui waduk Jatiluhur menunjukkan jumlah yang sangat tinggi karena sungai-sungai lokal
tidak dapat memenuhi kebutuhan ini sesuai dengan yang diharapkan yakni ±70 saat musim hujan dan ±30 pada musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengelolaan daerah aliran sungai dari sungai-sungai lokal dan fasilitas penampung air yang kurang dalam segi jumlah maupun kapasitasnya.
Kebutuhan air irigasi aktual kemudian diuraikan cara pemenuhannya menjadi dua pendekatan yakni pemenuhan langsung dari DAS Citarum asumsi
tanpa adanya waduk dan pemenuhan dari waduk, yang tujuannya untuk melihat efisiensi waduk.
Evaluasi pemenuhan kebutuhan irigasi berikut mengikuti skenario DAS tanpa waduk sehingga semua kebutuhan langsung dipenuhi dari sungai Citarum.
Penyediaan air dari DAS sangat berlebih saat musim hujan sedangkan pada musim kemarau mengalami kekurangan yang disebabkan oleh kapasitas
menahan air yang rendah pada skala DAS terutama disebabkan oleh berkurangnya kawasan bervegetasi permanen yang memiliki kemampuan untuk
meningkatkan daya serap air. Kenyataan ini semakin dipertegas oleh penggunaan lahan pada daerah lereng untuk kegiatan pertanian tanpa
memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air. Hasil analisis Indeks Penggunaan Air kebutuhan irigasi berdasarkan pemenuhan dari DAS Citarum
disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Indeks Penggunaan Air IPA irigasi dengan sumber air langsung dari DAS Citarum, tahun 2002-2009
Tahun Kebutuhan
irigasi juta m
3
th Penyediaan air
dari DAS juta m
3
th IPA
DAS 2002
4412.23 2760.49
1.60 2003
4367.88 2950.46
1.48 2004
4160.53 2691.05
1.55 2005
3795.94 3240.85
1.17 2006
4372.24 2131.08
2.05 2007
4172.18 3023.75
1.38 2008
4319.00 2696.38
1.60 2009
3826.28 3178.57
1.20
Nilai Indeks penggunaan air irigasi seperti pada Tabel 9 menunjukkan bahwa dari tahun 2002-2009 nilai permintaan air irigasi lebih tinggi dibanding
ketersediaannya pada skala bulanan. Hal ini dapat dimengerti karena pada saat musim hujan banyak air yang terbuang dan tidak dapat dimanfaatkan kembali
saat musim kemarau. Gambaran umum mengenai kelebihan air pada musim hujan disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Surplus Air DAS Citarum, tahun 2002-2009
Bulan Kebutuhan air irigasi juta m
3
bulan untuk tiap tahun 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Jan
716.59 31.68
361.29 376.24
498.53 187.71
263.57 Feb
536.98 496.00
367.00 761.57
564.38 526.85
123.38 556.08
Mar 695.49
485.98 522.64
667.02 68.96
247.89 655.10
610.72 Apr
538.54 42.72
328.57 409.16
239.34 610.36
464.96 433.06
Mei 273.03
192.28 Jun
5.92 Jul
Ags Sep
60.67 Okt
42.76 Nov
250.46 567.58
134.94 Des
292.11 244.87
199.46 233.57
283.55 450.10
425.69 160.48
Surp 2779.70
1344.00 2052.00
2508.23 1654.75
2085.66 2424.42
2357.07
Gambaran pada Tabel 13 menunjukkan tingginya potensi air DAS Citarum yang tidak termanfaatkan dengan baik atau terbuang ke laut sedangkan fluktuasi
musiman yang tidak dapat dihindari telah memberikan indikasi akan kurangnya pasokan air pada saat musim kemarau. Kenyataan ini dapat terlihat dari defisit
air DAS Citarum yang disajikan pada Tabel 14 dengan asumsi yang digunakan
untuk mendapatkan nilai ini adalah ketika hasil air DAS lebih kecil dari kebutuhan irigasi.
Tabel 14. Defisit air DAS Citarum, tahun 2002-2009
Bulan Kebutuhan air irigasi juta m
3
bulan untuk tiap tahun 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Jan
-36.66 Feb
Mar Apr
Mei -178.11
-80.49 -124.35
-104.93 -27.37
-170.54 Jun
-339.37 -483.23
-310.15 -51.89
-404.47 -155.73
-458.35 Jul
-190.63 -481.76
-334.77 -184.64
-482.70 -364.32
-504.48 -360.11
Ags -228.24
-257.99 -274.43
-121.16 -314.94
-282.71 -256.91
-240.87 Sep
-181.53 -1.65
-47.90 -173.22
-126.39 -112.23
-21.63 Okt
-274.28 -326.18
-27.74 -345.88
-155.26 -120.11
-25.10 Nov
-259.58 -112.31
-176.05 -45.31
-415.02 Des
Informasi pada Tabel 14 menunjukkan bahwa defisit air umumnya terjadi pada bulan Mei sampai November. Pengelolaan terhadap sumber daya air
secara seksama sangatlah diperlukan untuk mengatasi angka defisit ini sehingga tidak menimbulkan penurunan nilai produksi hasil pertanian pada tingkat petani.
Berkaitan dengan kondisi ini maka peranan waduk sangat diperlukan untuk menjadi penyeimbang antara kelebihan air pada saat musim hujan dan
kekurangan air saat musim kemarau. Menurut Sinukaban 2008 kekeringan sebenarnya tak ada hubungannya
dengan curah hujan. Definisi kekeringan adalah kekurangan air sedemikian rupa di suatu tempat dalam waktu yang cukup lama sehingga merusak kehidupan
tanaman atau hewan serta terganggunya suplai air minum. Itu berarti, kekurangan air hujan tak selalu mengindikasikan kekeringan di suatu tempat
apabila aliran sungai atau air bawah tanah di tempat itu mencukupi. Kemarau saat ini hanya sedikit di bawah normal, namun menurunnya simpanan air bawah
tanah sudah mengakibatkan aliran air pada musim kemarau menjadi rendah. Penyebab utama terjadinya penurunan pengisian cadangan air bawah tanah itu
adalah menurunnya laju infiltrasi peresapan air hujan di daerah tangkapan air. Penyebab penurunan infiltrasi tersebut adalah perubahan penggunaan lahan dari
hutan menjadi pertanian atau menjadi permukiman, dari pertanian atau
perkebunan menjadi daerah permukiman atau industri. Akibatnya turunnya laju infiltrasi terjadi secara substansial.
Daerah Aliran sungai DAS Citarum di Jawa Barat memiliki posisi dan peranan yang sangat penting serta strategis karena dihuni hampir 60 23 juta
penduduk, memiliki potensi air per tahun 12,95 miliar m
3
, dengan Sungai Citarum sepanjang 300 km Tampubolon dkk., 2007. Terkait dengan keberadaan tiga
waduk besar yang tersusun secara seri cascade, maka dampak perubahan lahan pada bagian hulu sungai dapat diminimalisir dengan pengaturan tata
masuk dan keluar air secara berkala pada ketiga waduk tersebut saat musim hujan dan musim kemarau.
Waduk Jatiluhur yang menempati bagian terakhir dari rangkaian cascade tersebut, memiliki peran yang amat penting untuk mengalirkan kelebihan air ke
laut pada musim hujan sehingga dapat meminimalisir resiko meluapnya air pada waduk-waduk diatasnya maupun pada Waduk Jatiluhur sendiri. Selain itu, Waduk
Jatiluhur berperan penting dalam mengairi areal persawahan di bagian Pantai Utara, penyuplai air baku air minum, dan pemasok energi listrik.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan diperoleh kenyataan bahwa ± 90 pasokan air dari Waduk diperuntukkan untuk pemenuhan kebutuhan irigasi,
Sehingga bahasan selanjutnya akan lebih terfokus pada kebutuhan air irigasi yang dianggap sudah dapat mewakili semua kebutuhan pada skala waduk
Jatiluhur. Kebutuhan air irigasi aktual yang harus dipenuhi dari Waduk Jatiluhur dan indeks penggunaan air IPA per tahunnya disajikan pada Tabel 15
sedangkan data bulanannya disajikan pada Lampiran 7. Tabel 15. Indeks Penggunaan Air IPA Irigasi dari Waduk Jatiluhur, tahun 2002-
2009
Tahun Kebt. Air actual
juta m
3
th Pemenuhan air irigasi
dari waduk juta m
3
th IPA
2002 4412.23
4329.90 1.02
2003 4367.88
3787.23 1.15
2004 4160.53
4010.18 1.04
2005 3795.94
3704.35 1.02
2006 4372.24
3947.39 1.11
2007 4172.18
3797.97 1.10
2008 4319.00
4035.00 1.07
2009 3826.28
3878.95 0.99
Nilai IPA air dari waduk masih diatas 1.0 yang menandakan bahwa dari tahun 2002-2009 masih terjadi defisit dalam pemenuhan kebutuhan air irigasi di
daerah hilir. Semakin tinggi nilai IPA akan mengakibatkan terjadinya konflik
pamakaian air untuk berbagai keperluan, antara daerah hulu dan hilir, serta antara para pemakai air di daerah hilir sendiri. Defisit air pada skala waduk bukan
berarti waduk Jatiluhur tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik tetapi semata-mata disebabkan oleh tingginya fluktuasi musiman yang dibuktikan
dengan tingginya nilai koefisien variansi dari hasil air. Berdasarkan penilaian trend perubahan menggunakan analisis regresi linier
sederhana menunjukkan menurunnya nilai IPA waduk seiring dengan bertambahnya waktu mengikuti persamaan regresi y=-0.004x+1.080 y= nilai IPA
waduk, tanpa satuan; x= pertambahan waktu, dengan nilai x=1 pada tahun 2002. Kenyataan ini memberi arti mengenai perubahan penggunaan lahan yang
lebih didominasi oleh kawasan pertanian telah menurunkan hasil air tahunan namun curah hujan yang terus meningkat turut membantu mengurangi pengaruh
buruk dari perubahan penggunaan lahan sehingga pemenuhan kebutuhan irigasi dari waduk Jatiluhur masih berjalan dengan baik. Gambaran umum mengenai
kondisi dimana persediaan air dari waduk tidak dapat mencukupi kebutuhan irigasi disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Defisit air irigasi dari waduk Jatiluhur, tahun 2002-2009
Bulan Kebutuhan air irigasi juta m
3
bulan untuk tiap tahun 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Jan
-2.99 -17.41
Feb -31.75
-7.01 -51.97
-46.01 Mar
-21.63 -45.07
Apr -12.36
-28.60 -22.82
-20.92 Mei
-20.16 -95.50
-60.70 -44.61
-41.12 -99.20
-58.20 -3.15
Jun -6.51
-125.14 -66.67
-24.16 -104.79
-69.01 -128.34
-16.25 Jul
-106.33 -4.80
-70.88 -44.91
-75.35 -15.49
Ags Sep
Okt -84.15
-36.99 Nov
-11.56 -131.62
-11.18 -171.07
-63.58 Des
-9.30
Kekurangan air yang terjadi pada waduk Jatiluhur Tabel 16 terlihat lebih rendah dibandingkan dengan kekurangan yang terjadi jika pemenuhan
kebutuhan irigasi langsung dilakukan dari DAS Citarum tanpa adanya waduk. Kenyataan ini semakin mempertegas arti penting dari keberadaan waduk
Jatiluhur sebagai penyeimbang kondisi air pada saat musim hujan dan kemarau. Budidaya pertanian terutama sawah sangat bergantung pada persediaan air
yang merata sepanjang musim sehingga kekurangan akan air sangat berdampak terhadap peningkatan produksi tanaman pertanian bahkan tanaman tidak dapat
berproduksi saat musim kemarau yang panjang. Terlihat bahwa kekurangan air sekalipun ada waduk terjadi pada bulan-bulan kering yakni bulan Mei, Juni, dan
Juli. Kenyataan ini dapat dijelaskan dengan kejadian hujan pada bulan Mei sampai Juli yang merupakan bulan dengan curah hujan terendah seperti pada
Gambar 6. Defisit air irigasi pada Tahun 2007 dengan kekurangan air yang terjadi pada bulan januari sampai juli diduga karena dampak El Nino yang terjadi
pada tahun 2006 dan terus berlanjut sampai tahun 2007. Berkaitan dengan kondisi tampungan waduk maka berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Puslitbangtek SDA tahun 2000 memberikaninformasi bahwa kolam waduk pada TMA ±107 m. dpl memiliki luas genangan 8020 ha dengan
volume tampungan 2448 juta m
3
sehingga dengan kapasitas tampungan waduk Jatiluhur yang terbatas tidak semua potensi air dari DAS Citarum dapat
ditampung terutama saat musim hujan. Antisipasi dini untuk mempertahankan kapasitas waduk perlu dilakukan juga terutama dalam mengatasi damapk
sedimentasi akibat erosi yang terjadi pada DAS Citarum. Penilaian terhadap kemampuan waduk dalam mengantisipasi kekurangan air
jika penyediaannya harus dilakukan langsung dari DAS Citarum dapat dilihat dari Hasil tabulasi terhadap efisiensi waduk Jatiluhur yang disajikan pada Tabel 17.
Tabel17. Efisiensi Waduk dan Potensi Air DAS
Tahun Defisit air juta m
3
th Efisiensi
Waduk Surplus air DAS
juta m
3
th Surplus air
– Defisit air DAS juta m
3
th DAS
WADUK 2002
-1651.74 -82.33
95.02 1210.29
1127.96 2003
-1417.42 -580.65
59.03 507.23
-73.42 2004
-1469.48 -150.36
89.77 732.88
582.52 2005
-555.09 -91.59
83.50 2044.73
1953.14 2006
-2241.16 -424.85
81.04 -161.56
-586.41 2007
-1148.43 -374.21
67.42 1311.44
937.23 2008
-1622.62 -370.39
77.17 1172.19
801.8 2009
-647.71 -34.89
94.61 1744.25
1709.36
Waduk Jatiluhur telah berperan dengan baik sebagai mediator suplai air DAS yang terlihat pada Tabel 17 dimana nilai efisiensi waduk dalam mengatasi
kekurangan pada skala DAS adalah 59.03-95.02 walaupun belum dapat memenuhi kebutuhan air irigasi secara total. berdasarkan trend linier
menunjukkan peningkatan dalam efisiensi waduk, hal ini didukung oleh penurunan nilai IPA dari waduk Jatiluhur.
Nilai defisit dan surplus air pada skala DAS terlihat cukup tinggi yang menandakan fluktuasi musiman yang sangat besar, hal ini disebabkan karena
kondisi DAS Citarum yang sudah kritis sehingga tidak dapat menjadi mediator untuk menampung air hujan dan mengalirkan secara bertahap. Surplus air DAS
yang tinggi merupakan pertanda dari tingginya aliran permukaan yang disebabkan oleh kapasitas menahan air yang rendah pada DAS Citarum yang
disebabkan oleh rendahnya persentase luas hutan. Kelebihan air surplus dari DAS jika dimanfaatkan dengan baik dapat memenuhi kebutuhan air di daerah
hilirnya. Nilai air bulanan untuk kebutuhan irigasi aktual, hasil air DAS Citarum, dan suplai air irigasi waduk, disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik kebutuhan air irigasi aktual dan ketersediaan air pada DAS Citarum, tahun 2002-2009
Berdasarkan nilai rata-rata bulanan hasil air dari tahun 2002 sampai tahun 2009 seperti pada gambar 9 menunjukkan bahwa peran waduk dalam memenuhi
kekurangan air dari DAS Citarum sangat nyata pada bulan mei sampai November disaat pasokan air dari DAS mengalami defisit. Kekurangan ini
disebabkan oleh kapasitas menahan air yang rendah pada DAS Citarum dan keragaman pada distribusi bulanan yang tinggi pula. Saat musim hujan banyak
air yang menjadi run off dan sedikit yang tertahan sehingga pasokan air DAS saat musim kemarau menjadi rendah. Kenyataan akan kekurangan ini semakin
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Kebt-Sbr st4 281. 224. 268. 325. 457. 512. 494. 322. 173. 349. 412. 355. Hasil air DAS 581. 716. 762. 708. 429. 238. 131. 75.1 98.2 195. 405. 641.
Air Waduk 342. 248. 293. 337. 404. 445. 459. 444. 354. 400. 383. 405.
0.00 100.00
200.00 300.00
400.00 500.00
600.00 700.00
800.00 900.00
Juta m
3
bln
disempurnakan oleh daya tampung waduk Jatiluhur yang terbatas dan berdampak pada keterbatasan suplai air pada musim kemarau. Kelebihan air dari
DAS Citarum yang dialirkan ke laut jika dapat ditampung atau disimpan pada danau buatanbendung-bendung akan mampu menutupi kekurangan air irigasi
yang terjadi.