Tingkat Keberhasilan dan Lama Waktu Ovulasi Tingkat Ovulasi Derajat Pembuahan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Tingkat Keberhasilan dan Lama Waktu Ovulasi

Penyuntikan menggunakan spawnprim A, B, C dan D, dengan dosis 0,5 mlkg ternyata mampu merangsang terjadinya ovulasi pada waktu yang sama, yaitu jam ke-6 Tabel 5. Hasil ini menyamai pencapaian kontrol positif ovaprim pada penggunaan dosis yang sama dengan perlakuan, yang juga mampu merangsang terjadinya ovulasi pada jam ke-6. Tingkat keberhasilan ovulasi pada seluruh perlakuan mencapai persentase sebesar 100 dan tidak berbeda nyata dengan ovaprim. Sedangkan pada perlakuan menggunakan larutan fisiologis sebagai kontrol negatif dengan dosis yang sama, ternyata tidak didapati adanya ovulasi pada semua ulangan Tabel 5. Tabel 5. Tingkat keberhasilan dan lama waktu ovulasi Perlakuan n=5 Tingkat Keberhasilan Ovulasi Rata-Rata Waktu Ovulasi jam Spawnprim A 100 ns 6 Spawnprim B 100 ns 6 Spawnprim C 100 ns 6 Spawnprim D 100 ns 6 Kontrol Positif Ovaprim 100 ns 6 Kontrol Negatif Larutan Fisiologis NaCl 0,9 - - Keterangan: ns = non signifikan

3.1.2 Tingkat Ovulasi

Dari sejumlah telur yang diovulasikan oleh induk kemudian dibandingkan dengan jumlah total telur di dalam gonad. Hasil penghitungan telur dalam gonad masing-masing perlakuan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari perbandingan tersebut didapat tingkat ovulasi dimana nilai terbesar dihasilkan oleh kontrol ovaprim yaitu sebesar 29,44 ± 6,80, berbeda nyata dengan 12 nilai perlakuan terbesar yaitu pada spawnprim C sebesar 13,88 ± 2,75, sedangkan nilai terkecil dihasilkan oleh spawnprim A sebesar 5,98 ± 2,83 Gambar 1. Pada larutan fisiologis tidak didapatkan nilai karena induk tidak berhasil ovulasi.

3.1.3 Derajat Pembuahan

Telur yang telah diovulasikan kemudian dicampur sperma dari induk jantan sehingga terjadi pembuahan buatan. Jumlah telur yang dibuahi dibandingkan dengan jumlah telur yang diovulasikan sehingga menghasilkan derajat pembuahan. Nilai tertinggi dihasilkan oleh kontrol ovaprim yaitu 60,5 ± 21,29, tidak berbeda nyata dengan nilai tertinggi perlakuan yaitu pada spawnprim D sebesar 59,07 ± 24,77 dan terendah pada spawnprim A sebesar 43,22 ± 11,94. Gambar 2. Gambar 1. Tingkat ovulasi ikan komet pada perlakuan berbeda. Sp. A: Spawnprim A; Sp. B: Spawnprim B; Sp.C: Spawnprim C; Sp. D: Spawnprim D; ov.: Ovaprim; larfis: Larutan Fisiologis NaCl 0,75. Gambar 2. Derajat pembuahan ikan komet pada perlakuan berbeda. Sp. A: Spawnprim A; Sp. B: Spawnprim B; Sp.C: Spawnprim C; Sp. D: Spawnprim D; ov.: Ovaprim; larfis: Larutan Fisiologis NaCl 0,75. 13

3.1.4 Derajat Penetasan