2.3.1 Monsun Barat Asia dan Monsun Timur Australia
Angin monsun barat adalah angin yang bergerak ketika matahari berada di BBS, yang
mengakibatkan Benua Asia mengalami musim dingin sehingga bertekanan tinggi, sedangkan
Benua Australia mengalami musim panas sehingga bertekanan rendah. Angin akan
bertiup dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Dengan demikian angin akan bertiup dari
Benua Asia menuju Benua Australia dan karena menuju ke daerah equator, maka angin
akan
dibelokkan ke
kanan. Menurut
Laluauliyaakraboe 2010 dalam Surbakti 2010, pada saat angin monsun baratan
terjadi maka
wilayah Indonesia
akan mengalami musim hujan akibat adanya massa
uap air yang dibawa oleh angin ini ketika melalui Samudera Pasifik dan Laut Cina
Selatan. Angin ini berhembus pada bulan Oktober-April.
Gambar 5 Sirkulasi monsun Asia a dan Australia
b sumber:
www.dfat.gov.au. Angin monsun timur adalah angin yang
bergerak ketika matahari berada di BBU, yang mengakibatkan Benua Australia mengalami
musim dingin sehingga bertekanan tinggi. Sedangkan suhu di Benua Asia lebih hangat
sehingga bertekanan rendah. Angin akan bertiup dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Dengan demikian angin akan bertiup dari Benua Australia menuju Benua Asia dan
karena menuju ke daerah utara equator, maka angin akan dibelokkan ke kanan. Menurut
Laluauliyaakraboe 2010 dalam Surbakti 2010, pada saat angin monsun timuran
terjadi
maka wilayah
Indonesia akan
mengalami musim kemarau karena angin tersebut melalui gurun pasir di bagian utara
Australia yang kering dan hanya melalui lautan sempit. Angin ini berhembus pada
bulan April-Oktober.
Gambar 6 Grafik curah hujan rata-rata vs elevasi pada bulan Januari dan
Juli 1999 dari stasiun Gunung Jaya Prentice dan Hope 2007.
Pada kebanyakan daerah di Papua, curah hujan tertinggi jatuh dalam periode Januari
hingga April pada musim monsun barat laut, dan yang terendah terjadi antara bulan Mei
hingga Agustus pada musim monsun tenggara Prentice dan Hope 2007. Namun di beberapa
tempat di Papua, pola ini dapat terbalik di mana hujan paling banyak terjadi selama
musim tenggara ketika angin tenggara menguat. Gambar 5 menunjukkan nilai curah
hujan yang meningkat pada bulan Juli 1999 di daerah Pegunungan Jaya. Hal ini disebabkan
kuatnya angin tenggara yang mengakibatkan peningkatan curah hujan secara orografik di
wilayah tersebut.
Gambar 7 Temperatur dan curah hujan bulanan Merauke periode 1998-
2001 Sukri et al 2003.
a
b
Pada penelitian lainnya, Sukri et al 2003 menunjukkan bahwa Merauke bagian selatan
adalah daerah Papua yang memiliki pola musiman terkuat berdasarkan perbedaan
jumlah curah hujan pada musim basah dan musim kering. Pada banyak lokasi, hujan
turun sepanjang tahun dan tidak memiliki pola musiman jelas. Hal ini menunjukkan bahwa
intensitas hujan di Papua memiliki variabilitas yang tinggi. Thunderstorm yang bersifat lokal
dapat terjadi setiap hari dan menyebabkan hujan lebat pada sore dan malam hari.
2.4 Fenomena Anomali Penyimpangan