20 Berikut ini adalah proses pembuatan slide permanen dari kantung
puparium. Kantung puparium direndam dalam alkohol 95 selama 10 menit kemudian dicuci dengan akuades 1 kali. Kantung puparium selanjutnya direndam
dalam asam asetik glasial selama 10 menit kemudian dicuci dengan akuades 1 kali. Tahap berikutnya adalah merendam kantung puparium dalam campuran
asam asetik glasial dan asam fuhsin dengan perbandingan 1:1 selama 30 menit. Kantung puparium kemudian berturut-turut direndam dalam alkohol 80 10
menit, alkohol absolut 10 menit dan minyak cengkeh 10 menit. Kantung puparium diatur posisinya dalam gelas objek, sisa minyak cengkeh diserap dengan
tisu, ditetesi kanada balsam kemudian ditutup dengan gelas penutup. Slide diatur dalam loyang kemudian dimasukkan dalam kotak pengering selama minimal 2
minggu. Kutukebul kemudian diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi kutukebul Martin 1987 dibawah mikroskop fase kontras.
3 Pengamatan Variasi Bentuk Puparium Pada Berbagai Tanaman Inang
Pengamatan variasi bentuk puparium yang ditemukan dari berbagai tanaman inang dilakukan terhadap puparium B. tabaci yang sudah dikeringkan
kurang-lebih 2 minggu.
4. Pengukuran Kantung Puparium B. tabaci dan Analisis Data
Selain pengamatan variasi bentuk puparium B. tabaci juga dilakukan pengukuran panjang dan lebar puparium, panjang seta kauda dan jumlah rambut
dorsal. Hasil pengukuran kemudian digunakan untuk analisis korelasi kanonikal dan boxplot. Variabel dependen y dan variabel indipenden x yang digunakan
dalam analisis kanonikal adalah y1= jumlah rambut dorsal, y2= panjang puparium, y3= lebar puparium, y4= panjang seta kauda, x1= ketinggian tempat
dan x2= tanaman inang. Korelasi dilambangkan dengan huruf r yang menggambarkan hubungan linier antara 2 variabel. Nilai r = -1
≤ r ≤ 1, r ≈ 1 menunjukkan hubungan linier antar variabel sangat kuat dan searah; r
≈ -1 menunjukkan hubungan linier antar variabel sangat kuat dan tidak searah; r
≈ 0 menunjukkan tidak ada hubungan linier antar variabel.
21 Hal-hal yang diperhatikan dalam analisis kanonikal adalah: 1 hubungan
diantara panjang dan lebar puparium, panjang seta kauda, dan jumlah rambut dorsal; 2 hubungan jenis tanaman inang terhadap panjang dan lebar puparium,
panjang seta kauda dan jumlah rambut dorsal; 3 hubungan ketinggian tempat terhadap panjang dan lebar puparium, panjang seta kauda, dan jumlah rambut
dorsal.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Pengambilan Sampel Kutukebul di Daerah Endemik Penyakit Kuning
Cabai
Kutukebul diambil dari 7 propinsi, 16 kabupaten dan 14 jenis tanaman Tabel 3.2. Spesies kutukebul yang ditemukan ada 2 macam yaitu B. tabaci dan
Trialeurodes vaporariorum, keduanya merupakan ordo Hemiptera, famili
Aleyrodidae. Karakter morfologi yang membedakan spesies B. tabaci dan T. vaporariorum
adalah submargin, rambut dorsal, pinggiran trakea, basal tungkai tengah dan belakang, abdomen ruas VII, lingula Tabel 3.1 dan Gambar 3.1
Tabel 3.1 Perbandingan karakter morfologi puparium spesies Bemisia tabaci dan Trialeurodes vaporariorum
Karakter B. tabaci
T. vaporariorum Submargin
d tanpa barisan papila
dengan barisan papila Rambut dorsal e
7 pasang memanjang tidak ada
Pinggiran trakea f seperti sisir
tidak seperti sisir Basal tungkai tengah dan belakang g tanpa
seta terdapat
seta Lingula
j Memanjang Membulat
cuping
B. tabaci ditemukan pada ketinggian 1-1200 mdpl sedangkan T.
vaporariorum mulai dijumpai pada ketinggian 550-1200 mdpl Tabel 3.2. Pada
pengambilan sampel kutukebul di daerah 550 mdpl, populasi yang lebih mudah ditemukan adalah T. vaporarium, tetapi kadangkala dalam satu tanaman
ditemukan T. vaporariorum dan B. tabaci. Xie et al. 2006 menjelaskan bahwa T. vaporariorum
memiliki kemampuan beradaptasi pada suhu dingin pada semua fase perkembangan lebih besar dibandingkan B. tabaci sehingga hal tersebut
22 diduga mempengaruhi pola distribusi kedua spesies tersebut. Baik B. tabaci
maupun T. vaporariorum merupakan kutukebul polifagus dan kosmopolitan Martin 1999 sehingga kedua serangga tersebut dapat diperoleh dari daerah
pengambilan sampel dengan keragaman jenis tanaman inang yang luas.
2. Variasi Bentuk Puparium Pada Berbagai Tanaman Inang