BAB III TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN PIHAK CV DALAM
PENGADAAN BARANGJASA PEMERINTAH DI KOTA BINJAI
A. Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah di Kota Binjai
Dalam rangka membangun fasilitas prasarana dan sarana dasar pemukiman berbasis masyarakat di Kota Binjai berupa seluruh pembuangan air parit, bak-bak
sampah, dan pengaspalan jalan di sekitar pemukiman penduduk di Kecamatan Binjai Utara dan di Kecamatan Binjai Selatan maka pada Tahun 2009. Dinas Tata Ruang
dan Pemukiman Tarukim Kota Binjai melalui Kantor Dinas Pekerjaan Umum PU Kota Binjai melakukan pelelangan tender pengadaan barangjasa proyek fasilitas
tersebut di atas dengan nilai pagu anggaran yang ditampung didalam APBD Kota Binjai Tahun anggaran 2009 sebesar Rp 900.000.000,- Sembilan ratus juta rupiah
untuk Kecamatan Binjai Selatan. Pada tanggal 12 Januari 2009 Pejabat Pengguna Anggaran PPA pada kantor tata ruang dan pemukinan Kota Binjai mengangkat
Zainal Arifin selaku Pejabat Pembuat Komitmen PPK dan juga mengangkat panitia pengadaanpelelangan pada proyek tersebut, pada Tanggal 16 Februari 2009, CV
Prawira Jaya melalui direkturnya H. Sentot Prawiradirdja memasukkan pendaftaran perusahaan CV. Prawira Jaya untuk mengikuti proses pelelangan tender tersebut.
Anggaran biaya yang diajukan oleh CV Prawira Jaya atas kedua proyek tersebut masing-masing untuk kecamatan Binjai Utara sebesar Rp 851.500.000,- delapan
ratus lima puluh satu juta lima ratus ribu rupiah. Dalam pengajuan anggaran biaya kedua proyek tersebut direktur CV Prawira Jaya H. Sentot Prawiradirdja meminta
Universitas Sumatera Utara
bantuan kepada PPK Zainal Arifin untuk membuatkan taksasi anggaran biaya yang akan diajukan dalam pelelangan tender pengadaan barangjasa pemerintah tersebut.
Dengan demikian telah terjadi kerjasama kolusi oleh Direktur CV Prawira Jaya H. Sentot Prawirdirja dan PPK Arifin dalam proses pembuatan taksasi anggaran biaya
prpyek dalam pengajuannya untuk proses pendaftaran pelelangan tender. Proyek pengadaan barangjasa pemerintah tersebut.
44
Dalam pelaksanaan lelang tender proyek tersebut pada tanggal 24 Maret 2009 berdasarkan surat keputusan Zainal
Arifin selaku PPK Nomor 050- 62SKPPKAPBDTARUKIM2009 tanggal 24 Maret 2009 telah menetapkan CV
Prawira Jaya sebagai penyedia barangjasa pada proyek fasilitas pembangunan prasarana dan sarana dasar pemukiman berbasis masyarakat untuk Kecamatan Binjai
Selatan. Direktur CV Prawira Jaya H. Sentot Prawiradirdja menggunakan perusahaan temannya yaitu Haris Syahputra Nasution yakni CV. Lancang Kuning sejak Tahun
2001 dokumen perusahaan Lancang Kuning tersebut telah diserahkan direkturnya Haris Syahputra Nasution kepada H. Sentot Prawiradirdja dengan tujuan agar CV.
Lancang Kuning tersebut dijalankan oleh H. Sentot Prawiradirdja agar dapat diikutsertakan dalam setiap proyek pengadaan barangjasa pemerintah di pemerintah
Kota Pemko Binjai. Oleh Direktur CV. Prawira Jaya H. Sentot Prawiradirdja CV. Lancang Kuning juga telah beberapa kali diikutsertakannya dalam proses pelelangan
tender di Pemko Binjai dengan mengurus segala dokumen dan surat yang diperlukan
44
Putusan pengadilan Negeri PN Medan Nomor 5.Pit.Sus.K2011PN Medan, Dakwaan Jaksa Penutut Umum, hal 9.
Universitas Sumatera Utara
dengan cara memalsukan tanda tangan Direktur CV. Lancang Kuning Haris Syahputra Nasution dan pemalsuan tanda tangan tersebut diketahuidisetujui oleh
Haris Syahputra tanpa adanya keberatan sedikitpun. Pada tanggal 24 Maret 2009 CV.Lancang Kuning dinyatakan sebagai pemenang pemenang lelang tender Proyek
Pengadaan BarangJasa Pemerintah Kota Binjai untuk Kecamatan Binjai Selatan memalui surat Keputusan PPK Nomor 050-61SKPPKAPBDTARUKIM2009
tanggal 14 Maret 2009 yang juga ditanda tangani oleh PPK Zainal Arifin. Pada tanggal 25 Maret 2009 Zainal Arifin selaku PPK membuat surat perjanjian pekerjaan
dengan direktur CV. Prawira Jaya H. Sentot Prawiradirdja untuk proyek fasilitasi pembangunan prasarana dan sarana dasar pemukiman berbasis masyarakat untuk
kecamatan Binjai Selatan dengan Nomor surat perjanjian 602.1- 30SPPPKAPBDTARUKIM09 dan untuk Kecamatan Binjai Utara dengan Nomor
surat perjanjian 602.1-31SPPPKAPBDTARUKIM09 kedua surat perjanjian pekerjaan tersebut oleh PPK Zainal Arifin diserahkan kpada direktur CV Prawira
Jaya, H. Sentot Prawiradirdja untuk ditandatangani. Oleh Sentot Surat perjanjian pekerjaan tersebut untuk Kecamatan Binjai Utara yang dimenangkan oleh CV
Prawira jaya ditanda tangani sendiri selaku Direktur, sedangkan surat perjanjian pekerjaan untuk Kecamatan Binjai Selatan, yang dimenangkan oleh CV. Lancang
Kuning dengan direkturnya Haris Syahputra Nasution ditanda tangani juga oleh H. Sentot Prawiradirdja dengan cara memalsukan tanda tangan Haris Syahputra
Nasution. Setelah kedua surat perjanjian pekerjaan tersebut ditandatangani oleh direktur CV. Prawira Jaya, H. Sentot Prawiradirdja, maka pada tanggal 25 Maret
Universitas Sumatera Utara
2009 itu juga PPK Zainal Arifin menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja SPMK. Dengan keluarnya SPMK maka direktur CV. Prawira Jaya H. Sentot Prawiradirdja
pada Tanggal 30 Maret 2009 mengajukan permohonan permintaan pembayaran uang muka sebesar 30 tiga puluh persen dari nilai proyek dan pada tanggal 3 April
2009 oleh Irwan Efendi selaku kuasa Bendaharawan umum Pemko Binjai membayarkan uang muka untuk proyek fasilitasi pembangunan prasarana dan sarana
dasar pemukiman berbasis masyarakat untuk Kecamatan Binjai Utara sebesar Rp 255.450.000,- dua ratus lima puluh lima juta empat ratus lima puluh ribu rupiah dan
untuk Kecamatan Binjai Selatan sebesar Rp 255.390.000,- dua ratus lima puluh lima juta tiga ratus Sembilan puluh ribu rupiah kepada direktur CV. Prawira Jaya H.
Sentot Prawiradirdja. Total dana yang diperoleh oleh H. Sentot Prawiradirdja dari panjar kedua proyek pengadaan barangjasa pemerintah pemko Binjai tersebut adalah
Rp 510.840.000,- lima ratus sepuluh juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah. Setelah memperoleh uang muka sebesar 30 tiga puluh persen dari nilai
proyek dari kedua proyek tersebut Sentot Prawiradirdja tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku. Menurut Pasal 88 ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 uang muka dapat diberikan kepada penyedia barangjasa untuk :
a. Mobilisasi alat dan tenaga kerja
b. Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barangmaterial danatau persiapan
teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan pengadaan barangjasa.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 88 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 berbunyi uang muka dapat diberikan kepada penyedia barangjasa dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk usaha kecil paling tinggi 30 tiga puluh persen dari nilai kontrak
pengadaan barangjasa atau b.
Untuk usaha Non kecil paling tinggi 20 dua puluh persen dari nilai kontrak pengadaan barangjasa.
CV Prawira Jaya melalui direkturnya Sentot Prawiradirdja tidak pernah melakukan pemeriksaan serta pengukuran ulang di lokasi proyek serta tidak ada
menandatangani Berita Acara Keadaan Lapanganserah terima lapangan sebagaimana dimaksud dalam perjanjian kerja yang telah ditandatangani oleh para pihak yang
terkait dalam pengadaan barangjasa tersebut. Bahkan Sentot Prawiradirdja kembali mengajukan permohonan pembayaran termin I satu sampai dengan termin III tiga
sebesar 70 tujuh puluh persen dari kedua proyek pengadaan barangjasa untuk Kecamatan Binjai Utara sebesar Rp 374.660.000,- tiga ratus tujuh puluh empat juta
enam ratus enam puluh ribu rupiah dan untuk Kecamatan Binjai Selatan sebesar Rp 374.572.000,- tiga ratus tujuh puluh empat juta lima ratus tujuh puluh dua ribu
rupiah. Pengajuan permohonan pembayaran termin I sampai dengan termin III dilakukan oleh Sentot Prawiradirdja pada bulan Mei 2009 PPK Zainal Arifin justru
menyetujui pembayaran termin I sampai termin III kedua proyek pengadaan barangjasa tersebut dengan mempersiapkan segala syarat administratif yang harus
dipenuhi untuk pencairan dana pembayaran termin kedua proyek tersebut, termasuk pembuatan surat permohonan pembayaran termin yang seharusnya dibuat oleh CV
Universitas Sumatera Utara
Prawira Jaya dan CV Lancang Kuning.
45
Setelah seluruh persyaratan administasi yang dipenuhi dan selesai di proses oleh bagian keuangan Pemko Binjai maka pada
tanggal 29 Mei 2009 oleh Irwan Effendi selaku kuasa bendaharawan umum Pemko Binjai, melakukan pembayaran termin I sampai dengan termin III 70 masing-
masing untuk proyek pengadaan barangjasa pemerintah Kecamatan Binjai Utara sebesar Rp 374.660.000,- tiga ratus tujuh puluh empat juta enam ratus enam puluh
ribu rupiah dan untuk Kecamatan Binjai Selatan 374.572.000,- tiga ratus tujuh puluh empat juta lima ratus tujuh puluh dua ribu rupiah kepada direktur CV Prawira
Jaya Sentot Prawiradirdja. Total dana yang sudah dicairkan Pemko Binjai kepada Sentot Prawiradirdja selaku Direktur CV. Prawira Jaya adalah sebesar Rp
1.260.072.000,- satu milyar dua ratus enam puluh juta tujuh puluh dua ribu rupiah.
46
a.
Pembayaran bulanan
Menurut Pasal 89 ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 bahwa pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk :
b.
Pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan termin
c.
Pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.
Proyek fasilitas pembangunan prasarana dan sarana dasar pemukiman berbasis masyarakat untuk Kecamatan Binjai Utara dan Binjai Selatan, yang
pelaksanaannya dikerjakan oleh CV Prawira Jaya dan CV Lancang Kuning ternyata tidak pernah dikerjakan sama sekali oleh kedua perusahaan CV penyedia barangjasa
45
Ibid, hal 11
46
Ibid, hal 12
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Namun meskipun pengerjaan kedua proyek tersebut tidak pernah dikerjakan oleh perusahaan penyedia barangjasa yang telah ditunjuk yakni CV Prawira Jaya dan
CV Lancang Kuning, namun pencairan dana kedua proyek tersebut terus dilakukan oleh PPK Zainal Arifin melalui kuasa Bendaharawan umum Pemko Binjai Irwan
Effendi hingga sudah mencapai tahap pengerjaan termin I sampai denan termin II. Hal tersebut berarti seolah-olah kedua proyek pengadaan barangjasa pemerintah
tersebut telah hampir rampung dikerjakan oleh CV Prawira Jaya dan CV. Lancang Kuning akan tetapi pada kenyataannya kedua proyek tersebut, baik untuk Kecamatan
Binjai Utara, maupun untuk Kecamatan Binjai Selatan tidak pernah dikerjakan oleh kedua perusahaan penyedia barangjasa tersebut. Pada tanggal 25 Juni 2009, Direktur
CV Prawira Jaya, Sentot Prawiradirdja kembali mengajukan permohonan pembayaran untuk termin IV keempat pembayaran untuk termin IV tersebut, berarti
pekerjaan dari kedua proyek tersebut telah mencapai tahap finishing atau tahap penyelesaian akhir, meskipun pada kenyataannya kjedua proyek pengadaan
barangjasa yang dikerjakan oleh CV Prawira Jaya dan CV Lancang Kuning tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai dengan pembayaran proyek tersebut
hingga sudah mencapai termin IV keempat. Pembayaran termin yang diajukan oleh Sentot Prawiradirdjaakhirnya juga disetujui oleh PPK, Zainal Arifin. Bahkan PPK
Zainal Arifin pula yang membuat segala persyaratan administrasi guna pencairan dana proyek pengadaan barangjasa untuk tahap IV tersebut sehingga pada tanggal 25
Juni 2009, kuasa Bendaharawan Pemko Binjai kembali mencairkan dan melakukan pembayaran dana proyek untuk termin IV tahap penyelesaian 95 untuk
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Binjai Utara sebesar Rp 178.815.000,- seratus tujuh puluh delapan juta delapan ratus lima belas ribu rupiah serta pada tanggal 30 Juni 2009 dilakukan
pembayaran dana proyek untuk termin IV tahap penyelesaian akhir 95 untuk Kecamatan Binjai Selatan sebesar Rp 178.773.000,- seratus tujuh puluh delapan juta
tujuh ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah pada tanggal 17 Juli 2009, Sentot Prawiradirdja kembali mengajukan permohonan pembayaran dana proyek terakhir
termin V kelima rampung 100 dan juga proyek disetujui oleh PPK Zainal Arifin dan dibayarkan oleh Kuasa Bendaharawan Pemko Binjai Irwan Effendie sebesar Rp
42.575.000,- empat puluh dua juta lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah untuk Kecamatan Binjai Selatan tanpa terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik terhadap
seluruh pekerjaan setelah pekerjaan dinyatakan selesai 100.
47
Pasal 95 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 berbunyi PAKPA menunjuk PanitiaPejabat penerima hasil pekerjaan untuk melakukan
penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan. Pasal 95 ayat 3 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 berbunyi, apabila terdapat kekurangan dalam hasil
pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 PanitiaPejabat penerima hasil pekerjaan melalui PPk memerintahkan penyedia barangjasa untuk memperbaiki
danatau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak.
Setelah seluruh dana proyek pengadaan barangjasa pemerintah untuk Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Selatan telah dibayar seluruhnya
47
Ibid, hal 12.
Universitas Sumatera Utara
kepada Sentot Prawiradirdja, baru kemudian CV Prawira Jaya dan CV Lancang Kuning mulai mengerjakan kedua proyek tersebut. Namun pelaksanaan pengerjaan
kedua proyek tersebut tidak sesuai dengan kontrak sebagaimana yang tertuang dalam hasil pemeriksaan di dalam hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan Propinsi Sumatera UtaraNomor LHAI-4136PW0252010 tanggal 26 Agustus 2010 yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara dalam hal ini Pemko
Binjai sebesar Rp 235.461.754,- dua ratus tiga puluh lima juta empat ratus enam puluh satu ribu tujuh ratus lima puluh empat rupiah dengan perincian untuk proyek
di Kecamatan Binjai Utara sebesar Rp 174.198.304,- seratus tujuh puluh empat juta seratus Sembilan puluh delapantiga ratus empat rupiah dan di kecamatan Binjai
Selatan sebesar Rp 61.263.449,- enam puluh satu juta dua ratus enam puluh tiga ribu empat ratus empat puluh Sembilan rupiah.
48
B. Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pihak CV. Dalam Pengadaan Barangjasa Pemerintah di Kota Binjai.
Perbuatan Sentot Prawiradirdja selaku Direktur Cv Prawira jaya dan juga sebagai pimpinan pelaksana CV Lancang Kuning dalam pelaksanaan pengerjaan
proyek pengadaan barangjasa pemerintah di Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Selatan sudah dapat digolongkan sebagai tindak pidana korupsi. Pembuatan
Sentot Prawiradirdja yang berkolusi dengan PPK Zainal Arifin telah merugikan keuangan Negara. Pelaksanaan pengerjaan proyek pengadaan barangjasa pemerintah
di Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Selatan ternyata tidak sesuai
48
Ibid, hal 13.
Universitas Sumatera Utara
dengan peraturan Perundang-Undangan yang barangjasa pemerintah. Disamping itu pelaksanaan pengerjaan kedua proyek tersebut juga tidak sesuai dengan
kontrakbestek. Pelaksanaan pengerjaan proyek pengadaan barangjasa di Kecamatan Binjai
Utara dan Kecamatan Binjai Selatan tidak sesuai dengan kesepakatan yang telah dituangkan di dalam kontrak kerja, dan bahan-bahan material yang digunakan dalam
pelaksanaan pengerjaan proyek tersebut juga tidak sesuai dengan rencana penggunaan bahan material yang telah disepakati. Sehingga kualitas hasil pekerjaan dari kedua
proyek pengadaan barangjasa pemerintah tersebut jauh di bawah standart yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pengerjaan proyek bestek. Hal ini jelas
merugikan keuangan Negara, dalam hal ini adalah Pemko Binjai oleh karena itu Sentot Prawiradirdja selaku Direktur CV Prawira Jaya sekaligus pula sebagai
penanggung jawab pelaksanaan pengerjaan proyek tersebut wajib bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut. Perbuatan Sentot Prawiradirdja dapat dikenakan sanksi
pidana berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Juncto Pasal 18 dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Juncto Pasal 35 ayat 1 ke 1 dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP
Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undangmor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi berbunyi, “setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
Universitas Sumatera Utara
keuangan Negara atau perekoNomiuan Negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat Tahun dan paling lama 20
dua puluh Tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp 1.000.000.000 satu milyar rupiah yang dimaksud dengan
“secara melawan hukum” dalam Pasal 2 ayat 1 tersebut diatas mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti material, yaitu meskipun
perbuatan ini tidak diatur dalam peraturan Perundang-Undangan namun apabila perbuatan itu dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau sama-
sama kehidupan social dalam ketentuan ini. Kata “dapat” sebelum frasa merugikan keuangan atau perekonomian Negara menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi
merupakan delik formal, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah yang dirumuskan, bukan dengan
timbulnya akibat. Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Tahun 31 Tahun 1999 sebagaimana telah dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, berbunyi selain pidana tambahan dimaksud dalam KUHP, sebagai pidana tambahan adalah :
a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud, barang
tidak bergerak yang digunakan untuk, yang diperoleh dari tindak pidana korupsi termasuk perusahaan milik terpidana, dimana tindak pidana korupsi, begitu pun
harga dari barang yang menggantikan barang tersebut. b.
Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.
Universitas Sumatera Utara
c. Penutupan usaha atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 satu
Tahun. d.
Pencabutan seluruh atau sebahagian hak-hak tertentu atau penghapusan sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada
terpidana. Pasal 18 ayat 2 Undang-Undang 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah
dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi berbunyi jika terpidana tidak membayar uang
pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tersebut di atas paling lama dalam waktu 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Selanjutnya Pasal 18 ayat 3 berbunyi dalam
terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 1 tersebut di atas maka dapat
dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman hukuman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini, dan
karenanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan. Pasal 55 ayat 1 ke satu dari KUHP berbunyi dipidana selaku pelaku tindak pidana mereka yang
melakukan, yang menyuruh melakukan dan turut serta melakukan perbuatan pidana tersebut. Dari rumusan Pasal 55 ayat 1 kesatu tersebut di atas dapat dikatakan
bahwa tidak hanya yang melakukan secara langsung saja yang dapat dipidana tapi juga yang menyuruh melakukan dan turut serta melakukan perbuatan pidana tersebut
Universitas Sumatera Utara
dapat dijatuhi pula sanksi pidana. Hal ini yang disebut dengan penyertaan dalam melakukan tindak pidana atau yang lazim disebut dengan istilah deelneming.
49
Pengertian tindak pidana deelneming dapat dikatakan terjadi apabila dalam suatu tindak pidana tersebut tersangkut dua orang atau lebih yang melakukannya.
50
a. Beberapa orang bersama-sama melakukan satu delik.
Dalam hal ini harus dapat dipahami bagaimanakah hubungan tiap peserta terhadap delik tersebut, karena hubungan tersebut bermacam-macam bentuknya, diantaranya
adalah :
b. Mungkin hanya seorang saja yang mempunyai kehendak dan merencanakan delik,
akan tetapi delik tersebut tidak dilakukan sendiri, tetapi ia mempergunakan orang lain untuk melakukan delik tersebut.
c. Dapat saja terjadi bahwa seorang saja yang melakukan satu delik, sedangkan orang
lain yang bersifat membantu orang itu dalam melaksanakan delik tersebut.
51
Karena hubungan dari tiap peserta dari terhadap delik itu dapat mempunyai berbagai bentuk, maka ajaran atau pengertian deelneming itu berpokok pada
“Menentukan pertanggungan jawab dari para peserta terhadap delik tersebut”. Dalam lapangan ilmu hukum pidana menurut doktrin, deelneming dapat dibagi kedalam dua
bagian menurut sifatnya yaitu : 1.
Bentuk deelneming berdiri sendiri
49
SR. Sianturi, Tindak Pidana di Indonesia, Alumni AHM-PT HM, Jakarta, 1983, hal 19.
50
Muhammad Anwar Rivai, Hukum Pidana Khusus Jilid I, Alumni Bandung,1994, hal 24.
51
C. Djisman Saragih, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1996, hal 36.
Universitas Sumatera Utara
2. Bentuk deelneming yang tidak berdiri sendiri.
Pada bentuk deelneming yang berdiri sendiri maka pertanggungan jawab dari taip-tiap peserta dihargai diri sendiri-sendiri. Sedangkan dalam bentuk deelneming
yang tidak berdiri sendiri accessoire deelneming pertanggungan jawab dari peserta yang satu digantungkan pada perbuatan peserta yang lain. Artinya apabila oleh
peserta yang lain dilakukan suatu perbuatan yang dapat dihukum maka peserta yang satu juga dapat dihukum.
KUHP Indonesia dalam hal ini tidak mengadakan perbedaan antara deelneming yang berdiri sendiri zelf standige deelneming dan deelneming yang
tidak berdiri sendiri onzelf standige deelneming. Akan tetapi KUHP Indonesia mengadakan perincian antara pelaku tindak pidana dader dan membantu melakukan
medepplichters. Perincian tersebut dapat diketahui dari Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP. Pasal 55 ayat 1 sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya dari tulisan
ini. Pasal 56 KUHP menyatakan, sebagai pembantu melakukan kejahatan di hukum : a.
Orang yang dengan sengaja membantu waktu kejahatan itu dilakukan. b.
Orang yang dengan sengaja memberikan kesempatan, ikhtiar, atau keterangan untuk melakukan kejahatan itu.
Dalam kedua Pasal itu yakni Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP tersebut tampak jelas bahwa yang diatur dalam Pasal 55 KUHP adalah siapa yang dianggap sebagai
pelaku, dan KUHP Indonesia mengenal 4 empat macam pelaku yaitu : a.
Yang melakukan b.
Yang menyuruh melakukan
Universitas Sumatera Utara
c. Yang membantu melakukan
d. Yang memberi upah, janji-janji dan sebagainyasengaja membujuk uitlokking.
Dalam Pasal 56 KUHP yang dianggap sebagai pembantu yaitu: a.
Yang membantu waktu kejahatan dilakukan b.
Yang sengaja memberikan kesempatan, ikhtiar, atau keterangan untuk melakukan kejahatan itu.
Akibat perincian yang dilakukan KUHP tersebut maka oleh beberapa sarjana hukum pidana dianjurkan untuk melakukan perincian lain yaitu :
a. Pelaku dader
b. Pembujuk uitlokking
c. Yang membantu melakukan medeplichtigers.
52
Sentot Prawiradirdja selaku Direktur CV Prawira Jaya baik bertindak untuk diri sendiri maupun secara bersama-sama dengan PPK Zainal Arifin serta Direktur
CV Lancang Kuning Haris Syahputra Nasution telah dapat dikualifikasikan sebagai pelaku tindak pidana korupsi bersama-sama dalam pengadaan barangjasa pemerintah
di Pemko Binjai, sebagai orang yang melakukan, meyuruh melakukan, turut melakukan perbuatan tindak pidana korupsi dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, dengan cara menyalahgunakan kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau Perekonomian Negara.
52
PAF Lamintang, KUHP dan Pembahasannya, Armico, Bandung, 1995, hal 43.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang PTPK berbunyi, “Dalam hal tindak pidana
korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan Pidana dapat dilakukan terhadap korporasi danatau pengurusnya.” Yang dimaksud
dengan pasal 20 ayat 1 di atas adalah bahwa pertanggungjawaban pidana yang dilakukan dalam suatu korporasi adalah dibebankan kepada orang yang bertindak
sebagai pengurus korporasi tersebut, yang dengan perintahnya mengakibatkan terjadinya tindak pidana atau orang yang bertindak sebagai pimpinan dari korporasi
tersebut yang karena kedudukannya bertanggungjawab terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi yang dipimpinnya.
Pasal 20 ayat 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang PTPK berbunyi, “Tindak pidana korupsi
dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang, baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak
dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama.” Pasal 20 ayat 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang PTPK berbunyi, “Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi maka korporasi tersebut diwakili oleh pengurus.”
Dari ketentuan Pasal 20 ayat 1, 2, dan 3 di atas maka dapat dikatakan bahwa, “Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh korporasi CV. Prawira Jaya,
pertanggung jawabannya dibebankan kepada Direktur CV. Prawira Jaya, Sentot Prawiradirja yang dalam hal ini adalah pimpinanpengurus CV Prawira Jaya yang
Universitas Sumatera Utara
juga sekaligus pemberi perintah sehingga mengakibatkan terjadinya tindak pidana tersebut. Dengan demikian penjatuhan sanksi pidana atas tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh CV. Prawira Jaya dibebankan pertanggung jawabannya kepada Sentot Prawiradirdja selaku pimpinanpengurus CV. Prawira Jaya. Comanditaire
Venootschap CV atau Persekutuan Komanditer merupakan suatu badan usaha yang bukan badan hukum. Yang menjadi subjek hukum dalam suatu CV adalah orang-
orang yang menjadi pengurusnya, bukan badan usahanya. Karena CV bukanlah badan usaha yang berbadan hukum sehingga tidak dapat menjadi subjek hukum. Pada badan
usaha CV harta perusahaan besatu dengan harta pribadi para pengurusanggota CV tersebut. Akibat hukum dari penyatuan harta pribadi pengurusanggota CV dengan
harta perusahaan CV adalah harta pribadi pengurus ikut pula menjadi jaminan bagi pihak ketiga apabila terjadi penyitaankerugian yang dialami oleh CV tersebut.
53
Berbeda dengan CV, PT adalah sebuah badan usaha berbadan hukum. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 berbunyi :
Pasal 19 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD berbunyi, ”Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau melepas uang disebut juga perseroan
komanditier, didirikan antara seorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang
atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang. Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan firma terhadap persero-persero firma didalamnya dan perseroan komanditer
terhadap pemberi pinjaman uang”.
53
Cidir Ali, Badan Hukum, Alumni Bandung, 1991, hal 109.
Universitas Sumatera Utara
”Perseroan terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya”. Dari bunyi Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas PT No. 40 Tahun 2007 tersebut di atas dapat dikatakan bahwa perseroan terbatas
adalah bentuk perusahaan yang berbadan hukum, persekutuan modal dan didirikan berdasarkan perjanjian.
Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berbunyi : ”Pemegang sahan perseroan tidak bertanggung jawab secara
pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki”. Pasal 3 ayat 2 Undang-
Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berbunyi : ”Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku apabila : a. Persyaratan perseroan
sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi, b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk
memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi, c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
perseroan, d. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan perseroan tidak cukup untuk melunasi hutang perseroan. Dari ketentuan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa CV merupakan suatu badan
Universitas Sumatera Utara
usaha yang tidak berbadan hukum, sedangkan PT adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum. Tanggung jawab pengurus CV terhadap pihak ketiga adalah
tanggung jawab pribadi para pengurusnya, sedangkan tanggung jawab pengurus PT terhadap pihak ketiga adalah tanggung jawab perusahaan PT tersebut sebagai badan
hukum dengan segala ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan tentang PT yakni Undang-Undang No 40 Tahun 2007.
Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh korporasi dalam hal ini CV. Lancang Kuning yang dipimpin oleh direkturnya H. Sentot Prawiradirja, adalah
merupakan tanggung jawab dari pengurus dari korporasi tersebut. KorporasiCV. Lancang Kuning adalah perusahaan yang tidak berbadan hukum yang tidak dapat
dipidana. Karena dalam Kitap Undang-Undang Hukum Pidana yang dapat dimintai pertanggung jawaban dan dijatuhi hukuman pidana atas perbuatan pidana yang telah
dilakukannya adalah orang perseorangan secara pribadi maupun secara bersama-sama dalam suatu korporasi yang melakukan suatu tindak pidana korupsi. CV. Lancang
Kuning merupakan perusahaan komanditer yang dilaksanakan seorang diri oleh H. Sentot Prawiradirja yang dalam hal ini juga bertindak sebagai direktur. Sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam Pasal 19 KUHD bahwa tanggung jawab dari CV untuk keseluruhannya dibebankan kepada para pengurusnya secara langsung dan tanggung
renteng. Pada CV. Lancang Kuning H. Sentot Prawira Dirja merupakan pendiri sekaligus pengurus dan pelaksana tugas dari CV. Lancang Kuning tersebut. Oleh
karena itu pertanggung jawaban atas perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh CV. Lancang Kuning dibebankan kepada H. Sentot Prawiradirja selaku Direkturnya.
Universitas Sumatera Utara
54
Apabila dikaitkan dengan Pasal 51 KUH Pidana ayat 1 berbunyi barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh
penguasa yang berwenang tidak dipidana. Pasal 51 ayat 1 KUH Pidana tersebut merupakan suatu alasan tidak dapat dipidananya seseorang karena melaksanakan
perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang. Perintah yang diberikan oleh penguasa yang berwenang tersebut merupakan suatu perintah jabatan
yang dibenarkan oleh Peraturan Perundang-Undangan dalam keadaan tertentu. Sedangkan dalam kasus tindak pidana korupsi, perbuatan korupsi tersebut merupakan
suatu perbuatan yang melawan hukum dan tidak dapat dibenarkan oleh peraturan Perundang-Undangan. Oleh karena itu Pasal 51 ayat 1 KUH Pidana tersebut tidak
berlaku sebagai alasan pembenar untuk dilakukannya suatu perbuatan tindak pidana korupsi. Demikian pula halnya dengan Pasal 51 ayat 2 KUH Pidana yang berbunyi
perintah jabatan tanpa wewenang tidak menyebabkan hapusnya pidana kecuali jika yang diperintah dengan itikad baik mengira bahwa perintah diberikan dengan
wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya. Pasal 51 ayat 1 dan 2 KUH Pidana tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan pembenar
tidak dipidananya suatu perbuatan tindak pidana korupsi meskipun tindak pidana korupsi tersebut dilaksanakan oleh karena adanya perintah jabatan oleh penguasa
yang berwenang.
54
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal 144.
Universitas Sumatera Utara
C. Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 05Pid.Sus K2011PN Medan terhadap Sentot Prawiradirdja Selaku Direktur CV Prawira Jaya
Pengadilan tindak pidana korupsi pada pengadilan negeri Medan menyatakan terdakwa Sentot Prawiradirdja telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “Secara bersama-sama melakukan korupsi”. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Sentot Prawiradirdja oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 1 satu Tahun dan 6 enam bulan. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Sentot Prawiradirdja dengan denda sebesar Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah
subsidair 2 dua bulan kurungan. Menghukum terdakwa Sentot Prawiradirdja untuk membayar uang pengganti kerugian kepada Negara dalam hal ini Pemko Binjai
sebesar Rp 235.461.754,64,- dua ratus tiga puluh lima juta empat ratus enam puluh satu ribu tujuh ratus lima puluh empat koma enam puluh empat rupiah. Dengan
ketentuan apabilaterdakwa tidak membayarnya maka diganti dengan pidana penjara selama 4 empat bulan. Memerintahkan barang bukti seluruhnya yang terdiri dari
surat kontrak, dokumen pekerjaan, permohonan pembayaran proyek, maupun surat- surat lainnya yang kesemuanya berjumlah 103 seratus tiga item dipergunakan untuk
pembuktian dalam perkara terdakwa PPK Zainal Arifin dan Haris Syahputra Nasution yang perkaranya diperiksa secara terpisah split menghukum terdakwa untuk
membayar biaya perkara sebesar Rp 5.000,- lima ribu rupiah. Putusan hakim pengadilan tindak pidana korupsi pada pengadilan negeri Medan tersebut lebih ringan
disbanding tuntutan jaksa penuntut umum JPU, jaksa penuntut umum dalam
Universitas Sumatera Utara
tuntutannya Nomor Reg.Perk : PDS-01BNJEIFt082011 tanggal 8 Agustus 2011 pada pokoknya menyatakan sebagai berikut :
1. Menyatakan terdakwa Sentot Prawiradirdja terbukti secara sah dan menyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “secara bersama-sama melakukan perbuatan menyalahgunakan kewenangan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain yang dapat merugikan keuangan Negara”. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang telah dirubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1e dari KUHP dalam dakwaan alternatif kedua.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Sentot Prawiradirdja dengan pidana
penjara selama 2 dua Tahun, dan denda sebesar Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah, subsidair 3 tiga bulan kurungan serta membayar uang pengganti
kerugian kepada Negara dalam hal ini Pemko Binjai sebesar Rp 235.461.754,64,- dua ratus tiga puluh lima juta empat ratus enam puluh satu ribu tujuh ratus lima
puluh empat koma enam puluh empat rupiah. Dengan ketentuan apabila terdakwa tidak membayarnya maka diganti dengan pidana penjara selama 6
enam bulan. Jaksa penuntut umum dalam dasar hukum dakwaan primernya berbunyi
terdakwa telah terbukti melanggar Pasal 2 ayat 1 Juncto Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 20
Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, secara bersama-sama melakukan perbuatan menyalahgunakan kewenangan dengan tujuan menguntungkan
Universitas Sumatera Utara
diri sendiri atau orang lain yang dapat merugikan keuangan negara. Sedangkan dalam dakwaan subsider jaksa penuntut umum mendakwa terdakwa dengan Pasal 55 ayat
1 ke 1e dari KUH Pidana yang menurut Jaksa Penuntut Umum mengandung unsur- unsur : 1. Setiap orang; 2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi; 3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan; 4. Dapat merugikan keuangan Negara;
5. Sebagai orang yang melakukan, menyruruh melakukan atau turut melakukan perbuatan itu. Berdasarkan hasil pemeriksaan di persidangan yang dihadapkan
sebagai terdakwa H. Sentot Prawiradirja, telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana yang telah diuraikan dalam Pasal 55 ayat 1 ke 1e dari KUH Pidana di atas. Dan oleh
karena itu, telah terbukti secara sah dan menyakinkan. Dasar pertimbangan putusan hakim dalam menjatuhkan hukuman pidana
terhadap terdakwa H. Sentot Prawiradirja dengan pidana penjara selama 2 dua Tahun dan denda sebesar Rp 50.000.000,- Lima puluh juta rupiah. Sependapat
dengan dasar hukum dakwaan jaksa penuntut umum, yakni Pasal 3 dari Undang- Undang No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang
No. 20 Tahun 2001 Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1e KUH Pidana. Hal-hal yang memberatkan terdakwa H. Sentot Prawiradirja adalah selama berlangsungnya
pemeriksaan di persidangan selalu memberikan keterangan yang berbelit-belit, sedangkan hal yang meringankan terdakwa yang bersifat sopan di persidangan dan
terdakwa sudah berusia lanjut.
Universitas Sumatera Utara
Dasar hukum dakwaan jaksa penuntut umum dan dasar hukum putusan majelis hakim pengadilan tindak pidana korupsi pada Pengadilan Negeri Medan yang
mendakwa maupun memvonis terdakwa H. Sentot Prawiradirja dengan Pasal 2 ayat 1 Juncto Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dan
ditambah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1e dari KUH Pidana, menurut hemat
penulis telah tepat dan sesuai dengan perbuatan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh terdakwa H. Sentot Prawiradirja. Terdakwa H. Sentot Prawiradirja telah
merugikan keuangan Negara dengan perbuatan yang dilakukannya baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dengan PPK Zainal Arifin berkolusi
melakukan tindak pidana korupsi. Disamping itu tindak pidana korupsi tersebut dapat dilakukan karena adanya kekuasaan yang disalahgunakan, sehingga memberikan
kesempatan dilakukannya tindak pidana korupsi tersebut sesuai dengan Pasal 55 ayat 1 ke 1 dan ke 2 KUH Pidana.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PIHAK-PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB DALAM PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MENURUT
PERATURAN PRESIDEN PERPRES NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANGJASA PEMERINTAH
A. Aspek Hukum Kontrak Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah