dengan oksigen udara, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk Gunawan dan Mulyani, 2004.
Minyak yang terdapat di alam terbagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral mineral oil, minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan edible fat dan
minyak atsiri essential oil. Dalam tanaman, minyak atsiri mempunyai 3 fungsi,
yaitu:
1. membuat proses penyerbukan dengan menarik jenis serangga atau hewan, 2. mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan dan
3. sebagai cadangan makanan dalam tanaman. Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum,
antiseptik, obat-obatan “flavoring agent”dalam bahan pangan atau minuman dan
sebagai pencampur rokok kretek Ketaren, 1985. Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,
batang, kulit, daun, bunga, buah, biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan
aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik. Istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atisri misalnya dalam bahasa inggris
disebut essential oil, ethereal oils dan volatile oil Lutony, 1994
2.2.1. Komposisi Minyak Atsiri
Pada umumnya variasi komposisi minyak atsiri disebabkan oleh perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang dipergunakan dan cara penyimpanan minyak Ketaren, 1985. Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur carbon C , hidrogen H, oksigen O serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen N dan belerang S. Pada
umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri dibagi 2 golongan yaitu :
1. Golongan hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon terbentuk dari unsur hidrogen H dan carbon C. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam alam dan minyak atsiri
sebagian besar terdiri dari monoterpen 2 unit isoprene sesquiterpen 3 unit isoprene,
Universitas Sumatera Utara
diterpen 4 unit isoprene dan politerpen serta paraffin, olefin dan hidrokarbon aromatik.
2. Oxygenated hydrocarbon
Komposisi kimia dari golangan persenyawaan ini termasuk dari unsur carbon C, hidrogen H dan oksigen O. Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini
adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, dalam ester dan eter. Ikatan atom karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan jenuh dan ikatam
tidak jenuh umumnya tersusun dari terpen. Komponen lainnya terdiri dari persenyawaan fenol, asam organik yang terikat dalam bentuk ester misalnya
lakton,kumarin dan turunan furan misalnya quinines. Pada umumnya sebagian besar minyak atsiri terdiri dari campuran
persenyawaan golongan hidrokarbon dan oxygenated hidrocarbon. Disamping itu minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil yang merupakan
komponen tidak dapat menguap Ketaren, 1985.
2.2.2. Biosintesis Minyak Atsiri
Berdasarkan proses biosintesisnya atau pembentukan komponen minyak atsiri di dalam tumbuhan, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua golongan. Golongan
pertama adalah turunan terpena yang terbentuk dari asam asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat. Golongan kedua adalah senyawa aromatik yang terbentuk
dari biosintesis asam sikimat melalui jalur fenil propanoid Agusta, 2000. Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid yaitu asam asetat yang telah diaktifkan
oleh koenzim A melalui kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan koenzim A melakukan kondensasi sejenis aldol
menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi
menghasilkan IPP Isopentenil Pirofosfat yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP Dimetilalil Pirofosfat oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isoprene aktif
bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid.
Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion
Universitas Sumatera Utara
pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat GPP yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.
Sintesa terpenoid sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi
selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP, dan GGPP untuk menghasilkan senyawa - senyawa terpenoid satu per satu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder
pula. Reaksi –reaksi sekunder ini lazimnya addalah hidrolisa, siklisasi, oksidasi,
reduksi, dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi, dan
sebagainya. Berikut ini adalah reaksi biosintesa terpenoid dapat dilihat pada gambar 2.2.
CH
3
-C-SCoA Asetil koenzim A
Asetoasetil koenzim A +
CH
3
-C-SCoA O
CH
3
-C-SCoA O
O O
O CH
3
-C-CH
2
-C-SCOA
Universitas Sumatera Utara
OH O
CH
3
-C-CH
2
-C-SCOA
CH
2
-C-SCoA O
H OH
O CH
3
-C-CH
2
-C-OH CH
2
-CH
2
-OH Asam Mevaloat
CH
3
-CH-CH
2
-C OPP
CH
2
-CH
2
-OH - OPP
- CO
2
O -
O
CH
3
CH
3
-C CH
2
H CH-CH
2
-OPP
Dimetilalil pirofosfat DMAPP Isopentenil pirofosfat IPP
CH
3
-C=CH-CH
2
-OPP
OPP H
OPP
DMAPP
IPP
+
OPP Monoterpen
H
OPP OPP
Seskuiterpen Geranil pirofosfat
Farnesil pirofosfat OPP
H 2X
Triterpen
OPP Diterpen
2x
tetraterpen Geranil-geranil pirofosfat
Gambar 2.2. Biosintesisa Terpenoid Achmad, 1986
Untuk menjelaskan hal diatas dapat diambil beberapa contoh monoterpen. Dari segi biogenetik, perubahan geraniol, nerol, dan linalool dari satu menjadi yang lain
berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini, yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat GPP dapat menjalani reaksi-reaksi sekunder berikut,
Universitas Sumatera Utara
misalnya dehidrasi menghasilkan mirsena, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi reduksi menghasilkan sitronelal.
Berikut ini contoh perubahan senyawa monoterpen
CH
2
OH
Geraniol trans
OH
-
H
2
o Mirsen
CHO
S
itronelal
H O
,
Linalool
CH
2
OH
Nerol cis
O
CHO Sitral
Gambar 2.3. Perubahan senyawa monoterpen Achmad, 1986.
Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis-farsenil pirofosfat dan trans-farsenil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lainnya. Kedua
isomer farsenil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geraniol dan nerol.
Perubahan farsenil pirofosfat menjadi sekuiterpen
Universitas Sumatera Utara
OH Farnesol
OPP Trans-Farnesil pirofosfat
CH
2 +
+
OPP
cis-Farnesil pirofosfat CH
2
+
+
-H
+
-H
+
Humulen
Bisabolen
Gambar 2.4 Reaksi biogenesis beberapa seskuiterpena Achmad, 1986.
2.2.3. Metode Isolasi