dengan bayi kembar. Mengenai angka perkawinan juga dapat dicatat di Masjid Djami’ sampai akhir April tahun 1949, yaitu ada 2.216. Sepanjang tahun itu
jumlah orang kawin ada 4.645, sedangkan yang bercerai ada 1.559 dan yang akur kembali hanya 64.
36
B. Keadaan Sosial Ekonomi
Jumlah penduduk kota Semarang pada tahun 1965 sekitar 576.977 jiwa.
37
Mata pencaharian orang-orang pribumi baik yang asli maupun pendatang sebagai petani, nelayan, buruh pabrik, buruh bangunan, pegawai sipil, maupun ABRI.
Untuk etnis Cina dan Arab sebagian besar sebagai pedagang dan pengusaha yang memiliki toko-toko, pabrik-pabrik, atau perusahaan-perusahaan.
Kota yang berperan sebagai kota perdagangan, ditambah dengan pesatnya jumlah penduduk menumbuhkan pusat-pusat perbelanjaan, pasar-pasar, dan toko-
toko yang mutlak dibutuhkan. Kebijaksanaan Pemerintah Kotamadya Semarang dalam masalah ini diarahkan pada penyediaan pusat-pusat atau tempat-tempat
perbelanjaan yang menyebar lokasinya, melalui cara pembangunan berdikari. Maksud dari pembangunan berdikari bahwa biaya pembangunan dibebankan
kepada calon pemakai, dengan hak pakai selama jangka waktu sekitar 20 tahun. Selebihnya para pemakai diberi hak sewa. Pemerintah hanya terbatas pada
penyediaan tanah atau tempat serta memberi fasilitas-fasilitas dalam hubungannya
36
Antara, Dinas Dalam Negeri. No. 155A-B. 4 Juni 1950.
37
Anonim, Perkembangan Penduduk Kota Semarang dalam Master-Plan, Semarang: Pemerintah Daerah, 1970, hlm. 1.
dengan pelaksanaan pembangunan tersebut.
38
Adapun pasar-pasar di Kotamadya Semarang yaitu Pasar Johar, Pasar Bulu, Pasar Karangayu, pasar Peterongan, dan
Pasar Dargo. Sedangkan pusat-pusat perbelanjaan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Jenis dan Corak Pasar Tradisional di Kota Semarang Tahun 1965.
No. Jenis Pasar
Tempat 1
Pasar hewankambing Mrican
2 Pasar unggas
Sendowo dan Jl. Kartini 3
Pusat perbelanjaan emas Kranggan dan Gang Pinggir
4 Pasar alat-alat bangunan ringan
Pasar Mambo di Jl. Kokrosono 5
Pasar serba ada waktu malam Pasar Yaik
6 Penjualan onderdil kendaraan bermotor
Jl. Mataram 7
Pasar beras Pasar Dargo
8 Pasar ikan laut
Pontjol 9
Pusat penjualan tekstil Gang Warung
10 Pasar penjualan alat-alat bekas, onderdil-
onderdil bekas sepeda Tawang
11 Pusat perbelanjaan serba ada siang dan
malam Pasar Johar dan Peterongan
Sumber: R. Soenaryo, et al. Mengenal Kotamadya Semarang II 1972, hlm. 7.
38
Soenaryo. op.cit., hlm. 45.
Kota Semarang lebih mengarah pada kota industri. Hal ini disebabkan lahan pertanian semakin menyempit dan kesuburannya berkurang. Dalam rangka
menuju kota industri, Pemerintah Daerah Semarang telah aktif membantu penyediaan tanah-tanah dan penyelesaian pemindahan hak tanah. Disamping itu
pemerintah telah berusaha memelihara iklim yang baik serta aman bagi pendirian dan pertumbuhan industri baik fisik maupun politis. Bagi industri kecil dan home
industri, Pemerintah Daerah telah membina dengan kegiatan-kegiatan bimbingan teknik dari Dinas Perindustrian.
39
Dalam bidang pertanian, akibat perkembangan kota dan bertambahnya jumlah penduduk serta timbulnya wilayah industri, dengan sendirinya banyak
areal pertanian yang digunakan untuk perumahan dan wilayah industri. Dari tahun ke tahun areal pertanian semakin menyempit, sehingga harus ada usaha-usaha lain
di sektor pertanian untuk menyediakan bahan makanan bagi mereka yang pindah dan bekerja di sektor industri.
40
Mereka yang bertani biasanya semata-mata hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup sendiri atau subsistance farming.
41
Berkenaan dengan masalah ini Pemerintah Daerah berusaha membantu para petani. Misalnya
dalam pengairan di samping swadaya dan gotong-royong masyarakat, pemerintah juga membantu lewat Anggaran Pembangunan Daerah.
39
R. Soenaryo, et al. ibid., hlm. 50.
40
Irawan, et al. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Liberty Offset, 1972, hlm. 107.
41
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit UI, 1969, hlm. 120.
Wilayah kota Semarang berdekatan dengan pantai tentunya terdapat penduduk yang hidup sebagai nelayan. Cara hidup dan tradisi mereka sebagian
besar telah masuk perangkap dan dominasi pemilik modal. Ditambah lagi banyaknya nelayan dari luar daerah yang datang untuk mengadu nasib, walaupun
sementara namun hal ini dapat mengakibatkan turunnya hasil penangkapan nelayan dari dalam. Sehubungan dengan masalah ini Pemerintah Daerah telah
mengadakan bimbingan aktif serta memberi fasilitas-fasilitas dalam rangka pemberantasan sistem ijon dan cengkeraman lintah darat. Dengan cara
memberikan kredit sebagai biaya, berarti melengkapi alat-alat penagkapan ikan dalam rangka usaha meningkatkan produksi.
42
Kota Semarang mempunyai pelabuhan laut yang terletak pada posisi 7º,00 selatan dan 110º,25 timur, luas tanah yang diusahakan meliputi 398,1250 Ha.
Pelabuhan tersebut untuk berlabuh kapal-kapal baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Di sekitar pelabuhan terdapat beberapa gudang untuk keperluan
bongkar muat barang. Dalam kondisi yang demikian ini pelabuhan Semarang memegang peranan penting dalam hal bongkar muat dan keluar masuk barang-
barang. Pekerjaan bongkar muat barang merupakan mata rantai kegiatan masyarakat pelabuhan.
43
Barang-barang yang diekspor lewat pelabuhan tersebut terutama hasil dari daerah Propinsi Jawa Tengah berupa hasil pertanian,
perkebunan, dan kerajinan rakyat. Untuk barang-barang yang diimpor terutama
42
R. Soenaryo. op.cit., hlm. 60.
43
Anonim. Mengenal Kotamadya Semarang. Semarang: Pemda Dati II Semarang, 1968, hlm. 101.
yang belum dapat diproduksi sendiri misalnya obat-obatan, tekstil, mesin, alat-alat elektronika, dan sebagainya.
Perkembangan perekonomian di kota Semarang tentunya tidak terlepas dari pengaruh perkembangan perekonomian tingkat pusat. Sekitar tahun enam-
puluhan keadaan perekonomian semakin suram. Sistem ekonomi yang bersifat nasional demokratis yaitu dengan cara terpimpin, dalam pelaksanaannya lebih
menonjolkan terpimpinnya daripada asas-asas demokrasi ekonomi. Pemerintah harus mengadakan pengeluaran-pengeluaran yang setiap tahun semakin besar,
akibat inflasi semakin meluas dan barang-barang harganya semakin membumbung tinggi menyebabkan rakyat kecil semakin menderita.
44
Peraturan- peraturan pemerintah untuk menanggulangi sesuatu yang nyata selalu dijegal di
tengah jalan. Sumber pokok kesulitan ekonomi justru ada pada tubuh pemerintah yang dihinggapi kabir kapitalis birokrat, pencoleng, koruptor, dan lain-lain.
45
Pada masa tersebut struktur ekonomi bangsa Indonesia hampir runtuh. Inflasi yang semakin meluas dan harga barang-barang naik sekitar 500 persen, sedangkan
harga beras sedang naik sekitar 900 persen.
46
Sehubungan dengan adanya peristiwa G 30 S, Pemerintah Daerah menyerukan agar para pedagang membantu pemulihan keamanan. Di samping itu
para pedagang kecil eceran tetap waspada dan jangan sekali-kali menaikkan
44
Nugroho Notosusanto, et al. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984, hlm. 321.
45
Anonim. Ungkapan Fakta-Fakta Sekitar Peristiwa G30S di Jateng. Semarang: Peperda Jateng, 1965, hlm. 10.
46
M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991, hlm. 426.
harga. Seruan ini ditujukan kepada pedagang di Semarang khususnya para pedagang di Pasar Johar, karena pasar tersebut merupakan barometer
perekonomian Jawa Tengah.
47
C. Keadaan Sosial Budaya