tuntutan dilaksanakannya Program Sandang-Pangan antara lain dengan adanya pengendalian harga barang-barang pokok kebutuhan hidup
sehari-hari terutama bahan makanan dan pakaian; dan dengan adanya pengikutsertaan wakil-wakil organisasi, terutama Buruh, Tani dan
Wanita dalam Dewan Pertimbangan Distribusi. Mendesak Pemerintah agar mengambil tindakan tegas dan keras terhadap orang-orang yang
melakukan penimbunan dan spekulasi-spekulasi, kemudian dengan sungguh-sungguh berusaha untuk mencukupi persediaan bahan pokok
serta melaksanakan distribusi secara mudah, murah, dan merata, dengan jalan melewati koperasi-koperasi, RK-RK, RT-RT.
153
7. Menuntut diperbesarnya anggaran belanja untuk kesehatan dan
kesejahteraan ibu dan anak. Balai-balai pengobatan, klinik-klinik persalinan, biro-biro konsultasi dan BKIA-BKIA Balai Kesejahteraan
Ibu dan Anak serta jumlah bidan-bidan supaya diperbanyak sampai ke kecamatan-kecamatan. Pendidikan bagi dukun-dukun bayi serta
pendidikan kesehatan Rakyat supaya diperluas dan diadakan peraturan tarif dokterBidan yang ringan dan harga obat-obatan yang murah.
C. Aktivitas Sosial Budaya
1. Gerwani di kota Semarang bersama golongan Lekra mengadakan
operasi “Gempa Langit III”. Markas dari operasi ini di sebuah gang sempit di sebelah pasar Johar Semarang. Operasi ini dipimpin oleh
153
Wawancara, Sumaun Utomo, Ketua Umum DPP LPR-KROB Semarang, tanggal 25 Maret 2009.
Martian, seorang pelukis. Daerah yang menjadi sasaran operasi ini adalah wilayah Tambaklorok dan gang-gang kumuh di kota Semarang.
Operasi Gempa Langit II merupakan bentuk turba turun ke bawah para seniman bersama rakyat. Realitas sosial di masyarakat akan
menjadi ilham dari karya mereka. Hasil akhir dari gerakan turba ini kemudian dipamerkan di Semarang dan dibuka oleh Kepala Daerah
kota Semarang pada 14 Juni 1959. para perupa yang turut dalam pameran ini antara lain Batara Lubis, Fadjar Sidik, Martian, Djuli
Sutrisno, Tarmizi.
154
2. Gerwani kota Semarang membentuk beberapa Sekolah Rakyat
sekarang SD untuk membantu program pemerintah mengenai pemberantasan buta huruf. Hal tersebut merupakan bentuk nyata dari
program Gerwani mengenai Tuntutan penambahan anggaran belanja pendidikan dan kebudayaan; penambahan gedung-gedung sekolah
yang memenuhi syarat kesehatan dan sekolah-sekolah kejuruan; perluasan usaha pemberantasan Buta Huruf; serta peningkatan taraf
kebudayaan nasional.
155
3. Menuntut perluasan Taman Kanak-Kanak dan pemberian bantuan oleh
Pemerintah. Saat itu Gerwani sudah banyak mendirikan Taman Kanak-
154
Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan, Lekra Tak Membakar Buku Yogyakarta: Merakesumba, 2008, hlm 316-317.
155
Wawancara, Tumini Khadim, mantan pengurus Gerwani Cabang Semarang, Semarang, tanggal 8 Juni 2009.
kanak TK Melati di berbagai daerah di Indonesia, termasuk kota Semarang. Kurang lebih terdapat 60 TK melati di kota Semarang.
156
4. Pada tanggal 14 Mei 1964, bertempat di Gedung GRIS, diadakan rapat
bersama Sarbufi Sarekat Buruh Film kota Semarang dan 16 organisasi massa termasuk Gerwani kota Semarang. Dalam rapat itu
diambil keputusan untuk melakukan aksi pemboikotan film-film dari Amerika. Aksi turun ke jalan dilakukan dua hari setelah acara rapat
bersama itu. Hal tersebut merupakan implementasi dari progaram Gerwani mengenai tuntutan pelarangan peredaran film dan penerbitan
cabul yang mempropagandakan kejahatan dan perang; dan jaminan perluasan filmpenerbitan yang bersifat mendidik sesuai dengan
perkembangan jiwa anak-anak.
157
D. Gerwani dalam Periode Menjelang G30S 1965