Aktivitas Sosial Budaya AKTIVITAS GERWANI DI KOTA SEMARANG TAHUN 1950-1965

tuntutan dilaksanakannya Program Sandang-Pangan antara lain dengan adanya pengendalian harga barang-barang pokok kebutuhan hidup sehari-hari terutama bahan makanan dan pakaian; dan dengan adanya pengikutsertaan wakil-wakil organisasi, terutama Buruh, Tani dan Wanita dalam Dewan Pertimbangan Distribusi. Mendesak Pemerintah agar mengambil tindakan tegas dan keras terhadap orang-orang yang melakukan penimbunan dan spekulasi-spekulasi, kemudian dengan sungguh-sungguh berusaha untuk mencukupi persediaan bahan pokok serta melaksanakan distribusi secara mudah, murah, dan merata, dengan jalan melewati koperasi-koperasi, RK-RK, RT-RT. 153 7. Menuntut diperbesarnya anggaran belanja untuk kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak. Balai-balai pengobatan, klinik-klinik persalinan, biro-biro konsultasi dan BKIA-BKIA Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak serta jumlah bidan-bidan supaya diperbanyak sampai ke kecamatan-kecamatan. Pendidikan bagi dukun-dukun bayi serta pendidikan kesehatan Rakyat supaya diperluas dan diadakan peraturan tarif dokterBidan yang ringan dan harga obat-obatan yang murah.

C. Aktivitas Sosial Budaya

1. Gerwani di kota Semarang bersama golongan Lekra mengadakan operasi “Gempa Langit III”. Markas dari operasi ini di sebuah gang sempit di sebelah pasar Johar Semarang. Operasi ini dipimpin oleh 153 Wawancara, Sumaun Utomo, Ketua Umum DPP LPR-KROB Semarang, tanggal 25 Maret 2009. Martian, seorang pelukis. Daerah yang menjadi sasaran operasi ini adalah wilayah Tambaklorok dan gang-gang kumuh di kota Semarang. Operasi Gempa Langit II merupakan bentuk turba turun ke bawah para seniman bersama rakyat. Realitas sosial di masyarakat akan menjadi ilham dari karya mereka. Hasil akhir dari gerakan turba ini kemudian dipamerkan di Semarang dan dibuka oleh Kepala Daerah kota Semarang pada 14 Juni 1959. para perupa yang turut dalam pameran ini antara lain Batara Lubis, Fadjar Sidik, Martian, Djuli Sutrisno, Tarmizi. 154 2. Gerwani kota Semarang membentuk beberapa Sekolah Rakyat sekarang SD untuk membantu program pemerintah mengenai pemberantasan buta huruf. Hal tersebut merupakan bentuk nyata dari program Gerwani mengenai Tuntutan penambahan anggaran belanja pendidikan dan kebudayaan; penambahan gedung-gedung sekolah yang memenuhi syarat kesehatan dan sekolah-sekolah kejuruan; perluasan usaha pemberantasan Buta Huruf; serta peningkatan taraf kebudayaan nasional. 155 3. Menuntut perluasan Taman Kanak-Kanak dan pemberian bantuan oleh Pemerintah. Saat itu Gerwani sudah banyak mendirikan Taman Kanak- 154 Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan, Lekra Tak Membakar Buku Yogyakarta: Merakesumba, 2008, hlm 316-317. 155 Wawancara, Tumini Khadim, mantan pengurus Gerwani Cabang Semarang, Semarang, tanggal 8 Juni 2009. kanak TK Melati di berbagai daerah di Indonesia, termasuk kota Semarang. Kurang lebih terdapat 60 TK melati di kota Semarang. 156 4. Pada tanggal 14 Mei 1964, bertempat di Gedung GRIS, diadakan rapat bersama Sarbufi Sarekat Buruh Film kota Semarang dan 16 organisasi massa termasuk Gerwani kota Semarang. Dalam rapat itu diambil keputusan untuk melakukan aksi pemboikotan film-film dari Amerika. Aksi turun ke jalan dilakukan dua hari setelah acara rapat bersama itu. Hal tersebut merupakan implementasi dari progaram Gerwani mengenai tuntutan pelarangan peredaran film dan penerbitan cabul yang mempropagandakan kejahatan dan perang; dan jaminan perluasan filmpenerbitan yang bersifat mendidik sesuai dengan perkembangan jiwa anak-anak. 157

D. Gerwani dalam Periode Menjelang G30S 1965