Ketepa tan Prediksi Altman Z-Score

4.3 Ketepa tan Prediksi Altman Z-Score

Sampai sekarang perusahaan-perusahaan perbankan tersebut masih aktif beroperasi menjalankan kegiatan usahanya. Hal ini bukan berarti penggunaan alat prediksi potensi kebangkrutan Altman Z-score tidak cocok digunakan di Indonesia tetapi kare na adanya kebijakan dari pihak pemeri ntah dalam melikuidasi atau menutup suatu bank didasarkan pada kriteria bahwa bank tersebut telah menggunakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sama atau melebihi 75 % dari total assets dan menggunakan BLBI melampaui 500 % dari modal disetor. Demikian pula jika rasio kecukupan modalnya (CAR) jauh dibawah ketentuan minimum 4 % (berdasarkan ketentuan CAR sebelum tahun 2001) maka suatu bank terpaksa harus ditutup. Hanya ada beberapa perusahaan yang mengalami financial distress yang parah yang akhirnya harus merger dengan perusahaan perbankan lain yang lebih kuat. Diantaranya adalah PT Bank Unibank Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank CIC Tbk dan PT Bank Bali Tbk. Dari keempat bank tersebut tiga diantaranya merger menjadi satu bank yaitu PT Bank Permata Tbk. Perusahaan perbankan tersebut adalah PT Bank Unibank Tbk, PT Bank Universal Tbk dan PT Bank Bali Tbk.

Nilai Z-Score yang dimiliki oleh PT Bank Unibank Tbk adalah pada tahun 1999 sebesar 0,113 dan tahun 2000 menurun menjadi -0,012. Indikator-indikator kebangkrutan pada PT Bank Unibank tahun 1999 diantaranya adalah working capital/total asset bernilai negative yaitu sebesar -0,172 dan menurun kembali di tahun 2000 yaitu sebesar -0,038. Hal ini

berarti bahwa PT Bank Unibank Tbk tidak mampu melunasi utang-utang jangka pendeknya dengan asset lancar yang dimilikinya. Pada indikator kedua yaitu retained earning/total asset yang dimiliki PT Bank Unibank Tbk sebesar -0,504 pada tahun 1999 dan -0,436 pada tahun 2000. Hal ini berarti bahwa kemampuan perolehan laba pada perusahaan ini masih bernilai negative. Hal ini berarti pula bahwa perusahaan ini tingkat efisiensi usahanya masih kurang bagus. Pada indikator ketiga yaitu earning before interest and tax/total assets bernilai 0,027 pada tahun 1999 dan menurun pada tahun 2000 yaitu sebesar -0,002. Ini berarti ada masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan. Dalam laporan keuangan disebutkan bahwa PT Bank Unibank mengalami kerugian pada tahun 1998 sebesar 450.965 (dalam jutaan rupiah) namun pada tahun berikutnya meningkat menjadi 54.236 (dalam jutaan rupiah) dan pada tahun 2000 mengalami kerugian kembali sebesar 8.876 (dalam jutaan rupiah). Berikut adalah profil dari beberapa perusahaan yang harus merger dengan perusahaan lain.

Nilai Z-score pada PT Bank Universal Tbk pada tahun 1999 adalah sebesar 0,099 dan meningkat pada tahun 2000 yaitu sebesar 0,116. Indikator-indikator kebangkrutan terlihat pada nilai working capital/total assets yang negative yaitu sebesar -0,356 tahun 1999 dan -0,322 tahun 2000. Selama tiga tahun berturut-turut PT Bank Unibank mengalami ker ugian yaitu 3 .884.210 pada tahun 1998, 1.480.167 pada tahun 1999 dan 52.553 pada tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan profitabilitas perusahaan masih kurang baik.

Nilai Z-Score PT Bank Bali Tbk pada tahun 1999 adalah sebesar -2,180 di tahun 1999 dan -0.648 di tahun 2000. Indikator utama penyebab rendahnya nilai Z-score adalah working capital/total assets. PT Bank Bali Tbk memiliki utang jangka pendek sebesar 8.282.845 (dalam jutaan rupiah) pada tahun 1999 yang tidak ma mpu dilunasi dengan asset lancarnya sebesar 523.26 9. Pada tahun berikutnya pun masih sama yaitu utang jangka pendek sebesar 9.776.093 (dalam jutaan rupiah) tidak mampu terbayar dengan asset lancarnya sebesar 4.951.167 (dalam jutaan rupiah). Dari hasil tersebut diatas dapat dipahami bahwa merger diantara ketiga bank tersebut merupakan langkah yang cukup baik yang dilakukan oleh pemerintah.

Pada tahun 2005 PT Bank Global International Tbk mengalami pencabutan izin usaha terhitung sejak tanggal 13 Januari 2005 dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.7/2/KEP-6BI/2005 dan masuk delist pada tanggal 18 Januari 2005. Nilai Z-Score PT Bank Global International selama tahun 1999 sampai dengan 2003 temasu k wilayah yang dipredi ksi bangkrut. Dengan nilai Z-Score 0,739 pada tahun 1999 mengalami penurunan menjadi 0,556 di tahun 2000 kemudian selama tiga tahun berikutnya mengalami kenaikan yaitu 0,767 pada tahun 2001 menjadi 0,776 di tahun 2002 dan menjadi 0,807 di tahun 2003.

Pada tahun 2004 terhitung sejak tanggal 15 Desember 2004 PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk masuk delist karena merger dengan PT Bank CIC Tbk. Nilai Z-Score PT Bank Danpac Tbk selama tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 mengalami fluktuasi yang cukup beragam. Hasil Pada tahun 2004 terhitung sejak tanggal 15 Desember 2004 PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk masuk delist karena merger dengan PT Bank CIC Tbk. Nilai Z-Score PT Bank Danpac Tbk selama tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 mengalami fluktuasi yang cukup beragam. Hasil

Sedangkan PT Bank Pikko Tbk juga memiliki nilai Z-Score yang cukup fluktuatif selama tahun 1999 sampai dengan tahun 2003. Pada tahun 1999 nilai Z-Score yang dimiliki PT Bank Pikko Tbk adalah sebesar 0,306 kemudian mengalami penurunan yang cukup besar di tahun 2000 menjadi (0,905). Pada tahun 2001 malah mengalami kenaikan yang cukup besar menjadi 2,704 pada level ini PT Bank Pikko Tbk m asuk wilayah grey area dan ha mpir menjadi bank yang sehat. Namun PT Bank Pikko Tbk tidak mampu mempertahankan kinerjanya sehingga tahun 2002 nilai Z-Score mengalami penurunan yang cukup besar yaitu menjadi 0,331 dan di tahun 2003 juga mengalami penurunan menjadi 0,324.