Analisis Uji Serap Bunyi

5.2 Analisis Uji Serap Bunyi

Uji serap bunyi pada penelitian ini dilakukan pada spesimen dengan nilai impak yang optimal dan dilakukan pembanding hasil serap bunyinya untuk nilai impak yang rendah, apakah hasil uji serap bunyinya mempunyai selisih sangat banyak atau tidak.

Spesimen yang diuji hanya 1 dari komposisi a 1 yaitu spesimen yang

mempunyai nilai impak maksimal dengan perendaman 30 menit dan komposisi skin 30% resin dan 70% bambu pada bagian depan dan 80% resin dan 20% bambu pada bagian belakang dan tidak dilakukan replikasi pengujian. Dan sebagai pembandingnya juga dilakukan 1 pengujian serap bunyi pada nilai impak yang mempunyai nilai minimal dilakukan pengujian pada spesimen dengan bahan yang sama dengan perendaman 60 menit dan komposisi skin 30% resin dan 70%

commit to user

bambu pada bagian depan dan 70% resin dan 30% bambu pada bagian belakang dan tidak dilakukan replikasi pengujian karena pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada frekuensi berapakah bunyi dapat diserap oleh panel komposit yang berbahan dasar kertas dan lem sesuai dengan standar yang berlaku yaitu standar ISO 11654:1997(E), yaitu koefisien serap bunyi minimal sebesar 0,15, bukan untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap koefisien serap bunyi. Dimensi spesimen untuk uji serap bunyi berbeda dengan spesimen untuk uji impak. Untuk uji serap bunyi, spesimen yang digunakan berbentuk lingkaran dengan diameter 100 mm dan tebal 10 mm. Uji serap bunyi dilakukan terkait aplikasi dari panel sebagai panel serap bising, selain dibutuhkan panel dengan kekuatan impak yang tinggi, panel juga memiliki nilai tambah yaitu mampu menyerap bunyi sesuai dengan standar. Gambar 5.3 menunjukkan perbandingan koefisien serap bunyi antara spesimen komposit dan beberapa material akustik yang biasanya digunakan.

Gambar 5.3 Grafik kemampuan material serap bunyi

Sumber : Laboratorium akustik MIPA

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa panel komposit dapat menyerap bunyi dengan baik sesuai dengan standar yaitu minimu m α = 0.15. mengungguli panel komposit dan karpet pada frekuensi rendah yang hanya mempunyai nilai maksimal α = 0.13. Akan tetapi frekuensi rendah antara 20 Hz - 200 Hz tidak berpengaruh karena tidak banyak mengganggu manusia. Sedangkan pada frekuensi sedang (antara 500 Hz - 1000 Hz) nilai serap bunyi baik itu panel komposit A ataupun panel komposit B cenderung meningkat energi serap bunyinya dan begitu juga karpet yang mengalami peningkatan energi serap

Frekuensi rendah

Frekuensi sedang

Frekuensi tinggi

Extra bising

commit to user

bunyinya, hal ini berbanding terbalik pada plywood yang malah cenderung mengalami penurunan pada frekuensi ini. Panel komposit mempunyai nilai α tertinggi pada panel komposit A dengan nilai α = 0.6. Spesimen komposit yang mempunyai kekuatan impak maksimal ini pada center frequency 1000 Hz memiliki nilai α = 0.4 dan pada high frequency 2000 Hz α = 0.523. Tabel 5.1 menunjukkan nilai koefiseien serap bunyi spesimen komposit dan beberapa material akustik.

Dari gambar 5.3 terlihat bahwa koefisien serap bunyi spesimen komposit lemah pada frekuensi yang rendah begitu pula pada karpet yang energi serap bunyinya terpaut jauh oleh plywood yang unggul pada frekuensi rendah. Pada frekuensi sedang plywood cenderung mulai turun energi serap bunyinya dibandingkan dengan panel komposit ataupun karpet. Penurunan energi serap bunyi pada plywood ini terjadi karena sifat dari material plywood yang pejal pada kedua sisinya dibandingkan dengan material komposit yang hanya pejal pada salah satu sisinya dan berongga pada sisi satunya demikian pula pada karpet yang mempunyai banyak rongga. Pada frekuensi tinggi panel komposit juga masih mempunyai energy serap bunyi yang masih bagus demikian pula pada karpet yang terus menaglami peningkatan dan berbanding terbalik dengan plywood yang cenderung tetap dengan energi serap bunyinya yang hanya bagus pada frekuensi rendah saja. Koefisien serap bunyi spesimen komposit memiliki karakteristik yang berbeda dengan koefisien serap bunyi plywood ataupun pada karpet. Pada spesimen komposit koefisien serap bunyi meningkat seiring dengan pertambahan frekuensi, sesuai dengan koefisien serap bunyi karpet, sampai pada penyerapan bunyi yang maksimal baru mulai penurunan. Sedangakan pada plywood panels koefisien serap bunyi menurun seiring dengan pertambahan frekuensi.

Komposit pada penelitian ini baik sebagai panel serap bising untuk frekuensi sedang dengan maksimal frekuensi suara 2.000Hz. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maryani (2010) bahwa kertas dapat meredam kebisingan pada frekuensi 1.000Hz dengan nilai 0,15 dan maksimal pada frekuensi 2.000Hz sebesar 0,35. Pengukuran koefisien serap bunyi yang direkomendasikan ISO

commit to user

11654 : 1997 (E) adalah menggunakan metode ruang gaung namun pada penelitian ini diukur menggunakan metode tabung impedansi sesuai dengan ASTM ASTM E1050-98 karena keterbatasan peralatan yang dimiliki. Pengukuran dengan metode tabung impedansi memiliki kekurangan jika dibandingkan dengan metode ruang gaung (Khuriati, 2006). Pengukuran koefisien serap bunyi dengan metode tabung impedansi sebenarnya tidak tepat untuk keseluruhan pengukuran koefisien serap bunyi karena metode ini mengabaikan kenyataan bahwa gelombang bunyi dalam ruang menumbuk bahan penyerap bunyi dari berbagai sudut serta ukuran dan cara pemasangan sampel tidak sama dengan kondisi pekerjaan sesungguhnya. Oleh karena itu hasil yang diperoleh dengan metode tabung impedansi digunakan untuk pekerjaan teoritik, untuk pengembangan material akustik baru, membandingkan bahan yang ada, dan untuk pengendalian kualitas. Sedangkan pengukuran koefisien serap bunyi dengan metode ruang gaung akan memberikan nilai penyerapan yang lebih besar daripada metode tabung impedansi. Sehingga penyerapan sampel yang ada harusnya lebih besar dari nilai yang terukur (Doelle, 1993). Namun pada penelitian ini penggunaan metode tabung impedansi sudah sesuai karena pengukuran koefisien serap bunyi dilakukan untuk skala laboratorium dengan tujuan menguji material baru. Selain itu dengan metode tabung impedansi memberikan keuntungan dalam hal kepraktisan pengujian.

commit to user