Penguatan Kemampuan Industri Berbasis Teknologi Dengan Pelatihan Penganekaragaman Produk IKM Logam Pembuat Mesin Mixer
E. Penguatan Kemampuan Industri Berbasis Teknologi Dengan Pelatihan Penganekaragaman Produk IKM Logam Pembuat Mesin Mixer
Manfaat : pelatihan ini diikuti 20 pesert dari 7 kecamatan. Dengan materi yang diberikan berupa teknik membuat alat rekayasa yang nantinya akan menguntungkan bagi IKM makanan olahan dan dapat mengefisienkan tenaga kerja, biaya dan waktu. Disamping itu untuk mengembangkan Unit Pelayanan Logam sebagai tempat pengembangan mesin rekayasa.
Menurut pendapat penulis dari bentuk kegiatan yang Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan berikan kepada pelaku usaha telah terlaksana dengan semestinya sesuai dengan tugas pokok fungsinya. Dari data
wawancara penulis mengkroscek bagaimana pemberdayaan dimana terdapat beberapa kegiatan seperti yang telah dikemukanan di hasil penelitian, dari 5 usaha mikro yang berada di wilayah Kabupaten Semarang penulis menemukan berbagai permasalahan dan keluhan dari pelaku usaha. Pelaku usaha tersebut telah mengikuti kegiatan dan diberikan fasilitas dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan namun dalam praktiknya mereka masih mengalami permasalahan seperti sulitnya mencari akses permodalan dengan alasan kendala pada hubungan pinjam meminjam, fasilitas alat dan keperluan terkait produksi dan pemasaran yang dijanjikan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan tidak kunjung sampai pada tangan pelaku usaha, sehingga sedikit menghambat produktifitas pelaku usaha. Lalu dari segi fasilitas mengenai akses pasar yang diberikan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan seperti bazar atau pameran tidak begitu menguntungkan bagi pelaku usaha dengan alasan event atau pameran yang dilaksanakan tidak menuai respon pengunjung untuk datang.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan kepada Usaha Mikro di Kabupaten Semarang
Pada proses penelitian, penulis melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Usaha Mikro dan sekaligus sebagai penanggung jawab dari pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro yang ada di Wilayah Kabupaten Semarang. Namun, penulis tidak menemukan keganjalan mengenai pelaksanaan yang dilakukan oleh Dinas. Menurutnya, dalam pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro mengenai waktu pelaksanaan tidak dilakukan Pada proses penelitian, penulis melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Usaha Mikro dan sekaligus sebagai penanggung jawab dari pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro yang ada di Wilayah Kabupaten Semarang. Namun, penulis tidak menemukan keganjalan mengenai pelaksanaan yang dilakukan oleh Dinas. Menurutnya, dalam pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro mengenai waktu pelaksanaan tidak dilakukan
Dari konsep pemberdayaan di atas dari data wawancara penulis menyimpulkan bahwa dalam melakukan suatu kegiatan pemberdayaan kepada Usaha Mikro yang telah terbentuk dan memiliki kekuatan hukum dengan proses yang di bina dari Dinas, kegiatan pemberdayaan yang akan dilaksanakan itu tergantung pada keaktifan para pelaku Usaha Mikro yang telah melewati 3 (fase) diatas.
Setelah proses pengkonsepan pemberdayaan, selanjutnya dalam pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas, menurut data pada Laporan Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2016 yang meliputi beberapa kegiatan pelatihan. Namun, pada periode jangka waktu selama 1 tahun itu, belum mencakup semua Usaha Mikro yang ada di Wilayah Kabupaten Semarang, sedangkan jumlah Usaha Mikro di Kabupaten Semarang jumlah sangat banyak.
Menurut penulis terdapat faktor-faktoryang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan kepada Usaha Mikro di Kabupaten Semarang.Faktor tersebut merupakan factor internal dan eksternal antara Dinas dan Usaha Mikro di Kabupaten Semarang.Factor internal yang dimaksud terdapat pada pihak Dinas sebagai intansi pemerintah mempunyai kewenangan memberikan pemberdayaan untuk Usaha Mikro, berikut faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan terhadap usaha mikro, sebagai berikut :
1. Faktor tenaga kerjaintansi kepegawaian, dimana kurangnya jumlah
tenaga kerja tidak memungkinkan untuk melakukan pemberdayaan kepada seluruh usaha mikro yang berada di Kabupaten Semarang secara menyeluruh dalam jangka waktu yang cepat. Dilihat dari SOTK yang ada dalam susunan kepegawaian pada bidang yang melaksanakan pemberdayaan terhadap Usaha Mikro berbanding 8 : 63.724. Sehingga Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan lebih mengutamakan pengadaan pemberdayaan ketika mendapat usulan dari bawah.
2. Biaya operasional untuk kegiatan Dinas Koperasi, Usaha Mikro,
Perindustrian dan Perdagangan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya terhambat karena keterbatasan dana, seperti yang telah dinyatakan dalam data wawancara dengan Ketua Bidang Usaha Mikro.
3. Tingkat pendidikan para pelaku usaha dalam mengikuti pemberdayaan
juga sangat mempengaruhi. Dengan tingkat pendidikan para pelaku usaha juga sangat mempengaruhi. Dengan tingkat pendidikan para pelaku usaha
4. Kurang koordinasi antara Dinas-Dinas yang membawahi bidang bidang
usaha yang ada di Kabupaten Semarang, seperti yang telah dinyatakan Ketua Bidang Usaha Mikro dalam hasil penelitian.
5. Kurang aktifnya pelaku usaha dalam partisipasi terhadap pentingnya
pemberdayaan.
Pemberdayaan dilaksanakan bertujuan dari peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan terlaksana dengan baik. Sehingga dibutuhkan sinkronisasi antara Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan sebagai pejabat pemerintahan yang memiliki tugas pokok dan fungsi dengan sasaran dari peran tersebut yakni Usaha Mikro.