T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan dalam Melakukan Pemberdayaan terhadap Usaha Mikro di Kabupaten Semarang T1 BAB II

PEMBAHASAN

  Dalam bab ini merupakan uraian tentang teori-teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian untuk menjelaskan masalah penelitian lebih dalam, sehingga mengarah pada dalamnya pengkajian penelitian. Hal ini juga sebagai pendukung landasan dalam rangka menjelaskan atau memahami makna dibalik realitas yang ada.

A. KAJIAN TEORITIK

1. PERAN

  Sebelum penulis membahas mengenai peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dalam melakukan pemberdayaan Usaha Mikro, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang istilah “ peran “.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran ialah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran sendiri ialah bentuk dari perilaku yang

  diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. 1

  1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, h.1050.

  Peran menurut Biddle dan Thomas adalah konsep “peran ” selalu dikaitkan dengan “posisi”. Dalam konsep-konsep peran sering dikaitkan dengan pemilahan perilaku. Dengan demikian, secara umum bahwa peran merupakan seperangkat patokan yang membatasi perilaku yang

  semestinya dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi. 2

  Peran menurut Soerjono Soekanto adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

  karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. 3

  Dari uraian pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu:

  1. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran.

  2. Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

2. PEMBERDAYAAN

  2 Soekanto, soerjono, Teori Peran (Konsep, Derivasi dan Implikasinya), Penerbit PT Gramedia

  Pustaka Utama, 1994, h. 15 3

  Soekanto, Soerjono, Sosiologis Suatu Pengantar, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2009, h. 98.

  Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan “ber-“ yang menjadi kata “berdaya” yang artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya mempunyai arti kekuatan, sehingga pemberdayaan berarti membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan.

  Di era otonomi daerah saat ini, pemerintah dituntut untuk memiliki suatu misi dan kepemimpinan terhadap seluruh pemangku kepentingan yang berperan dalam upaya mencapai dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui upaya dari pemerintah yakni

  pemberdayaan. 4

  Pengertian pemberdayaan menurut Pasal 1 angka 8 Undang- Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh

  dan mandiri. 5

  Pengertian pemberdayaan menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Daerah Kabupaten Semarang No. 7 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan UMKM, pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap UMKM,

  Secara etimologis, Pemberdayaan adalah terjemahan dari kata empowerment, yang berasal dari kata empower yang mengandung dua pengertian: (i) to give power to(memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas pada pihak lain). (ii) to give ability to, enable (usaha untuk memberi kemampuan). 5

  Pasal 1 angka 8, Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM Pasal 1 angka 8, Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM

  Tujuan pemberdayaan menurut pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM diatur mengenai :

  1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan,

  2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri,

  3. Meningkatkan peran UMKM dalam membangun daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

  Pemberdayaan mampu berjalan dengan baik dengan adanya kesinambungan otoritas kekuasaan yang mungkin berkembangnya partisisipasi dalam kehidupan bernegara. Pengertian pemberdayaan menurut para ahli, yaitu :

  1. Menurut Mubyarto, Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun

  daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta

  berupaya untuk mengembangkanya. 7

  2. Dubois dan Miley mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan

  meliputi, antara lain :

  6 Pasal 1 angka 13, Peraturan Daerah Kab. Semarang No. 7 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan UMKM

  7 Sun’an, Muammil Abdurrahman Senuk, Ekonomi Pembangunan Daerah, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta, 2015, h. 120.

  a. Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara klien dan pelaksana kerja secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit.

  b. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan.

  c. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dan mempengaruhi.

  d. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman khusus, yang kuat daripada keadaan yang menyatakan yang dilakukan.

  e. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber penghasilan dan kapasitas untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif

  f. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.

  g. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari perseorangan dan perkembangan masyarakat. 8

  Dengan demikian pemberdayaan adalah proses menyeluruh, suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya alam dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses pemberdayaan meliputi : 1) Menciptakan suasana kondusif ( enabling), 2) Penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat ( empowering), 3) Perlindungan dari ketidakadilan ( protecting ), 4) Bimbingan dan dukungan (supporting ) dan 5) Memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang ( supporting ) 9

  Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Pranaka dan Priyono dapat dilakukan dalam 3 (tiga) fase, yaitu

  1. Fase Inisial, semua proses pemberdayaan berasal dari pemerintah, oleh pemerintah dan diperuntukan bagi masyarakat. Pada fase ini masyarakat bersifat pasif, melaksanakan apa yang direncanakan pemerintah dan tetap tergantung kepada pemerintah.

  8 Sumodiningrat, Gunawan. Menuju Ekonomi Berdikari : Pemberdayaan UMKM dengan Konsep OPOP-OVOP-OVOC, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta, 2015, h. 19.

  9 Dubois dan Miley dalam Sumodiningrat, Menuju Ekonomi Berdikari : Pemberdayaan UMKM dengan Konsep OPOP-OVOP-OVOC, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta, 2015, h. 20.

  2. Fase Partisipatoris, proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat, oleh pemerintahbersama masyarakat, dan diperuntukan bagi masyarakat. Pada fase ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembangunan untuk menuju kemandirian.

  3. Fase Emansipatoris, proses pemberdayaan berasal dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengandukungan oleh pemerintah. Pada fase ini masyarakat sudah menemukan kekuatan dirinya, sehingga dapat melakukan kekuatan dirinya, sehingga dapat

  melakukan pembaharuan dalam mengaktualisasikan diri. 10

  Selain defisini dan konsep pemberdayaan, terdapat juga 3 (tiga) strategi pemberdayaan dalam praktek perubahan sosial, antara lain :

  1. Strategi nasional, menyarankan untuk mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara bebas dalam berbagai keadaaan. Pihak bebas dalam hal ini menentukan kepentingan bagi kehidupanya sendiri dan tidak ada gangguan kebebasan dari pihak lain.

  2. Strategi aksi langsung, membutuhkan dominasi kepentingan yang dihormati oleh semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut perubahan yang mungkin terjadi. Pada strategi ini, ada pihak yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

  10 Priyono, Onny dan Pranaka, A.M.W,Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi, Penerbit Center for Strategic and Internasional Studies (CSIS), Jakarta, 1996, h. 89.

  3. Strategi transformatif, menunjukan bahwa pendidikan dalam jangka waktu lama dibutuhkan sebelum mengindentifikasikan kepentingan sendiri. 11

  Dalam melakukan upaya pemberdayan, Zubaedi menyatakan 3 hal yang harus dilakukan, yaitu :

  1. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang yaitu dengan mendorong dan membangkitkan kesadaran akan pentingnya pengembangan potensi-potensi yang di miliki

  2. Memperkuat potensi yaitu upaya yang dilakukan dalam langkah pemberdayaan melalui tindakan nyata seperti pendidikan, pelatihan, peningkatan kesehatan, pemberian modal, informasi, lapangan pekerjaan, pasar serta sarana-sarana lain.

  3. Melindungi masyarakat dengan langkah-langkah dalam pemberdayaan masyarakat untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan juga praktek ekploitasi yang kuat terhadap yang lemah melalui adanya

  kesepakatan yang jelas untuk melindungi golongan yang lemah. 12

  Dalam hal pencapaian tujuan pemberdayaan dapat diterapkan melalui 5 (lima) pendekatan menurut Suharto, yaitu :

  1. Pemungkin, menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat mampu berkembang secara optimal

  11 Hikmat, R. Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Penerbit Humaniora Utama Press, Bandung, 2001, h. 89.

  12 Zubaedi. Wacana Pengembangan Alternatif : Ragam Prespektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat, Penerbit Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2007, h. 103.

  2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan serta menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat agar bisa menunjang kemandirian.

  3. Perlindungan, melindungi masyarakat yang lemah, dari persaingan yang tidak sehat dan kelompok kuat yang berupaya mengeksploitasi

  4. Penyokongan, memberi bimbingan dan dukungan kepada masyarakat agar mampu menjalankan peranan tugas-tugas dalam kehidupanya dan menyokong agar tidak terjatuh dalam keadaan yang merugikan.

  5. Pemeliharaan, menjaga keseimbangan distribusi kekuasaan untuk menjamin setiap orang memperoleh kesempatan berusaha. 13

  Dalam hal pemberdayaan ekonomi rakyat sejumlah pakar ekonomi merumuskan strategi pemberdayaan melalui :

  1. Pengembangan ekonomi rakyat berlandaskan Sistem Ekonomi Pancasila

  2. Melakukan pendekatan institusional dalam hal ini pemerintah dam parlemen menciptakan iklim usaha yang kondusif, kepastian hukum, akses permodalan, teknologi dan akses pasar.

  3. Membangun sinergi yang saling menguntungkan antara ekonomi rakyat dengan swasta nasional (korporasi-korporasi besar dan maju) dalam hal permodalan, teknologi, pemasaran, dan pengembangan sumber daya

  manusia (SDM). 14

  13 Edi, Suhato. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Refika Aditama, Bandung, 2010,

  h. 67-68. 14 Ali, Faried, dkk. Studi Analisa Kebijakan, Konsep, Teori dan Aplikasi Sempel Teknik Analisa

  Kebijakan Pemerintah, Refika Aditama, Bandung, 2012, h. 115.

  Sedangkan pemberdayaan Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor

  20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang mandiri.

  Pemerintah Daerah dalam menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang- undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Maka dalam pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro Pemerintah Daerah menetapkanPeraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan UMKM.

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pemberdayaan merupakan upaya untuk mendorong individu ataupun kelompok untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup ataupun dalam pemecahan suatu permasalahan. Selain itu, upaya-upaya pemberdayaan yang dilakukan secara langsung akan menciptakan individu yang mempunyai keterampilan baik serta mampu menjadi sumber daya yang berkualitas.

3. USAHA MIKRO

  Dalam kaitanya dengan penulisan ini penulis mengkaji mengenai UMKM dalam kriteria Usaha Mikro. Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Bidang Perindustrian dan Perdagangan merupakan urusan pemerintahan pilihan bidang koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah, sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

  Daerah dilakukan untuk menentukan kemajuan daerah berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan.

  Kewenangan Pemerintah Kabupaten Semarang dalam melakukan pemberdayaan UMKM kriteria Usaha mikro yang berwenang pada tingkat Daerah KabupatenKota, dengan intansi yang berwenang yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang, dengan melalui proses pendataan, kemitraan, kemudahan perijinan, penguatan kelembagaan dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan.

  Berdasarkan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.

  Bank Indonesia juga mendefinisikan batasan mengenai Usaha Mikro yaitu usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Usaha tersebut dimiliki oleh keluarga dengan sumber daya lokal milik keluarga tersebut, belum diperoleh dari lembaga keuangan tertentu dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah exit dan entry.

  Usaha mikro tergolong jenis usaha marginal, ditandai dengan penggunaan teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan akses terhadap kredit yang rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal. Namun demikian sejumlah kajian di beberapa negara menunjukkan bahwa usaha mikro berperanan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan.

  Selanjutnya, dalam pasal 6 kriteria Usaha Mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) merupakan aset dan omset dari Usaha Mikro.

  Pengembangan Usaha Mikro akan menjadi sangat relevan dilakukan di Indonesia. Setidaknya relevansi tersebut bisa dijelaskan melalui pertimbangan yang dikemukakan oleh Yustika, yaitu :

  1. Struktur usaha di Indonesia selama ini sebenarnya bertumpu pada keberadaan industri kecilrumah tangga menengah, tetapi dengan kondisi yang memprihatikan baik dari segi nilai tambah maupun keberuntungan yang dapat diraih. Dengan memajukan kelas usaha secara otomatis membangun kesejahteraan sebagian besar masyarakat.

  2. Tanpa disadari cukup banyak industri kecilrumah tangga menengah yang selama ini berorientasi ekspor sehingga membantu pemerintah dalam mendapat devisa. Ini tentunya berkebalikan dengan industri besar yang justru mengeksploitasi pasar domestik untuk penjualanya.

  3. Sektor industri kecilrumah tanggamenengah telah terbukti lebih fleksibel dalam berbagai kondisi perekonomian yang tidak menguntungkan, seperti saat ini dialami Indonesia. Pada saat industri besar telah gulung tikar, sebagian industri kecil masih bertahan, bahkan memperoleh keuntungan berlipat bagi yang berorientasi ekspor.

  4. Industri kecilrumah tangga menengah tersebut lebih banyak memakai bahan baku atau bahan antara (intermediate goods) dari dalam negeri 4. Industri kecilrumah tangga menengah tersebut lebih banyak memakai bahan baku atau bahan antara (intermediate goods) dari dalam negeri

  Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa Usaha Mikro merupakan jenis usaha yang mampu menopang perekonomian masyarakat secara individu dan kelompok. Selain dapat memenuhi kebutuhan hidup pribadi pelaku usaha, Usaha Mikro juga dapat memberi kontribusi yang besar bagi pendapatan Negara dan kesejahteraan rakyat dengan memperbanyak peluang lapangan kerja.

B. HASIL PENELITIAN

  a. DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEMARANG

  Keberadaan Dinas Perindustriran dan Perdagangan di Kabupaten Semarang di tengah masyarakat terutama pelaku Usaha Mikro menjadi tempat untuk menampung segala aspirasinya. Kabupaten Semarang terletak di Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 19 kecamatan, yakni Getasan, Tengaran, Susukan, Kaliwungu, Suruh, Pabelan, Tuntang, Banyubiru, Jambu, Sumowono, Ambarawa, Bandungan, Bawen, Bringin, Bancak, Pringapus, Bergas, Ungaran Barat, Ungaran Timur. Di Kabupaten Semarang terdapat 63. 724 Unit Usaha Mikro yang terbagi dalam berbagai bidang.

  Sebagaimana tercantum pada Pasal 15 Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 52tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Tata Kerja, Dan Perincian Tugas

  15 Sun’an, Muammil Abdurahman Senuk. Ekonomi Pembangunan Daerah, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta, 2015, h. 123.

  Perangkat Daerah Kabupaten Semarang merumuskan kebijakan bidang ekonomi disektor industri dan perdagangan.

1. Struktur Organisasi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian Dan Perdagangan Adalah Sebagai Berikut :

  a. Kepala Dinas

  : Moh Natsir

  b. Sekretariat

  : Sunarto, SH,MM

  1) Subbagian Perencanaan

  : Supriyadi, SE

  2) Subbagian Keuangan

  : Agus Santoso

  3) Subbagian Umum dan Kepegawaian

  : Dian Tri Navialin

  c. Bidang Koperasi

  : Budidoyo, SH., Msi.

  1) Seksi Kelembagaan dan Usaha Koperasi : Slamet Suharto, SE

  2) Seksi Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian : Iwan Satrijo Raharjo

  d. Bidang Usaha Mikro dan Perindustrian

  : Miftahul Bariroh, Spt.

  1) Seksi Kelembagaan Usaha Mikro

  : Enny Dwi Sudarwati SH,

  MM, Moh. Abdur Rozaq, SE., Sukeng Saldiyaati

  2) Seksi Produksi

  : Drs. Budi Rahardjo,

  Sugiarto, Aris Widarsono.

  3) Seksi Pengembangan

  : Ir. Nurhadi, Anandha Wien

  Dinasty, ST.

  e. Bidang Perdagangan

  : Imum, SH.MH

  1) Seksi Usaha Perdagangan

  : Suharyadi, SE

  2) Seksi Pengawasan Perdagangan

  : Witri Relawati, SH

  f. Bidang Pasar dan Pedagang Kaki Lima

  S.Sos.MM

  1) Seksi Sarana dan Prasarana Pasar

  : Drs. Prasetyo Giri Nugroho,

  MM.

  2) Seksi Pembinaan Pasar

  : Muh. Sugiharto, S.Sos

  3) Seksi Pembinaan Pedagang Kaki Lima 16 : Haryanto Dimulyo, SH

2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Semarang

  16 Pasal 15, Peraturan Bupati No. 52 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Tata Kerja, Dan Perincian Tugas Perangkat Daerah Kabupaten Semarang

  Berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 52tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Tata Kerja, Dan Perincian Tugas Perangkat Daerah Kabupaten Semarang, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas adalah sebagai berikut: Tugas : Melaksanakan urusan pemerintahan Daerah di bidang Koperasi, Usaha Mikro, perindustrian dan perdagangan . Fungsi : a. perumusan kebijakan bidang koperasi, usaha mikro, perindustrian, dan perdagangan; b. pelaksanaan kebijakan bidang koperasi, usaha mikro, perindustrian, dan perdagangan; c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang koperasi dan usaha mikro, bidang perindustrian, dan bidang perdagangan; d. pelaksanaan administrasi Dinas; dan e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

  Dalam pelaksanaan Tugas Pokok Fungsi di atas diperlukan suatu prosedur dan pelayanan minimal pada suatu intansi pemerintahan dan dalam pendirian suatu perusahaan. Namun, dalam hal ini Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan belum menetapkan SOP maupun SPM karena kewenangan pelaksanaan kegiatanya hanya membina dan memberi fasilitas kecuali perizinan. Perizinan terhadap Usaha Mikro berada pada tingkat kecamatan. Oleh karena itu, yang memiliki SOP dan SPM terhadap perizinan untuk Usaha Mikro berada pada kecamatan di masing-masing Usaha Mikro berada.

3. Susunan Kepegawaian

  Jumlah pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang yaitu 153 orang Pegawai Negeri Sipil Calon Pegawai Negeri Sipil dan 31 orang Pegawai Tidak Tetap.

  a. Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis kelamin :

  1) Pegawai Negeri Sipil :

  a. Laki-laki

  = 91Orang

  b. Perempuan

  = 24 Orang

  2) Pegawai Harian Lepas

  a. Laki-laki

  = 92 Orang

  3) Pegawai Tidak Tetap

  a. Laki-laki

  = 5 Orang

  b. Perempuan

  = 4 Orang

b. Jumlah Pegawai berdasarkan Eselon

  1) Eselon III

  6 Orang

  2) Eselon IV

c. Jumlah Pegawai berdasarkan Pangkat Golongan

  1) Pembina Utama Muda, IVc =

  1 Orang

  2) Pembina Tk. I , IVb

  2 Orang

  3) Pembina, IVa

  5 Orang

  4) Penata TK I, IIId

  11 Orang

  5) Penata, IIIc =

  5 Orang

  6) Penata Muda TK I, IIIb

  14 Orang

  7) Penata Muda, IIIa

  9 Orang

  8) Pengatur TK I, IId

  2 Orang

  9) Pengatur, IIc

  5 Orang

  10) Pengatur Muda Tk. I, IIb

  22 Orang

  11) Pengatur Muda, IIa

  19 Orang

  12) Juru Tk. I, Id

  6 Orang

  13) Juru , Ic

  4 Orang

  14) Juru Muda Tk. I, Ib

  6 Orang

  15) Juru Muda , Ia

  4 Orang

d. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan

  3) Sarjana Muda =

4. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran Dan Pendanaan Indikatif

  1. MISI 1 :

  Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi perkembangan Koperasi dan UMKM

  Tujuan :

  1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas koperasi dan UMKM

  2. Meningkatkan kemandirian koperasi dan UMKM

  Sasaran :

  1. Meningkatkan SDM pengelola Koperasi dan UMKM yang kompeten dan berdaya saing

  2. Meningkatnya akuntabilitas dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM

  3. Meningkatkan sarana dan prasarana koperasi dan UMKM

  Program dan Kegiatan :

1. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusi

  Kegiatan : Fasilitasi Pengembangan UMKM

2. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil dan Menengah

  Kegiatan :

  a. Memfasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi usaha mikro kecil dan menengah

  b. Fasilitasi pengembangan sarana promosi hasil produksi

  c. Pelatihan management pengelolaan koperasi KUD

  d. Sosialisasi HAKI kepada usaha mikro, kecil dan menengah

3. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM

  Kegiatan :

  1. Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan

  2. Pengembangan Klaster bisnis

  3. Koordinasi Penggunaan Dana Pemerintah Bagi UMKM

  4. Pemantauan pengelolaan penggunaan dana pemerintah bagi UMKM

  5. Pengembangan sarana pemasaran produk usaha mikro kecil menengah

  6. Peningkatan jaringan kerjasama antar lembaga

  7. Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tangga, industri kecil dan industri menengah usaha mikro kecil menengah

  8. Penyelenggaraan promosi produk usaha mikro kecil menengah

  9. Pengembangan kebijakan dan program peningkatan ekonomi lokal

  10. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

  2. MISI 2 :

  Memberdayakan potensi daerah untuk mendorong terciptanya industri kreatif, berdaya saing dan tangguh serta berwawasan lingkungan

  Tujuan :

  Membangun industry kreatif yang berbasis pada sumber daya lokal dan berdaya saing tinggi

  Sasaran :

  1) Meningkatkan pertumbuhan jenis industry

  2) Meningkatkan pemasaran hasil produk sentra UKM;

  Program dan Kegiatan :

  1) Program Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi

  2) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

  3) Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

3. MISI3 :

  Menumbuhkembangkan perdagangan yang kreatif dan berdaya saing

  Tujuan :

  Meningkatkan peran pelaku usaha dan partisipasi masyarakat dalam menggerakkan perekonomian rakyat;

  Sasaran :

  1) Meningkatkan jumlah IKM dan Industri Rumah Tangga

  2) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

  3) Meningkatkan keterlibatan UKM dan masyarakat melalui even pameran, festival dan lomba.

  Program dan Kegiatan :

  Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

  Kegiatan :

  1) Koordinasi dan sinkronisasi Kebijakan pengembangan industry

  2) Pengembangan informasi peluang pasar perdagangan luar negeri

  3) Pengembangan data base informasi potensi unggulan

  4) Membangun jejaring dengan eksportir

  Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Kegiatan :

  1) Penyempurnaan perangkat peraturan, kebijakan dan pelaksanaan operasional

  2) Fasilitasi kemudahan perijinan pengembangan usaha

  3) Pengembangan pasar dan distribusi barangproduk

  4) Pengembangan Pasar Lelang Daerah

  5) Peningkatan system dan jaringan informasi perdagangan

  6) Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk dalam Negeri

4. MISI4 :

  Membangun dan memperkuat struktur industri yang berbasis pada sumber daya lokal dan berdaya saing tinggi

  Tujuan :

  Meningkatkan peran IKM dalam struktur industri

  Sasaran :

  1. Meningkatkan jumlah klaster-klaster industri

  2. Meningkatkan jenis produk yang menerapkan standar SNI

  Program dan Kegiatan :

1. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Kegiatan :

  1) Fasilitasi bagi industry kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industry

  2) Pembinaan industry kecil dan Menengah dalam memperkuat Jaringan Klaster Industri

  3) Pemberian kemudahan izin usaha industry kecil dan menengah dan menengah

2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Kegiatan :

  1) Perluasan penerapan SNI untuk mendorong daya saing industry manufaktur

  2) Perluasan penerapan standar produk industry manufaktur

  5. MISI 5 :

  Meningkatkan perlindungan konsumen

  Tujuan :

  Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku usaha dalam rangka perlindungan konsumen;

  Sasaran :

  1. Menurunkan pelanggaran perlindungan konsumen

  2. Meningkatkan tertib ukur, takar dan timbang

  3. Menjaga ketersediaan stock barang

  Program dan Kegiatan :

  Program Perlindungan konsumen dan Pengamanan Perdagangan

  Kegiatan :

  1) Fasilitasi penyelesaian permasalahan pengaduan konsumen

  2) Peningkatan Pengawasan Peredaran Barang dan Jasa

  3) Operasionalisasi dan Pengembangan UPT Kemetrologian Daerah 17

  Bentuk upaya pemberdayaan Usaha Mikro merupakan salah satu strategi pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Kebijakan demikian jelas diatur dalam Undang-Undang 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Sebagai konsekuensi diundangkan peraturan ini, pemerintah harus berupaya untuk mengembangkan Usaha Mikro dengan memberikan bantuan baik berupa pelatihan, permodalan, pemasaran dan pendidikan. Hal ini tidak lepas dengan campur tangan Pemerintah Daerah yang lebih mengetahui kondisi di daerah.

  17 Renstra Kabupaten Semarang Tahun 2011-2015, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang

  Pemberdayaan Usaha Mikro disetiap daerah khususnya di Kabupaten Semarang berpedoman pada Undang-Undang 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Salah satu kebijakan yang telah diatur adalah pengaturan mengenai pemberdayaan UMKM dengan dikeluarkanya Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan UMKM. Dalam peraturan ini, disusun secara khusus dalam rangka memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi UMKM, yang bertujuan agar UMKM memiliki daya saing yang kuat sehingga mampu menopang laju pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam kebijakan lainya telah diatur mengenai perizinan secara khusus membukan usaha yakni Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2016 tentang Izin Usaha Mikro.

  Selain aturan diatas, pemerintah daerah yakni Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang menjalankan tugas sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM yang dijabarkan melalui tugas fungsi berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 52tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Tata Kerja, Dan Perincian Tugas Perangkat Daerah Kabupaten Semarang.

  Dengan adanya Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang, maka peran pemerintah daerah dalam mendukung pengembangan Usaha Mikro semakin nyata dan terlihat. Peran tersebut tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan memberi motivasi kepada pelaku Usaha Mikro agar semakin giat dalam mengembangkan usahanya.

  Tindakan tersebut tidak hanya dalam bentuk pelatihan dan bantuan modal, teknis administrasi perizinan juga mudah untuk mengurusnya.

  “Perizinan dipermudah untuk Usaha Mikro sepanjang tidak membahayakan lingkungan dan keamanan. Izin Usaha Mikro (IUM) diajukan di Kecamatan setempat. Syarat dan ketentuan diatur dalam

  Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2016 tentang IUM.” 18

  Dalam menumbuhkan iklim usaha Usaha Mikro dapat dilakukan melalui dukungan pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan. Bentuk dukungan tersebut juga telah diatur dalam Undang Undang 20 Tahun 2008.

  Selain diatur dalam peraturan perundangan, upaya untuk menumbuhkan iklim usaha juga dikemukan oleh Kepala Bidang Usaha Mikro dengan cara mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengembangkan potensi yang telah ada di dalam masyarakat. Berikut kegiatan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian yaitu :

  a. Pendanaan

  Pendanaan merupakan titik penting dalam kemajuan sebuah usaha yang berada di sektor mikro. Keterbatasan modal usaha yang membuat banyak pelaku usaha memutuskan untuk tidak meneruskan usahanya. Dari APBD menganggarkan untuk dana operasional untuk Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian. Berdasarkan Pasal 8

  18 Wawancara, Miftahul Bariroh, Kepala Bidang Usaha Mikro Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang,22 Maret 2017.

  Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pendanaan yang dimaksut yakni :

  1) Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UMKM untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank

  2) Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringanya sehingga dapat diakses oleh UMKM

  3) Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, dan

  4) Membantu para pelaku usaha UMKM untuk mendapatkan pembiayaan dan jasaproduk keuangan lainya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah.

  Dana yang berasal dari APBD pada Tahun Anggaran 2016 pada urusan wajib yang dilaksanakan bidang UMKM, alokasi anggaran tersebut dipergunakan untuk membiayai beberapa program yang terlaksana pada Tahun 2016 sebesar Rp. 606.885.000,00- pada akhir tahun anggaran teralisasi sebesar Rp. 592.561.539,-

  atau 97.64 sehingga sisa anggaran sebesar Rp. 14.323.461,- atau 2,3. 19

  b. Sarana-prasarana

  Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan prasarana adalah penunjung utama terselenggaranya suatu proses dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

  Pada dasarnya, tujuan adanya perencanaan sarana dan prasarana dimaksudkan untuk :

  a. Menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan

  b. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaanya.

  19 Anggaran Tahun 2016, Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang.

  Rencana dan penentuan kebutuhan merupakan kekeliruan dalam menerapkan kebutuhan sarana dan prasarana yang kurang memandang ke depan dan kurang cermat dalam menganalisis kebutuhan sesuai dengan dana yang tersedia dan kepentinganya.

  Dalam aspek sarana prasarana telah diatur dalam Pasal 9 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, dimana dengan adanya prasarana umum dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan UMKM, serta memberi keringanan tarif prasarana bagi UMKM.

  Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang terus berupaya menyediakan sarana dan prasarana usaha bagi Usaha Mikro agar berkembang dengan baik. Hal ini dilihat dengan adanya fasilitas penunjang berupa stand dan kios-kios di pasar dikhususkan untuk pelaku Usaha Mikro di Kabupaten Semarang.

  Selain pasar yang disediakan untuk pelaku Usaha Mikro, Dinas juga melakukan kegiatan rutin berupa workshoppameran berkala difungsikan untuk meningkatkan daya jual produksi barangjasa dari pelaku Usaha Mikro dan Dinas juga memberikan penyediaan pemasaran melalui online di belanjasemarang.co.id, ini juga sekaligus langkah yang mampu membuat persaingan usaha dalam pasar bebas.

  Dalam hal pemasaran diatas, Dinas melatih para pelaku Usaha Mikro untuk memasarkan produknya lewat media yang mereka miliki seperti Facebook, BBM, Whatsapp, Instagram dan lain lain. pelatihan oleh Dinas ini disebut Pelatihan e-commerce.

  b. PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO OLEH DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEMARANG

  Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan di Kabupaten Semarang telah melakukan tugas pokok dan fungsinya dalam melakukan pemberdayaan terhadap Usaha Mikro di Kabupaten Semarang. Yang bertujuan agar mampu meningkatkan kelasnya dari Usaha Mikro menjadi Usaha Kecil. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan juga telah terprogram. Periode waktu pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan Dinas yakni secara formal setahun sekali untuk keseluruhan bidang yang usaha mikro dan secara non-formal satu bulan sekali pada event seperti pemeran, dll. Namun, jika Dinas mendapat usulan dari bawah di luar program terencana maka Dinas akan melakukan pemberdayaan sesuai dengan usulan. Mengenai tempat pelaksanaan di Kantor Dinas ataupun di lokasi setempat Usaha Mikro. Berikut bentuk kegiatan pelatihan pemberdayaannya :

  1) Kelembagaan

  Dalam pelatihan kelembagaan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian kabupaten Semarang membentuk suatu forum UKM Center yang meliputi kegiatan pembentukan usaha mikro melalui langkah pertama pelaku usaha diwajibkan memiliki Izin Usaha Mikro (IUM) berupa Tanda Daftar Industri (TDI) yang menjadi legal formal bagi pelaku usaha dalam menghadapi resiko dan mempermudah pendataan potensi usaha mikro. Setelah itu IUM dapat berguna untuk Dalam pelatihan kelembagaan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian kabupaten Semarang membentuk suatu forum UKM Center yang meliputi kegiatan pembentukan usaha mikro melalui langkah pertama pelaku usaha diwajibkan memiliki Izin Usaha Mikro (IUM) berupa Tanda Daftar Industri (TDI) yang menjadi legal formal bagi pelaku usaha dalam menghadapi resiko dan mempermudah pendataan potensi usaha mikro. Setelah itu IUM dapat berguna untuk

  berorganisasi, dan membuat bussines plan. 20

  2) Produksi Dalam hal permodalan untuk usaha mikro Dinas hanya memberi fasilitas dukungan informasi, karena permodalan usaha mikro berasal dari lembaga perbankan, BUMN, dan lembaga keuangan lainya yang dapat di akses sendiri oleh pelaku usaha mikro. Kemudian Dinas akan memberi pelatihan mengenai pengelolaan penggunaan dana tersebut. Dinas juga melakukan pelatihan logam yakni pembuatan alat alat yang digunakan untuk produksi barang usaha mikro, Dinas bekerjasama dengan teknisi UNDIP atau tenaga ahli untuk membuat alat alat tersebut. Kemudian alat tersebut diberikan secara secara bon pinjam kepada pelaku usaha mikro. Namun, jika sudah tidak digunakan alat tersebut dikembalikan kembali kepada Dinas dalam keadaan tidak rusak. Dalam mengemasan produk Dinas memberi fasilitas berupa sertifikasi halal, cara pengemasan yang benar

  dan di berikan HAKI pada produknya. 21

  3) Pengembangan Dalam pengembangan Dinas memberi fasilitas sarana prasarana secara langsung mengadakan pameran yang juga telah disediakan tempat untuk pemasaran produknya. yang mana didalamnya terdapat Pelatihan kewirausahaan berupa dorongan Dinas dalam mengembangkan usaha

  21 Wawancara, Enny Dwi S., Seksi Kelembagaan Usaha Mikro, 11- April-2017 ibid 21 Wawancara, Enny Dwi S., Seksi Kelembagaan Usaha Mikro, 11- April-2017 ibid

  penyisihan laba BUMN bagian pemerintah. 22

  Bentuk kemitraan lainya yakni kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam hal ini antara Usaha Mikro dan Usaha Besar, dikenal dengan kemitraan. Secara khusus pengaturan mengenai kemitraan terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tetnang Kemitraan. Kemitraan tersebut harus disertai prinsip saling memerlukan, memperkuat, dan saling menguntungkan.

  Pola kemitraan dalam kerjasama ini telah dibakukan dalam Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan PP Nomor 44 Tahun 1997, yang terdiri atas 5 (lima) pola, yakni : 1) Inti Plasma, (2) subkontrak, (3) dagang umum, (4) keagenan, (5) warabala.

  Menurut Pasal 11 Undang-Undang 20 Tahun 2008, kemitraan ditujukan untuk :

  a. Mewujudkan kemitraan antara UMKM

  22 Sumodiningrat, Gunawan. Menuju Ekonomi Berdikari : Pemberdayaan UMKM dengan Konsep OPOP-OVOP-OVOC, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta, 2015, h.146 22 Sumodiningrat, Gunawan. Menuju Ekonomi Berdikari : Pemberdayaan UMKM dengan Konsep OPOP-OVOP-OVOC, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta, 2015, h.146

  c. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar Usaha Mikro, kecil dan menengah

  d. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar Usaha Mikro, kecil, menengah, dan usaha besar

  e. Mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar usaha mikro, kecil, dan menengah

  f. Mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen

  g. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan atau kelompok tertentu yang merugikan UMKM.

  Dari bentuk-bentuk pemberdayaan yang telah terprogram diatas, dalam rangka peningkatan Usaha Mikro agar semakin berkembang dengan baik dengan adanya pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan di Kabupaten Semarang, sebagai bukti nyata pelaksanaan penulis akan mengambil data tahun 2016 yang telah terevaluasi dalam Laporan Pelaksanaan Kegiatan yang sumber dananya berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai dan Hasil Tembakau. Berikut kegitan selama 2016 yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan meliputi 5 (lima) kegiatan untuk melakukan pemberdayaan Usaha Mikro, yaitu :

1) Memfasilitasi Peningkatan Kemitraan Usaha Bagi UMKM dalam

Kegiatan Sosialiasasi Kemitraan Usaha

  Dalam kegiatan pemberdayaan ini yang pertama adalah kegiatan sosialisasi kemitraan usaha. Berikut laporan pelaksanaanya :

a. Waktu pelaksanaan

  Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan 2(dua) kali angkatan pada hari kerja yaitu :

  Hari

  : Selasa Dan Rabu Tanggal : 22 dan 23 Maret 2016

b. Tempat

  Gedung Dharma Satya Setda Kabupaten Semarang

c. Peserta

  Sosialisasi dan kemitraan ini diikuti oleh 60 orang pesertaUMKM dua angkatan dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang. Tim pemateri narasumber dalam sosialisasi kemitraan ini adalah :

  a) Ir. Anang Dwinanta, MM (Asisten II Sekda Kabupaten Semarang)

  b) A. PrabowoBobi

  (PT. Cimory Resto Milk Factory)

  c) Widodo

  (Hortimart Agro Center)

  d) Dra. Agustin, Msi

  ( Dinas Pariwisata)

  e) PHRI

  f) Banaran Cafe

  g) Hasim

  (Virgin )

  Setelah sosialisasi kemitraan, dilakukan kunjungan kelapanganlokasi diantaranya : Cimory Resto, Hortimart Argo Center, Virgin.

d. Biaya

  Biaya Penyelenggaraan Pelatihan Pengolahan Makanan Olahan ini berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Kabupaten Semarang sebesar Rp. 29.230.000,- dan sisa anggarannya Rp. 1.715.000,-(efisiensi belanja perjalanan)

e. Kesimpulan

  Pelaksanaan kegiatan Fasilitas Peningkatan Kemitraan Usaha bagi UMKM melalui sosialisasi kemitraan usaha oleh pengusaha mikro dan pengusaha kecil menengah ini diharapkan mampu bermanfaat dalam peningkatan penjualan produk UMKM dan mampu meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat di Kabupaten Semarang.

2) Pengembangan Sarana Pemasarann UKM dengan Pengadaan Etalase

  Serabi Ngampin dan Pengadaan Tenda Kerucut Sarnavile

  Dalam kegiatan tahun 2016 ini meliputi Kegiatan Pengadaan Etalase Serabi Ngampin Dan Pengadaan Tenda Kerucut Sarnavile dengan :

a. Maksud dan Tujuan

  a. Menambah daya tarik prodak UMKM serabi

  b. Meningkatkan pemasaran serabi ngampin ambarawa

  c. Menjaga produk serabi ngampin ambarawa

  d. Memberikan kenyamanan terhadap kepercayaan konsumen

  e. Terfasilitasinya sarana pemasaran produk UMKM

  f. Menjaga kenyamanan tamu yang hadir dalam sebuah acara dari sengatan sinar matahari dan guyuran air hujan.

  g. Keamanan, keindahan,dan branding prodak-prodak UMKM

  h. Pengadaan tenda untuk mendukung sarana promosi dan pemasaran produk UMKM

  i. Memberikan kenyamanan UMKM dalam memasarkan produk-produknya.

b. Waktu, Tempat dan Pelaksanaanya

  Waktu pelaksanaan untuk Etalase Hari Jumat, 23 September 2016 bertempat di Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

  Semarang.Pelaksananya berupa Almari Etalase berjumlah 70 (tujuh puluh) unit dan diberikan kepada 70 pelaku usaha Serabi Ngampin Ambarawa. Selaku rekanan pelaksana kegiatan adalah : CV. BINTANG KARYA, Jl. Dersansari, Suruh, Kabupaten Semarang.

  Waktu pelaksanaan untuk tenda kerucut dilaksanakan pada Jumat, 28 Oktober 2016, bertempat di Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang.Pelaksananya berupa tenda kerucut sarnavile sebanyak 10 (sepuluh) unit dan bisa dipergunakan untuk mendukung promosi dan pemasaran produk UMKM. Selaku rekanan pelaksana kegiatan adalah : CV. MULYA SEJATI, Jl. Prambanan, RT. 02RW.02, Kel. Candisari, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.

  Biaya untuk penyelenggaraan pembuatan Etalase dan Tenda Krucut Sarnavile berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Kabupaten Semarang dengan besaran Anggaran untuk pembuatan Etalase sejumlah Rp. 87.300.000,- (delapan puluh tujugh juta tiga ratus ribu rupiah). Dengan anggaran APBD Rp. 88.700.000,- (delapan puluh delapan juta tujuh ratus ribu rupiah), serta sisa anggaran yang terserap masih Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) setelah dikurangi honor pejabat pengadaan sebesar Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah). Anggaran untuk pembuatan Tenda Kerucut Sarnavile sejumlah Rp. 82.060.000,- (delapan puluh dua juta enam puluh ribu rupiah), ditambah dengan biaya honor pejabat pengadaan Rp. 1.200.000,-, maka keseluruhan anggaran sejumlah Rp. 83.700.000,- (delapan puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah) bisa terserap dan sisa sejumlah Rp. 440.000,- (empat ratus empat puluh ribu rupiah).

  Manfaat dari kegiatan ini diharapkan mampu bermanfaat dalam peningkatan kebersihan, higeintas makanan dan peningkatan penjualan khususnya Serabi Ngampin Ambarawa sebagai aikon di Kabupaten Semarang.

3) Fasilitas bagi IKM Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya

  Dalam kegiatan pelaksanaan ini meliputi 5 (lima) pelatihan, yaitu :

a. Pelatihan dan fasilitas kemasan

  Maksud Dan Tujuan : pelatihan ini adalah 1) meningkatkan pemasaran dari produk pelaku IKM khususnya makanan olahan, 2) meningkatkan daya saing produk dengan produk lain yang sejenis dari daerah lain, 3) terwujudnya komoditi unggulan dengan kualitas yang lebih modern, 4) memberikan fasilitas kemasan bagi IKM berupa percontohan kemasan.

  Waktu pelaksanaan : Rabu-Jumat, 1-3 Juni 2016, bertempat di Ruang Pertemuan PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang, dengan peserta pelatihan dari 30 IKM pelaku usaha makanan olahan di wilayah 6 Kecamatan Ungaran Barat, Banyubiru, Tenggaran, Ambarawa, Tuntang, dan Susukan.

  Dengan pemateri dalam pelatihan dan fasilitas kemasan sebagai berikut :

  1. Kristi Febiani

  2. Noor Latif Suyanto

  Biaya penyelenggaraan : pelatihan dan fasilitas kemasan ini dibiayai oleh APBD Kabupaten Semarang Tahun Anggaran 2016 dengan

  1809DPA2016.Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan bermanfaat dalam peningkatan SDM dan Produk sehingga memperluas pemasaran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat pelaku IKM Makanan Olahan dan masyarakat Kabupaten Semarang.

b. Pelatihan Meubel Kayu

  Maksud dan tujuan :1) memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada pelaku usaha meubel di Kabupaten Semarang, 2) mendorong diversifikasi produk meubel, 3) melakukan pendampingan kepada pelaku usaha meubel. Sasaran objek pelatihan kegiatan ini adalah 20 orang pelaku industry kecil dan menengah meubel dari Kecamatan Pringapus, Bringin, Tuntang, Bergas, Bawen, dan Bancak.

  Waktu pelaksanaan : pelatihan dilaksanakan pada Selasa- Kamis, 13-15 September 2016 bertempat di Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus. Dengan peserta pelatihan sebanyak 20 Orang terdiri dari pelaku usaha meubel dari Desa Penawangan Kecamatan Pringapus. Serta dengan Tim PemateriInstruktur : Praktisi Meubel di Kabupaten Semarang.

  Hasil biaya yang dicapai adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha Industri Kecil Menengah Meubel, Munculnya diversifikasi produk meubel yang mempunyai niali jual lebih tinggai, dan meningkatnya kuantitas dan kualitas produksi meubel pada peserta pelatihan. Pelatihan ini dibiayai dari Dana Bagi Hasil Cukai dan Hasil Tembakau (DBHCHT) APBD Kabupaten Semarang Tahun 2016.

c. Pelatihan Achievement Motivation Training (AMT)

  Sasaran : Dalam pelaksanaan pelatihan ini kunci keberhasilanya terletak pada saat seleksi penentuan calon peserta (recrutmen). Sasaran peserta pelatihan ini terdiri atas 20 pengusaha IKM di Kabupaten Semarang pada tahun anggaran 2016 yang telah memenuhi syarat sebagai berikut : 1 ) Pemilikpemimpin usaha yang memiliki kewenangan untuk pengambilan keputusan, 2) Berpengalaman dalam bidang usaha masing- masing, 3) Pendidikan minimal SLTA (lebih diutamakan pengalaman),

  4) Sehat jasmani dan rohani, 5) Sanggup mengikuti program Pelatihan AMT secara tuntas tanpa terputus (menginap selama pelatihan), 6) Belum pernah mengikuti pelatihan yang sejenis.

  Waktu pelaksanaan : pelatihan AMT dilaksanakan pada Senin- Rabu, 5-7 September 2016, bertempat di Green Valley Hotel and Resort Jalan Ampel Gading, RT 05RW 06, Dusun Ampel Gading, Desa Kenteng, Kec. Bandungan, Jawa Tengah 50614. Dengan peserta pelatihan sebanyak 20 Orang terdiri dari pelaku usaha di Wilayah Kabupaten Semarang.

  Hasil yang dicapai dari pelatihan ini adalah meningkatkan pengetahuan pelaku usahapemilik industry terhadap potensi diri dan bagaimana memaksimalkan potensi tersebut serta meningkatkan motivasi pelaku usaha dalam pengembangan usaha.Untuk pembiayaan pelatihan ini dari APBD Kabupaten Semarang Tahun 2016.

d. Pelatihan Makanan Olahan

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24