berolahraga, zat makanan yang masuk kedalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses pengubahan zat makanan menjadi lemak dan gula, memerlukan hormon
isulin. Namun, jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit Diabetes Melitus.
c. Pada saat hamil, untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janinya, seorang ibu secara naluri akan menambah jumlah konsumsi makananya, sehingga
umumnya berat badan ibu hamil akan meningkat sekitar 7 kg – 10 kg. Pada saat menambah jumlah konsumsi makanan tersebut menjadi, jika produksi insulin
kurang mencukupi, maka akan menimbulkan gejala penyakit Diabetes Melitus.
2.1.4. Klasifikasi Diabetis Melitus
a. Diabetes Tipe 1 Diabetes Tipe I muncul pada saat pankreas tidak dapat atau kurang
memproduksi insulin sehingga insulin dalam tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa di dalam darah menumpuk karena tidak dapat diangkut ke dalam
sel. Diabetes tipe ini tergantung pada insulin, maka penderita memerlukan suntikan insulin Tandra, 2007. Menurut Brunner Suddarth Diabetes Melitus
Tipe I disebabkan oleh faktor genetik, di mana penderita diabetes mewarisi predisposisikecenderungan terhadap terjadinya diabetes melitus Tipe I, biasanya
ditemukan pada individu yang memiliki antigen H. Selain itu disebabkan oleh faktor imunologi, adanya respon autoimun yang abnormal, serta adanya kerusakan
sel beta pankreas. b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang dihubungkan dengan proses
tejadinya diabetes tipe II yaitu faktornya usia resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun ke atas, obesitas, dan riwayat keluarga Smeltzer
Bare, 2002. Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur
Universitas Sumatera Utara
hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut selain dokter, perawat, ahli gizi serta tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi
kepada pasien dan keluarganya guna memahami lebih jauh tentang perjalanan penyakit DM, pencegahan, penyulit DM, dan penatalaksanaannya akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan Perkeni, 2006.
2.1.5. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II Resistensi insulin dan sekresi insulin yang abnormal merupakan sebab
utama terjadinya DM tipe 2 sehingga Diabetes Melitus tipe 2 didefinisikan sebagai gangguan sekresi insulin, resistensi insulin, peningkatan produksi glukosa
hati, dan gangguan metabolisme lemak. Resistensi insulin menyebabkan penurunan kemampuan insulin untuk bekerja pada target organ khususnya otot,
hati dan lemak, yang disebabkan oleh gangguan genetik, dan obesitas. Hal ini menyebabkan tidak masuknya glukosa ke dalam organ dan peningkatan produksi
glukosa hati yang menyebabkan peninggian glukosa dalam darah Schteingart, 2006.
Pada awalnya resistensi insulin masih belum bisa menyebabkan diabetes secara klinis karena sel beta pankreas masih dapat mengkompensasi keadaan ini
dan terjadi suatu hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi ketidaksanggupan sel beta pankreas
akan terjadi diabetes melitus secara klinis, yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah Soegondo, 2006.
2.1.6. Gejala dan Tanda Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM yaitu