Identifikasi Badan Keton Pada Urin Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

(1)

IDENTIFIKASI BADAN KETON PADA URIN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

MALIK MEDAN

Oleh: RUBY FIRDAUS

100100137

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

IDENTIFIKASI BADAN KETON PADA URIN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

MALIK MEDAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh: RUBY FIRDAUS

100100137

FAKULTAS KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Identifikasi Badan Keton pada Urin Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Nama : Ruby Firdaus NIM : 100100137

Pembimbing Penguji I

dr. M. Syahputra, M.Kes dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K) NIP.1970 1007 1998 02 1 001 NIP. 1953 0601 1981 03 1 004

Penguji II

dr. Muara P. Lubis, Sp.OG NIP. 1975 1023 2008 12 1 001

Medan, Januari 2014 Dekan Fakultas Kedokteran USU

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 195402201980111001


(4)

ABSTRAK

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensinya sangat tinggi di seluruh dunia. WHO memperkirakan saat ini lebih dari 220 juta orang menderita DM. Kadar glukosa yang terlalu tinggi dan kurangnya hormon insulin pada penderita DM menyebabkan tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi. Pada pemecahan lemak dihasilkan badan keton yang apabila berlebihan dapat terdeteksi dalam darah dan urin (ketonuria). Akumulasi produksi badan keton oleh sel hati dapat menyebabkan metabolik asidosis yang berakibat terjadinya kegawatdaruratan DM (ketoasidosis diabetik) yang sering mengakibatkan kematian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat badan keton pada urin penderita DM tipe 2 di RSUP H Adam Malik Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan DM tipe 2 di poli endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel Penelitian ini berjumlah 100 orang yang diambil dengan metode consecutive sampling. Spesimen yang digunakan adalah urin sampel yang selanjutnya diperiksa badan ketonnya dengan menggunakan tes Rothera di laboratorium Rawat Inap Terpadu A RSUP. H. Adam Malik Medan.

Dari hasil penelitian didapat bahwa dari 100 orang responden, hanya 4 orang (4%) yang menunjukkan hasil positif ketonuria. Dari 4 orang yang menunjukkan hasil positif ketonuria, 2 orang (50%) memiliki kadar gula darah 301-400 mg/dL, 1 (25%) orang memiliki kadar gula darah 401-500 mg/dL, dan 1 orang (25%) memiliki kadar gula darah ≥ 501 mg/dL.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas tidak ditemukan badan keton pada urin penderita DM tipe 2.

Kata Kunci: Diabetes Melitus tipe 2, Kadar Gula Darah, Ketonuria, Ketoasidosis Diabetik.


(5)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is a not-contagious disease which has very high prevalence in the world. WHO had assumed that nowadays there are more than 220 million people over the world are having DM. Glucose level which is so high and deficiency of insulin at DM patient can cause body use fat as energy. On fat oxidation produced ketone bodies which if it’s over can be detected in the blood and the urine (ketonuria). Accumulation of ketone bodies produces by hepar cell can cause acidosis metabolic which is often cause death.

The purpose of this study was to determine whether there ketone bodies in the urine of patient with type 2 diabetes mellitus in RSUP H Adam Malik Medan. This is a descriptive study with cross-sectional design. The population of this study were all outpatients with type 2 diabetes Mellitus in Endocrinology divisions of Internal Departement of RSUP H Adam Malik Medan. Samples were 100 people who were taken with consevutive sampling method. The specimens used were urine samples were checked the ketone bodies by using Rothera Test in Laboratory Rawat Inap Terpadu A RSUP H Adam Malik Medan.

From the result of the study found that 100 respondents, only 4 people (4%) showed positive results ketonuria, 2 people (50%) had blood glucose levels 301-400 mg / dL, 1 (25%) of people have blood glucose levels 401-500 mg / dL, and 1 person (25%) had blood glucose levels ≥ 501 mg / dL .

From the result above it can be concluded the most of patient with type 2 diabetes mellitus was not found the ketone bodies in their urine.

Key Words: Type 2 Diabetes Mellitus, Blood Glucose Levels, Ketonuria, Diabetic Ketoacidosis


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk ilmu yang dikaruniakan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini yang berjudul “Identifikasi Badan Keton pada Urin Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”. Besar harapan penulis, penelitian ini dapat diterima dan bermanfaat.

Penelitian ini bisa diselesaikan atas dukungan dari banyak pihak, kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, diantaranya:

1. dr. M. Syahputra, M.Kes selaku Dosen Pembimbing dalam tugas Karya Tulis Ilmiah ini, atas segala kesabaran dalam membimbing dan mendukung serta ilmu-ilmu dan saran-saran yang telah diberikan

2. dr. Ronald Sitohang, Sp.B (K) dan dr. Yuneldi Anwar, Sp.S selaku Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah ini, atas kritik dan saran yang membangun

3. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini

4. Pihak RSUP Haji Adam Malik Medan, atas izin penelitian yang diberikan

5. Nurmala sari, Amd. An. Kes selaku staff laboratorium Rawat Inap Terpadu A RSUP H Adam Malik Medan yang sudah memberi izin atas penggunaan laboratorium dan atas bantuan serta saran-saran yang diberikan

6. H. Deni Jefri dan Hj. Yetrinis, rasa hormat serta terima kasih yang tak terhingga untuk kedua orang tua tercinta, atas kasih sayang yang begitu besar dalam mendidik, membesarkan, dan mendoakan penulis bersama adik-adik tercinta Yuri Andani, Muhammad Irfan, dan Salman Alfarizi 7. Lathiefatul Habibah atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama

pengambilan data dan spesimen pasien selama penelitian ini

8. Rekan-rekan seperjuangan Hafis Nofyan, Irsyadil Fikri, M. Faqih Lazuardi, Aznan Arrazi, M. Qadri Ramadhan, Effi Rohani, dan Marini


(7)

Yusufina Lubis yang selalu mendukung penuh dan memberikan semangat, nasihat, dan motivasi dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini

9. Teman-teman, Senior-senior dan adik-adik di TBM FK USU yang juga selalu memberikan motivasi

Meskipun berbagai upaya dan kerja keras telah dilakukan dalam penelitian ini, penulis yakin bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan guna proses penyempurnaannya. Semoga penelitian ini pada akhirnya dapat memberi manfaat.

Medan, Januari 2014 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Singkatan ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Bagi Subjek Penelitian ... 3

1.4.2. Bagi RSUP Haji Adam Malik Medan ... 3

1.4.3. Bagi Peneliti ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Diabetes Melitus ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Klasifikasi dan Etiologi ... 5

2.1.3. Faktor Risiko ... 7

2.1.4. Patogenesis dan Patofisiologi ... 8

2.1.4.1. Patogenesis dan Patofisiologi DM tipe 1 ... 8

2.1.4.2. Patogenesis dan Patofisiologi DM tipe 2 ... 9

2.1.5. Manifestasi Klinis ... 11

2.1.6. Diagnosis ... 11

2.1.7. Komplikasi ... 12

2.2. Badan Keton ... 13

2.2.1. Definisi ... 13

2.2.2. Sintesis Badan Keton ... 14

2.3. Pemeriksaan Urin ... 16

2.3.1. Tujuan dan Jenis Pemeriksaan ... 16

2.3.2. Pemeriksaan Badan Keton padaUrin ... 16

2.3.2.1. Tes Rothera ... 16

2.3.2.2. Tes Gerhardt ... 17

2.4. Ketoasidosis Diabetik ... 17

2.4.1. Definisi ... 17


(9)

2.4.3. Patofisiologi ... 18

2.4.4. Gejala Klinis ... 19

2.4.5. Diagnosis ... 20

2.4.6. Pencegahan ... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.. ... 22

3.1. Kerangka Konsep ... 22

3.2. Definisi Operasional... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Jenis Penelitian ... 24

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel ... 24

4.3.1. Populasi ... 24

4.3.2. Sampel ... 24

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.5. Metode Analisis Data ... 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 27

5.1.3. Deskripsi Tabulasi Silang ... 29

5.2. Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halama

n 2.1. Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Melitus 5 2.2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa

Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM 12 3.1. Definisi Operasional Penelitian 22 5.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden 27 5.2. Distribusi Frekuensi Umur Responden 28 5.3. Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Responden 28 5.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Ketonuria Responden 29 5.5. Tabulasi Silang Antara Kadar Gula Darah dengan

Kejadian Ketonuria


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Proses Ketogenesis 14

2.2. Nasib Asetoasetat 15

3.1. 5.1. 5.2.

Kerangka Konsep Penelitian

Diagram umur dan jenis kelamin penderita diabetes Diagram umur penderita diabetes di dunia

22 30 31


(12)

DAFTAR SINGKATAN 3HB: 3 Hidroksi Butirat

ADA: American Diabetes Association

ATP: Adenosine Triphospate BMI: Body Mass Index

CMV: Citomegalovirus CD: Cluster of Differentiation

CTLA: Cytotoxic T-Lymphocyte Antigen

Depkes: Departemen Kesehatan DM : Diabetes Mellitus

DMTI: Diabetes Melitus Tergantung Insulin

DMTTI: Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin

GLUT: Glucose Transporter

HDL: High Density Lipoprotein

HLA: Human Leukocyte Antigen

HMG: 3-hydroxy-3-methyl-glutaryl

HNF: Hepatocyte Nuclear Factor

HNK: Hiper Osmolar Non Ketotik

IDDM: Insulin Dependent Diabetes Mellitus

IFN: Interferon IL: Interleukin

KAD: Ketoasidosis Diabetik

MHC: Major Histocompatibility Complex

MODY: Maturity Onset Diabetes of The Young

NAD: Nicotinamide adenine dinucleotide

NIDDM: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

PERKENI : Perhimpunan Endokrinologi Indonesia

RSUP: Rumah Sakit Umum Pusat SK: Surat Keterangan

SPSS: Statistical Package for the Social Science

TNF: Tumor Necrosis Factor

TTGO: Tes Toleransi Glukosa Oral WHO: World Health Organization


(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 3 Lembar Persetujuan

Lampiran 4 Ethical Clearence

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Lampiran 6 Data Induk


(14)

ABSTRAK

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensinya sangat tinggi di seluruh dunia. WHO memperkirakan saat ini lebih dari 220 juta orang menderita DM. Kadar glukosa yang terlalu tinggi dan kurangnya hormon insulin pada penderita DM menyebabkan tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi. Pada pemecahan lemak dihasilkan badan keton yang apabila berlebihan dapat terdeteksi dalam darah dan urin (ketonuria). Akumulasi produksi badan keton oleh sel hati dapat menyebabkan metabolik asidosis yang berakibat terjadinya kegawatdaruratan DM (ketoasidosis diabetik) yang sering mengakibatkan kematian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat badan keton pada urin penderita DM tipe 2 di RSUP H Adam Malik Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan DM tipe 2 di poli endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel Penelitian ini berjumlah 100 orang yang diambil dengan metode consecutive sampling. Spesimen yang digunakan adalah urin sampel yang selanjutnya diperiksa badan ketonnya dengan menggunakan tes Rothera di laboratorium Rawat Inap Terpadu A RSUP. H. Adam Malik Medan.

Dari hasil penelitian didapat bahwa dari 100 orang responden, hanya 4 orang (4%) yang menunjukkan hasil positif ketonuria. Dari 4 orang yang menunjukkan hasil positif ketonuria, 2 orang (50%) memiliki kadar gula darah 301-400 mg/dL, 1 (25%) orang memiliki kadar gula darah 401-500 mg/dL, dan 1 orang (25%) memiliki kadar gula darah ≥ 501 mg/dL.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas tidak ditemukan badan keton pada urin penderita DM tipe 2.

Kata Kunci: Diabetes Melitus tipe 2, Kadar Gula Darah, Ketonuria, Ketoasidosis Diabetik.


(15)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is a not-contagious disease which has very high prevalence in the world. WHO had assumed that nowadays there are more than 220 million people over the world are having DM. Glucose level which is so high and deficiency of insulin at DM patient can cause body use fat as energy. On fat oxidation produced ketone bodies which if it’s over can be detected in the blood and the urine (ketonuria). Accumulation of ketone bodies produces by hepar cell can cause acidosis metabolic which is often cause death.

The purpose of this study was to determine whether there ketone bodies in the urine of patient with type 2 diabetes mellitus in RSUP H Adam Malik Medan. This is a descriptive study with cross-sectional design. The population of this study were all outpatients with type 2 diabetes Mellitus in Endocrinology divisions of Internal Departement of RSUP H Adam Malik Medan. Samples were 100 people who were taken with consevutive sampling method. The specimens used were urine samples were checked the ketone bodies by using Rothera Test in Laboratory Rawat Inap Terpadu A RSUP H Adam Malik Medan.

From the result of the study found that 100 respondents, only 4 people (4%) showed positive results ketonuria, 2 people (50%) had blood glucose levels 301-400 mg / dL, 1 (25%) of people have blood glucose levels 401-500 mg / dL, and 1 person (25%) had blood glucose levels ≥ 501 mg / dL .

From the result above it can be concluded the most of patient with type 2 diabetes mellitus was not found the ketone bodies in their urine.

Key Words: Type 2 Diabetes Mellitus, Blood Glucose Levels, Ketonuria, Diabetic Ketoacidosis


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menurut American Diabetes Association pada tahun 2010, Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duannya (PERKENI, 2011).

Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan saat ini lebih dari 220 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes. Pada tahun 2004, sekitar 3,4 juta orang meninggal dunia akibat tingginya kadar gula darah. Lebih dari 80% kematian akibat diabetes terjadi di negara dengan pendapatan rendah sampai menengah (WHO, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wild, Roglic, Green et al (2004), sepuluh besar negara dengan prevalensi DM terbanyak pada tahun 2000 yaitu India, Cina, Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia, dan Banglades. Tercatat di India sebanyak 31,7 juta orang menderita DM, di Cina sebanyak 20,8 juta, di Amerika Serikat sebanyak 17,7 juta, sedangkan di Indonesia sebanyak 8,4 juta. Indonesia menempati urutan ke empat jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Pada tahun 2030 WHO memprediksi akan ada sekitar 21,3 juta pasien DM di Indonesia (Depkes, 2009).

Menurut WHO Diabetes Mellitus terdiri dari 2 tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes Mellitus tipe 1 juga disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus). IDDM atau Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) yang ditandai dengan adanya gangguan produksi insulin dalam tubuh. Diabetes Mellitus tipe 2 juga disebut NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus).NIDDM atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) adalah disebabkan oleh tubuh resistensi terhadap insulin (WHO,2008).


(17)

Pada DM terjadi bermacam-macam kelainan biokimia, tetapi gangguan yang mendasari sebagian besar kelainan tersebut adalah penurunan pemasukan glukosa ke dalam berbagai jaringan perifer, peningkatan pembebasan glukosa dalam sirkulasi dari hati (peningkatan glukogenesis hati), sehingga terjadi kelebihan glukosa ekstra sel dan pada banyak sel, defisiensi glukosa intrasel, terjadi penurunan pemasukan asam-asam amino ke dalam otot dan peningkatan lipolisis. Peningkatan lipolisis mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi benda keton dan asam lemak bebas secara berlebihan. Akumulasi produksi benda keton oleh sel hati dapat menyebabkan metabolik asidosis (Soewondo, 2009).

Salah satu komplikasi dari DM adalah Ketoasidosis Diabetik (KAD). KAD merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL) disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. KAD sering muncul pada penderita DM tipe 1, namun dapat juga terjadi pada penderita DM tipe 2 pada keadaan-keadaan tertentu. KAD didiganosis melalui tes darah dan urin. Jika tes urin positif maka akan dijumpai badan keton pada urin atau disebut juga denga ketonuria (PERKENI, 2011).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nadlifah menyatakan bahwa dari 30 orang penderita DM tidak terkontrol didapatkan ketonuria sebanyak 2 orang. Sedangkan dari 30 orang penderita DM terkontrol tidak didapatkan ketonuria positif (Nadlifah, 2012).

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi badan keton pada urin penderita Diabetes Mellitus tipe 2 sehingga dapat diketahui apakah sudah terdapat badan keton pada urin penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dan juga dapat berguna sebagai pencegahan dari komplikasi akut diabetes yaitu KAD pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 khususnya di RSUP H. Adam Malik, Medan.


(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan apakah sudah terdapat badan keton pada urin penderita Diabetes Melitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik, Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Melihat ada atau tidak badan keton pada urin penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik, Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui prevalensi Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Mengetahui Kadar Gula Darah pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Mengetahui usia pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Mengetahui distribusi jenis kelamin pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1.4.1. Bagi Objek Penelitian:

a. Pengetahuan atau informasi ada atau tidaknya badan keton pada urin penderita DM tipe 2.

b. Sebagai dasar upaya pencegahan dari komplikasi akut yaitu Ketoasidosis Diabetik .


(19)

a. Menambah informasi mengenai ada atau tidaknya badan keton pada urin penderita DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan sebagai dasar upaya agar pasien DM tipe 2 tidak jatuh kedalam keadaan Ketoasidosis Diabetik.

b. Bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.4.3. Bagi Peneliti

a. Sebagai kesempatan untuk mengintegrasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah dalam bentuk melakukan penelitian ilmiah secara mandiri

b. Memenuhi tugas mata kuliah Community Research Program

sebagai prasyarat untuk menyelesaikan program pendidikan Sarjana Kedokteran.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus

2.1.1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan permasalahan anatomik dan kimiawi akibat adanya defisiensi insulin relatif dan gangguan fungsi insulin (Purnamasari, 2009).

Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang sangat memengaruhi kualitas hidup penyandangnya sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak (PERKENI, 2011).

2.1.2. Klasifikasi dan Etiologi

Klasifikasi dan etiologi DM berdasarkan American Diabetes Association

(ADA, 2009) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Melitus (Purnamasari, 2009)

No. Tipe Etiologi

1. Diabetes Melitus tipe 1

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut yang dikarenakan proses imunologik maupun idiopatik

2. Diabetes Melitus tipe 2

Bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin

3. Diabetes Melitus tipe lain

A. Defek genetik fungsi sel beta


(21)

- Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2) - Kromosom 20, HNF-4α ( dahulu MODY 1) - Kromosom 13, insulin promotor factor-1

( IPF-1, dahulu MODY 4)

- Kromosom 17, HNF-1β (dahulu MODY 5) - Kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY 6)

DNA Mitochondria - Lainnya

B. Defek genetik kerja insulin

Resistensi insulin tipe A, leprechaunism, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya

C. Penyakit Eksokrin Pankreas

Pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya

D. Endokrinopati

Akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya

E. Karena obat/zat kimia

Vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, diazosid, agonis β adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, lainnya

F. Infeksi

Rubella congenital, CMV, lainnya G. Imunologi (jarang)

Sindrom “stiff man”, antibodi anti reseptor insulin, lainnya


(22)

H. Sindroma genetik lain

Sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, sindrom Wolfram’s, Ataksia Friedreich’s, chorea Huntington, sindrom

Laurence-Moon-Biedl, distrofi miotonik,

porfiria, sindrom Prader Willi, lainnya 4. Diabetes Kehamilan

2.1.3. Faktor Resiko

a. Genetik

Orang tua dapat menurunkan gen penyebab DM kepada anaknya. Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang juga memiliki riwayat DM.

b. Usia

Lebih banyak pada usia diatas 45 tahun, tetapi kini frekuensi kasus DM tipe 2 meningkat pada usia yang muda.

c. Obesitas

Pada orang obesitas sangat berisiko terjadi DM, karena ia berperan sebagai faktor diabetogenik melalui peningkatan resistensi insulin dan gangguan sel beta pankreas secara genetik. Risiko terjadi DM tipe 2 juga tinggi pada orang yang mempunyai BMI (Body Mass Index) > 25 kg/m².

d. Kurang aktivitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan sensitivitas regulasi insulin dan meningkatkan akumulasi lemak pada jaringan. Aktivitas fisik menyebabkan produksi insulin oleh sel beta pankreas akan berkurang dan glukosa dapat diambil oleh jaringan tanpa insulin. e. Hipertensi

Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg merupakan salah satu risiko terjadinya DM tipe 2.


(23)

Seseorang dikatakan dislipidemia jika kadar HDL <35mg/dL atau kadar trigliserida >250mg/dL.

g. Diabetes gestasional dan melahirkan bayi makrosomia

Jika semasa kehamilan mengalami diabetes gestasional atau memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka berisiko tinggi untuk terjadi DM tipe 2.

h. Polycystic ovarian syndrome

Hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin (Powers, 2008).

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi

2.1.4.1 Patogenesis dan Patofisiologi DM tipe 1

Bentuk diabetes ini terjadi karena kekurangan insulin yang berat akibat destruksi autoimun sel-sel beta dalam pulau-pulau Langerhans pancreas. DM tipe 1 paling sering terjadi pada usia kanak-kanak, bermanifestasi pada usia pubertas, dan berjalan progresif mengikuti pertambahan usia (Mitchel, et.al, 2006)

- Mekanisme Destruksi sel β. Limfosit T bereaksi terhadap antigen sel- β dan menyebabkan kerusakan sel. Sel-sel ini meliputi: sel-sel T CD4+ dari subkelompok Th1 yang menyebabkan jejas jaringan dengan mengaktifkan sel-sel makrofag, sementara sel-sel makrofag menyebabkan kerusakan dalam bentuk respons hipersensitivitas tipe-lambat yang khas. Limfosit T sitotoksik CD8+ yang membunuh langsung sel β dan juga menyekresi sitokin yang mengaktifkan makrofag. Sitokin yang diproduksi secara local merusak sel-sel β. Diantara sitokin yang terlibat dalam jejas sel adalah IFN-γ, dihasilkan oleh sel 7 dan TNF serta IL1 yang diproduksi oleh sel -sel makrofag yang diaktifkan -selama reaksi imun. Autoantibodi terhadap sel-sel pulau dan insulin juga terdeteksi dalam darah pada 70% hingga 80% pasien. Autoantibodi tersebut bersifat reaktif dengan sejumlah antigen sel β, yang meliputi enzim glutamic acid decarboxylase (GAD). Pada anak-anak yang rentan tapi belum menderita diabetes (misalnya,


(24)

sanak keluarga pasien), keberadaan antibody terhadapsel pulau merupakan tanda prediktif untuk meramalkan terjadi DMT1.

- Kerentanan Genetik. Diabetes tipe 1 memiliki pola korelasi yang kompleks dengan sedikitnya 20 lokus genetic yang berpotensi menimbulkan perubahan toleransi imun hospes yang akhirnya menyebabkan autoimunitas. Sejauh ini korelasi genetic yang paling penting terdapat antara diabetes tipe 1 dan lokus HLA MHC kelas II. Antara 90 % dan 95 % orang-orang kulit putih mengidap diabetes tipe 1 memiliki haplotype HLA-DR3 atau DR4. Alel tertentu di dalam haplotype ini seperti alel DQβ1*0302 memperlihatkan korelasi dengan diabetes tipe 1 yang derajatnya bahkan lebih besar lagi. Gen-gen non-MHC yang berkaitan dengan kerentanan penyakit meliputi gen insulin itu sendiri dan gen yang mengode reseptor inhibisi sel-T CTLA-4.

- Faktor Lingkungan. Beberapa virus turut terlibat sebagai pemicu potensial untuk terjadinya serangan autoimun; virus tersebut meliputi virus coxsackie, virus parotitis, virus campak, sitomegalovirus, virus rubella dan mononucleosis infeksiosa. Salah satu postulat mengemukakan bahwa virus-virus tersebut memproduksi virus bereaksi silang dengan jaringan sendiri (Mitchel et.al, 2006).

2.1.4.2. Patogenesis dan Patofisiologi DM tipe 2

Resistensi insulin dan sekresi insulin yang abnormal memegang peran sentral dalam perjalanan DM tipe 2. Walaupun sejumlah kontroversi timbul terkait yang mana dari dua hal tersebut yang merupakan defek primer munculnya DM tipe 2, kebanyakan hasil studi mendukung pendapat bahwa resistensi insulin mendahului gangguan sekresi insulin dan bahwa DM muncul hanya jika sekresi insulin menjadi tidak adekuat (Powers, 2008).

Awalnya resistensi insulin masih belum menyebabkan DM secara klinis. Pada saat tersebut sel beta pankreas masih dapat mengkompensasi keadaan ini dan terjadi suatu hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi ketidaksanggupan sel beta pankreas, mulai


(25)

timbul DM secara klinis, yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah yang memenuhi kriteria diagnosis DM (Soewondo, 2009).

DM tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer, gangguan sekresi insulin, produksi glukosa yang berlebihan oleh hepar, dan metabolisme lemak yang abnormal (Powers, 2008).

- Resistensi Insulin. Penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan target (khususnya otot dan hepar). Mekanisme molekular terjadinya resistensi insulin pada DM tipe 2 belum dapat dijelaskan secara utuh. Terdapat pengurangan jumlah reseptor insulin dan aktivitas tirosin kinase pada otot rangka, namun perubahan ini lebih kepada akibat sekunder dari kondisi hiperinsulinemia yang terjadi dan bukan defek primernya. Patogenesis dari resistensi insulin saat ini lebih fokus pada defek sinyal PI-3-kinase, yang mengakibatkan penurunan translokasi GLUT-4 ke membran plasma, dibandingkan abnormalitas-abnormalitas lainnya. Namun, tidak semua jalur transduksi sinyal insulin resisten terhadap efek insulin. Contohnya, jalur yang mengendalikan pertumbuhan dan diferensiasi sel dan menggunakan jalur Mitogen-Activated Protein (MAP) kinase, berpotensial meningkatkan kondisi terjadinya aterosklerosis pada diabetes.

- Gangguan Sekresi Insulin. Sekresi dan sensitivitas insulin saling berhubungan. Pada DM tipe 2, sekresi insulin terutama meningkat sebagai respon terhadap resistensi insulin guna mempertahankan kadar glukosa darah normal. Gangguan sekresi insulin yang terjadi sebenarnya ringan dan hanya secara selektif melibatkan sekresi insulin yang distimulasi glukosa saja. Respon terhadap bahan-bahan nonglukosa seperti arginin masih dipertahankan. Namun, gangguan sekresi insulin ini akan berjalan sampai pada tahap sekresi insulin inadekuat yang berat. Alasan terjadinya penurunan kapasitas sekresi insulin pada DM tipe 2 masih belum jelas. - Peningkatan Produksi Glukosa Hepar. Pada DM tipe 2, resistensi

insulin pada hepar merefleksikan kegagalan hiperinsulinemia untuk menekan glukoneogenesis, yang menyebabkan kondisi hiperglikemia dan


(26)

penurunan simpanan glikogen oleh hepar pada masa pascaprandial. Peningkatan produksi glukosa oleh hepar terjadi pada masa-masa awal diabetes, meskipun sepertinya hal itu terjadi setelah onset gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin pada otot rangka.

- Metabolisme lemak yang abnormal. Obesitas terutama viseral dan sentral sangat umum ditemui pada DM tipe 2. Adiposit menghasilkan sejumlah produk-produk biologis (leptin, TNF-α, asam lemak bebas, resistin dan adiponektin) yang memodulasi sekresi dan kerja insulin serta berat badan, dan mungkin juga berperan dalam terjadinya resistensi insulin (Mitchel et.al, 2006).

2.1.5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal (≤ 126 mg/dL), atau mengalami toleransi glukosa setelah makan karbohidrat ( ≥ 200 mg/dL). Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka gula akan diekskresikan ke dalam urin (glukosuria). Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urine ( ± 4,1 kkal untuk setiap gram karbohidrat yang diekskresikan keluar), maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien juga mengeluh lelah dan mengantuk (Schteingart, 2005).

2.1.6. Diagnosis

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala dan tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. Serangkaian uji diagnostik akan


(27)

dilakukan pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif untuk memastikan diagnosis definitif (Purnamasari, 2009).

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar (Purnamasari, 2009).

Tabel 2.2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM (Purnamasari, 2009)

Bukan DM

Belum pasti DM

DM

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dL)

Plasma vena <110 110-199 ≥200 Darah kapiler <90 90-199 ≥200 Kadar glukosa darah

puasa (mg/dL)

Plasma vena <110 110-125 ≥126 Darah kapiler <90 90-109 ≥110

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada pasien wanita (Purnamasari, 2009).

2.1.7. Komplikasi

Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi kompliasi akut dan kronik. Komplikasi akut terdiri dari:

- Ketoasidosis Diabetik (KAD). Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi(300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dangejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadipeningkatan anion gap.

- Hiperosmolar non Ketotik (HNK). Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala


(28)

asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.

- Hipoglikemia. Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dL (PERKENI, 2011).

Sedangkan komplikasi kronik terdiri dari:

- Makroangiopati. Pada pembuluh darah jantung, pembuluh darah otak, dan pembuluh darah tepi. Pada pembuluh darah tepi penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes. Biasanya terjadi dengan gejala tipikal laudicatio intermittent, meskipun sering tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama muncul.

- Mikroangiopati. Retinopati diabetik dan nefropati diabetik.

- Neuropati. Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi.

- Dislipidemia pada Diabetes. Dislipidemia pada penyandang diabetes lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit kardiovaskular.

- Hipertensi pada diabetes.

- Obesitas pada diabetes. Prevalensi obesitas pada DM cukup tinggi, demikian pula kejadian DM dan gangguan toleransi glukosa pada obesitas cukup sering dijumpai

- Gangguan koagulasi pada diabetes (PERKENI, 2011).

2.2. Badan Keton 2.2.1. Definisi

Badan Keton adalah bahan bakar yang penting bagi jaringan ekstrahepatik (Botham, 2006). Badan keton terdiri dari asetoasetat, β-hidroksibutirat (3-hidroksibutirat), dan aseton yang merupakan produk penguraian asetoasetat (Marks, Marks & Smith, 2000).


(29)

2.2.2. Sintesis Badan Keton

Sintesis badan keton terjadi apabila kadar asam lemak dalam darah meningkat, yaitu selama berpuasa, kelaparan, atau akibat makanan tinggi lemak rendah karbohidrat.

Gambar 2.1. : Proses Ketogenesis (Botham,2006)

Apabila kadar asam lemak dalam darah meningkat, asam lemak akan masuk ke dalam sel hati. Di dalam mitokondria hati, terjadi proses oksidasi-β yang menghasilkan asetil ko-A, NADH, dan ATP. Pada keadaan ini (berpuasa atau diet tinggi lemak rendah karbohidrat), rasio glucagon/insulin tinggi, dan hati mensitesis glukosa melalui proses gluekoneogenesis di sitosol. NADH yang dihasilkan oleh oksidasi-β membantu mendorong oksaloasetat menjadi malat. Dengan demikian sedikit oksaloasetat yang tersedia untuk reaksi yang dikatalisis oleh sitrat sintase, dan terjadi penimbunan asetil-koA.


(30)

Dua molekul asetil-koA bereaksi untuk membentuk asetoasetil KoA melalui pembalikan reaksi tiolase. Asetil KoA lain bereaksi dengan asetoasetil KoA, menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril koA(HMG-KoA) dan membebaskan koenzim A yang tidak mengalami asilisasi. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah HMG-KoA sintetase. Enzim ini terinduksi sewaktu puasa dan dihambat oleh salah satu produknya, KoASH. Dalam reaksi selanjutnya, HMG-KoA liase memutuskan HMG-KoA untuk membentuk asetil koA dan asetoasetat.

Asetoasetat memiliki tiga nasib. Asetat dapat langsung masuk kedalam darah atau dapat direduksi oleh dehydrogenase dependen-NAD menjadi badan keton kedua., β-hidroksibutirat, yang kemudian masuk kedalam darah. Reaksi dehydrogenase ini bersifat reversible dengan mudah dan berfungsi untuk interkonversi kedua badan keton ini. Kedua badan keton masuk kedalam darah dan berpindah dari hati ke jaringan lain tempat keduanya dioksidasi untuk menghasilkan energy. Nasib ketiga asetoasetat adalah dekarboksilasi spontan, dimana terjadi reaksi non enzimatik yang membebaskan CO2 dan menghasilkan aseton. Metabolism aseton selanjutnya tidak segera terjadi. Karena mudah menguap, aseton keluar melalui ekspirasi lewat paru (Marks, 2000).

Gambar 2.2. : Nasib asetoasetat (Botham & Mayes,2006

2.3. Pemeriksaan Urin


(31)

Banyak informasi penting yang dapat diperoleh melalui pemeriksaan urin. Pemeriksaan yang teliti dan cermat mampu mendeteksi proses intrinsik suatu penyakit yang melalui sistem saluran kemih, baik fungsional (fisiologis) ataupun structural (anatomis) (Fuller et. al, 2001).

Terdapat tiga jenis urinalisis yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Dipstik (Reagen) urinalisis, umumnya dilakukan pada pemeriksaan laboratorium, praktik dokter, dan juga bisa dilakukan sendiri di rumah. 2. Dasar (rutin) urinalisis, umumnya menggunakan pemeriksaan

mikroskopik sedimen urin,

3. Pemeriksaan sedimen urin secara sitopatologi, pemeriksaan ini memanfaat berbagai disiplin lab, seperti kimiawi dan mikrokopik (Fuller et. al, 2001).

2.3.2. Pemeriksaan Badan Keton pada Urin

Karena aseton, asetoasetat, dan 3-hidroksibutirat ketiganya terdapat pada urin dengan ketonuria, metode untuk menetukan salah satu dari ketiga keton ini adalah dengan memeriksanya secara keseluruhan. Pada Umumnya mengunakan strip atau tablet nitroprussid menggunakan metode Rothera untuk mengukur asetoasetat dan aseton. FeCl3 (Gerhard’s Test) untuk mendeteksi asetoasetat. Kedua tes ini tidak dapat mendeteksi 3-hidroksibutirat (Fuller et.al, 2001).

Pemeriksaan ketonuria harus menggunakan urin yang segar. Jika ingin menunda pemeriksaan harus diletakkan ke dalam lemari es untuk menghilangkan hasil false negative (Luthra, 2008)

2.3.2.1. Tes Rothera

Pemeriksaan ini sensitif untuk keton pada urin. Tes ini merupakan metode nitroprussid yang asli. Prinsip pada pemeriksaan ini adalah larutan alkali bereaksi dengan badan keton akan membentuk warna ungu.

Prosedur pemeriksaan:

- Penuhi 5 mL urin dengan ammonium sulfat padat dan tambahkan larutan natrium nitroprussid 0,2 mL yang sudah dipersiapkan


(32)

- Campurkan dengan benar dan perlahan-lahan tambahkan 0,5 mL ammonia disepanjangan sisi tabung reaksi

- Amati perubahan warna dalam waktu 1-2 menit

- Terbentuknya cincin ungu menunjukkan adanya badan keton (Luthra, 2008).

2.3.2.2. Tes Gerhardt

Pemeriksaan ini spesifik untuk mendeteksi sejumlah besar asetoasetat. Tes ini juga dapat mendeteksi salisilat pada urin.

Prosedur pemeriksaan:

- Tambahkan 5 mL feri klorida setetes demi setetes dengan 5 mL urin pada tabung reaksi

- Warna merah kecoklatan akan dibentuk oleh asetoasetat atau salisilat

- Untuk menentukan salisilat atau asetoasetat, bagi larutan menjadi setengah, kemudian rebus selama 5 menit. Kemudian amati, jika warnanya menghilang, maka asetoasetat akan muncul. Jika warnanya menetap, makan salisilat yang akan muncul. Asetoasetat yang dipanaskan kehilangan karbondioksida dan diubah menjadi aseton. Aseton tidak bereaksi dengan reagen feri klorida (Luthra, 2008).

2.4. Ketoasidosis Diabetik 2.4.1. Definisi

Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut Diabetes Melitus (DM) yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok (Soewondo, 2009).


(33)

Ada sekitar 20 % pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada KAD yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80 % dapat dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah infeksi, infark miokard akut, pankreatitis akut, penggunaan obat golongan steroid, menghentikan atau mengurangi dosis insulin. Sementara itu 20 % pasien KAD tidak didapatkan faktor pencetus.

Menghentikan atau mengurangi dosis insulin merupakan salah satu pencetus terjadinya KAD. Data seri kasus KAD tahun 1998-99 di RS. Cipto Mangunkusumo menunjukkan 5 % kasus menyuntik dosis insulin kurang. Musey et al melaporkan 56 kasus KAD negro Amerika yang tinggal di perkotaan. Diantara 56 kasus tersebut, 75 % telah diketahui DM sebelumnya dan 67 % faktor pencetusnya adalah menghentikan dosis insulin. Adapun alasannya adalah sebagai berikut: 50 % tidak mempunyai uang untuk membeli, 21 % nafsu makan menurun, 14 % masalah psikologis, 14 % tidak paham mengatas masa-masa sakit akut. Pada seri kasus diatas 55 % menyadari adanya gejala hiperglikemia, walaupun demikian hanya 5 % yang menghubungi klinik diabetes untuk mengatasi masalah tersebut (Soewondo, 2009).

2.4.3. Patofisiologi

KAD adalah suatu keadaan di mana terdapat defisiensi insulin absolut atau relative dan peningkatan hormone kontra regulator (glucagon, katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan); keadaan tersebut menyebabkan produksi glukosa hati meningkat dan utilisasi glukosa oleh sel tubuh menurun, dengan hasil akhir hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia sangat bervariasi dan tidak menentukan berat-ringannya KAD. Adapun gejala dan tanda klinis KAD dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

- Akibat hiperglikemia - Akibat ketosis


(34)

Walaupun sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa, sistem hemostasis tubuh terus teraktivasi untuk memproduksi glukosa dalam jumlah banyak sehingga terjadi hiperglikemia. Kombinasi defisiensi insulin dan peningkatan konsentrasi hormon kontra regulator terutama epinefrin, mengaktivasi hormone lipase sensitive pada jaringan lemak. Akibatnya lipolysis meningkat, sehingga terjadi peningkatan produksi badan keton dan asam lemak bebas secara berlebihan. Akumulasi produksi benda keton oleh sel hati dapat menyebabkan metabolik asidosis. Benda keton utama ialah asam asetoasetat (AcAc) dan 3 beta hidroksi butirat (3HB); dalam keadaan normal konsentrasi 3HB meliputi 75-85% dan aseton darah merupakan benda keton yang tidak begitu penting. Meskipun sudah tersedia bahan bakar tersebut sel-sel tubuh masih tetap lapar dan terus memproduksi glukosa.

Hanya insulin yang dapat menginduksi transport glukosa ke dalam sel, memberi signal untuk proses perubahan glukosa menjadi glikogen, menghambat lipolysis pada sel lemak (menekan pembentukan asam lemak bebas), menghambat gluconeogenesis pada sel hati serta mendorong proses oksidasi sitimelalui siklus krebs dalam mitokondria sel. Melalui proses oksidasi tersebut akan dihasilkan ATP yang merupakan sumber energi utama sel.

Resistensi insulin juga berperan dalam memperberat keadaan defisiensi insulin relatif. Meningkatkan hormon kontra regulator insulin meningkatnya asam lemak bebas, hiperglikemia, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa dapat mengganggu sensitivitas insulin (Soewondo, 2009) .

2.4.4. Gejala Klinis

Sekitar 80% pasien KAD adalah pasien DM yang sudah dikenal. Kenyataan ini tentunya sangat membantu untuk mengenali KAD akan lebih cepat sebagai komplikasi akut DM dan segera mengatasinya.

Sesuai dengan patofisiologi KAD, maka pada pasien KAD dijumpai pernafasan cepat dan dalam (Kussmaul), berbagai derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah dan bibir kering), kadang-kadang disertai hipovolemia sampai syok. Bau aseton dari hawa nafas tidak terlalu mudah tercium.


(35)

Areateus menjelaskan gambaran klinis KAD sebagai berikut keluhan poliuri dan polidipsi sering kali mendahului KAD serta didapatkan riwayat berhenti menyuntik insulin, demam, atau infeksi. Muntah-muntah merupakan gejala yang sering dijumpai terutama pada KAD anak. Dapat pula dijumpai nyeri perut yang menonjol dan hal itu berhubungan dengan gastroparesis-dilatasi lambung.

Derajat kesadaran pasien dapat dijumpai mulai kompos mentis, delirium, atau depresi sampai dengan koma. Bila dijumpai kesadaran koma perlu dipikirkan penyebab penurunan kesadaran lain (misalnya uremia, trauma, infeksi, minum alcohol).

Infeksi merupakan faktor pencetus yang paling sering. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, faktor pencetus infeksi didapatkan sekitar 80%. Infeksi yang sering ditemukan ialah infeksi saluran kemih dan pneumonia. Walaupun faktor pencetusnya adalah infeksi, kebanyakan pasien tak mengalami demam. Bila dijumpai adanya nyeri abdomen, perlu dipikirkan kemungkinan kolesistisis, iskemia akut, apendisitis, diventrikulus, atau perforasi usus. Bila ternyata pasien tidak menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan KAD, maka perlu dicari kemungkinan tersembunyi (sinusitis, abses gigi, abses perirectal) (Soewondo, 2009).

2.4.5. Diagnosis

Ketoasidosis diabetik perlu dibedakan dengan ketosis diabetik ataupun hiperglikemia hyperosmolar nenketotik. Beratnya hiperglikemia, ketonemia, dan asidosis dapat dipakai dengan kriteria diagnosis KAD. Walaupun demikian penilaian kasus per kasus selalu diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

Langkah pertama yang harus diambil pada pasien dengan KAD terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti dengan terutama memperhatikan patensi jalan napas, status mental, status ginjal dan kardiovaskular, dan status hidrasi. Langkah-langkah ini harus dapat menentukan jenis pemeriksaan laboratorium yang harus segera dilakukan, sehingga penatalaksanaan dapat segera dimulai tanpa adanya penundaan.


(36)

Pemeriksaan laboratorium yang paling penting dan mudah untuk segera dilakukan setelah dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan konsentrasi glukosa darah dengan glucose sticks dan pemeriksaan urine dengan menggunakan urine strip untuk melihat secara kualitatif jumlah glukosa, keton, nitrat, dan leukosit dalam urine. Pemeriksaan laboratorium lengkap untuk dapat menilai karakteristik dan tingkat keparahan KAD meliputi konsentrasi HCO3, anion gap, pH darah dan juga idealnya dilakukan pemeriksaan konsentrasi AcAc dan laktat serta 3HB (Soewondo, 2009).

2.4.6. Pencegahan

Faktor pencetus utama KAD ialah pemberian dosis insulin yang kurang memadai dan kejadian infeksi. Pada beberapa kasus, kejadian tersebut dapat dicegah dengan akses pada sistem pelayanan kesehatan lebih baik (termasuk edukasi DM) dan komunikasi efektif terutama pada saat penyandang DM mengalami sakit akut (misalnya batuk, pilek, diare, demam, luka).

Upaya pencegahan merupakan hal yang penting pada penatalaksanaan DM secara komprehensif. Upaya pencegahan sekunder untuk mencegah terjadinya komplikasi DM kronik dan akut, melalui edukasi sangat penting untuk mendapatkan ketaatan berobat pasien yang baik.

Pasien DM harus didorong untuk perawatan mandiri terutama saat mengalami masa-masa sakit, dengan melakukan pemantauan konsentrasi glukosa darah dan keton urin sendiri. Disinilah pentingnya edukator diabetes yang dapat membantu pasien dan keluarga, terutama pada keadaan sulit (Soewondo, 2009).


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1: Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur DM tipe 2 Riwayat penyakit DM

tipe 2 yang diderita oleh responden pada saat penelitian berlangsung, berdasarkan rekam medis dan diagnosis ditegakkan oleh dokter

Rekam Medis Ada atau tidak nya riwayat menderita DM tipe 2

Nominal

Badan Keton pada Urin

Badan keton pada urin pasien yang diambil dari responden pada saat penelitian berlangsung, kemudian dilakukan pemeriksaan lab untuk melihat hasilnya. Urin Pasien diukur dengan metode Rothera. Ketonuria / tidak ketonuria Nominal Diabetes Melitus

tipe 2 (DM tipe 2)

Badan Keton Pada Urin

Kadar Gula Darah


(38)

Kadar Gula Darah

Kadar gula darah pasien DM yang diukur

menggunakan pengukur gula darah

Alat pengukur gula darah

Dalam mg/dL


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional , yaitu untuk mengidentifikasi badan keton pada urin pasien diabetes mellitus tipe 2 di poli Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di poli endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada bulan Oktober-Desember 2013. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya.

Selanjutnya spesimen dibawa ke laboratorium Penyakit Dalam Rawat Inap Terpadu A untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan DM tipe 2 di Poli Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebagian dari pasien rawat jalan DM tipe 2 di Poli Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah: a. Kriteria Inklusi


(40)

1. Merupakan pasien DM tipe 2 yang sudah didiagnosa oleh dokter. 2. Riwayat penyakit pasien tercatat di rekam medis.

3. Pasien Usia ≥ 25 tahun 4. Laki-laki dan Perempuan

5. Bersedia ikut penelitian dengan menandatangani formulir persetujuan

b. Kriteria Eksklusi

1. Pasien yang didiagnosis menderita Diabetes Melitus tipe 1 2. Pasien tidak sedang mengkonsumsi salisilat dan L-Dopa 3. Subyek menolak berpartisipasi

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode consecutive sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2011).

Besar sampel minimum yang diperlukan dihitung dengan rumus :

Keterangan:

n : Besar sampel

zα : Tingkat kepercayaan yang dikehendaki (95 % = 1,96) P : Proporsi atau keadaan yang akan dicari

Q : 1 – P

d : Tingkat ketepatan yang diinginkan

n = (1.96)2 X (0.5) X (1 - 0.5) = 96 (0.1)2

n = zα2PQ d2


(41)

Berdasarkan rumus diatas, dengan tingkat ketepatan 10 %, proporsi sebelumnya tidak diketahui (dipergunakan P = 0.50) didapatkan jumlah sampel sebanyak 96. Untuk itu peneliti akan mengambil sampel sebanyak 100 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian, meliputi ada atau tidaknya riwayat menderita DM tipe 2 yang sudah didiagnosa oleh dokter kemudian dikonfirmasi ulang dengan memeriksa kadar gula darah sewaktu sampel, kemudian urin sampel diambil lalu dibawa ke laboratorium Biokima untuk diperiksa dengan metode Rothera.

4.5. Metode Analisis Data

Pengolahan data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan Program SPSS (Statistical Package for the Social Science) 18.0 for windows. Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam kemudian dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Penyakit Dalam Rawat Inap Terpadu A Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990. RSUP Haji Adam Malik Medan menjadi sentra rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya.

RSUP Haji Adam Malik Medan terletak di Jalan Bunga Lau Nomor 17 Medan, Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik responden yang ada dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin, umur, kadar gula darah, dan kejadian ketonuria. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 47 47

Perempuan 53 53

Total 100 100

Dari Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sejumlah 47 orang (47%), sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 53 orang (53%).


(43)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Umur Responden

Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)

≤ 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun 51 – 60 tahun 61 – 70 tahun

≥ 71 tahun

1 3 25 44 26 1 1 3 25 44 26 1

Total 100 100

Dari Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa responden yang berumur ≤ 30 tahun yaitu berjumlah 1 orang (1%), responden yang berumur 31-40 tahun berjumlah 3 orang (3%), responden yang berumur 41-50 tahun berjumlah 25 orang (25%), responden yang berumur 51-60 tahun berjumlah 44 orang (44%), responden yang berumur 61-70 tahun berjumlah 26 orang (26%), dan responden yang berumur ≥ 71 berjumlah 1 orang (1%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 51-60 tahun.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Responden Kadar Gula Darah Jumlah (Orang) Persentase (%)

≤120 mg/dL 121 – 200 mg/dL

201 – 300 mg/dL 301 – 400 mg/dL 401- 500 mg/dL

≥ 501 mg/dL

4 41 37 15 2 1 4 41 37 15 2 1


(44)

Dari Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kadar gula darah ≤ 120 mg/dL berjumlah 4 orang (4%), responden yang memiliki kadar gula darah 121-200 mg/dL berjumlah 41 orang (41%), responden yang memiliki kadar gula darah 201-300 mg/dL berjumlah 37 orang (37%), responden yang memiliki kadar gula darah 301-400 mg/dL berjumlah 15 orang (15%), responden yang memiliki kadar gula darah 401-500 mg/dL berjumlah 2 orang (2%), dan responden yang memiliki kadar gula darah ≥ 501 mg/dL berjumlah 1 orang (1%). Hal ini menujukkan bahwa mayoritas responden memiliki kadar gula darah 121-200 mg/dL, dan hanya 1 orang responden yang memiliki kadar gula darah ≥ 501 mg/dL.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Ketonuria Responden Ketonuria Jumlah (Orang) Persentase (%)

Positif 4 4

Negatif 96 96

Total 100 100

Dari Tabel 5.4. dapat diketahui bahwa responden yang ketonuria yaitu sejumlah 4 orang (4%), sedangkan responden yang tidak ketonuria berjumlah 96 orang (96%).

5.1.3. Deskripsi Tabulasi Silang

Tabel 5.5. Tabulasi Silang antara Kadar Gula Darah dengan Kejadian Ketonuria

Kejadian Ketonuria

Positif Persentase (%) Negatif Persentase (%) Kadar Gula Darah

Responden (mg/dL)

≤ 120 0 0 4 4,2

121-200 0 0 41 42,7

201-300 0 0 37 38,5

301-400 2 50 13 13,5

401-500 1 25 1 1,1

≥ 501 1 25 0 0


(45)

Dari Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa responden dengan kejadian ketonuria terbanyak memiliki interval kadar gula darah 301-400 mg/dL yaitu sejumlah 2 orang (50%). Sedangkan responden dengan kejadian tidak ketonuria terbanyak memiliki interval kadar gula darah 121-200 mg/dL yaitu sejumlah 41 orang (42,7%).

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil karakteristik responden penelitian, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sejumlah 53 orang (53%), sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 47 orang (47%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wild yang menyatakan bahwa wanita dengan diabetes lebih banyak dari pria pada gambar 5.1 dibawah ini (Wild, 2004).

Gambar 5.1 : Diagram umur dan jenis kelamin penderita diabetes

Pada penelitian ini mayoritas responden kelompok umur dengan frekuensi paling tinggi yaitu kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 44 orang (44%). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wild yang menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 pada daerah berkembang paling banyak berada pada kelompok umur 45-64 tahun seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.2 (Wild, 2004).


(46)

Gambar 5.2 : Diagram umur penderita diabetes di dunia

Dari karakteristik responden berdasarkan kadar gula darah, sebanyak 54 orang (54%) memiliki kadar gula darah > 200 mg/dL. Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula darah responden mayoritas tidak terkontrol. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidakpatuhan responden dalam melaksanakan terapi.

Pada penelitian ini didapatkan responden yang ketonuria berjumlah 4 orang (4%) dengan rincian 2 orang yang ketonuria memiliki kadar gula darah 301-400 mg/dL, 1 orang memiliki kadar gula darah 401-500 mg/dL, dan 1 orang memiliki kadar gula darah >501 mg/dL. Hal ini sesuai dengan PERKENI yang mengatakan bahwa ketonuria dapat dijumpai pada pasien dengan kadar gula darah 300-600 mg/dL (PERKENI, 2011).

Hasil ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nadilfah yang menyatakan dari 30 orang penderita DM tidak terkontrol didapatkan ketonuria positif sebanyak 2 orang (6,67%). Sedangkan dari 30 orang penderita DM terkontrol didapatkan ketonuria positif (0%). Didapatkan tidak ada perbedaan bermakna antara ketonuria pada penderita DM terkontrol dengan DM tidak terkontrol (p>0,05) (Nadlifah, 2012).

Pada penelitian ini banyak didapatkan hasil negatif palsu, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi (Soewondo,2009):

1. Reagen


(47)

2. Bakteri

Keberadaan bakteri akan menyebabkan berkurangnya asam asetoasetat 3. Tempreatur ruangan

Aseton berkurang pada tempreatur ruangan/mudah menguap. Oleh karena itu, sampel urin haru segera diperiksa.

4. Kemampuan filtrasi glomerulus

Kelemahan filtrasi glomerulus dapat mengurangi eksresi glukosa dan keton pada urin.

5. Kadar glukosa darah

Jarang-jarang terdapat hiperglikemia tanpa ketoasidosis atau ketoasidosis tanpa hiperglikemia berat

6. Metabolisme karbohidrat

Katabolisme karbohidrat tidak cukup untuk menjamin oksidasi lemak yang semestinya. Metabolisme karbohidrat yang tak sempurna ini dikombinasikan dengan kelebihan pemecahan lemak, menyebabkan ketosis pada DM

7. Kelaparan

8. Diet tinggi lemak 9. Ketoasidosis alkoholik 10.Demam


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian-uraian yang dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Dari 100 orang responden penelitian, diperoleh pasien diabetes mellitus tipe 2 paling banyak berjenis kelamin wanita yaitu berjumlah 53 orang (53%).

2. Dari 100 orang responden penelitian, diperoleh pasien diabetes mellitus tipe 2 paling banyak berumur 51-60 tahun yaitu berjumlah 44 orang (44%).

3. Dari 100 orang responden penelitian, diperoleh pasien diabetes mellitus tipe 2 paling banyak memiliki kadar gula darah berkisar antara 121 – 200 mg/dL yaitu berjumlah 41 orang (41%).

4. Dari 100 orang responden penelitian, paling banyak tidak ditemukan badan keton pada urin penderita diabetes mellitus tipe 2 yaitu berjumlah 96 orang (96%). Hanya didapati 4 orang (4%) yang ditemukan badan keton pada urinnya.

5. Dari 4 orang yang ditemukan badan keton pada urin respon responden, 2 orang memiliki kadar gula darah berkisar antara 301-400 mg/dL, 1 orang memili kadar gula darah berkisar antara 401-500 mg/dL, dan 1 orang lagi memiliki kadar gula darah ≥ 501 mg/dL.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu ada beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut adalah:


(49)

1. Bagi dokter atau tenaga kesehatan lainnya agar lebih mengedukasi pasien dalam hal kepatuhan meminum obat, karena peneliti melihat masih tingginya kadar gula darah pasien yang menjadi responden penelitian.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar menggunakan metode yang lebih baik dalam memeriksa ketonuria yaitu secara kuantitatif sehinga didapatkan hasil yang lebih aplikatif.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Botham, KM, Mayes, PA. 2006. Oksidasi Asam Lemak: Ketogenesis. In: Murray, Robert K., Daryl K. Granner, Victor W. Rodwell. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 194.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Tahun 2030 Prevalensi

Diabetes Melitus di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. Available

from:

Fuller, CE., Theatre GA., Henry JB. 2001. Basic Examination of Urine. In: Henry, JB. Clininal Diagnosis and Management by Laboratory Methods. USA: W.B. Saunders Company.

Luthra, Kalpana. 2008. For Ketone Bodies. In: Luthra, Kalpana. Clinical Biochemistry: Basic Concept of Clinical Biochemistry. India. 20.

Marks, Dawn B. 2000. Metabolisme Badan Keton. In: Marks, Dawn B, Allan D. Marks, Colleen M. Smith. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 359-364.

Mitchell, Richard N. 2006. Sistem Endokrin. In: Mitchell, Richard N., Vinay Kumar, Abul K Abbas, Nelson Fausto. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Ed 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 672-676.

Nadlifah, Anita, Suryanto. 2012. Perbedaan Ketonuria pada Penderita DM

terkontrol dan Tidak terkontrol. Available from:

http://publikasi.umy.ac.id/index.php/pend-dokter/article/view/4254/3584. [Accessed 6 Desember 2013]


(51)

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. KONSENSUS Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. from:

Powers, Alvin C. 2005. Diabetes Mellitus. In: Kasper, Dennis L., Anthony S. Fauci, Dan L. Longo, Eugene Braunwald, Stephen L. Hauser, and J. Larry Jameson. Harrison’s Principles of Internal Medicine Ed 16. USA: McGraw-Hill Companies, Inc. 2152-2179.

Purnamasari, Dyah. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In: Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1880-1883.

Soewondo, Pradana. 2009. Ketoasidosis Diabetik. In: Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1906-1910.

Schteingart, David E., 2005. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus. In: Price, Sylvia A., Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC. 1263. Wild, Sarah, Gojka Roglic, Anders Green, Richard Sicree, and Hilary King. 2004.

Global Prevalence of Diabetes: Estimates for The Year 2000 and Projections for 2030. Diabetes Care Volume 27: 1047-1053.

World Health Organization. 2011. Diabetes. Available from:


(52)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ruby Firdaus

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 7 September 1991

Alamat : Jl. Bromo Gg. Setuju Lr Setia Kawan, No. 6C, Medan

Email : ruby_firdauzzz@yahoo.co.id Telepon/Handphone : 085278126330 / 089613139595

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Nurul Islam Indonesia Tahun 1997-2003 2. Sekolah Menengah Pertama An-Nizam Tahun 2003-2006 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan Tahun 2006-2009

4. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Program Studi Teknik Informatika Tahun 2009-2010

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Program Studi Pendidikan Dokter Tahun 2010-sekarang

Riwayat Pelatihan:

1. Workshop Hewan Coba Pekan Ilmiah Mahasiswa SCORE PEMA FK USU 2011

2. Workshop BLS dan Traumotology TBM FK USU PEMA FK USU 2011 3. Latihan Gabungan PTBMMKI 2013


(53)

Riwayat Organisasi:

1. Ketua Karate Dojo SMAN 1 Medan INKANAS 2007-2008 2. Anggota Sie V OSIS SMAN 1 Medan 2008-2009

3. Anggota Divisi Kreativitas Kemahasiswaan Panitia Hari Besar Islam (PHBI) FK USU 2011-2012

4. Anggota Divisi Kenaziran Panitia Hari Besar Islam (PHBI) FK USU 2012-sekarang

5. Sekretaris Manager Divisi Program Standing Committee on Research Exchange (SCORE) FK USU 2011

6. Manager Divisi Hubungan Masyarakat Standing Committee on Research Exchange (SCORE) FK USU 2012

7. Ketua Panitia Seminar & Workshop Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIM)

Standing Committee on Research Exchange (SCORE) FK USU 2011 8. Ketua Panitia Seminar & Workshop Basic Life Support & Traumatology

Tim Bantuan Medis (TBM) FK USU 2012

9. Ketua Panitia Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Nasional Scripta Research Festival (SRF) Standing Committee on Research Exchange

(SCORE) FK USU 2013

10.Anggota Divisi Dana dan Usaha Tim Bantuan Medis (TBM) FK USU 2012

11.Ketua Umum Tim Bantuan Medis (TBM) FK USU 2013-2014

Karya-karya yang Pernah Dibuat:

1. Karya Tulis Imiah Gagasan Tertulis: Potensi DIA (Daidzein-Isoflavone Aglycone) pada Tempe dalam Menurunkan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

2. Poster Ilmiah: Potensi α-Mangostin pada Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) dalam Menginduksi Proses Apoptosis Sel Onkogenik sebagai Terapi Alternatif Kanker Payudara.


(54)

3. Poster Ilmiah: Efektivitas Pemberian Cylosporin (CsA) terhadap Peningkatan Kecepatan Re-epitelialisasi pada Pasien Toxic Epidermal Necrolysis (TEN)

4. Poster Ilmiah: Elecroanatomical Mapping Guided Catheter Ablation “ A Breaktrough Treatment for Atrial Fibrilation”

5. Poster Ilmiah: Penggunaan Kombinasi Omega-3 dalam Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) dan Gamma-Tokoferol dalam Minyak Kedelai Sebagai Terapi Nutrisi Untuk Menghambat Degenerasi Sel Saraf Pasien Alzheimer

6. Poster Publik: Healthy Eyes, Saving Your Future 7. Poster Publik: DAHLIA Prinsip Pencegahan DM tipe 2

8. Proposal Penelitian Multicenter : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecemasan pada Lansia di Daerah-Daerah di Indonesia

Prestasi-prestasi Ilmiah:

1. Finalis 10 Besar Lomba Proposal Penelitian Multi Center (PMC) dalam Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS) 2012 Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Semifinalis Olimpiade Anatomi Fisiologi dalam Sriwijaya Medical Scientific Olympiad (SMSO) 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

3. Peringkat 4 Lomba Poster Ilmiah dalam Medical Sebelas Maret Scientific Competition (Medsmotion) 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret

4. Peringkat 8 Lomba Poster Ilmiah dalam Muhammadiyah Jakarta Scientific Competition (Majesty) 2012 Fakultas Kedokteran Universitas


(55)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN Assalamu’alaikum wr wb.

Saya, Ruby Firdaus, adalah mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Identifikasi Badan Keton pada Urin Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya badan keton pada urin penderita diabetes melitus tipe 2.

Oleh karena itu, saya meminta kesediaan Bapak / Ibu untuk ikut serta menjadi objek penelitian ini dengan memberikan urin Bapak/Ibu untuk diperiksa badan ketonnya. Adapun data individu dalam penelitian ini tidak akan dipublikasikan. Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya, Ruby Firdaus (nomor telepon: 089613139595).


(56)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : ……….. Umur : ……….. Alamat :………...

setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dengan ini menyatakan SETUJU/ MENOLAK* untuk ikut serta menjadi objek penelitian dan memberikan urin saya untuk diperiksa badan ketonnya

Medan, ………2013

Peneliti, Yang membuat pernyataan,

Ruby Firdaus ………


(57)

(58)

(59)

LAMPIRAN 6

DATA INDUK

No Usia Jenis Kelamin KGD Keton

1 64 Laki-laki 313 +

2 65 Laki-laki 210 -

3 56 Perempuan 270 -

4 57 Laki-laki 162 -

5 56 laki-laki 148 -

6 49 Perempuan 120 -

7 67 Perempuan 159 -

8 43 Perempuan 184 -

9 66 Laki-laki 193 -

10 49 Perempuan 213 -

11 45 Perempuan 344 -

12 58 Laki-laki 212 -

13 45 Perempuan 295 -

14 56 Perempuan 461 +

15 63 Perempuan 247 -

16 68 Perempuan 417 -

17 41 Perempuan 154 -

18 42 Perempuan 178 -

19 65 Perempuan 218 -

20 69 Perempuan 195 -

21 50 Perempuan 135 -

22 63 Perempuan 357 -

23 39 Perempuan 189 -

24 53 Laki-laki 249 -

25 61 Perempuan 191 -

26 61 Laki-laki 145 -

27 49 Laki-laki 352 +

28 49 Perempuan 210 -

29 56 Laki-laki 220 -

30 60 Laki-laki 117 -

31 64 Perempuan 298 -

32 54 Laki-laki 185 -

33 51 Perempuan 180 -

34 54 Perempuan 320 -

35 59 Laki-laki 262 -


(60)

37 40 Laki-laki 150 -

38 57 Perempuan 267 -

39 48 Perempuan 179 -

40 63 Laki-laki 112 -

41 56 Laki-laki 172 -

42 52 Perempuan 313 -

43 73 Perempuan 266 -

44 58 Laki-laki 225 -

45 51 Laki-laki 276 -

46 60 Laki-laki 164 -

47 53 Laki-laki 228 -

48 63 Laki-laki 155 -

49 62 Perempuan 176 -

50 47 Laki-laki 147 -

51 58 Perempuan 198 -

52 63 Laki-laki 140 -

53 57 Laki-laki 158 -

54 58 Perempuan 195 -

55 54 Laki-laki 163 -

56 58 Perempuan 238 -

57 43 Perempuan 391 -

58 43 Perempuan 187 -

59 49 Laki-laki 200 -

60 59 Laki-laki 156 -

61 59 Laki-laki 116 -

62 59 Laki-laki 184 -

63 52 Perempuan 238 -

64 63 Perempuan 180 -

65 51 Perempuan 140 -

66 43 Perempuan 268 -

67 56 Perempuan 180 -

68 38 Perempuan 305 -

69 50 Laki-laki 396 -

70 68 Laki-laki 157 -

71 69 Laki-laki 169 -

72 63 Laki-laki 207 -

73 56 Perempuan 128 -

74 54 Perempuan 300 -

75 53 Perempuan 293 -

76 45 Laki-laki 223 -


(61)

78 55 Perempuan 191 -

79 46 Perempuan 194 -

80 50 Perempuan 238 -

81 27 Perempuan 350 -

82 47 Laki-laki 389 -

83 61 Laki-laki 294 -

84 48 Perempuan 227 -

85 60 Laki-laki 316 -

86 64 Perempuan 200 -

87 54 Perempuan 195 -

88 56 Perempuan 528 +

89 66 Perempuan 276 -

90 54 Laki-laki 235 -

91 54 Laki-laki 367 -

92 51 Perempuan 267 -

93 50 Laki-laki 235 -

94 50 Perempuan 226 -

95 58 Laki-laki 342 -

96 61 Laki-laki 299 -

97 53 Laki-laki 268 -

98 58 Laki-laki 222 -

99 48 Laki-laki 141 -


(62)

LAMPIRAN 7

HASIL UJI STATISTIK

Statistics

Kadar Gulah Darah Responden

Usia

Responden Jenis Kelamin

N Valid 100 100 100

Missing 0 0 0

Mean 232,49 55,08 1,53

Median 212,50 56,00 2,00

Std. Deviation 80,823 8,112 ,502

Minimum 112 27 1

Maximum 528 73 2

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 47 47,0 47,0 47,0

Perempuan 53 53,0 53,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Usia Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <= 30 1 1,0 1,0 1,0

31-40 3 3,0 3,0 4,0

41-50 25 25,0 25,0 29,0

51-60 44 44,0 44,0 73,0

61-70 26 26,0 26,0 99,0

>= 71 1 1,0 1,0 100,0


(63)

KGD Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <= 120 4 4,0 4,0 4,0

121-200 41 41,0 41,0 45,0

201-300 37 37,0 37,0 82,0

301-400 15 15,0 15,0 97,0

401-500 2 2,0 2,0 99,0

>= 501 1 1,0 1,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Keton pada Urin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid + 4 4,0 4,0 4,0

- 96 96,0 96,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

KGD Kelompok * Keton pada Urin Responden Crosstabulation

Count

Keton pada Urin Responden

Total

+ -

KGD Kelompok <= 120 0 4 4

121-200 0 41 41

201-300 0 37 37

301-400 2 13 15

401-500 1 1 2

>= 501 1 0 1


(1)

(2)

LAMPIRAN 6

DATA INDUK

No Usia Jenis Kelamin KGD Keton

1 64 Laki-laki 313 +

2 65 Laki-laki 210 -

3 56 Perempuan 270 -

4 57 Laki-laki 162 -

5 56 laki-laki 148 -

6 49 Perempuan 120 -

7 67 Perempuan 159 -

8 43 Perempuan 184 -

9 66 Laki-laki 193 -

10 49 Perempuan 213 -

11 45 Perempuan 344 -

12 58 Laki-laki 212 -

13 45 Perempuan 295 -

14 56 Perempuan 461 +

15 63 Perempuan 247 -

16 68 Perempuan 417 -

17 41 Perempuan 154 -

18 42 Perempuan 178 -

19 65 Perempuan 218 -

20 69 Perempuan 195 -

21 50 Perempuan 135 -

22 63 Perempuan 357 -

23 39 Perempuan 189 -

24 53 Laki-laki 249 -

25 61 Perempuan 191 -

26 61 Laki-laki 145 -

27 49 Laki-laki 352 +

28 49 Perempuan 210 -

29 56 Laki-laki 220 -

30 60 Laki-laki 117 -

31 64 Perempuan 298 -

32 54 Laki-laki 185 -

33 51 Perempuan 180 -

34 54 Perempuan 320 -

35 59 Laki-laki 262 -


(3)

37 40 Laki-laki 150 -

38 57 Perempuan 267 -

39 48 Perempuan 179 -

40 63 Laki-laki 112 -

41 56 Laki-laki 172 -

42 52 Perempuan 313 -

43 73 Perempuan 266 -

44 58 Laki-laki 225 -

45 51 Laki-laki 276 -

46 60 Laki-laki 164 -

47 53 Laki-laki 228 -

48 63 Laki-laki 155 -

49 62 Perempuan 176 -

50 47 Laki-laki 147 -

51 58 Perempuan 198 -

52 63 Laki-laki 140 -

53 57 Laki-laki 158 -

54 58 Perempuan 195 -

55 54 Laki-laki 163 -

56 58 Perempuan 238 -

57 43 Perempuan 391 -

58 43 Perempuan 187 -

59 49 Laki-laki 200 -

60 59 Laki-laki 156 -

61 59 Laki-laki 116 -

62 59 Laki-laki 184 -

63 52 Perempuan 238 -

64 63 Perempuan 180 -

65 51 Perempuan 140 -

66 43 Perempuan 268 -

67 56 Perempuan 180 -

68 38 Perempuan 305 -

69 50 Laki-laki 396 -

70 68 Laki-laki 157 -

71 69 Laki-laki 169 -

72 63 Laki-laki 207 -

73 56 Perempuan 128 -

74 54 Perempuan 300 -

75 53 Perempuan 293 -

76 45 Laki-laki 223 -


(4)

78 55 Perempuan 191 -

79 46 Perempuan 194 -

80 50 Perempuan 238 -

81 27 Perempuan 350 -

82 47 Laki-laki 389 -

83 61 Laki-laki 294 -

84 48 Perempuan 227 -

85 60 Laki-laki 316 -

86 64 Perempuan 200 -

87 54 Perempuan 195 -

88 56 Perempuan 528 +

89 66 Perempuan 276 -

90 54 Laki-laki 235 -

91 54 Laki-laki 367 -

92 51 Perempuan 267 -

93 50 Laki-laki 235 -

94 50 Perempuan 226 -

95 58 Laki-laki 342 -

96 61 Laki-laki 299 -

97 53 Laki-laki 268 -

98 58 Laki-laki 222 -

99 48 Laki-laki 141 -


(5)

LAMPIRAN 7

HASIL UJI STATISTIK

Statistics

Kadar Gulah Darah Responden

Usia

Responden Jenis Kelamin

N Valid 100 100 100

Missing 0 0 0

Mean 232,49 55,08 1,53

Median 212,50 56,00 2,00

Std. Deviation 80,823 8,112 ,502

Minimum 112 27 1

Maximum 528 73 2

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 47 47,0 47,0 47,0

Perempuan 53 53,0 53,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Usia Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <= 30 1 1,0 1,0 1,0

31-40 3 3,0 3,0 4,0

41-50 25 25,0 25,0 29,0

51-60 44 44,0 44,0 73,0

61-70 26 26,0 26,0 99,0

>= 71 1 1,0 1,0 100,0


(6)

KGD Kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <= 120 4 4,0 4,0 4,0

121-200 41 41,0 41,0 45,0

201-300 37 37,0 37,0 82,0

301-400 15 15,0 15,0 97,0

401-500 2 2,0 2,0 99,0

>= 501 1 1,0 1,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Keton pada Urin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid + 4 4,0 4,0 4,0

- 96 96,0 96,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

KGD Kelompok * Keton pada Urin Responden Crosstabulation

Count

Keton pada Urin Responden

Total

+ -

KGD Kelompok <= 120 0 4 4

121-200 0 41 41

201-300 0 37 37

301-400 2 13 15

401-500 1 1 2

>= 501 1 0 1