Tahapan Pengendalian Proses Statistik

4. Tahapan Pengendalian Proses Statistik

3.1 Performansi Kualitas

3.1.2 Definisi dan Dasar-Dasar Pengendalian Mutu Terpadu

Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) atau lebih dikenal dengan Total Quality Control adalah konsep pendekatan manajer ala Jepang dikembangkan (berasal mula dari Amerika) dan disesuaikan dengan kultur budaya masyarakat Jepang. Secara definitif PMT ini dapat dinyatakan sebagai : “Berbagai kegiatan didalam penyelidikan dan pengembangan (R&D), produksi, penjualan dan pelayanan purna jual dengan cara rasional untuk mencapai kepuasan tingkat yang paling ekonomis”.

Definisi TQC/PMT di Jepang

“Sistem yang efektif untuk mengintegrasikan kegiatan pengembangan kualitas, perawatan “Sistem yang efektif untuk mengintegrasikan kegiatan pengembangan kualitas, perawatan

ekonomis”.

Definisi TQC/PMT di Amerika

“Sistem manajemen dengan mengikutsertakan seluruh karyawan dari semua tingkatan didalam sebuah organisasi, dengan penerapan konsep pengendalian kualitas dan metoda statistika untuk mendapatkan kepuasan pelanggan dan karyawan ya ng mengerjakannya”.

Definisi TQC/PMT di Indonesia

Latar belakang konsep TQC/PMT pada dasarnya bermula dari tiga pendekatan yaitu :  Pendekatan metodologi,

 Pendekatan bisnis atau tujuan perusahaan,  Pendekatan kultur budaya Pendekatan metodologi yang dimaksud adalah pendekatan pada sistem pengawasan mutu

produksi, evaluasi personalia, zero defect, spesifikasi tanggung jawab dan pengawasan anggaran/budget, dan lain-lain yang kesemuanya berasal mula dari sistem yang diterapkan di Amerika Serikat. setiap pelaksana pekerjaan harus berfalsafah “proses berikut adalah pelanggan saya”. Kepuasan pelanggan adalah merupakan sasaran utama PMT/TQC.

Pengertian kualitas menurut manajemen PMT/TQC tidak hanya ditekankan pada kalitas produk atau proses pembuatannya saja, akan tetapi mencakup banyak hal, yakni :  Kualitas produk /jasa itu sendiri (product/service quality),

 Kulitas kegiatan suatu proses kerja (process quality),

 Kualitas penjualan yang menyangkut harga (Cost Price) dan kualitas purna jual (after sales) yang akan menyangkut kegiatan maintenance serta pengadaan peralatan suku cadang,

 Kulitas ketepan waktu dan cara penyampaian / penyerahan barang ke tangan konsumen yang membutuhkannya,

 Kualitas keselamatan (safety) serta moral semangat / semangat kerja setiap individu yang terlihat dalam proses produksi,

 Kualitas pengumpulan dan pengolahan data, pembukuan dll. Pengendalian atau kontrol adalah keseluruhan upaya untuk menjamin dipenuhinya

persyaratan kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena pengertian kualitas akan dikait- orientasikan kepada pemuasan pelanggan (customer`s satisfaction), maka didalam kegiatan pengendalian kualitas tentu saja akan juga selalu dikaitkan pada hasrat untuk memuaskan pelanggan tesebut. Maka konsumen akan mendapatkan kepuasan untuk melakukan kegiatan ekonomi yang akan membuat kita menjadi lebih dapat memanfaatkan apa yang telah kita dapatkan sehingga kegiatan TQC /PMT dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang ada.

Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga mempengaruhi dunia usaha, sebab customer menjadi kritis dan persaingan semakin ketat. Untuk memenangkan persaingan, salah satu cara adalah dengan meningkatkan kualitas dari produk.

Pengendalian kualitas merupakan fokus dari penelitian ini, oleh karena itu kata “kualitas” Pengendalian kualitas merupakan fokus dari penelitian ini, oleh karena itu kata “kualitas”

Improvement” mendefinisikan bahwa kualitas ialah:

a. Transcendent (Quality as Excellence)

Pendekatan yang bersifat subjektif yang digunakan sebagai pembeda antara kualitasbaik dan buruk. Unsur excelleny suatu benda menjadi parameternya. Contohnya lukisan “Monalisa” merupakan benda yang berkualitas tinggi.

b. Product-based

Kualitas benda diindikasikan oleh kehadiran specific features atau attribute pada benda tersebut dan dapat diukur.

c. User-based (Fitness for use)

Benda yang dapat memuaskan pemakainya dikatakan berkualitas tinggi.

d. Manufacturing-based (Quality as Comformance to Specification)

Produk yang dibuat sesuai dengan spesifikasi desain merupakan produk yang berkualitas tinggi.

e. Value-based (Quality as Value for the Price)

Kualitas suatu barang diindikasikan oleh kerelaan pelanggan (willingness to pay) untuk membeli barang tersebut. Pendekatan yang telah dijelaskan diatas, hampir semua bersifat subjektif, sehingga dalam kenyataan produsen harus melakukan kombinasi dan pendekatan-pendekatan itu. Kualitas sendiri

menurut Garvin D.A. 1) mempunyai delapan buah dimensi, yaitu:

a. Performance

b. Features b. Features

d. Conformance

e. Serviceability

f. Aesthetics

g. Perceived Quality Produsen dalam merancang dan memproduksi produyk harus melakukan trade-of untuk kedelapan dimensi tersebut yang sesuai dengan konteks produk yang akan dijual.

3.2 Pengenalan SPC

SPC adalah singkatan dari Statistical Process Control, yaitu suatu metode untuk pengumpulan dan analisa data untuk di selesaikan dengan metode practical quality. Statistical artinya bahwa keputusan akan berdasar pada analisa numeric. Process mengacu pada proses produksi tertentu dan mampu memproduksi output dengan kualitas yang konsisten.

Pengertian statistic dalam pengen dalian kualitas adalah suatu system yang dikembangkan untuk menjaga standar dari kualitas hasil produksi pada tingkat biaya minimum atau merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi perusqahaan.pada dasarnya penggunaan metode statistic untuk mengumpulkan data dan menganalisa data dalam menentukan dan mengawasi kualitas hasil produksi.

Perusahaan yang menggunakan pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) merupakan perusahaan yang masih mentolerir adanya cacat produk dalam batas-batas tertentu. Pengendalian kualitas statistik ini dapat dibagi ke dalam pengendalian kualitas proses, yaitu pengendalian kualitas produk selama masih dalam proses dan pengendalian produk jadi. Untuk pengendalian kualitas proses dapat digunakan alat pengendali yang disebut dengan Peta

Pengendali Proses (Process Control Chart) atau sering disingkat dengan control chart. Pengendalian kualitas proses statistik adalah pengendalian kualitas produk selama masih dalam proses. Dalam mengadakan pengendalian kualitas tersebut dapat digambarkan batas atas (upper control limit) dan batas bawah (lower control limit) beserta garis tengahnya (center line).

Statistik adalah seni pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan suatu analisis informasi yang terkandung didalam suatu sampel dari populasi itu. Metode statistik memainkan peranan penting dalam jaminan kualitas. Metode statistik itu memberikan cara – cara pokok dalam pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasinya dan informasi didalam data itu digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan. Lagipula statistik adalah bahasa yang digunakan oleh insinyur pengembangan, pembuatan, pengusahaan, manajemen, dan komponen – komponen fungsional bisnis yang lain untuk berkomunikasi tentang kualitas. (Montgomery, 1993)

Untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau produk yang dihasilkan selalu dalam daerah standar, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap titik origin dan hal-hal yang berhubungan, dalam rangka menjaga dan memperbaiki kualitas produk sesuai dengan harapan. Hal ini disebut Statistical Process Control (SPC).

3.3 Pendekatan Pengendalian Kualitas

 Statistical process control (SPC)  Memonitor proses produksi untuk menjaga kualitas yang buruk dari produk.  Acceptance sampling  Memeriksa contoh (sample) produk secara random untuk menentukan kualitas produk dapat diterima

4. Tahapan Pengendalian Proses Statistik

Fungsi Pemeriksaan Pemeriksaan (Inspeksi)  Memonitor Proses Produksi.  Berapa banyak / berapa sering  Dimana / Kapan

Berapa banyak/Seberapa sering dilakukan Pemerksaan :

 Cost Trade-off:  Cost of inspection  Cost of passing defectives

 Low Cost-High Volume Items: Less  High Cost-Low Volume Items: More  Manual or labor intensive operations: More

Dimana/Kapan Pemeriksaan Proses :

 Raw materials and purchased parts  Finished products  Before a costly operation  Before an irreversible operation  Before an operation that covers up defects

 On-site vs Centralized?  On-site: Faster detection of errors & decisions  Centralized: Maybe required by specialized testing equipment

3.4 Kualitas Produk (Goods Quality)

Bahasan ini merupakan jawaban terhadap banyak pertanyaan sekaligus koreksi penting untuk masyarakat yang berpersepsi harga tinggi berarti produk berkualitas tinggi. Persepsi demikian mesti dibenahi dari karena menjadi tumpuan permainan harga. Bergeser ke persepsi produsen adalah rasional dan beberapa penelitian membuktikan biaya berbanding lurus dengan kualitas produk. Ha tersebut dipahami, mendukung persepsi masyarakat yang telah dikemukakan. Akan tetapi mengabaikan kemampuan efisiensi dimana rasional dan telah umum diketahui bisnis selalu berupaya keras mencapai kondisi efisien (Iman Mulyana, 2007). Seperti peribahasa tidak ada rotan akar pun digunakan yang kita modifikasi menjadi jika dengan akar mampu menghasilkan kursi berkualitas sama, mengapa mesti menggunakan rotan?

Istilah produk mencakup didalamnya barang dan jasa. Hal tersebut berdampak kepada biaya yang terkandung di dalam produk tidak sekedar biaya produksi melainkan total biaya produk sampai ditangan konsumen untuk dikonsumsi. Ini berarti, efisiensi mesti berlangsung pada proses sebagai obyek sekaligus subyek. Keunggulan efisiensi demikian tidak lain merupakan keberanian dan komitmen bisnis menganut paham manajemen kualitas total. Secara total, kualitas diperoleh dengan cara memandang: produktivitas dicapai melalui perbaikan kualitas, kualitas adalah sesuai dengan ketentuan kepuasan konsumen, pengukuran kualitas bersumber dari proses perbaikan terus menerus, kualitas ditentukan oleh desain produk dan pengawasan yang efektif, pengendalian proses dilakukan untuk menghindari produk cacat, kualitas sebagai bagian setiap fungsi daur hidup produk, manajemen bertanggung jawab terhadap Istilah produk mencakup didalamnya barang dan jasa. Hal tersebut berdampak kepada biaya yang terkandung di dalam produk tidak sekedar biaya produksi melainkan total biaya produk sampai ditangan konsumen untuk dikonsumsi. Ini berarti, efisiensi mesti berlangsung pada proses sebagai obyek sekaligus subyek. Keunggulan efisiensi demikian tidak lain merupakan keberanian dan komitmen bisnis menganut paham manajemen kualitas total. Secara total, kualitas diperoleh dengan cara memandang: produktivitas dicapai melalui perbaikan kualitas, kualitas adalah sesuai dengan ketentuan kepuasan konsumen, pengukuran kualitas bersumber dari proses perbaikan terus menerus, kualitas ditentukan oleh desain produk dan pengawasan yang efektif, pengendalian proses dilakukan untuk menghindari produk cacat, kualitas sebagai bagian setiap fungsi daur hidup produk, manajemen bertanggung jawab terhadap

Bagi bisnis produk yang berkualitas tidak selamanya mesti disertai biaya besar. Biaya yang kecil atau dengan kata lain kemampuan efisiensi dalam keberadaannya menjadi satu senjata perang harga. Meskipun bisnis mengambil keputusan untuk tidak ikut serta perang harga, secara jelas kemampuan efisiensi tetap memberikan profitabilitas berdasarkan kerenggangan jarak antara biaya dengan harga produk termasuk konsistensi dengan kualitas. Dengan demikian, hubungan antara kualitas dengan biaya dimungkinkan berbanding terbalik. Sehingga adalah luar biasa, dengan biaya rendah diperoleh produk berkualitas.

3.5 Sikap dan Prinsip Mentalitas Dasar PMT/TQC

PMT/TQC adalah merupakan suatu sikap mental dalam proses produksi barang dan jasa. Yang akan menghasilkan kualitas yang bermutu tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jikalau terdapat pengendalian mutu dalam setiap tahap proses produksi yang berlangsung.

Oleh karena mata rantai (sub-sistem) dalam proses produksi merupakan kegiatan kelompok karyawan, yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas produk dalam kelompoknya, maka perlu dibentuk suatu kelompok kecil (gugus atau circle) yang secara kontinyu bertemu untuk memecahkan masalah bersama dengan tujuan untuk menjamin kualitas produk kelompok yang bersangkutan, yang merupakan mata rantai dalam proses produksi secara menyeluruh. Partisipasi penuh setiap karyawan dalam kelompoknya masing-masing untuk bersama-sama berusaha melakukan pengendalian mutu produk kelompoknya akhirnya bisa diharapkan akan menjamin pengendalian mutu secara total. Mata rantai proses produksi atau kelompok karyawan yang bekerja sama tersebut didalam manajemen PMT/TQC dikenal sebagai gugus kendali mutu (GKM) atau Quality Control Circles (QCC). Selanjutnya akan diberikan beberapa orientasi dan prinsip-prinsip dasar

PMT/TQC yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :

a. Orientasi kepada pelanggan

 mutu adalah kepuasan pelanggan, sehingga arahkan setiap tindakan kepada upaya pemuasan pelanggan.

 proses berikut adalah pelanggan saya.  berpegang pada strategi pemasaran (marketing concept) bukan hanya sekedar

berproduksi saja.

b. Berorientasi pada cara kerja tim (team work) dan partisipasi total dari setiap anggota team

 partisipasi total seluruh karyawan dalam setiap usaha pemecahan masalah dan selalu bekerja dalam kelompok/tim. Semangat ini menuntut adanya pembagian wewenang menurut azas keikutsertaan karyawan dalam proses pengambilan keputusan. Juga dituntut kesediaan bekerja melampaui batas pengkotakan bidang kerja yang sempit.

 Perlu adanya koordinasi, integritas, kerjasama dan informasi kerja timbal balik yang disampaikan ke atas, ke samping , maupun ke bawah.

 Kemajuan akan sangat didukung oleh aktivitas, keikatan dan keterlibatan anggota dalam organisasi (kelompok).

 Pembinaan karyawan oleh organisasi, sedangkan pengembangannya oleh gugus (circles). Senioritas merupakan prinsip untuk keselarasan kerja.

c. Orientasi pada pengembangan sumber daya manusia

 menghargai karyawan dalam harkatnya sebagai manusia dengan memberikan kesempatan menyumbangkan ide untuk pemecahan persoalan dan untuk mengembangkan diri dalam karyanya (misalnya melalui/memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikanatau pelatihan lanjut).

 Menumbuhkan sikap saling percaya antar karyawan dan antar karyawan dengan organisasi (manajemen).

d. Orientasi pada pemecahan persoalan secara obyektif rasional

 pemecahan persoalan atau problem solving pada hakikatnya merupakan upaya utuk meningkatkan kualitas. Pemecahan persoalan terwujud dengan tindakan menanggulangi penyimpangan dan memberikan tindakkan pencegahan.

 Daur Plan-Do-Check-Action (PDCA) terus menerus digerakkan untuk menemukan dan memecahkan persoalan. Proses pengendalian dalam hal ini diawali dengan penetapan sasaran yang terukur dan dilaksanakan secara benar sejak awal.

 Bila terjadi kesalahan dalam mengambil tindakan, maka perhatian bukan diarahkan untuk mencari kambing hitam, melainkan untuk melacak dimana terjadinya penyimpangan dan apa sebab-musababnya. Jangan terlalu capat menyalahkan orang lain. Disini diperlukan sikap terbuka, tanggap terhadap umpan balik dan mau belajar dari kesalahan.

 Selalu berbicara berdasarkan fakta dan data yang jelas. Diperlukan, control chart, dan lain-lain.

3.6 Syarat Pokok Suksesnya Penerapan Konsep PMT/TQC

Pengendalian Mutu Terpadu sebagai suatu sistem hanya dapat berhasil dengan sukses bilamana terdapat sub-sistem yang mendukung dengan sebaik-baiknya. Berikut ada 4 persyaratan pokok yang perlu diperhatikan pada saat penerapan konsep PMT/TQC agar bisa diperoleh hasil yang optimal, sebagai berikut :

Pertama

: Seluruh sumber daya manusia yang turut serta dalam proses produksi baik tingkat manajemen puncak, manajemen menengah maupun para pelaksana mengerti dan menghayai arti PMT/TQC dan mau melakukannya dalam proses produksi atau pekerjaan lain yang berkaitan.

Kedua

: PMT/TQC sebagai totalitas pengendalian terhadap mutu produk, secara bertahap atau berjenjang merupakan rangkain dari suatu proses produksi yang menjadi tanggung jawab masing-masing kelompok kecil dalam suatu rangkaian yang terpadu dari Gugus Kendali Mutu (GKM/QCC) yang bekerja dalam satuan tim.

Ketiga

: Seluruh mata rantai dan sistem tersebut dapat bekerja secara efektif dan : Seluruh mata rantai dan sistem tersebut dapat bekerja secara efektif dan

Keempat

: Sikap mental positif tersebut adalah “ dengan bekerja produktif dalam suatu semangat kelompok tim yang kuat akan menjamin mutu produksi yang tinggi,

sumber imbal jasa yang lebih baik bagi tenaga kerja, oleh karena adanya jaminan pasar yang luas serta menguntungkan bagi perusahaan.

Dengan kata lain jelas kiranya PMT/TQC akan berhasil dengan baik akan berhasil dengan baik bilamana setiap anggota organisasi (karyawan) yang terlibat dalam proses produksi tersebut menyadari sepenuhnya mengenai :

 Apa yang harus mereka lakukan.  mengapa hal tersebut harus dilakukan.  Hambatan/kendala apa saja yang harus mereka hadapi dan harus bisa dihadapi.  Alternatif-alternatif apa yang harus dipilih untuk mengatasi kendala yang ada dan

untuk mencapai target sasaran yang ditetapkan.

Daftar Pustaka