BUKU AJAR TEKNIK PENGENDALIAN KUALITAS

BUKU AJAR TEKNIK PENGENDALIAN KUALITAS

Oleh :

Tim Dosen Mata kuliah Teknik Pengendalian Kualitas

Program Studi Teknik Industri

Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra 2009

KATA PENGANTAR

Mata kuliah Teknik Pengendalian Kualitas merupakan jenis mata kuliah keahlian berkarya di program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra. Buku ajar Teknik Pengendalian Kualitas ini berisi teori-teori, konsep, maupun teknik kualitas di bidang industri umumnya. Program kuliah direncanakan menggunakan pendekatan student center learning dimana mahasiswa harus aktif mencari bahan-bahan sendiri melalui text book maupun melalui online reading yang direkomendasikan.

Mudah-mudahan buku ajar Teknik Pengendalian Kualitas ini dapat membantu menambah bahan belajar bagi mahasiswa teknik industri. Terima kasih kepada seluruh pihak- pihak yang telah membantu penyusunan buku ajar ini. Demi penyempurnaan buku ajar ini, kami mengharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan masukan dan saran.

Penyusun Tim Dosen Mata kuliah Teknik Pengendalian Kualitas

BAB 1 PENGENALAN KUALITAS

1. Tujuan Instruksional

Setelah kuliah selesai mahasiswa diharapkan dapat memahami Urgensi pengendalian kualitas

2. Materi Pembahasan

 Pengertian Kualitas 

Tujuan Pengendalian Kualitas 

Konsep Kualitas Pada Industri Manufaktur 

Pengendalian Kualitas Produksi 

Variasi Kualitas Pada Proses Produksi

3. Pembahasan

1.1 Pengertian Kualitas

Banyak ahli yang mendefinisikan kualitas secara garis besar orientasinya adalah kepuasan pelanggan yang merupakan tujuan perusahaan atau organisasi yang berorientasi pada kualitas. Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli mengenai kualitas :

 H.L. Gilmore : Kualitas adalah suatu kondisi di mana produk sesuai dengan desain atau spesifikasi tertentu. William W. Scherkenbach : Kualitas ditentukan oleh konsumen, konsumen ingin produk atau jasa, dalam seluruh kehidupannya,

dan harapannya, pada suatu harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut.

terpenuhi

kebutuhan

J.M. Juran : Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau

manfaatnya.

Ross Hohnson & : Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik William O. Winchell

produk atau jasa yang berkaitan dengan kemampuannya memenuhi kebutuhan atau kepuasan.

W. Edward Deming : Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan konsumen sekarang dan pada masa mendatang.

Philip B. Crosby : Kualitas merupakan kesesuaian dan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability dan cost effectiveness.

A.V. Feigenbaum : Kualitas merupakan keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing,

dan maintenance melalui mana produk atau jasa dalam pemakaian akan sesuai dengan harapan pelanggan.

engineering, manufacture

David L. Goetsch & : Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang Stanley Davis

berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi apa yang diharapkan.

Dari beberapa pendapat tesebut di atas, secara garis besar kualitas adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

1.2 Tujuan Pengendalian Kualitas

Untuk menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai tuntutan kebutuhan pasar, perlu dilakukan pengendalian kualitas (quality control) atas aktivitas yang dijalani. Dari pengendalian kualitas yang berdasarkan inspeksi dengan penerimaan produk yang memenuhi syarat dan penolakan yang tidak memenuhi syarat sehingga banyak bahan, tenaga dan waktu yang terbuang, muncul pemikiran untuk menciptakan sistem yang dapat mencegah timbulnya masalah mengenai kualitas agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang lagi.

Istilah kualitas tidak terlepas dari manajemen kualitas yang mempelajari setiap area dari manajemen operasi dari perencanaan lini produk dan fasilitas, sampai penjadwalan dan memonitor hasil. Kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus-menerus. Berikut ini dijelaskan mengenai sangat pentingnya istilah kualitas bagi suatu organisasi atau perusahaan, karena:  Reputasi perusahaan

Perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan suatu produk atau jasa yang berkualitas akan mendapat predikat sebagai perusahaan yang mengutamakan kualitas.

Oleh karena itu, perusahaan tersebut dikenal oleh masyarakat luas dan mendapatkan nilai ‘lebih’ di mata konsumen. Karena nilai ‘lebih’ itulah maka perusahaan tersebut dipercaya

konsumen.  Penurunan biaya

Dalam paradigma lama, untuk menghasilkan produk berkualitas selalu membawa dampak pada peningkatan biaya. Suatu produk yang berkualitas selalu identik dengan harga mahal. Hal ini jelas terjadi karena penghasil produk atau jasa tersebut masih menganut paradigma lama, dan membuat produk atau jasa dengan tidak melihat kebutuhan konsumen. Produk yang dihasilkan tersebut dibuat sesuai kemampuan perusahaan, sehingga standar kualitas yang digunakan juga hanya ditetapkan oleh pihak perusahaan. Kondisi demikian membuat produk atau jasa yang telah dihasilkan tidak akan laku terjual karena konsumen tidak menginginkannya. Sementara paradigma baru mengatakan bahwa untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan berorientasi pada kepuasan konsumen, yaitu berdasarkan jenis, tipe, waktu dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Dengan demikian tidak ada pemborosan yang terjadi yang harus dibayar mahal oleh perusahaan. Sehingga pendapat bahwa ‘quality has no cost’ dapat dicapai dengan tidak menghasilkan produk atau jasa yang tidak dibutuhkan pelanggan.

 Peningkatan pangsa pasar

Pangsa pasar akan meningkat bila minimasi biaya tercapai, sehingga harga dapat ditekan walau kualitas tetap menjadi yang utama. Hal-hal inilah yang mendorong konsumen untuk membeli dan membeli lagi produk atau jasa tersebut hingga pangsa pasar meningkat.

 Pertanggungjawaban produk Dengan semakin meningkatnya kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, maka perusahaan akan semakin bertanggung jawab terhadap desain, proses dan pendistribusian produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu pihak perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan biaya begitu besar hanya untuk memberikan jaminan terhadap produk yang ditawarkannya.

 Dampak internasional Bila perusahaan mampu memberikan produk yang berkualitas, maka selain dikenal pasar lokal, produk yang ditawarkan juga akan dikenal dan diterima di pasar internasional. Hal ini akan menimbulkan kesan yang baik terhadap perusahaan tersebut.

 Penampilan produk atau jasa

Kualitas akan membuat produk atau jasa dikenal dan hal ini akan membuat perusahaan tersebut juga dikenal dan dipercaya masyarakat luas. Dengan demikian tingkat kepercayaan pelanggan dan masyarakat umumnya akan bertambah dan perusahaan tersebut akan lebih dihargai. Hal ini akan menimbulkan fanatisme tertentu dari konsumen terhadap produk-produk yang dihasilkan perusahaan tersebut.

 Kualitas yang dirasakan Persaingan yang saat ini bukan lagi masalah harga melainkan kualitas produk. Hal inilah yang mendorong konsumen untuk mau membeli produk dengan harga tinggi dengan kualitas yang tinggi pula. Tetapi kualitas mempunyai banyak dimensi yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kualitas bukan hanya kualitas produk itu sendiri, melainkan kualitas secara menyeluruh (Total Quality). Total Quality merupakan suatu pendekatan untuk melaksanakan bisnis yang berusaha memaksimumkan persaingan organisasi melalui perbaikan secara menyeluruh dalam kualitas produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan.

1.3. Konsep Kualitas pada Industri Manufaktur

Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas produk atau jasa itu akan diwujudkan bila orientasi seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada kepuasan konsumen. Apabila diutarakan secara rinci, kualitas memiliki dua perspektif, yaitu perspektif produsen dan perspektif konsumen, dimana bila kedua perspektif tersebut disatukan maka akan dapat tercapai kesesuaian antara kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai kesesuaian untuk digunakan oleh konsumen. Menurut Roberta Russel (1966), perspektif kualitas dapat digambarkan pada gambar 1.1.

The Meaning of

Producer's Perspective

Consumer's Perspective

Production

Marketing - Conformance to

Quality of Conformance

Quality of Design

- Quality Characteristics

Fitness for Consumer Use

Gambar 1.1. Dua Perspektif Kualitas

Apabila kita perhatikan, maka kedua perspektif tersebut akan bertemu pada satu kata “fitness for consumer use”. Kesesuaian untuk digunakan tersebut merupakan kesesuaian

antara konsumen dengan produsen, sehingga dapat membuat suatu standar yang disepakati bersama dan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan kedua belah pihak.

Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada produk yang dihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi. Bahkan yang terbaik adalah apabila perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir, melainkan pada proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses (work in process), sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat diperbaiki. Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan yang harus dibayar mahal karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang.

1.4. Pengendalian Kualitas Produksi

Kualitas (mutu) suatu produk adalah gabungan seluruh karakteristik produk dan pelayanan baik dari segi rekayasa, manufaktur, pemasaran, sampai perawatan dan pelayanan purna jualnya. Produk yang berkualitas secara umum mempunyai karakteristik, yaitu:

 Produk yang memiliki kecocokan dalam penggunaan.  Produk yang memiliki spesifikasi produsen.  Produk yang memenuhi keinginan konsumen.

Maka pengendalian kualitas dapat diartikan sebagai kesesuaian dan kepuasan antara nilai, produsen dan konsumen atas suatu produk. Kesesuaian dan kepuasan tersebut mencangkup kualitas produk, biaya-biaya (penyimpanan, produksi, penjualan dan layanan purna jual), tingkat kenyamanan dan keselamatan dan moral (nilai).

Adapun maksud dan tujuan dari pengendalian kualitas adalah agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan terdapat dalam setiap proses produksi terutama tercermin dalam produk akhir. Sedikitnya ada dua hal yang menjadi tujuan pengendalian kualitas, yaitu :  Agar hasil produksi mencapai standard yang telah ditetapkan.  Mengusahakan agar biaya-biaya dapat ditekan serendah mungkin (biaya inspeksi, design,

dan proses).

1.5. Variasi Kualitas Dalam Proses Produksi

Dalam sebuah proses produksi tidak akan dihasilkan produk yang benar-benar sama kualitasnya namun selalu terjadi variasi karakteristik pada produk tersebut. Berikut adalah variasi kualitas yang mungkin terjadi pada proses produksi :  Dalam produk itu sendiri.

Variasi kualitas ini karakteristiknya adalah dalam suatu produk terukur tidak simetris atau homogen yang dilihat dari produk itu sendiri. Misalnya terdapat panjang yang berbeda antara ujung kanan dan kirinya.

 Antar produk yang diproduksi. Variasi kualitas ini karakteristiknya adalah suatu produk yang terukur tidak simetris atau homogen dengan produk lainnya walaupun diproduksi pada waktu yang produksi yang sama.  Antar waktu produksi.

Variasi kualitas ini karakteristiknya adalah suatu produk yang terukur tidak simetris atau homogen dengan produk lainnya karena diproduksi pada waktu produksi yang berbeda.

PENGERTIAN KUALITAS

Kualitas mempunyai pengertian / definisi yang beragam, keragaman ini dapat dilihat dari sudut pandang waktu dan dari sudut pandang disiplin kelilmuan. Dilihat dari sudut pandang waktu pengertian kualitas dapat dibedakan dari definisi klasik dan moderen, sedangkan dari sudut pandang keilmuan definisi kualitas dapat dikelompokkan menjadi ; (1) Pendektan transenden dari filsafat; (2) Pendekatan berdasarkan produk dari ekonomi; (3) Pendektan berdasarkan penggunan dari ekonomi, pemasaran dan manajemen oeprasi; (4) pendekatan berdasarkan manufaktur dan (5) Pendekatan berdasarkan nilai dari manajemen operasi

Definisi Klasik :

Kualitas adalah derajat kesesuain terhadap standar atau karakteristik langsung dari produk : Seperti performansi (performance), keandalan (reability), mudah dalam penggunaan (easy to use), estetika (esthetics), dll.

Gambar : Definisi Klasik dari Kualitas

PRODUK

KESESUAIAN

STANDAR

Definisi Moderen : ISO 8402 ( quality Vocabulary )

Kualitas adalah totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dispesifikasikan atau ditetapkan.

Perbedaan pengertian kualitas menutur pandangan tradisional/klasik dengan pandangan moderen dapat kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1. Pandangan Tradisional dan Moderen Tentang Kualitas

Pandangan Tradisional

Pandangan Moderen

Memandang kualitas sebagai isu teknis Memandang kualitas sebagai isu bisnis Usaha perbaikan kualitas

Usaha perbaikan kualitas diarahkan dikoordinasikan oleh manajer kualitas

oleh manajemen puncak

Menfokuskan kualitas pada fungsi atau Kualtias mencakup semua fungsi atau departemen produksi

departemen dalam organisasi

Produktifitas dan kualitas merupakan Produktifitas dan kualitas merupakan sasaran yang bertentangan

sasaran yang bersesuaian, karena hasil-hasil produktifitas dicapai melalui peningkatan atau perbaikan kualitas

Kualitas didefinisikan sebagai Kualitas secara tepat di definisikan konformansi terhadapat spesifikasi

sebagai persyaratan untuk memuaskan atau standar. Membandingkan produk

kebutuhan pengguna produk atau terhadap spesifikasi

pelanggan (customer). Membandingkan produk terhadap kompetitor dan terhadap produk terbaik di pasar.

Kualitas diukur melalui derajat Kualitas diukur melalui perbaikan nonkonformansi, menggunakan

proses/produk dan kepuasan

ukuran-ukuran kualitas internal pengguna produk atau pelanggan secara terus menerus, dengan menggunakan ukuran-ukuran kualitas berdasarkan pelanggan.

Kualitas dicapai melalui inspeksi Kualtias ditentukan melalui desain secara intensif terhadap produk

produk dan dicapai melalui teknik pengendalian yang efektif, serta memberikan kepuasan selama masa pakai produk.

Beberapa kerusakan atau cacat Cacat dan kerusakan dicegah sejak diizinkan, jika produk telah memenuhi

awal melalui teknik pengendalian standar kualitas minimum

proses yang efektif

Kualtias adalah fungsi terpisah dan Kualitas adalah bagian dari setiap berfokus pada evaluasi produk

fungsi dalam semua tahap dari siklus hidup produk

Pekerja dipermalukan apabila Manajemen bertanggung jawab untuk manghasilkan kualitas yang jelek

kualitas

Hubungan dengan pemasok bersifat Hubungan dengan pemasok bersifat jangka pendek dan berorientasi pada

jangka panjang

biaya

Ukuran performansi pandangan tradisional dengan modern juga berbeda, perbedaan ini dapat kita lihat pada table berikut.

Tabel 1.2. Tingkat Performansi (performance level) Terhadap kualitas berdasarkan pandangan

Tradisional dan Moderen

Item Pandangan Tradisional Pandangan Modern

 Ukuran berdasarkan

 Ukuran berdasarkan

bagian perseratus

bagian persejuta (parts

(persen)

permillion=ppm)

 Jika produk tidak

 Perbaikan

Kualitas

rusak, tidak perlu

produk/proses secara

memperbaikinya

terus menerus.

 inspeksi sama dengan

 Manajemen kualitas

kualitas

terpadu

 System saran secara

 Tim kualitas proaktif Keterlibatan

pasif

 Strategi menang- karyawan

 Starategi menang-

 Selusin atau lebih per involvement)

 Paling banyak satu

perbaikan per

karyawan per tahun

karyawan per tahun

Fokus Keuntungan jangka pendek Keuntungan jangka panjang

Perbedaan pandangan tradisional dengan pandangan modern juga dapat dilihat dari dua macam konsep sistim industry, yaitu konesep berdasarkan atas produk yang dapat dihasilkan, dengan konsep berdasarkan atas kebutuhan konsumen.

Kualitas Produk dan Kualitas Servis

Contoh Aplikasi Konsep Kualitas Berfokus Pelanggan (moderen) pada Perusahaan Ricoh di Jepang

Perusahaan Ricoh (Ricoh Company, Ltd., Tokyo), sejak pertengahan tahun 1970-an telah menerapkan konsep kualitas berfokus pada pasar (pelanggan), dan memenangkan medali Deming (Deming prize, suatu penghargaan kualitas peling bergengsi di Jepang.

Ricoh membagi konsep pengendalian kualitas total (total quality control concep) ke dalam tiga area, yaitu: 1. filosofis, 2. peralatan, dan 3. aktifitas, seperti ditunjukkan dalam gambar berikut

1. Orientasi pasar (pelanggan)

1. FILOSOFI RICOH

2. “Tanpa kesalahan” ke pelanggan

3. Keputusan dasar hanya berdasarkan fakta

2. PERALATAN

1. Penyimpangan hasil menyebabkan tindakan

2. Peralatan untuk identifikasi penyimpangan

1. Penyelesaian masalah

3. AKTIFITAS

2. Pengembangan kebijaksanaan

3. Jaminan kualitas

4. Aktifitas melalui manajemen + Aktifitas yang dimulai dari

pekerja (Gugus kendali mutu)

Gambar 1.1 Konsep pengendalian kualitas total pada Ricoh Company, Ltd., Tokyo

Pengertian Kualitas berdasarka Sudut Pandang Bidang Keilmuan

Kualitas produk menjadi sesuatu yang berkembang cepat dan merupakan sebuah isu kompetitif yang penting. Keandalan (Reliabel) yang superior dari banyak produk Jepang telah membakar kesadaran manajer Amerika mencari sesuatu yang lebih baik. Sebagai tambahan, beberapa survei telah mengungkapkan ketidak puasan/kekecewaan konsumen dengan tingkat kualitas dan servis yang ada dari produk yang mereka beli. Dalam studi terbaru dari unit bisnis dari banyak perusahaan Amerika Utara , manajer menyebutkan bahwa “memproduksi dengan standar kualitas yang tinggi” sebagai perhatian dari pimpinan mereka sekarang.

Literatur akademis tentang kualitas belum menguraikan secara luas. Masalahnya adalah satu diantara hal-hal berikut : Para ahli dari empat disiplin ilmu ; filsafat ( philosophy ), ekonomi ( economics), Pemasaran (marketing) dan manajemen operasi (operation management) , mempunyai pertimbangan tersendir tentang subjek itu, yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lain.. Filsafat berfokus pada isu definisi; ekonomi pada maksimalisasi keuntungan dan keseimbangan pasar; pemasaran pada batasan (determinant) dari tingkah laku membeli dan kepuasan konsumen; dan manajemen operasi pada praktek keteknikan dan kontrol produksi. akbiatnya adalah timbulnya persaingan pandangan , setiap kelompok berdasarkan pada sebuah kerangka analisis yang berbeda dan mempraktekkan dengan terminologi sendiri.

Pada waktu yang bersamaan, sejumlah tema umum bermunculan. Semua tema tersebut mempunyai implikasi manajemen yang penting. Pada bagian konseptual, setiap disiplin mempunyai kaitan dengan pertanyaan berikut; Apakah kualitas itu obyektif atau subyektif ? apakah dia tidak dipengaruhi oleh waktu (timeless) atau dibatasi oleh batasan sosial (socially determined ) ? Kenyataan lainnya bahwa ketertarikan berfokus pada hubungan-hubungan dari kualitas. Untuk contoh, adakah hubungan antara kualitas dan harga ? Antara kualitas dan periklanan ? Antara kualitas dengan biaya ? Antara kualitas dengan pangsa pasar? Lebih umum apakah peningkatan kualitas mengarahkan pada keuntungan yang lebih tinggi atau lebih rendah ?

Lima Pendekatan Dalam Penentuan Kualitas

Lima pendekatan besar terhadap definisi kualitas dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Pendektan transenden dari filsafat; (2) Pendekatan berdasarkan produk dari ekonomi; (3) Pendektan berdasarkan penggunan dari ekonomi, pemasaran dan manajemen oeprasi; (4) pendekatan berdasarkan manufaktur dan (5) Pendekatan berdasarkan nilai dari manajemen Lima pendekatan besar terhadap definisi kualitas dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Pendektan transenden dari filsafat; (2) Pendekatan berdasarkan produk dari ekonomi; (3) Pendektan berdasarkan penggunan dari ekonomi, pemasaran dan manajemen oeprasi; (4) pendekatan berdasarkan manufaktur dan (5) Pendekatan berdasarkan nilai dari manajemen

Tabel 2.2. Lima Pendekatan Kualitas 

Definisi Transenden  ”Kualitas adalah tidak ada baik dalam fikiran atau zat/material, tetapi sebuah identitas ketiga yang tersendiri dari dua hal tersebut...bahkan memikirkan kualitas tidak dapat dilakukan, Anda tau apakah itu.”

 ”...sebuah kondisi dari kesempurnaan yang menunjukan bahwa kualitas yang baik sebagai pembeda dari kualitas yang jelek...Kualitas diperoleh

atau dicapai dari standar tertinggi sebagai upaya agar menjadi puas dengan ketidak telitian atau bersifat menipu.”

 Definisi Berdasarkan-Produk  ”Perbedaan didalam sejumlah kulitas disebabkan perbedaan dalam

kuantitas dari sejumlah kandungan yang diinginkan atau atribut.”  ”Kualitas merujuk kepada sejumlah kandungan atribut yang tidak berharga (unpriced) dalam setiap unit dari atibut yang berharga.” 

Definisi Berdasarkan-Pengguna  ”Kualitas terdiri dari kemampuan untuk memuaskan keinginan...”

 ”Kualitas adalah tingkat dari suatu produk memuaskan keinginan dari suatu konsumen tertentu.”  ”Kualitas adalah suatu aspek dari produk, termasuk dari servis yang dimasukkan dalam kontrak penjualan, yang mempengaruhi kurva permintaan.”

 ”Dalam analisa terakhir dari ruang pasar (marketplace), kualitas dari suatu produk tergantung pada seberapa baik dia sesuai dengan pola dari preferensi konsumen.”

 “Kualitas terdiri dari panjang dimana spesimen ( suatu produk-nama- model-kombinasi penjualan) menguasai karakteristik dari servis yang Anda inginkan

 “Kualitas adalah kesesuaian untuk digunakan.” 

Definisi Berdasarkan-Manufaktur  ”Kualitas (bermakna) cocok dengan permintaan.”  ”Kualitas adalah tingkat dimana produk tertentu sama/cocok dengan Definisi Berdasarkan-Manufaktur  ”Kualitas (bermakna) cocok dengan permintaan.”  ”Kualitas adalah tingkat dimana produk tertentu sama/cocok dengan

Definisi Berdasarkan-Nilai.  ”Kualitas adalah tingkat dari kesempurnaan pada suatu harga yang

diterima dan variabel yang terkontrol pada suatu biaya yang diterima.”  Kualitas bermakna terbaik untuk kondisi konsumen tertentu. Kondisi- kondisi ini adalah (a) guna sebenarnya dan (b) harga jual dari produk tersebut.”

Potensi Konflik.

Perbedaan pendekatan terhadapa kualitas ini dapat mengakibatkan kemacetan komunikasi dalam perusahaan. Sebagai contoh, kebanyakan perusahaan barang-barang konsumsi sekarang merubah pandangan terhadap praktek dari manajemen kualitas. Perusahaan lebih tertarik pada penilaian proses pengenalan produk baru yang dianggap sebagai kunci untuk berhasil dalam persaingan. Terhadap hal ini ada dua pandangan yang berbeda. Satu grup merasa bahwa proses tersebut mesti berhasil dengan cepat: produk baru muncul secara berkala, konplain dari konsumen sedikit, dan barang yang rusak tidak dikirimkan kepada pedagang dalam jumlah yang besar. Grup yang lainnya merasa bahwa proses harus menjadi revamped sebab kuliatas begitu buruk; peluncuran produk baru sering memperlambat ketika perancangan merubah konfigurasi untuk mengadopsi pada kebutuhan manufaktur, dan material dan labor berbeda dari beberapa ratus ribu dollar telah incurred sebab oleh tidak terantisipasinya rework dan scrap.

Disebabkan oleh ketidak sesuaian ini, proyek cepat untuk gagal. Perkembangan selanjutnya memerlukan pemahaman bahwa satu grup mempergunakan definisi kualitas berdsarkan-pengguna sedang yang lainnya mempergunakan pendekatan berdasarkan manufaktur. Hanya kemudian kedua grup biasanya setuju pada masalah yang biasanya dihadapi.

Kebutuhan Akan Definisi Yang Berbeda

Meskipun berpotenti untuk konflik, perusahaan membutuhkan untuk memperhatikan beberapa perbedaan persepektif tersebut. Untuk mereka adalah esensi agar berhasil memperkenalkan produk yang berkualitas tinggi. Kepercayaan pada definisi tunggal dari Meskipun berpotenti untuk konflik, perusahaan membutuhkan untuk memperhatikan beberapa perbedaan persepektif tersebut. Untuk mereka adalah esensi agar berhasil memperkenalkan produk yang berkualitas tinggi. Kepercayaan pada definisi tunggal dari

Contoh-contoh ini menyarankan kebutuhan untuk membuat satu pendekatan terhadap kualitas selagi produk mulai dari rancangan sampai ke pasar. Karakteristik kualitas yang mempunyai arti lain harusnya pertama diidentifikasi dari penelitian pasar ( kualits berdasarkan- pengguna) Karakteristik-karakteristik ini harusnya di translate ke dalam atribut-atribut produk yang dapat dididentifikasi (pendekatan kualitas berdasarkan-produk); dan proses manufaktur harusnya kemudian di organisasikan untuk memastikan bahwa produk tersebut dibuat sesuai dengan spesifikasi ini( pendekataan kualitas berdasarkan manufaktur). Sebuah proses yang mengenyampingkan setiap sesuatu dari tahapan ini tidak akan menghasilkan produk berkualitas. Kesemuanya dari tiga pandangan adalah penting dan harus diperhatiknan dengan baik.

Sekalipun demikian, setiap pendekatan utama terhadap kualitas menyumbangkan sebuah permasalahn umum. Masing-masing kurang jelas dan imprecise ketika dia datang untuk menjelaskan elemen dasar dari kualitas produk. Pandangan analisa relative, dengan pengecualian dari Juran dan Maynes, telah ditunjukkan sebuah ketertarikan dalam rincian- rincian ini. Kesalahan tersebut tidak menguntungkan, untuk banyak hal dapat dipelajari dengan memperlakukan kualitas pada pakaian yang kurang homogen.

Daftar pustaka: - Heizer, Jay & Barry Render, Operations Management, edisi ketujuh, Penerbit Salemba Empat,2005 - Creech, Bill, Lima Pilar TQM, Binarupa Aksara,1996 - Diadaptasi dari, Whath Does “Product Quality” Really Mean ?, by David A Garvin, Sloan

Management Review (pre-1986); Fall 1984, Harvad University - Gaspersz, Vencent,Total Quality Management, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2003

Ko n s e p Ku a lita s p a d a In d u s tr i Ma n u fa k tu r dan Jasa

Banyak ahli yang mendefinisikan kualitas yang secara garis besar orientasinya adalah kepuasan pelanggan yang merupakan tujuan perusahaan atau organisasi yang berorientasi pada kualitas. Dari beberapa definisi terdahulu, dapat katakan bahwa secara garis besar, kualitas adalah keseluruhan cirri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Pelanggan yang dimaksud di sini bukan .pelanggan atau konsumen yang hanya . datang sekali untuk mencoba dan tidak pernah kembali lagi, melainkan mereka yang datang berulang-ulang membeli dan membeli. Meskipun demikian, konsumen yang baru satu kali datang juga harus dilayani sebaik-baiknya, karena kepuasan pertama inilah yang akan membuat pelanggan datang dan datang lagi. Secara umum dapat dikatpkan bahwa kualitas produk atau jasa itu akan diwujudkan bila orientasi seluruh kegiatan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction). Apabila diutarakan secara rinci, kualitas memiliki dua perspektif, yaitu perspektif produsen dan perspektif konsumen, di rnana bila kedua hal tersebut disatukan maka akan dapat tercapai kesesuaian antara kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai kesesuaian untuk digunakan oleh konsumen.

Apabila diperhatikan, maka kedua perspektif tersebut akan bertemu pada satu kata "Fitness for Consumer Use". Kesesuaian untuk digunakan merupakan kesesuaian antara konsumen dengan produsen, sehingga membuat suatu standar yang disepakati bersama dan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan kedua belah pihak. Kegiatan pengendalian kualitas tidak hanya meliputi penetapan standar produk atau proses dari pihak melainkan standar yang ditetapkan produsen tersebut juga harus sesuai dengan spesifikasi atau toleransi yang ditetapkan oleh pihak konsumen.

Selanjutnya, ada beberapa dimensi kualitas untuk industri manufaktur dan jasa. Dimensi ini digunakan untuk melihat dari sisi manakah kualitas dinilai. Tentu saja perusahaan ada yang menggunakan salah satu dari sekian banyak dimensi kualitas yang ada, namun ada kalanya yang membatasi hanya pada salah satu dimensi tertentu. Yang dimaksud dimensi kualitas tersebut, telah diuraikan oleh Garvin (1996) untuk industri manufaktur, meliputi: Performance, yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri atau karakteristik

operasi dari suatu produk. Feature, yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik bagi pelanggan. Reliability, yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena ke operasi dari suatu produk. Feature, yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik bagi pelanggan. Reliability, yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena ke

karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan. Durability, yaitu tingkat ketahanan/awet produk atau lama umur produk. Serviceability, yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan

memperoleh komponen produk tersebut. Aesthetic, yaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut. Perception, yaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena citra

atau reputasi produk itu sendiri. Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan pada produk yang dihasilkan,

juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi. Bahkan, yang terbaik adalah apabila perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir, melainkan proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses (Work in Process), sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat diperbaiki. •Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan yang harus dibayar mahal karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang.

Selanjutnya, dengan perkembangan bidang usaha, maka organisasi atau perusahaan kini bukan hanya bergerak di bidang industri manufaktur, tetapi juga pada industri jasa, misalnya konsultan, pengacara, akuntan, pendidikan, dan sebagainya. Pengukuran kualitas pada industri jasa sulit sekali dilakukan karena karakteristik jasa pada umumnya tidak tampak. banyak sekali perbedaan antara industri manufaktur dengan industri jasa yang menurut Gaspersz (1997), karakteristik unik dari suatu industri jasal pelayanan yang sekaligus membedakannya dari barang antara lain

1. Pelayanan merupakan output tak berbentuk (intangible output) Pelayanan merupakan output variabel, tidak standar.

3. Pelayanan tidak dapat disimpan dalam persediaan, tetapi dapat dikonsumsi dalam produksi.

4. Terdapat hubungan langsung yang erat dengan pelanggan melalui proses pelayanan.

5. Pelanggan berpartisipasi dalam proses memberikan pelayanan.

6. Pelanggan sekaligus merupakan input bagi proses pelayanan yang diterimanya.

7. Keterampilan personil "diserahkan" atau "diberikan" secara langsung kepada pelanggan.

8. Pelayanan tidak dapat diproduksi secara masal.

9. Membutuhkan pertimbangan pribadi yang tinggi dari individu yang memberikan pelayanan.

10. Perusahaan jasa pada umumnya bersifat padat karya.

11. Fasilitas pelayanan berada dekat lokasi pelanggan.

12. Pengukuran efektivitas pelayanan bersifat subyektif.

13. Pengendalian kualitas terutama dibatasi pada pengendalian proses.

14. Option penetapan harga lebih rumit. Pengukuran kualitas untuk produk fisik tidak sama dengan industri jasa. walaupun demikian, ada beberapa dimensi yang digunakan dalam mengukur kualitas suatu industri jasa. Menurut Garvin (1996), dimensi kualitas pada industri jasa antara lain: Communication, yaitu komunikasi atau hubungan antara penerima jasa dengan pemberi jasa. Credibility, yaitu kepercayaan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa. Security, yaitu keamanan terhadap jasa yang ditawarkan. Knowing the customer, yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa pada penerima jasa atau

pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan pemakai jasa. Tangibles, yaitu bahwa dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan harus dapat diukur

atau dibuat standarnya. Reliability, yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa dalam memenuhi

janji para penerima jasa. Responsiveness, yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan penerima

jasa. Competence, yaitu kemampuan atau keterampilan pemberi jasa yang dibutuhkan setup orang dalam perusahaan untuk memberikan jasanya kepada penerima jasa. Access, yaitu kemudahan pemberi jasa untuk dihubingi oleh pihak atau pelanggan atau penerima jasa. Courtesy, yaitu kesopanan, respek, perhatian, dan kesamaan dalam hubungan personil.

Meningkatkan kualitas jasa yang ditawarkan tidak semudah usaha meningkatkan kualitas produk, karena karakteristiknya yang unik. Peningkatan kualitas jasa juga akan berdampak pada organisasi secara menyeluruh. Biaya Kualitas

Setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan pasti terkait erat dengan Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan tersebut. Dalam paradigma baru dikatakan bahwa quality has no cost yang berarti kualitas tidak memerlukan biaya. Artinya untuk membuat suatu produk yang berkualitas perusahaan dapat melakukannya dengan cara rnenghilangkan segala bentuk pemborosan, yang hiasanya pemborosan ini disebabkan karena perusahaan menghasilkan produk yang ternyata cacat sehingga harus diadakan perbaikan atau harus dibuang.

Selanjutnya, dalam paradigma baru dikenal bahwa peningkatan kualitas pasti diiringi dengan peningkatan produktivitas. Mengapa demikian? Hal ini dapat terjadi apabila perusahaan berhasil menghilangkan pemborosan. dalam paradigma baru, kualitas tidak berdampak pada peningkatan biaya kualitas, bahkan akan menghemat biaya tersebut. Biaya yang dapat dihemat terutama yang merupakan biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan menghasilkan produk cacat. Namun demikian, biaya kualitas itu akan tetap ada bila perusahaan menganut paradigma lama. Dalam paradigma lama, dikatakan bahwa kualitas itu mahal. Untuk meningkatkan kualitas produk dan menurut paradigma lama, diperlukan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Ada dua golongan besar biaya kualitas, yaitu biaya untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan biaya yang harus dikeluarkan karena menghasilkan produk cacat. Menurut Russel (1996), secara keseluruhan, biaya kualitas tersebut meliputi:  Biaya urituk menghasilkan produk yang berkualitas (cost of achieving good quality) yaitu

biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk Membuat produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan pelanggan, meliputi:

 Biaya pencegahan (prevention costs) yaitu biaya untuk mencegah kerusakan atau cacat produk yang terdiri dari :  Biaya perencanaan kualitas (quality planning costs) yaitu biaya yang harus

dikeluarkan untuk membuat perencanaan akan produk yang baik yang akan dihasilkan.

 Biaya perancangan produksi (production design costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk merancang produk sehingga produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas.

 Biaya pemrosesan (process costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat menjalankan proses produksi sehingga menghasilkan produk yang berkualitas.  Biaya pelatihan (training costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan pelatihan bagi karyawan sehingga karyawan bertanggung jawab untuk selalu membuat produk yang balk.

 Biaya informasi akan kualitas produk yang diharapkan pelanggan (irrfonnatiorr costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan survey pelanggan tentang kualitas produk yang diharapkan pelanggan.

 Biaya penilaian ( a ppraisal costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan pengujian terhadap produk yang dihasilkan, meliputi:  Biaya untuk mengadakan inspeksi dan pengujian (inspection and testin g costs), yaitu  Biaya penilaian ( a ppraisal costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan pengujian terhadap produk yang dihasilkan, meliputi:  Biaya untuk mengadakan inspeksi dan pengujian (inspection and testin g costs), yaitu

 Biaya peralatan pengujian (test e q uipment costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan alat untuk pengujian terhadap kualitas produk.  t3iaya operator (operator costs) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memberikan upah pada orang yang bertanggung jawab dalam pengendalian kualitas.  Biaya yang harus dikeluarkan karma perusahaan menghasilkan produk cacat (cost of poor duality), meliputi:  Biaya kegagalan internal (intenurl failure costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan karma perusahaan telah menghasilkan produk yang cacat tetapi cacat produk tersebut telah diketahui sebelum produk tersebut sampai kepada pelanggan. Biaya ini meliputi:

 Biaya yang dikeluarkan karma produk harus dibuang (scrap costs), yaitu biaya yang telah dikeluarkan perusahaan tetapi produk yang dihasilkan ternyata produk cacat sehingga harus dibuang dan adanya biaya untuk membuang produk tersebut.

 aya pengerjaan ulang (rework costs), yaitu Biaya untuk memperbaiki produk yang carat.  Biaya kegagalan proses (process failure costs) yaitu Biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi tetapi ternyata produk yang dihasilkan adalah produk carat.

 Biaya yang harus dikeluarkan karena proses produksi tidak dapat bei jalan

sebagaimana mestinya (process downtime costs).  Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan terpaksa harus menjual produk di bawah harga patokannya karena produk yang dihasilkannya carat (price- downgrading costs)

 Biaya kegagalan eksternal (external failure costs) yaitu Biaya yang harus dikeluarkan karena menghasilkan produk carat dan produk ini telah diterima oleh konsumen, meliputi:

 Biaya untuk memberikan pelayanan terhadap keluhan pelanggan (customer complaint costs).  Biaya yang harus dikeluarkan karena produk yang telah disampaikan kepada konsumen dikembalikan karena produk tersebut carat (product return costs).  Biaya yang harus dikeluarkan untuk menangani tuntutan konsumen terhadap adanya jaminan kualitas produk (warranty claims costs).

 Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan harus memberikan jaminan atau garansi bagi konsumen bahwa produk yang dihasilkan adalah baik (product liability

costs).  Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan tidak dipercaya oleh konsumen sehingga tidak mau lagi membeli produk ke perusahaan tersebut (lost sales costs).

Organisasi atau perusahaan yang ingin melihat biaya kualitas dan menggunaknnya sebagai indikator kemajuan perbaikan kualitas dapat menggunakan laporan biaya kualitas yang bersifat umum seperti Tabel 1.1

Tabel 1.3 Bentuk umum Laporan Biaya Kualitas Bulanan

Biaya Kualitas dan Nilai Kualitas

Selama ini, kualitas seringkali hanya digambarkan sebagai konsep yang abstrak seperti bagaimana manajer suatu organisasi menentukan sasaran kualitas, dengan alat apakah manajer organisasi mengevaluasi pen: apaian manajemen kualitas, apakah sumber daya yang mendukung kualitas Iapat dialokasikan secara lebih efisien, bagaimana tingkat pengembalian kualitas secara ekonomi ditentukan, dan masih banyak lagi.

Selanjutnya, apabila ditinjau kembali Biaya kualitas, sebenarnya ada sisi lain yang belum atau jarang ditinjau, yaitu nilai kualitas yang melekat pada produk atau jasa yang Selanjutnya, apabila ditinjau kembali Biaya kualitas, sebenarnya ada sisi lain yang belum atau jarang ditinjau, yaitu nilai kualitas yang melekat pada produk atau jasa yang

Gambar 1.3 Hubungan Biaya dan Nilai Kualitas

Dari Gambar 1.3 tersebut terlihat bahwa titik minimum kurva Biaya kualitas (cost of quality atau COQ) dicapai apabila jumlah Biaya pencegahan, penilaian, dan ketidaksesuaian baik internal maupun eksternal berada pada nilai optimum atau minimum. Nilai dari kurva kualitas di sisi lain, tidak me , miliki nilai optimum, tetapi lebih pada nilai akhir yang maksimum yang dicapai secara Dari Gambar 1.3 tersebut terlihat bahwa titik minimum kurva Biaya kualitas (cost of quality atau COQ) dicapai apabila jumlah Biaya pencegahan, penilaian, dan ketidaksesuaian baik internal maupun eksternal berada pada nilai optimum atau minimum. Nilai dari kurva kualitas di sisi lain, tidak me , miliki nilai optimum, tetapi lebih pada nilai akhir yang maksimum yang dicapai secara

 Manajer kualitas harus mempunyai komitmen untuk menentukan biaya sasaran kualitas. Berdasarkan sasaran tersebut, kontribusi yang pada keuntungan tiap tahun dapat diprediksi.

 Sasaran kualitas secara menyeluruh merupakan serangkaian sasaran dan pencapaian masing-masing bagian Oleh karenanya perlu diadakan identifikasi secara tepat sasaran masing-masing bagian.

 Masing-masing dan setup orang dari manajer yang merne g ang fungsi kualitas harus mendukung pencapaian sasarannya untuk menjamin pencapaian sasaran kualitas secara menyeluruh.

Selanjutnya, menurut Bester (1999), QBO juga harus mencakup mpat komponen utama, yaitu:  Jarak efektivitas kualitas, yang merupakan penentuan syarat-syarat yang dibutuhkan secara umum untuk basil yang berkualitas. Ukuran efektivitas manajemen dalam hal ini meliputi jarak efektivitas dari faktor-faktor yang memberikan kontribusi pada investasi seperti desain kualitas, bahan baku yang berkualitas, proses produksi yang berkualitas, dan sebagainya serta jarak efektivitas dari hasil yang menyusun laba seperti kualitas produk, biaya kualitas, kepuasan pelanggan, dan sebagainya.

 Standar efektivitas kualitas, •yang merupakan alat dan kriteria di mana pencapaian kualitas dapat diukur.  Sasaran kualitas, yang merupakan penentuan basil kualitas secara kuantitatif dan

khusus yang dibutuhkan oleh manajer secara individu.  Efektivitas manajemen kualitas, yang merupakan pengukuran di mana manajer berhasil dalam mencapai kualitas basil yang dibutuhkan. Penentuan sasaran dalam QBO tersebut bersifat top-down, dari sasaran organisasi

dijabarkan menjadi sasaran organisasi di bidang kualitas. Sasaran organisasi di bidang kualitas tersebut kemudian dijabarkan ke dalarn sasaran divisi, departemen, dan seksi-seksi, seperti dijabarkan menjadi sasaran organisasi di bidang kualitas. Sasaran organisasi di bidang kualitas tersebut kemudian dijabarkan ke dalarn sasaran divisi, departemen, dan seksi-seksi, seperti

Hubungan Kualitas, Produktivitas, Efisiensi, dan Penggunaan

Sistem produksi bagi perusahaan manufaktur dan jasa dinilai dengan pengukuran efektivitas dan atau kinerjanya. Pengukuran efektivitas meliputi kemudahan dalam perawatan, kesiapan operasional, kertersediaan dan sebagainya. Sementara itu, pengukuran kinerja meliputi produktivitas, efisiensi, penggunaan, dan kualitas (Al-Darrab, 2000). Pengukuran umum produktivas mernang sangat erat dengan pengukuran efisiensi dan penggunaan. Namun pengukuran terbaru dalarn produktivitas telah melibatkan kualitas didalmnya. Menurut Shaw (1989), perbaikan produktivitas adalah lebih baik daripada sekedar mengadakan pengurangan karyawan, namun produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara mengerjakan lebih banyak dengan sumber daya yang sama, mengerjakan lebih sedikit dengan pengurangan sumber daya yang lebih besar, atau mengerjakan lebih sedikit dengan mengkonsumsi sumber daya yang lebih sedikit (Al-Darrab, 2000).

Sementara itu, Omachnu dan Beruvides (1998) merumuskan produktivitas sebagai perbandingan output dengan input dikalikan dengan faktor kualitas atau:

Di mana: Input = sumber daya yang digunakan Output = basil yang dicapai

Faktor kualitas adalah skor atau nilai yang berkaitan dengan jaminan kualitas Faktor kualitas ini sering disebut dengan indeks kualitas yang merupakan tingkat kualitas yang dihitung berdasarkan persentase jawaban positif dari responden terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Lebih jauh lagi, Lagasse (1995) menunjukkan adanya dua jenis produktivitas, yaitu produktivitas jenis I dan produktivitas jenis II. Produktivitas jenis I didefinisikan sebagai produktivitas tenaga kerja yang merupakan jenis produktivitas yang khusus disediakan bagi pelayanan. Sedangkan produktivitas jenis II merupakan bentuk yang lebih umum yang mentransformasikan semua output dan input ke dalam pengukuran produktivitas.

Pengukuran kinerja selanjutnya adalah penggunaan dan efisiensi. Penggunaan adalah Pengukuran kinerja selanjutnya adalah penggunaan dan efisiensi. Penggunaan adalah

Seringkali terjadi bahwa suatu departemen menggunakan 100 jam per minggu tetapi tidak mampu menghasilkan 100 jam kerja standar. Karyawan mungkin bekerja lebih cepat atau lebih lambat daripada standar kerja yang ditetapkan, sehingga efisiensi mencapai lebih dari 100%. Sementara itu, efisiensi dirumuskan oleh Al-Darrab (2000) dengan:

Oleh karena itu, kapasitas yang ada dapat dihitung sebagai waktu yang tersedia x penggunaan x efisiensi. Apabila dibuat tingkatan dalam pengukuran kinerja, maka tingkat pertama adalah kombinasi produktivitas, efisiensi, dan penggunaan, atau Produktivitas = efisiensi x penggunaan Sedangkan tingkat kedua, yang telah melibatkan kualitas dirumuskan dengan Produktivitas = efisiensi x penggunaan x faktor kualitas Selanjutnya, pengukuran produktivitas biasanya tidak membedakan antara output yang baik dan diterima dengan output yang buruk atau yang ditolak. Dalam pengukuran nilai produktivitas bersih, harus dipisahkan antara outpttt yang diterima dengan output yang ditolak (Bester, 1999). Oleh karenanya, produktivitas diformulasikan dengan output yang diterima/(total output + biaya- biaya non kualitas). Dari formulasi atau rumusan tersebut tampak bahwa untuk input dan ourput yang sama. produktivitas akan meningkat bila biaya non kualitas rendah dan akan turun bila biaya non kuaiitas meningkat. Untuk mengetahui nilai produktivitas bersih atau Net Vulue Productivit (NVP)menurut Bester (1999), digunakan rumus:

Atau

Gambar 1,4 Net Value Productivity

Dari Gambar 1.4 tersebut tampak bahwa semakin rendah kualitasnya, maka akan semakin banyak kerusakan yang terjadi dan biayanya rendah, atau sebaliknya. Semakin tinggi kualitasnya, memerlukan karyawan yang banyak atau yang ahli, sehingga biayanya tinggi. Nilai produktivitas akan mengalami peningkatan pada tingkat kualitas yang rendah, dan pada titik tertentu akan mengalami nilai produktivitas bersih maksimum sebelum akhirnya menurun.

Teknik-Teknik Perbaikan Kualitas

Manajemen Kualitas seringkali disebut sebagai the problem solving, sehingga manajemen kualitas dapat menggunakan metodologi dalam problem solving tersebut untuk mengadakan perbaikan (Ridman dan Zachary, 1993). Ada berbagai teknik perbaikan kualitas yang dapat digunakan dalam organisasi. Teknik-teknik dasar yang dapat digunakan antara lain Diagram Pareto, histogram, lembar pengecekan (check sheet), analisis matriks, diagram sebab akibat, digram penyebaran (scatter diagram), diagram alur, run chart, diagram grier, tune series, stein-and-leaf plots, box plots, peta multivariabel, peta pengendali (control chart), dan analisis kemampuan proses. Masing-masing teknik tersebut mempunyai kegunaan yang dapat berdiri sendiri maupun saling membantu antar satu teknik dengan teknik yang lain.

Diagram Pareto

Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto 1848-1923). Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto 1848-1923). Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke