SRAM : 2 KB EEPROM : 1 KB
2.6.3. Relay
Relay maupun kontaktor magnet memiliki kumparan (coil) yang apabila di aliri arus listrik DC maka besi sebagai inti dari kumparan akan menjadi magnet, sehingga batang bergerak yang sama sama terbuat dari besi akan di tarik sehingga lengket pada inti besi. Hal ini mengakibatkan kontak NC ( Normaly close ) akan berubah menjadi kontak NO ( Normally Open ). Di sebuah Relay sederhana terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
1. Electromagnet (Coil)
2. Armature
3. Switch Contact Point (Saklar)
4. Spring
Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay (Struktur Sederhana sebuah relay)
Gambar 2. 11 Konstruksi Relay
Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu : Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup) Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN (terbuka) Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh
kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil membutuhkan arus listrik yang relatif kecil untuk mengaktifkan electromagnet dan menarik Contact Poin ke posisi Close.
Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan Throw yang dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai Istilah Pole and Throw :
Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)
Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay dapat digolongkan menjadi :
Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal,
2 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil. Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal,
3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil. Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan
2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil. Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan
Throw-nya melebihi dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun 4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya. Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw, silakan lihat gambar dibawah ini :
Gambar 2. 12 Konstruksi Rangakaian Relay
Spesifikasi modul relay yang digunakan dalam pembuatan alat ini adalah bertipe SPDT (Single Pole Double Throw) berukuran mini dengan 5 pin ini dengan dimensi 14 x 9 x 10 mm (di luar pin setinggi 3,5 mm). Tegangan untuk aktivasi membutuhkan 3 Volt DC, dengan batas arus maksimum pada terminal kontak sebesar 1 Ampere pada 24 Volt DC atau 500 mA pada 125 Volt AC (catatan: jangan digunakan untuk switching peralatan dengan listrik PLN yang bertegangan 220 VAC, maksimum tegangan kontak untuk relay ini adalah 60 VDC / 125 VAC). Tipikal resistansi pada koil sebesar 60Ω (dibutuhkan arus sebesar 50 mA untuk mengaktivasi relay ini).
Gambar 2. 13 Bagan Satu Garis Rangkaian Arduino dan Relay
2.6.4. Fan
Sebelum Daya dari blower/ fan dapat dihitung, sejumlah parameter operasi harus diukur, termasuk kecepatan udara, head tekanan, suhu aliran udara pada fan. Dalam rangka mendapatkan gambaran operasi yang benar harus diyakinkan bahwa:
1. Fan dan komponennya beroperasi dengan benar pada kecepatannya
2. Operasi berada pada kondisi stabil; suhu, berat jenis, resistansi sistim yang stabil Disini akan dihitung daya dari blower dan Perhitungan efisiensi blower/fan,
perhitungan dibagai beberapa tahap agar dapat mudah dimengerti.
Tahap 1: Menghitung berat jenis gas
Tahap pertama adalah menghitung berat jenis udara atau gas. Koefisien berat jenis adalah perbandingan relatif dari massa jenis suatu bahan terhadap massa
jenis air murni yaitu 100g/cm 3 . Koefisien berat jenis tidak memiliki satuan atau dimensi. Koefisien berat jenis didapat dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut : γ = ρ / 1000 .................................................................................................(2.30)
Dimana, γ = Koeffisien berat jenis ρ = massa jenis (kg/m 3 )
Tahap 2: Mengukur tekanan pada Fan
Tekanan pada Fan adalah tekanan yang akan di atur oleh fan, di asumsikan kelembaban tertinggi di kubikel rata-rata di angka 80%, apabila set point untuk kondisi di dalam kubikel adalah 40% maka fan harus bisa mengurangi tekanan parsial uap air jenuh sebesar tekanan pada kelembaban 40%, di asumsikan suhu
pada kondisi 40 0 C maka tekanan yang menjadi beban fan dapat dihitung dengan persamaan 2.24.
Tahap 3: menghitung aliran volumetrik
Tahap ketiga adalah menghitung aliran volumetrik, ukur diameter saluran (atau dari sekitarnya dimana diameter dapat diperkirakan).
Hitung volum udara atau gas dalam saluran dengan hubungan sebagai berikut:
Q = v x A..........................................................................................................(2.31) Q = debit gas (m 3 /s)
v= laju gas (m/s) A= Diameter saluran (m 2 )
Untuk laju efektif gas ideal adalah : v= √ �/ρ..........................................................................................................(2.32) p = tekanan udara (N/m 2 )
ρ = Massa Jenis udara (kg/m 3 )
Tahap 4:Menghitung Daya Blower
Daya blower yang dibutuhkan adalah hubungan berat je nis (γ), tekanan yang akan di kendalikan oleh fan dan aliran volumetrik udara dimana,
Daya blower = γ. p fan .Q Dimana γ
= berat jenis udara p 2
fan = tekanan fan (N/m ) Q = aliran volumetrik udara (m 3 /s)
Fan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah exhaust fan dengan daya 40 watt untuk perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
2.6.5 LCD
LCD adalah user interface untuk melihat hasil ukur dari sensor, layar LCD yang digunakan berupa LCD 12x2 dimana kemampuan dari layar nya dapat menampilkan 2 baris kolom, dan setiap barisnya bisa menampilkan 12 huruf dan angka.