Pembahasan Hasil Analisa Data dan Pembahasan 1. Hasil Analisa Data

5.3.2. Pembahasan

Responden penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa BPH di Poliklinik Urologi RSUP Haji Adam Malik Medan dari bulan September hingga Oktober 2013. Sebanyak 56 pasien bersetuju menjawab kuesioner dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil dari penelitian diketahui frekuensi responden menurut umur menunjukkan bahwa mayoritas pasien adalah dari kelompok umur 60-69 tahun dan minoritas pasien adalah dari kelompok umur ≥80 tahun. Dari beberapa autopsi dalam ukuran prostat dan insiden histologi hyperplasia prostat, dilaporkan bahwa prostat tumbuh dengan cepat selama masa remaja sampai ukuran dewasa dalam tiga dekade dan pertumbuhan melambat sampai laki-laki mencapai usianya yang ke 40 dan 50 tahun, mulai memasuki pertumbuhan yang makin lama makin besar. Mereka juga menetapkan insiden hiperplasia prostat makin meningkat dengan meningkatnya usia dimulai dari dekade ke-3 kehidupan dan menjadi sangat besar pada waktu usia 80-90 tahun Rodrigues, 2008. Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gejala kategori nokturia dan pancaran lemah adalah gejala utama dan sering muncul pada pasien BPH sewaktu penelitian. Menurut pendapat Christopher 2006 di European Association of Urology, di mana banyak epidemiologi dan kasus klinikal membuktikan nokturia adalah salah satu gejala yang paling menjengkelkan bagi pasien BPH. Selain itu, menurut Brown 1982, Blandy 1983, Burkit 1990, Forrest 1990, dan Weinerth 1992 dalam Furqan 2003, gejala pertama dan yang paling sering dijumpai adalah penurunan kekuatan pancaran dan kaliber aliran urin, oleh karena lumen uretra mengecil dan tahanan di dalam uretra meningkat, sehingga kandung kemih harus memberikan tekanan yang lebih besar untuk dapat mengeluarkan urin dan dalam penelitian Gilroy 2000, mengatakan bahwa nokturia memberikan efek negatif yang besar terhadap kualitas hidup, energi, vitalitas dan fungsi sosial. Berdasarkan hasil dari penelitian ini juga, tingkat keparahan sedang mencatatkan angka yang tertinggi. Menurut penelitian Fathoni 2006, tingkat keparahan sedang dan berat merupakan tingkat keparahan yang sering timbul dalam kebanyakan kasus BPH di Departemen Urologi RS Dr. Soetomo. Sedangkan untuk tingkat keparahan ringan adalah kurang karena pasien berobat Universitas Sumatera Utara ke rumah sakit hanya apabila gejala klinikal yang dialami bertambah berat. Sementara di Semarang pada penelitian terhadap 52 laki-laki tanpa keluhan usia 40 tahun didapati 88 adalah IPSS derajat ringan dan 12 IPSS sedang. Lee1997 di Korea pula melaporkan dari 514 laki-laki yang diteliti 18,7 adalah BPH dengan IPSS derajat sedang dan 4,5 adalah BPH dengan IPSS derajat berat Nugroho, 2002. Hal ini mungkin karena perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan adanya perbedaan dari segi faktor yang berpengaruh pada IPSS misalnya faktor usia, pendidikan dan status gizi yang mampu meningkatkan risiko terjadinya BPH. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN