18
perempuan untuk menjalin hubungan yang serius, tidak ada unsur paksaan, tulus dari dalam jiwa, demi melanjutkan keturunan melalui kegiatan hubungan seksual
dan demi membangun sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Baik pula kiranya mencermati definisi perkawinan menurut Salahuddin Wahid, yang
mengartikan perkawinan sebagai sesuatu yang sakral, bahkan sebagai ibadah seperti dalam pemahaman umat Islam, artinya, perkawinan adalah sesuatu yang
amat penting bagi kehidupan kita termasuk dalam kehidupan agama.
23
B. Arti Perkawinan Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Definisi perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 diatur dalam Pasal 1 yang berbunyi:
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Berdasarkan definisi tersebut, terlihat jelas bahwa perkawinan memiliki korelasi dengan agama atau kerohanian, sehinga perkawinan bukan saja
mempunyai unsur lahir atau jasmani, tetapi unsur batin atau rohani juga mempunyai peranan yang penting.
24
Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjadi dasar perkawinan dan terbentuknya sebuah keluarga memiliki makna bahwa
perkawinan merupakan perjanjian suci membentuk keluarga antara seorang laki- laki dengan seorang perempuan. Unsur perjanjian di sini memperlihatkan segi
23
Salahuddin Wahid, Perkawinan, Agama, dan Negara http:www.icmi.or.id
., 01 April 2005.
24
Mohd. Idris Ramulyo, op. cit., hlm. 2-3.
19
kesengajaan dari perkawinan serta menampakkannya pada masyarakat ramai bahwa bentuk hubungan yang diikat dengan perkawinan adalah bentuk ketulusan
jiwa. Adapun konteks bahwa perkawinan adalah bentuk hubungan suci karena erat kaitannya dengan segi agama atau spiritualitas.
C. Arti Perkawinan Menurut Hukum Adat
Perkawinan menurut Hukum Adat adalah perkawinan yang mempunyai akibat hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam suatu masyarakat yang
bersangkutan. Konsekuensinya, pelaksanaan perkawinan disesuaikan dengan adat yang berlaku dan begitu pula dengan pasca perkawinan, segala hak dan kewajiban
orang tua keluarga atuapun kerabat disesuaikan dengan hukum adat setempat.
25
Tujuan perkawinan menurut hukum adat yang bersifat kekerabatan adalah untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan menurut garis kebapakan atau
keibuan atau keibubapakan, untuk kebahagiaan rumah tangga keluarga atau kerabat, untuk memperoleh nilai-nilai adat budaya dan kedamaian, dan untuk
mempertahankan kewarisan.
26
D. Arti Perkawinan Menurut Hukum Agama