70
Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan
pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya, maka dikembangkanlah sikap saling
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya dan tidak memaksakan suatu
agama dan kepercayaannya itu kepada orang lain Lampiran ketetapan MPR RI No. IIMPR1978 tanggal 22 Maret 1978
tentang pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila : Eka Praseta Pancakarsa point. II.1.
97
3. Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama dalam GBHN
Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Kedua bidang Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
yaitu terciptanya suasana kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh
keimanan dan ketakwaan, penuh kerukunan yang dinamis antar dan antara umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa Keteapan MPR RI No. IIMPR1993 tanggal 9 Maret 1993 tentang GBHN.
Beradasarkan atas sasaran Pembangunan Jangka Panjang Kedua bidang Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa di atas, maka sasaran Pembangunan Lima Tahun Keenam dalam hal kerukunan hidup beragama dan
kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa yang harmonis, yang tercermin dalam makin meningkatnya keimanan kerukunan
kehidupan umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Ketetapan MPR RI No.
IIMPR1993 tanggal 9 Maret 1993 tentang GBHN.
98
c. UU No. 1 PNPS 1965 Pasal I Bagian 1 Penjelasan
“Dengan kata-kata “di muka umum” dimaksudkan apa yang lazim diartikan dengan kata-kata itu dalam kitab Undang-
undang Hukum Pidana. Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Kong Hu Chu Konfusius. Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah perkembangan agama-agama di
Indonesia. Karena 6 macam agama ini adalah agama-agama yang dipeluk hampir seluruh penduduk Indonesia, maka
kecuali mereka mendapat jaminan seperti yang diberikan oleh Pasal 29 ayat 2 UUD, juga mereka mendapatkan
97
Ibid., hlm. 8.
98
Ibid., hlm. 8-9.
71
bantuan-bantuan dan perlindungan seperti yang diberikan oleh pasal ini.”
99
d. Pasal 2 PP No. 9 Tahun 1975 yang berbunyi bahwa:
“Pencatatan Perkawinan dari mereka yang melangsungkan menurut agamanya dan kepercayannya itu selain agama
Islam, dilakukan oleh pegawai pencatat perkawinan pada Kantor Catatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam berbagai
macam perundangan mengenai perkawinan.”
100
e. UU Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia Pasal 4
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun
dan oleh siapapun.
101
Bagian Kedua Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan
Pasal 10
102
1. Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. 2.
Perkawinan yang sah hanya dapat berlangsung atas kehendak bebas calon suami atau calon istri yang
bersangkutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
f.
Putusan Mahkamah Agung RI No 178KTUN1997 30 Maret 2000 tentang Dikabulkannya Pencatatan Perkawinan secara Kong Hu Chu.
99
J. Dwi Helly Purnomo ed., Hak Asasi Beragama…., op. cit., hlm. 184.
100
J. Dwi Helly Purnomo ed., Hak Asasi Beragama dan Perkawinan, op. cit., hlm. 87, dikutip dari Suara Indonesia, 8 April 1996.
101
Undang-Undang tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 2000 Undang-Undang HAM 1999 Bandung: Citra Umbara, 2001, hlm. 6-7.
102
Ibid., hlm. 8-9.
72
g. Surat Mendagri No 477005sj 31 Maret 2000 yang mencabut Surat