Beberapa orang yang dituakan di desa mampu memprediksi lebih akurat tentang waktu terjadinya banjir, sehingga musim cocok tanam disesuaikan untuk
menghindari bersamaan dengan datangnya banjir. Pengetahuan ini belakangan semakin hilang di desa-desa, terutama pasca tsunami terjadi perubahan besar pada
kondisi alam, sehingga ilmu tradisonal yang dimiliki oleh masyarakat di desa-desa di Aceh sudah sulit memperkirakan tanda-tanda alam CSO-NAD, 2007.
2.3.2. Sikap
Menurut Notoadmodjo 2005, Sikap merupakan juga respons tertutup seseorang terhadap simulasi atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya.
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak langsung
dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap
stimulus tertentu Sunaryo, 2004 Menurut Notoadmodjo 2005, mengemukakan sikap dapat bersifat positif
dan dapat bersifat negatif. Pada sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan pada sikap
negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindar, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Sikap tersebut mempunyai 3 komponen pokok yaitu:
Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep suatu objek; Kehidupan emosional
Universitas Sumatera Utara
atau evaluasi terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh, dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sedangkan komponen perilaku sikap adalah maksud
untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Dari atasan-atasan sikap menurut Krech et al., 1982, Cambell, 1950, Allpor, 1954,
Cardno, 1955 dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi
merupakan presdiposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat
dijelaskan lagi bahwa merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Menurut Notoatmodjo 2005 sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni: 1 kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek; 2
kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek; 3 kecenderungan untuk bertindak tred to behave. Ketiga komponen ini secara
Universitas Sumatera Utara
bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan
penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1. Menerima Receiving
Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Misalnya sikap seseorang terhadap berita bencana yaitu terlihat
dari kesediaan dan perhatiaannya terhadap berita di media serta seminar. 2. Merespons Responding
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan dalam berdiskusi mengenai suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang petugas yang mengajak petugas atau pihak lain untuk menilai resiko bencana yang ada didaerah
masing-masing serta melakukan mitigasi terhadap resiko bencana tersebut. 4. Bertanggung jawab Responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan dengan secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek.
Universitas Sumatera Utara
Sikap pada fase preparedness, berbentuk adanya perilaku yang berlebih pada masyarakat tersebut karena minimnya informasi mengenai cara mencegah
dan memodifikasi bahaya akibat bencana jika terjadi. Berita yang berisi hebatnya akibat bencana tanpa materi pendidikan seringkali membuat masyarakat menjadi
gelisah dan memunculkan tindakan yang tidak realistis terhadap suatu isu. Menumbuhkan sikap dan pengetahuan dalam menghadapi bencana ini semakin
menjadi bagian penting khususnya di negara yang seringkali dilanda bencana seperti Indonesia Priyanto, 2006.
Sikap yang baik untuk mencegah banjir yaitu: tidak membuang sampah limbah padat ke sungai, saluran dan sistem drainase, tidak membangun jembatan
dan atau bangunan yang menghalangi atau mempersempit palung aliran sungai, tidak tinggal dalam bantaran sungai; tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk
permukiman atau untuk hal-hal lain diluar rencana peruntukkannya, menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air, menghentikan praktek pertanian dan
penggunaan lahan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah Bakornas PB, 2006.
Menurut Yusuf 2005, ada empat faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap; 1 faktor pengalaman khusus, 2 faktor komunikasi dengan orang lain, 3
faktor modal yaitu dengan melalui mengimitasi, 4 faktor lembaga sosial Instutional yaitu sumber yang mempengaruhi. Perubahan sikap dipengaruhi
1 pendekatan teori belajar, 2 pendekatan teori persepsi, 3 pendekatan teori konsistensi, 4 perdekatan teori fungsi.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Landasan Teori