Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS KAMPUNG BARU MENGHADAPI

BENCANA BANJIR DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN

TESIS

Oleh

AGUSTINA BORU GULTOM 107032096/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE ON THE HEALTH WORKERS’ PREPAREDNESS AND COMPLETE ALERTNESS IN

ANTICIPATING FLOOD AT KAMPUNG BARU PUSKESMAS, MEDAN MAIMUN SUBDISTRICT

THESIS

By

AGUSTINA BORU GULTOM 107032096/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS KAMPUNG BARU MENGHADAPI

BENCANA BANJIR DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

AGUSTINA BORU GULTOM 107032096/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS KAMPUNG BARU MENGHADAPI BENCANA BANJIR DIKECAMATAN MEDAN MAIMUN

Nama Mahasiswa : Agustina Boru Gultom Nomor Induk Mahasiswa : 107032096

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Manajemen Kesehatan Bencana

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Amri Amir, Sp.F, DFM, S.H) (Suherman, S.K.M. M.Kes Ketua

) Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama , M.S)


(5)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 9 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Amri Amir, Sp.F, DFM, S.H Anggota : 1. Suherman, S.K.M. M.Kes

2. Ir. Indra Chahaya, M.Si


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS KAMPUNG BARU MENGHADAPI

BENCANA BANJIR DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2012

Agustina Boru Gultom 107032096/IKM


(7)

ABSTRAK

Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab diwilayah kerjanya dan dibutuhkan dalam pengendalian resiko bencana dibidang kesehatan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun pada tahun 2012. Jenis penelitian adalah survey eksplanatori, dengan populasi adalah seluruh tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru yang dijadikan sampel berjumlah 22 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, pengamatan, wawancara dan wawancara mendalam. Analisis dilakukan dengan uji eksak fisher dan regresi logistik.

Dari hasil analisis bivariat dengan uji eksak fisher dan analisis multivariat dengan regresi logistik berganda disimpulkan bahwa variabel pengetahuan memiliki hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir dengan nilai signifikansi < 0,05. Sedangkan variabel sikap tidak memiliki hubungan dan pengaruh terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir dengan nilai signifikasi > 0,05. Hasil wawancara, indepth interview dan observasi menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas, ketersediaan SOP penanganan gawat darurat dan rujukan, dukungan kebijakan dan komitmen staf merupakan faktor lain yang kemungkinan turut memengaruhi kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir.

Disarankan agar tenaga kesehatan meningkatkan pengetahuan dan tindakan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir melalui berbagai cara seperti melalui buku atau pedoman, internet, seminar, konferensi dan pelatihan atau simulasi mengenai penanggulangan bencana banjir dan penanganan gawat darurat yang difasilitasi Manajemen Dinas Kesehatan Kota Medan serta melalui kerjasama dengan pihak terkait.


(8)

ABSTRACT

Kampung Baru Puskesmas (Public Health Center), Medan Maimun Subdistrict, as the first grade of health service facility, is the spearhead of public health service which has the responsibility in its working area since it is needed to control the health risk incident.

The aim of the research was to analyze the influence of knowledge and attitude on the health workers’ preparedness and complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating flood at Medan Maimun Subdistrict in 20012. The type of the research was an explanatory survey. The population was 22 health workers who were on duty at Kampung Baru Puskesmas. The data were gathered by distributing questionnaires and conducting observation, interviews, and in depth interviews and analyzed by conducting exact fisher test and logistic regression test.

The results of bivatriate analysis with exact fisher test, multivatriate, and multiple logistic regression analyses showed that the variable of knowledge had positive and significant correlation and influence on the health workers’ preparedness and complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating flood with the significance value of <0.05, whereas the variable of attitude did not have any correlation and influence on the health workers’ preparedness and complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating flood with the significance value of >0.05. The results of the in depth interviews and observation showed that the availability of facilities, the availability of SOP in handling emergency situation and reference, and the supporting policy and commitment of the staffs constituted other factors which probably influenced the health workers’ preparedness and complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating flood.

It is recommended that the health workers should increase their knowledge and activity about the preparedness and complete alertness in anticipating flood through various ways, such as consulting books, guidelines and internet, attending seminars, conferences, and trainings or simulations dealing with flood, and handling emergency, facilitated by the Management of the Health Service, Medan, through the cooperation with the parties concerned.

Keywords: Knowledge, Attitude, Preparedness and Complete Alertness, Health Workers, Disasters


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Tesis ini berjudul : “Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun”. Sesungguhnya tesis ini tidak akan terwujud tanpa izin dari Tuhan Yang Maha Kuasa, serta bantuan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengatasi segala kendala dalam tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.


(10)

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Prof. dr. Amri Amir, Sp. F, DFM, S.H, selaku pembimbing satu dan Suherman, S.K.M. M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan dalam membimbing dan memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku penguji satu dan dr. Rumondang Pulungan, M.Kes, penguji dua yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan beserta staf yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelian.

9. Kepala Puskesmas Kampung Baru beserta staf yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

10.Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Sumatera Utara beserta staf yang telah memotivasi dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ini.

11.Kedua orangtua penulis, yaitu Ayahanda V.Gultom dan Ibunda N.Sirait dan Ibu mertua T.Sitorus, abang, kakak dan adik untuk dukungan dan doa yang tiada hentinya mendukung penulis dalam menjalani pendidikan.


(11)

12.Suami tercinta Sukarto Karo-Karo dan ananda Tabita Angelica Karo-Karo, yang penuh perhatian, kesabaran, pengorbanan serta doa dalam mendukung dan memotivasi penulis dalam menjalani pendidikan.

13.Seluruh rekan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2010 Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan dorongan dan dukungan selama menjalani pendidikan dan selama menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya, karena penulis menyadari bahwa tidak ada satupun karya dari tangan manusia yang lahir dalam keadaan sempurna, maka segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Medan, September 2012 Penulis

Agustina Boru Gultom 107032096/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Agustina Boru Gultom, lahir pada tanggal 23 Agustus 1973 di Tanjung Pinang Riau, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda V. Gultom dan Ibunda N.Sirait. Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 030 Tanjung Pinang Riau selesai pada tahun 1985, SMP Negeri 7 Tanjung Pinang Riau selesai pada tahun 1988, SMA Negeri 1 Tanjung Pinang Riau selesai pada tahun 1991, Pendidikan Ahli Madya Keperawatan DepKes RI Medan selesai pada tahun 1994, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung selesai pada tahun 2000.

Penulis mulai bekerja sebagai tenaga honorer di RSAL dr. Midiyato S Tanjung Pinang Riau dari tahun 1995 sampai dari 1996. Sejak tahun 1996 penulis sampai sekarang bekerja sebagai fungsional dosen di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Sumatera Utara. Penulis juga pernah mengajar dibeberapa pendidikan swasta sebagai dosen tidak tetap seperti Akper Wirahusada, Akper Sari Mutiara, Fakultas Non Gelar Kesehatan Universitas Darma Agung, dan dari tahun 2008 sampai sekarang di STIKes Sumatera Utara.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Manajemen Kesehatan Bencana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2010 dan menyelesaikan studi pada tahun 2012.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR ………... iii

RIWAYAT HIDUP ………... vi

DAFTAR ISI ………. vii

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR GAMBAR ……….... xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ………. 1

1.2 Permasalahan ……….. 6

1.3 Tujuan Penelitian ……… 7

1.4 Hipotesis ………. 7

1.5 Manfaat Penelitian ……….. 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bencana Banjir ……… 8

2.2 Kesiapsiagaan ………. 11

2.3 Teori Pembentukan Kesiapsiagaan ………. 30

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Menghadapi Bencana ……… 32

2.5 Landasan Teori ………... 36

2.6 Kerangka Konsep ……… 38

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………... 39

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 39

3.3 Populasi dan Sampel ……….. 40

3.4 Metode Pengumpulan Data ……… 40

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ………. 45

3.6 Metode Pengukuran ………... 47


(14)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….... 49

4.2 Analisis Univariat ………... 53

4.3 Analisis Bivariat ………. 62

4.4 Analisis Multivariat………. 66

4.5 Hasil Wawancara ……… 67

4.6 Hasil Pengamatan ………... 76

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Karakteristik Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru dengan Pengetahuan Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun……… 79

5.2 Hubungan Karakteristik Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru dengan Sikap Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun ……….. 80

5.3 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun ………….. 80

5.4 Pengaruh Sikap terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun ………….. 84

5.5 Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun ……….. 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ………... 100

6.2 Saran ……….. 100

DAFTAR PUSTAKA ………... 102 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas Tahap I ………... 42

3.2 Hasil Uji Reliabilitas Tahap I ……… 43

3.3 Hasil Uji Validitas Tahap II ………... 44

3.4 Hasil Uji Reliabilitas Tahap II ………... 44

3.5 Definisi Operasional ……….. 45

3.6 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ………. 47

4.1 Fasilitas-fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru ……… 51 4.2 Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Lama Bekerja, Pendidikan dan Pelatihan di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012………... 53

4.3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012……… 55

4.4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Banjir di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ………… 56

4.5 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Sikap Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ………… 57

4.6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Banjir di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ………… 59


(16)

4.7 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru

Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ………... 60

4.8 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kategori

Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas

Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 …………. 62

4.9 Hubungan Karakteristik Responden (Umur, Lama Bekerja, Pendidikan, Pelatihan) dengan Pengetahuan Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas

Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 …………. 63

4.10 Hubungan Karakteristik Responden (Umur, Lama Bekerja, Pendidikan, Pelatihan) dengan Sikap Mengenai Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Puskesmas Kampung Baru

Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ……….. 64

4.11 Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Responden Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di

Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 ……….. 65

4.12 Hubungan Sikap dengan Kesiapsiagaan Responden Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan

Maimun Tahun 2012 ………. 66

4.13 Seleksi Variabel yang Berhubungan dengan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru Menghadapi Bencana Banjir

di Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012……….. 66

4.14 Ketersediaan Perbekalan Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Skema Pelayanan Medis di Lapangan ………... 24

2.2 Kerangka Konsep Penelitian ………. 38

4.1 Struktur Organisasi Puskesmas Kampung Baru ……… 52


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ……….. 111

2. Pedoman Observasi ……… 122

3. Pedoman Wawancara ………. 123

4. Pedoman Wawancara dengan Indepth Interview ………... 124

5. Master Data ……… 127

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ………. 128

7. Uji Univariat ……….. 133

8. Uji Bivariat ……… 143

9. Uji Multivariat ……… 148

10. Profil Informan dan Hasil Indepth Interview ………. 149

11. Denah Kecamatan Medan Maimun ……… 175

12. Surat Izin Penelitian dari Pendidikan ………. 176

13. Surat Izin Penelitian dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan ……... 177

14. Surat Selesai Penelitian dari Kepala Puskesmas Kampung Baru …….. 178

15. Surat Selesai Izin Penelitian dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan ………. 179


(19)

ABSTRAK

Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab diwilayah kerjanya dan dibutuhkan dalam pengendalian resiko bencana dibidang kesehatan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun pada tahun 2012. Jenis penelitian adalah survey eksplanatori, dengan populasi adalah seluruh tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru yang dijadikan sampel berjumlah 22 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, pengamatan, wawancara dan wawancara mendalam. Analisis dilakukan dengan uji eksak fisher dan regresi logistik.

Dari hasil analisis bivariat dengan uji eksak fisher dan analisis multivariat dengan regresi logistik berganda disimpulkan bahwa variabel pengetahuan memiliki hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir dengan nilai signifikansi < 0,05. Sedangkan variabel sikap tidak memiliki hubungan dan pengaruh terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir dengan nilai signifikasi > 0,05. Hasil wawancara, indepth interview dan observasi menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas, ketersediaan SOP penanganan gawat darurat dan rujukan, dukungan kebijakan dan komitmen staf merupakan faktor lain yang kemungkinan turut memengaruhi kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir.

Disarankan agar tenaga kesehatan meningkatkan pengetahuan dan tindakan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir melalui berbagai cara seperti melalui buku atau pedoman, internet, seminar, konferensi dan pelatihan atau simulasi mengenai penanggulangan bencana banjir dan penanganan gawat darurat yang difasilitasi Manajemen Dinas Kesehatan Kota Medan serta melalui kerjasama dengan pihak terkait.


(20)

ABSTRACT

Kampung Baru Puskesmas (Public Health Center), Medan Maimun Subdistrict, as the first grade of health service facility, is the spearhead of public health service which has the responsibility in its working area since it is needed to control the health risk incident.

The aim of the research was to analyze the influence of knowledge and attitude on the health workers’ preparedness and complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating flood at Medan Maimun Subdistrict in 20012. The type of the research was an explanatory survey. The population was 22 health workers who were on duty at Kampung Baru Puskesmas. The data were gathered by distributing questionnaires and conducting observation, interviews, and in depth interviews and analyzed by conducting exact fisher test and logistic regression test.

The results of bivatriate analysis with exact fisher test, multivatriate, and multiple logistic regression analyses showed that the variable of knowledge had positive and significant correlation and influence on the health workers’ preparedness and complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating flood with the significance value of <0.05, whereas the variable of attitude did not have any correlation and influence on the health workers’ preparedness and complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating flood with the significance value of >0.05. The results of the in depth interviews and observation showed that the availability of facilities, the availability of SOP in handling emergency situation and reference, and the supporting policy and commitment of the staffs constituted other factors which probably influenced the health workers’ preparedness and complete alertness at Kampung Baru Puskesmas in anticipating flood.

It is recommended that the health workers should increase their knowledge and activity about the preparedness and complete alertness in anticipating flood through various ways, such as consulting books, guidelines and internet, attending seminars, conferences, and trainings or simulations dealing with flood, and handling emergency, facilitated by the Management of the Health Service, Medan, through the cooperation with the parties concerned.

Keywords: Knowledge, Attitude, Preparedness and Complete Alertness, Health Workers, Disasters


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi secara tiba-tiba dalam tempo relatif singkat dalam hubungan antara manusia dengan lingkungannya yang terjadi sedemikian rupa, seperti bencana gempa bumi, banjir, gunung berapi sehingga memerlukan tindakan penanggulangan segera. Perubahan ekosistem yang terjadi dan merugikan harta benda maupun kehidupan manusia bisa juga terjadi secara lambat seperti pada bencana kekeringan.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyatakan bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Keadaan gawat darurat ini bila tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat menyebabkan kematian dan kecacatan.

Ditinjau dari karakteristik geografis dan geologis wilayah, Indonesia adalah salah satu kawasan rawan bencana banjir. Sekitar 30% dari 500 sungai yang ada di Indonesia melintasi wilayah penduduk padat. Pada umumnya bencana banjir tersebut terjadi diwilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan dibagian timur. Berdasarkan kondisi morfologisnya, penyebab


(22)

banjir adalah karena relief bentang alam Indonesia yang sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang mengalir diantaranya. Daerah rawan banjir tersebut diperburuk dengan penggundulan hutan atau perubahan tata-guna lahan yang tidak memperhatikan daerah resapan air. Perubahan tata-guna lahan yang kemudian berakibat menimbulkan bencana banjir, dapat dibuktikan antara lain didaerah perkotaan sepanjang pantai terutama yang dialiri sungai (Bakornas PB, 2007)

Sumatera sebagai pulau besar di Indonesia bagian barat, berpotensi mengalami pola gangguan cuaca, adanya sungai yang melintasi penduduk yang padat sehingga daerah Sumatera rawan terjadinya bencana banjir. Kondisi tersebut memberi dampak kepada masyarakat dalam berbagai sektor kehidupan. Sektor-sektor seperti kesehatan, pertanian, kehutanan, ketahanan pangan dan lain-lain turut mengalami kerugian saat kondisi memburuk atau bahkan menjadi ekstrim. Menurut Handayani (2010), kondisi ini terutama dialami oleh daerah-daerah yang secara topografi terletak di kawasan rawan bencana seperti di Provinsi Sumatera Utara. Dua daerah di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki resiko dampak terbesar terkena bencana banjir adalah Medan dan Deli Serdang.

Untuk mengantisipasi dampak kepada masyarakat akibat kondisi yang buruk akibat bencana banjir diperlukan adanya kesiapsiagaan dalam rangka meminimalisir dampak yang terjadi. Menurut Schneid dan Collins (2001), kesiapsiagaan yang sesuai sebelum suatu bencana terjadi adalah dasar untuk mengurangi resiko dan mengurangi kerusakan. Sedangkan menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006), kesiapsiagaan merupakan elemen penting dan berperan besar dari kegiatan pengendalian resiko


(23)

bencana sebelum terjadi bencana dan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana.

Untuk meminimalisir dampak akibat bencana banjir dari segi kesehatan dibutuhkan Puskesmas sebagai lini terdepan dalam mengendalikan resiko bencana dibidang kesehatan. Menurut Ditjen Binkesmas Depkes (2005), Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat yang bertanggungjawab diwilayah kerjanya. Puskesmas sebagai sarana kesehatan ditingkat kecamatan dalam kejadian bencana dapat terlibat secara langsung sebagai bagian Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Sehari-hari (SPGDT) bencana sesuai tahapan bencana. Apabila Puskesmas tidak menjadi korban dan masih dapat berfungsi bila terjadi suatu bencana maka pada tahap awal yang melaksanakan penanggulangan bencana adalah Puskesmas yang berfungsi sebagai pos lapangan sambil menunggu bantuan dari tingkat yang lebih tinggi.

Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama (Trihono, 2005). Khusus pada fungsi ketiga, mencakup aspek pelayanan kesehatan masyarakat maupun pelayanan kesehatan perorangan termasuk penanganan pasien gawat darurat yang timbul dimasyarakat. Puskesmas sebagai lini terdepan yang berperan pada pertolongan pertama pada korban, mempersiapkan masyarakat dalam upaya pencegahan terjadinya kasus gawat darurat maupun memberikan ketrampilan dalam


(24)

memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005).

Berdasarkan survey pendahuluan pada Bagian Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan BPBD Provinsi Sumatera Utara, kejadian bencana tertinggi dikota Medan berada di kecamatan Medan Maimun dengan frekuensi kejadian 2 – 3 kali dalam setahun. Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Kampung Baru didapatkan bahwa Puskesmas Kampung Baru adalah Puskesmas dengan wilayah kerja Kecamatan Medan Maimun, merupakan Puskesmas rawat jalan dan melayani kasus akibat bencana banjir diwilayah kerja Puskesmas tersebut. Berdasarkan penghitungan kasus data warga yang mengalami penyakit akibat bencana banjir Januari 2011 dari buku catatan pelayanan kesehatan pada saat bencana banjir Januari 2011 didapatkan ada 620 warga yang mengalami penyakit akibat bencana banjir yang dilayani Puskesmas Kampung Baru, dengan jenis penyakit diantaranya gatal-gatal, luka-luka, sesak nafas, diare , demam dan batuk.

Hasil wawancara dengan seorang Kepala Lingkungan di Kelurahan Kampung Baru dan seorang Kepala Lingkungan di Kelurahan Sei Mati menyatakan bahwa frekuensi kejadian banjir di Kecamatan Medan Maimun berkisar 1 - 3 kali dalam satu tahun. Dukungan kesehatan bagi warga pada saat bencana banjir di kecamatan ini didapatkan dari Puskesmas Kampung Baru. Hasil wawancara dengan 30 warga Kecamatan Medan Maimun mengenai pelayanan kesehatan yang diterima warga dari Puskesmas Kampung Baru pada kejadian banjir di Kecamatan Medan Maimun


(25)

2011, ada sebagian warga menyatakan pelayanan pada penyakit yang timbul akibat bencana banjir dan pengobatan yang diberikan tenaga kesehatan masih kurang pada saat bencana banjir dan mengenai penanganan faktor resiko yang dapat menimbulkan masalah penyakit akibat nyamuk yang bertambah banyak setelah bencana banjir.

Kualitas atau mutu layanan kesehatan penting bagi organisasi layanan kesehatan berupa (1) menghasilkan pelayanan yang bermutu, (2) menjadikan organisasi layanan kesehatan menjadi efisien, (3) menjadi tempat idaman, (4) memperhatikan keluaran, (5) menimbulkan kepuasan pasien. Konsep model dimensi mutu layanan kesehatan meliputi dimensi struktur, dimensi proses dan dimensi keluaran. Dimensi struktur meliputi manusia, fasilitas fisik dan perbekalan kesehatan, teknologi dan informasi, keuangan. Dimensi proses meliputi pengorganisasian dan manajemen sumber daya, pengorganisasian program layanan kesehatan, penyelenggaraan program layanan kesehatan. Dimensi keluaran adalah kesehatan masyarakat (Pohan, 2007).

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mendukung upaya Puskesmas dalam penanggulangan bencana karena adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki Puskesmas dalam penanggulangan bencana. Dukungan tersebut mencakup dukungan dalam upaya kesehatan, dukungan dalam pembiayaan, dukungan dalam sumber daya manusia, dukungan obat dan perbekalan kesehatan dan dukungan dalam manajemen kesehatan (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

Menurut Wyckof, kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan yang selalu dirancang dengan baik dan pengendalian tingkat keunggulan juga dilakukan dengan


(26)

tepat untuk memenuhi harapan pelanggan. Kualitas jasa pelayanan kesehatan akan sangat ditentukan apabila kebutuhan atau ekspetasi para pengguna jasa bisa dipenuhi dan diterima tepat waktu (Muninjaya, 2011).

Sutton dan Tierney (2006) menyatakan kegiatan kesiapsiagaan hendaknya didasarkan kepada pengetahuan tentang potensial dampak bahaya bencana dalam kesehatan dan keselamatan, kegiatan pemerintahan, fasilitas dan infrastruktur, pemberian pelayanan, dan kondisi lingkungan dan ekonomi, serta dalam peraturan dan kebijakan. Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006) parameter pertama faktor kritis kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat memengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap siaga dalam mengantisipasi bencana.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan, sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas KampungBaru dalam menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun.

1.2 Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun.


(27)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Menjadi masukan bagi tenaga kesehatan Puskesmas untuk menambah wawasan dalam meningkatkan kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas menghadapi bencana banjir

1.5.2 Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan untuk meningkatkan peran aktif tenaga kesehatan Puskesmas dalam perencanaan penanggulangan bencana banjir dan kesiapsiagaan menghadapi bencana untuk meminimalisir dampak bencana.

1.5.3 Untuk menambah ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas menghadapi bencana.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bencana Banjir

2.1.1 Definisi Bencana Banjir

Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefinisikan sebagai peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007).

2.1.2 Kategori Banjir

Kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya dan berdasarkan mekanisme terjadinya banjir :

1. Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya, terdiri dari :

a. Banjir kiriman (banjir bandang) yaitu banjir yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan didaerah hulu sungai.


(29)

b. Banjir lokal yaitu banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang melebihi kapasitas pembuangan disuatu wilayah.

2. Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir yaitu

a. Regular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh hujan.

b. Irregular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami, gelombang pasang, dan hancurnya bendungan.

2.1.3 Penyebab Banjir

Penyebab banjir antara lain :

1. Hujan, dimana dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan selama berhari-hari.

2. Erosi tanah, dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir deras diatas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.

3. Buruknya penanganan sampah yaitu menyumbatnya saluran-saluran air sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.

4. Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan. Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko banjir sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya serap tinggi.

5. Bendungan dan saluran air yang rusak dimana menyebabkan banjir terutama pada saat hujan deras yang panjang.


(30)

6. Keadaan tanah dan tanaman dimana tanah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai daya serap air yang besar.

7. Didaerah bebatuan dimana daya serap air sangat kurang sehingga bisa menyebabkan banjir kiriman atau banjir bandang (IDEP, 2007)

2.1.4 Dampak Banjir

Banjir akan terjadi gangguan-gangguan pada beberapa aspek berikut :

1. Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya penyakit seperti penyakit kulit, demam berdarah, malaria, influenza, gangguan pencernaan dan penduduk terisolasi.

2. Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip, peralatan, perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan.

3. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak berfungsinya pasar tradisional, kerusakan atau hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat.

4. Aspek sarana/prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.

5. Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan irigasi (Mistra, 2007; Rahayu dkk, 2009).


(31)

2.2 Kesiapsiagaan

2.2.1 Definisi Kesiapsiagaan

Menurut Undang-undang No. 24 tahun 2007, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Menurut Ditjen Binkesmas Depkes (2005), kesiapsiagaan (preparedness) adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdayaguna.

Menurut FEMA dalam Haddow dan Bullock (2006), kesiapsiagaan dalam wilayah manajemen darurat dapat dinyatakan sebagai pernyataan kesediaan untuk berespon terhadap suatu bencana, krisis atau tipe situasi emergensi lainnya. Kesiapsiagaan bukan hanya pernyataan kesiapan tetapi juga suatu topik dimana didalamnya terdapat banyak aspek-aspek manajemen darurat.

Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan didalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadi bencana. Konsep kesiapsiagaan yang digunakan lebih ditekankan pada kemampuan untuk melakukan tindakan persiapan menghadapi kondisi darurat bencana secara cepat dan tepat (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).

Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan


(32)

berubahnya tata kehidupan masyarakat. Konsep kesiapsiagaan memiliki berbagai dimensi yang didukung oleh sejumlah aktifitas. Dimensi dari kesiapsiagaan mencakup berbagai tujuan atau pernyataan akhir bahwa kesiapsiagaan berusaha untuk dicapai. Kegiatan-kegiatan adalah tindakan-tindakan nyata yang perlu untuk diambil dalam rangka menemukan tujuan-tujuan tersebut. Sumber-sumber bervariasi dalam hal bagaimana dimensi-dimensi tersebut dan aktifitas-aktifitas yang didefinisikan (Sutton dan Tierney, 2006).

Kesiapsiagaan (preparedness) menghadapi banjir adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana banjir sehingga tindakan yang dilakukan pada saat dan setelah terjadi banjir dilakukan secara tepat dan efektif (Rahayu dkk, 2009).

2.2.2 Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Menghadapi Bencana Banjir

Tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin bahwa sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya masing-masing untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi korban bencana sehingga dapat mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi layanan (PAHO, 2006)

Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan : (1) pra bencana, (2) saat bencana, (3) pasca bencana (Ramli, 2010). Kesiapsiagaan sebagai kegiatan pra bencana yang dilakukan di Puskesmas melakukan ketiga fungsi Puskesmas yaitu :


(33)

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan bertujuan agar semua bidang pembangunan diwilayah kerja puskesmas selalu mempertimbangkan aspek kesehatan. Pembangunan yang dilaksanakan di kecamatan, seyogyanya yang berdampak positif terhadap lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang muaranya adalah peningkatan kesehatan masyarakat (Trihono, 2005). Puskesmas harus melaksanakan fungsi penanggulangan bencana melalui kegiatan :

a. Surveilans kesehatan

Menurut WHO dalam Kemenkes RI Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Menurut PKK-Kemenkes (2011), surveilans penyakit dan faktor resiko pada umumnya merupakan suatu upaya untuk menyediakan informasi kebutuhan pelayanan kesehatan dilokasi bencana dan pengungsian sebagai bahan untuk tindakan kesehatan segera. Kegiatan ini meliputi :

1) Melakukan analisis mengenai dampak kesehatan, dimana skala sederhananya berupa penilaian apakah tatanan diwilayah kerja Puskesmas tergolong rawan/beresiko bencana banjir (Trihono, 2005 dan Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

2) Melakukan pembuatan peta wilayah kerja yang menjadi tanggungjawab Puskesmas meliputi peta rawan bencana, peta sumber daya kesehatan


(34)

diwilayah kerja, peta resiko bencana, peta elemen-elemen masyarakat yang kemungkinan menjadi korban bencana, dan peta potensi masyarakat dan lingkungan (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005 dan Sea Defence Consultants, 2009)

3) Mengartikan rambu-rambu bencana meliputi :

• Warna : orange untuk tempat rawan, hijau untuk tempat aman • Anak panah (kearah kanan/kiri) untuk jalur evakuasi

• Lokasi pemasangan rambu adalah dilokasi rawan bencana, lokasi aman/tempat evakuasi, jalur/jalan menuju tempat aman/evakuasi (IOM, 2011)

4) Memperhatikan sistem peringatan dini/isyarat-isyarat dini sebagai pertanda kemungkinan bencana akan terjadi. Sistem peringatan dini adalah sistem (rangkaian proses) pengumpulan dan analisis data serta penyebaran informasi tentang keadaan darurat atau kedaruratan. Sumber informasi dini berasal dari dua instansi yaitu BMKG yang mengeluarkan potensi cuaca ekstrim dan Dinas PU yang mengeluarkan data tinggi muka air. Di tingkat masyarakat, media untuk system peringatan dini yang sesuai dengan kearifan budaya setempat misalnya kentongan, pengumuman melalui mesjid ataupun membuat sistem peringatan dini dengan ketinggian air, mulut ke mulut/lisan, dan juga peralatan komunikasi


(35)

elektronik (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005; Promise, 2009; IOM, 2011; LIPI-UNESCO/ISDR,2006)

b. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan menghadapi banjir (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005 dan PROMISE, 2009) c. Kerjasama lintas sektoral

Koordinasi lintas sektoral ditingkat kecamatan bertujuan untuk menggalang kerjasama dan berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor. Bentuk kerjasama tersebut antara lain dalam bentuk tim penanggulangan bencana ditingkat kecamatan yang ditetapkan dengan surat keputusan camat (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005). Kerjasama dapat juga dilakukan kepada LSM, tokoh masyarakat, organisasi profesi, dan dunia usaha.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat (Trihono, 2005). Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, Puskesmas dapat melibatkan peran aktif masyarakat dalam setiap kegiatan penanggulangan bencana baik perorangan, kelompok masyarakat maupun masyarakat secara umum (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005). Fungsi pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan dilakukan dengan cara :


(36)

a. Memotivasi, memfasilitasi, menggali partisipasi aktif masyarakat dibidang kesehatan, yang antara lain ditandai dengan pengembangan berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat (Trihono, 2005). Bentuk UKBM yang didanai oleh bantuan operasional kesehatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat menghadapi bencana adalah Poskesdes. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa (Kemenkes,2012). Bentuk UKBM lainnya dapat berupa Dasipena (Pemuda Siaga Peduli Bencana) (Kemenkes, 2012). Didalam wadah UKBM, tenaga kesehatan melatih masyarakat untuk menjadi kader terlatih dalam rangka agar kader terlatih dapat membantu petugas kesehatan dalam memberikan pertolongan awal kasus gawat darurat dan dapat melayani sesama anggota masyarakat dalam menghadapi kemungkinan munculnya bencana. Pelatihan yang diberikan mencakup : kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, penanganan gawat darurat untuk awam, penanganan gizi, dan penanganan kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

b. Kemitraan dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

c. Kemitraan dengan konkes (konsil kesehatan) atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BP (Badan Penyantun Puskesmas). Konsil


(37)

kesehatan atau badan peduli kesehatan masyarakat (BPKM), atau badan penyantun Puskesmas (BPP) adalah suatu organisasi masyarakat yang merupakan mitra kerja Puskesmas yang berfungsi sebagai penyantun dan pemberi masukan kepada Puskesmas. Konkes/BPKM/BPP beranggotakan tokoh masyarakat yang peduli kepada pembangunan kesehatan diwilayahnya (Trihono, 2005)

d. Puskesmas peduli keluarga

Puskesmas peduli keluarga adalah puskesmas yang proaktif mendeteksi, memantau dan meningkatkan kesehatan tiap keluarga diwilayah kerjanya dan memberlakukan keluarga sebagai mitra pembangunan kesehatan. Tujuan umum dari puskesmas peduli keluarga adalah meningkatnya jumlah keluarga sehat diwilayah kerja Puskesmas (Trihono, 2005)

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat strategis dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat secara umum (Trihono, 2005). Pelayanan yang dilakukan sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).

a. Upaya Kesehatan Perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu. Pengobatan merupakan wujud


(38)

dari pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas (Trihono, 2005). Upaya pelayanan gawat darurat sehari-hari merupakan bentuk awal kesiapsiagaan pelayanan gawat darurat dalam bencana. Kesiapsiagaan sehari-hari mencakup penerapan protap penanganan korban gawat darurat dan rujukannya, kesiapsiagaan sarana dan prasarana pelayanan gawat darurat yang dimiliki, dan peningkatan kapasitas tenaga puskesmas dalam teknisi medis, latihan kesiapsiagaan protap penanggulangan bencana (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005).

b. Upaya Kesehatan Masyarakat

Pelayanan yang bersifat publik (public good) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat minimal yang bisa dilakukan meliputi upaya kesehatan wajib, yaitu : promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, pemberantasan penyakit menular (Trihono, 2005). Pelayanan lain yang erat kaitannya peran tenaga kesehatan pada pasca bencana adalah pelayanan kesehatan jiwa (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

Menurut Ditjen Binkesmas Depkes (2005) , kesiapan Puskesmas dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Sehari-hari (SPGDT-S) disuatu wilayah akan menentukan kemampuan wilayah tersebut pada penanganan gawat darurat bencana. Puskesmas sebagai lini terdepan yang berperan pada pertolongan pertama pada korban, mempersiapkan masyarakat dalam upaya pencegahan terjadinya kasus


(39)

gawat darurat maupun memberikan ketrampilan dalam memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan. Apabila Puskesmas tidak sanggup melakukan pertolongan, perlu dilakukan rujukan ke RS Kabupaten/Kota, Propinsi atau Rumah Sakit Regional maupun swasta.

Peran Puskesmas dalam penanggulangan bencana berdasarkan tahapan bencana.

1. Pra Bencana

a. Pemetaan Kesehatan (Geo Mapping)

Merupakan kegiatan pembuatan peta wilayah kerja yang menjadi tanggungjawab Puskesmas, yang didalamnyan terdapat :

a) Peta rawan bencana (Hazard Map) yaitu gambaran wilayah kerja yang berisikan jenis bencana dan karakteristik ancaman bencana.

b) Peta Sumber Daya Kesehatan diwilayah kerjanya yaitu gambaran distribusi jenis sumber daya kesehatan (tenaga medis, perawat, sanitarian, gizi, alat kesehatan, ambulans, dan lain-lain) dan lokasinya c) Peta Resiko Bencana (Risk Map) yaitu peta rawan bencana yang

dilengkapi resiko yang mungkin terjadi termasuk kejadian penyakit menular diwilayah tersebut.

d) Peta elemen-elemen masyarakat yang memiliki kemungkinan mengalami/menjadi korban akibat peristiwa.

e) Peta potensi masyarakat dan lingkungan yaitu gambaran atau informasi lebih rinci tentang masyarakat dan lingkungan suatu area.


(40)

b. Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral

Koordinasi lintas sektor ditingkat kecamatan untuk menggalang kerjasama dan berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor.

c. Pelayanan gawat darurat sehari-hari

Kesiapsiagaan sehari-hari mencakup penerapan protap penanganan korban gawat darurat dan rujukannya, kesiapsiagaan sarana prasarana pelayanan gawat darurat yang dimiliki, dan peningkatan kapasitas tenaga puskesmas didalam teknis medis.

d. Pemberdayaan masyarakat

Penyuluhan/pelatihan pada masyarakat merupakan upaya pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat melayani sesama anggota masyarakat dalam menghadapi kemungkinan munculnya bencana. Pelatihan yang diberikan mencakup : 1) Kesehatan lingkungan, 2) Pemberantasan penyakit menular, penanggulangan DBD, 3) Promosi kesehatan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, 4) Penanganan gawat darurat bagi awam, 5) Penanganan gizi, 6) Penanganan kesehatan jiwa, kesehatan reproduksi.

e. Latihan kesiapsiagaan/gladi

Latihan kesiapsiagaan dilakukan melalui simulasi protap-protap yang telah disusun oleh tim penanggulangan bencana maupun simulasi tim kesehatan Puskesmas agar mampu memberikan pelayanan gawat darurat.


(41)

Pemantauan lokasi-lokasi rawan bencana, melalui kegiatan surveilens secara rutin diwilayah kerja Puskesmas. Pada kondisi tertentu bersama sektor terkait dan masyarakat perlu memperhatikan isyarat-isyarat dini sebagai pertanda kemungkinan bencana akan terjadi.

2. Saat Bencana

Pada saat terjadinya bencana disuatu wilayah, Puskesmas harus segera memberi informasi awal ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kegiatan mencakup :

a. Operasi pertolongan terhadap korban berdasarkan triase

Operasi pertolongan pertama dilakukan oleh tim Puskesmas bersama masyarakat yang sudah terlatih dalam penanganan gawat darurat. Pertolongan awal pada korban dilakukan dilokasi kejadian bila kondisi memungkinkan (lokasi aman, tidak ada bahaya susulan, tidak dalam komando Polri/TNI). Pertolongan ynag diberikan berupa pertolongan bantuan hidup dasar yaitu resusitasi jantung paru (RJP). Bila tidak memungkinkan dengan bantuan masyarakat, tim SAR, polisi dan aparat setempat, korban dipindahkan kearea yang dianggap aman disekitar lokasi atau langsung ke Puskesmas terdekat untuk dilakukan pertolongan pertama. Pertolongan pertama korban dilapangan didasarkan pada triase yang bertujuan seleksi korban dan jenis pertolongan yang diperlukan berdasarkan tingkat keparahan, kedaruratan dan kemugkinan korban untuk hidup. Korban akibat bencana dapat diseleksi menjadi :


(42)

Kelompok korban gawat darurat yang memerlukan pertolongan stabilisasi segera, antara lain korban dengan syok, gangguan pernapasan, trauma kepala dengan pupil anisokor, perdarahan eksternal masif untuk mencegah kematian dan kecacatan. Pembebasan jalan nafas (airway), pemberian nafas buatan (breathing), mengatasi syok (circulation) dan mencegah kecacatan (disability) dengan prioritas pada korban yang kemungkinan hidup lebih besar. Stabilisasi dilakukan sambil menunggu pertolongan tim gabungan. Pada kondisi korban perlu dirujuk dan keadaan memungkinkan, Puskesmas dapat segera melakukan rujukan dengan tepat melakukan stabilisasi selama perjalanan ke sarana yang lebih mampu (RS).

2) Kelompok Label Kuning

Kelompok korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan/pengobatan dapat ditunda sementara. Yang termasuk kategori ini adalah korban dengan resiko syok, fraktur multipel, fraktur femur/pelvis, luka bakar luas, gangguan kesadasaran/trauma kepala, korban dengan status tidak jelas. Korban pada kelompok ini, harus diberikan cairan infus, dan pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi dan diberikan perawatan sesegera mungkin.

3) Kelompok Label Hijau

Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau perawatan segera. Kelompok ini mencakup korban dengan fraktur minor, luka minor,


(43)

trauma psikis. Kadang korban memerlukan pembidaian dan atau pembalutan sebelum dipindahkan.

4) Kelompok Label Hitam

Merupakan kelompok korban yang tidak memerlukan pertolongan medis karena sudah meninggal. Korban perlu dikelompokkan tersendiri untuk dilakukan evaluasi dan identifikasi oleh aparat yang berwenang.

Upaya pertolongan korban melalui triase oleh tim Puskesmas dilaksanakan dengan menggunakan obat dan perbekalan kesehatan yang tersedia diPuskesmas.


(44)

Gambar 2.1 Skema Pelayanan Medis di Lapangan Kejadian

1. Nilai apakah mungkin pertolongan pertama dilakukan dilokasi 2. Bila mungkin lakukan

RJP

3. Pindahkan korban ke area pengumpulan yang aman

Pengumpulan

1. Lokasi terdekat dan aman untuk

pertolongan pertama kasus gawat darurat 2. Bawa korban ke area

perawatan melalui triase

Triase

1. Temukan kegawatan korban

2. Gunakan label yang disepakati

3. Tulis diagnose & instruksi untuk tindakan dalam stabilisasi korban

Perawatan

1. Lakukan pemeriksaaan ulang & prioritaskan kasus dengan kegawatan 2. Lakukan tindakan

stabilisasi

3. Lakukan komunikasi untuk rujukan

4. Tentukan alat & petugas untuk evakuasi korban 5. Buat pengelompokkan

untuk perawatan sementara Transportasi

1.Kelompokkan ambulan & kru sesuai fasilitas

2.Letakkan ambulan gadar didekat area perawatan

3.Atur tujuan evakuasi Rumah Sakit

Kab/Kota/ Propinsi/ regional


(45)

b. Penilaian Awal secara Cepat (Initial Rapid Health Assessment)

Kegiatan ini bertujuan untuk menilai suatu kejadian awal dari bencana yang terjadi diwilayah kerja. Penilaian awal tersebut dilakukan sesegera mungkin dan mencakup : 1) jenis kejadian bencana, 2) sumber bencana, 3) siapa yang terkena dampak, 4) berapa besar dampak yang ditimbulkan (jumlah korban), 5) kemampuan respon oleh puskesmas, 6) resiko potensial tambahan, 7) bantuan yang diperlukan. Penilaian awal kejadian bencana merupakan tanggungjawab Puskesmas dan harus segera dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk dilakukan penilaian cepat lanjutan dan pemberian bantuan.

c. Survailans Penyakit Menular dan Gizi

Pengamatan terhadap suatupenyakit yang potensial menimbulkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dan Gizi, dilakukan mulai terjadinya bencana dengan mengintensifkan kegiatan survailans rutin.

d. Bergabung dengan Satgas Kesehatan di Pos Lapangan

Adanya peningkatan/eskalasi SPGDT-S menjadi SPGDT-B maka pelayanan gawat darurat dalam penanggulangan bencana diambil alih oleh Satgas Kesehatan dibawah koordinasi Satlak PBP di Pos Medis Lapangan. Pos Medis Lapangan dapat memanfaatkan gedung Puskesmas, tenda darurat atau bangunan lain.


(46)

e. Pemberdayaan Masyarakat

Pada tahap bencana peran serta aktif masyarakat ditujukan untuk membantu petugas kesehatan melalui kader-kader yang sudah terlatih dalam kegawatdaruratan. Kader terlatih sebagai komponen SPGDT diharapkan bersma Puskesmas dapat memberikan pertolongan awal kasus gawat darurat sambil menunggu bantuan tim Kabupaten/Kota, dan selanjutnya bergabung dengan tim kesehatan bencana dipos medis lapangan, membantu tim gabungan dalam memberi bantuan darurat yaitu pangan, sandang, tempat tinggal, kebutuhan air bersih, sanitasi.

3. Pasca Bencana

Penanganan masalah kesehatan yang terkait kegiatan paska bencana Puskesmas merupakan bagian dari Satgas Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pasca bencana meliputi :

a. Surveilans Penyakit Potensial Kejadian Luar Biasa Lanjutan

Rusaknya lingkungan akibat bencana dapat berpengaruh pada kesehatan masyarakat seperti rusaknya sarana air bersih, sarana jamban, munculnya bangkai dan vektor penyebar penyakit yang merupakan potensi menimbulkan kejadian luar biasa. Untuk mencegah terjadinya terjadinya KLB maka Puskesmas bersama Satgas Kesehatan melakukan pemantauan terhadap kejadian beberapa kasus penyakit seperti Diare, Malaria, ISPA, Kholera, keracunana makanan melalui hasil kegiatan pelayanan kesehatan, faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan masalah penyakit antara lain vektor


(47)

penyakit (nyamuk, lalat, tikus), kecukupan air bersih, sarana jamban, sarana pembuangan air limbah dan status gizi penduduk rentan (bayi, anak, balita ibu hamil, ibu bersalin)

b. Pemantauan Sanitasi Lingkungan

Kegiatan pemantauan sanitasi lingkungan paska bencana ditujukan terhadap kecukupan air bersih, kualitas air bersih, ketersediaan dan sanitasi sarana mandi, cuci kakus, sarana pembuangan air limbah termasuk sampah dilokasi pemukiman korban bencana. Pemantauan juga dilakukan terhadap vektor penyebab penyakit

c. Upaya Pemulihan Masalah Kesehatan Jiwa dan Masalah Gizi pada Kelompok Rentan

Stress paska trauma yang banyak dialami oleh korban bencana dapat diatasi melalui konseling dan intervensi psikologis lainnya, agar tidak berkembang menjadi gangguan stress paska trauma. Masalah gizi pada kelompok rentan (Balita, ibu hamil dan ibu menyusui serta usia lanjut) memerlukan pemantauan dan pemulihan melalui pemberian makanan tambahan yang sesuai dengan kelompok umur untuk menghindari terjadinya kondisi yang lebih buruk.

d. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat paska bencana yang dilakukan oleh Puskesmas ditujukan agar masyarakat tahu apa yang harus dilakukan untuk menolong diri


(48)

sendiri, keluarga dan masyarakat terhadap kemungkinan timbulnya masalah kesehatan. Upaya pemberdayaan tersebut mencakup :

1) Perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari dipenampungan darurat/pengungsian

2) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penyakit yang timbul paska bencana

3) Perbaikan kualitas air dengan penjernihan dan kaporisasi sumber daya air yang tersedia

4) Membantu pengendalian vector penyakit menular dalam rangka system kewaspadaan dini KLB.

(Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

Dukungan tenaga kesehatan dalam penanggulangan bencana di Puskesmas mencakup penyediaan tenaga kesehatan yang kompeten dalam penanggulangan bencana melalui pelatihan-pelatihan :

a. Tenaga dokter dengan pelatihan minimal PPGD bagi dokter b. Tenaga perawat dengan pelatihan minimal PPGD bagi perawat c. Tenaga perawat/sanitarian dengan pelatihan surveilans

d. Tenaga bidan dengan pelatihan PPGD Bidan

e. Tenaga gizi dengan pelatihan penanganan gizi pengungsian

f. Tenaga dokter/perawat dengan kompetensi konselor kesehatan jiwa (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)


(49)

Jumlah minimal sumber daya manusia (SDM) kesehatan untuk penanganan korban bencana berdasarkan :

1. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000 – 20.000 orang meliputi dokter umum 4 orang, perawat 10-20 orang, bidan 8-16 orang, apoteker 2 orang, asisten apoteker 4 orang, pranata laboratorium 2 orang, epidemilogi 2 orang, entomology 2 orang, sanitarian 4 -8 orang, ahli gizi 2 -4 orang.

2. Untuk jumlah penduduk /pengungsi 5000 orang dibutuhkan :

• Bagi pelayanan kesehatan 24 jam dibutuhkan dokter 2 orang, perawat 6 orang, bidan 2 orang, sanitarian 1 orang, gizi 1 orang, asisten apoteker 2 orang dan administrasi 1 orang.

• Bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan dokter 1 orang, perawat 2 orang, bidan 1 orang, sanitarian 1 orang dan gizi 1 orang. (Depkes RI, 2007)

Dukungan obat dan perbekalan kesehatan dalam penanggulangan bencana di Puskesmas mencakup obat, bahan habis pakai, bahan sanitasi, MP-ASI, sediaan farmasi untuk gawat darurat dan perbekalan kesehatan lain. Dukungan obat dan perbekalan tersebut meliputi :

a. Kebutuhan untuk triase (tanda pengenal, kartu dan label triase, peralatan administrasi, tandu, alat penerangan)

b. Peralatan resusitasi jalan nafas (oksigen tabung, peralatan intubasi, peralatan trakeostomi, ambubag)


(50)

c. Peralatan resusitasi jantung (infuse set, cairan infuse RL, NaCL, Dektrose, obat-obatan penatalaksanaan syok)

d. Perlengkapan perawatan luka (kapas, verban elastik, sarung tangan, minor surgery set, antiseptik, bidai/spalk, collar neck, selimut)

e. Alat evakuasi (alat penerangan, tandu)

f. Peralatan pelayanan pengobatan (tensimeter, stetoskop, lampu senter, minor surgery set)

g. Dukungan sarana komunikasi, transportasi (radio komunikasi, ambulans), dan identitas petugas

h. Obat-obatan pelayanan pengobatan (antibiotik, analgetik, antipiretik, antasida, antialergi, antiradang, obat kulit, obat mata, oralit, obat batuk, obat-obat psikofarmaka sederhana, dan lain-lain sesuai kebutuhan)

i. Dukungan logistik untuk pemberian makanan tambahan pada sasaran rentan (ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita)

(Ditjen Binkesmas Depkes, 2005)

2.3 Teori Pembentukan Kesiapsiagaan

Menurut Citizen Corps (2006), perilaku kesiapsiagaan dapat diuji dengan menggunakan Transtheoritical Model dari Perilaku Berubah, yang juga disebut sebagai tahap-tahap model perubahan. Pada model ini, individu mendemonstrasikan berbagai tingkat kesiapan untuk berubah atau berbagai tingkat aktifitas saat ini. Model ini menempatkan individu dalam 5 (lima) tahap yang mengindikasikan


(51)

kesiapan untuk mengupayakan, membuat atau mendukung perubahan perilaku. Kelima tahap tersebut adalah :

1. Precontemplation (Pra Renungan), dimana pada tahap ini individu tidak berniat untuk berubah atau bahkan berfikir tentang perubahan dalam waktu dekat (biasanya diukur 6 bulan berikutnya)

2. Contemplation (Renungan), dimana individu belum dipersiapkan untuk mengambil tindakan pada saat ini, tetapi berniat untuk mengambil tindakan dalam jara kenam bulan kedepan.

3. Preparation (Persiapan), dimana individu secara aktif mempertimbangkan untuk mengubah perilakunya kedepan dengan segera

4. Action (Tindakan), dimana individu benar-benar membuat suatu perubahan perilakunya beberapa waktu yang lalu, namun perubahan tersebut belum dipertahankan dengan baik (dipertahankan 6 bulan atau kurang).

5. Maitenance (Pemeliharaan), dimana individu telah berubah perilakunya, telah dipertahankan lebih dari 6 bulan, dan sedang bekerja untuk menjaga perubahannya.

Menurut Merriam-Webster, kesiapan dapat didefinisikan sebagai persiapan secara mental dan fisik pada suatu pengalaman atau tindakan. Antonovsky (1987), Bandura (1977), Rosenbaum (1988), Meichenbaum & Cameron (1983), seorang individu dindikasikan siap untuk berubah mencakup kemampuan untuk berkoping, menyelesaikan masalah, dan ditunjukkan dengan perilaku yang baik/sehat (Walinga, 2008)


(52)

Menurut Mc.Kiernan et al (2005), teori perkembangan evolusi dari kesiapsiagaan dan plastisitas Brunswikian menyatakan bahwa perilaku berhubungan antara terbentuknya kebiasaan dan punahnya kebiasaan. Perilaku tersebut disebabkan tampilan domain independen dan domain dependen. Domain independen berada pada dalam prinsip pengorganisasian yang digunakan untuk mengolah berbagai bentuk indikator data yang masih terdapat ketidaksesuaian/kekeliruan. Sedangkan domain dependen berada antara pemberlakuan lingkungan yang unik dan pemanfaatan indikator fungsi dari lingkungan tersbut.

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Menghadapi Bencana

Menurut Transtheoretical Model of Behaviour Change yang dinyatakan oleh Citizen Corps (2006), faktor-faktor yang memengaruhi kesiapsiagaan terhadap bencana adalah 1) external motivasi meliputi kebijakan, pendidikan dan latihan, dana, 2) pengetahuan, 3) sikap, 4) keahlian. Menurut Sutton dan Tierney (2006), kegiatan kesiapsiagaan hendaknya didasarkan kepada pengetahuan tentang potensial dampak bahaya bencana dalam kesehatan dan keselamatan, kegiatan pemerintahan, fasilitas dan infrastruktur, pemberian pelayanan, kondisi lingkungan ekonomi, serta dalam peraturan dan kebijakan. Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006) parameter pertama faktor kritis kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat memengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap siaga menghadapi bencana.


(53)

a. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi ril (sebenarnya). Aplikasi disini


(54)

dapat diartikan aplikasi atua penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Transtheoretical Model of Behaviour Change yang dinyatakan oleh Citizen Corps, 2006, pengetahuan yang dimaksud adalah dimana individu memiliki pengetahuan tentang tindakan kesiapsiagaan yang direkomendasikan.

b. Sikap

Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood dalam Azwar (2011), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seorang


(55)

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


(1)

h. Menurut Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?

Perlu

Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan?

Kalau bisa sih pelatihan itu jangan sebulan sekali, tapi tiga bulan sekali, regular, karena ornagtua banyak lupa …saya pelatihan PPGD tahun 2008 atau 2009 lupa saya …

i. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan datang?

Perlu

j. Apa saja yang Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencanabanjir dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan datang?

Kita mengasihi penyuluhan masalah banjir, kita bekerja sama dengan masyarakat dan kelurahan, tentang kebersihan lingkungan, pokoknya bekerjasamalah …kadang masyarakat tidak mau tahu, tidak ada bekerjasama…itu yang kita apakan supaya mau bekerjasama…

Informan 7

No. Hasil Wawancara

1. Menurut Ibu, bagaimana mengenai bencana banjir 2011 di Kecamatan ini?

Banjir itu kan bencana kiriman, kiriman dari gunung, bukan dari sini…karena selalu medan maimun banjir kiriman, setiap tahun kiriman…bukan banjir yang tiba-tiba begitu

2. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas dalam menghadapi bencana banjir?

Pernah

Apa yang Ibu ketahui tentang kesiapsiagaan?

Siaga, itu P3K, untuk mengantispasi banjir, kalau ada luka 3. Darimanakah Ibu memperoleh informasi tersebut?

Dari dinas

4. Apa peran Ibu dalam kejadian bencana banjir 2011? Mengadakan obat

5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Ibu terlibat dalam persiapan menghadapi bencana banjir ditempat kerja Ibu?

Ya, terlibat terus, kalau ada banjir ya terlibat

Apa saja tugas yang Ibu lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir ditempat kerja Ibu?

Mengamprahkan obat dari gudang, dan diantar ke lokasi banjir…ya sigap trus

6. a. Apa Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan?

Pernah

Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?

Ya, kita ya meladeni masyarakat semaksimal mungkin

b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan menghadapi bencana banjir di Puskesmas?

Itu pertolongan pertama itu saja

c. Apakah Ibu perlu melakukan surveilans kesehatan? Nggak


(2)

d. Apa saja yang sudah Ibu lakukan\ dalam surveilans kesehatan? Tidak ada

e. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam menilai tatanan di wilayah kerja Ibu beresiko atau tidak beresiko banjir?

Nggak pernah

f. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir diwilayah kerja Ibu?

Nggak pernah

g. Apakah ada rambu-rambu bencana di kecamatan medan maimun? Nggak ada

Bagaimana Ibu mengartikan rambu-rambu bencana? Nggak tahu, kalau ada bencana dokter

h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam memantau sistem peringatan dini dimasyarakat mengenai bencana?

Nggak pernah

i. Apakah Ibu perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar siapsiaga menghadapi banjir?

Kalau saya ggak perlu

j. Penyuluhan seperti apa yang telah Ibu berikan? Nggak ada

k. Apakah Ibu perlu bekerjasama dengan pihak di luar Puskesmas dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?

Perlu

l. Dengan pihak manakah Ibu telah bekerjasama? Ya, LSM, masyarakat, kelurahan, camat

7. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat?

Pernah

Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?

Apa ya, kesejahteraan masyarakat supaya sehat tidak sakit

b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan menghadapi bencana banjir di Puskesmas?

Nggak tahu, karena tidak turun lansung

c. Menurut Ibu, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat contohnya Poskesdes, Posyandu, Polindes?

Ya, nggak ngerti…saya yang saya tahu obat saja

Jika ada, UKBM tersebut perlukah memotivasi dan mendukung UKBM tersebut? Perlu

d. Apakah Ibu perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?

Nggak ada, karena bukan bagian saya, saya hanya obat saja

e. Pelatihan apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam melatih masyarakat atau kader untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?


(3)

f. Adakah Konsil kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BP (Badan Penyantun Puskesmas) di wilayah kerja Puskesmas Ibu?

Nggak ada

Jika memang ada, perlukah Ibu menggalang kemitraan dengan badan ini? Ya, perlu

g. Apa Ibu perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap siaga menghadapi bencanabanjir didalam wilayah kerja Puskesmas?

Perlulah

h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan untuk memberdayakan keluarga agar siapsiaga menghadapi bencana banjir?

Tidak

8. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama?

Pernah

Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?

b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan menghadapi bencana banjir?

Nggak tahu

c. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan rujukan di tempat kerja Ibu?

Ya mungkin ada, saya nggak tahu soal-soal itu

d. Jika ada, apakah Ibu terlibat dalam pembentukan SOP tersebut? Mungkin …

e. Apakah Ibu perlu menjalan SOP tersebut? Ya, mungkin juga

f. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan agar penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?

Ya, paling obat itu obat P3K, obat gembung, obat demam,obat batuk, obat mencret, alat-alat bukan saya …biasanya untuk banjir tidak ada infuse, kalau terlalu parah dirujuk kerumah sakit nggak ditangani di Puskesmas

g. Apakah Ibu perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan obat dan perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi bencana banjir? Seharusnya perlu, tapi tidak pernah dilibatkan semua sudah diatur diatas

h. Menurut Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?

Perlu

Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan? Ya, setidaknya idealnya 3 tahun sekali

i. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan datang?

Perlulah

j. Apa saja yang Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencanabanjir dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan datang?

Nggaklah, bukan bagian saya, kalau saya pribadi tidak ada…karena saya bagian pengadaan obat


(4)

Informan 8

No. Hasil Wawancara

1. Menurut Ibu, bagaimana mengenai bencana banjir 2011 di Kecamatan ini?

Ya …kalau menurut saya banjir itu kan sangat eh ini…harus perlu pertolongan yang siaga karena kalau tidak ditolongkan mereka ini susah…kalau banjir ditempat kami, kalau kami dari Puskesmas slalu segera turun kalau ada informasi banjir , disitu kami mengadakan posko memberikan misalnya pengobatan, misalnya anak-anak balita yang ini seperti saya bagian gizi, apa yang adalah dari dinas kesehatan, misalnya pemberian PMT, atau apa yang bisa diberikan, sesuai apa yang ada di Dinas kesehatan

2. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas dalam menghadapi bencana banjir?

Ya, pernah

Apa yang Ibu ketahui tentang kesiapsiagaan?

Yang saya ketahui itu, ehm …sebagai petugas kesehatan harus siap dengan segera turun menanggulanginya dan memberikan pertolongan

3. Darimanakah Ibu memperoleh informasi tersebut?

Kami memperoleh informasi dari kelurahan, karena kami bekerjasama dengan kelurahan dan dari masyarakat yang setempat diwilayah kerja kami

4. Apa peran Ibu dalam kejadian bencana banjir 2011?

Seperti saya katakan tadi, sayakan sebagai petugas gizi ,yaitu sasaran saya anak balita dibawah 5 tahun yaitu dalam pemberian PMT

5. Jika ada bencana banjir dimasa akan datang, apakah Ibu terlibat dalam persiapan menghadapi bencana banjir di tempat kerja Ibu?

Eh…kemungkinan besar…karena kebetulan disini tenaga pelaksana gizi ditempat ini cuma 1 diKecamatan medan maimun

Apa saja tugas yang Ibu lakukan dalam persiapan menghadapi bencana banjir di tempat kerja Ibu?

Persiapan yang saya lakukan, yaitu mendata khusus anak balita yang mulai umur 0-5 tahun, dan memantau perkembangan anak tersebut dalam persiapan …

6. a. Apa Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan?

Belum

Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu? Tidak tahu…

b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan menghadapi bencana banjir di Puskesmas?

Ya, salah satunya fungsi puskesmas itu adalah memberikan pelayanan dalam hal pengobatan

c. Apakah Ibu perlu melakukan surveilans kesehatan? Perlu juga, khususnya kalau seperti saya bagian gizi

d. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam surveilans kesehatan?

Yaitu, surveilans gizi, memantau berat badan anak berdasarkan umur dan tinggi badan, khususnya anak yang berat badan berkurang, dibawah garis merah

e. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam menilai tatanan diwilayah kerja Ibu beresiko atau tidak beresiko banjir?

Tidak pernah

f. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir diwilayah kerja Ibu?

Pemetaan, saya tidak pernah


(5)

Bagaimana Ibu mengartikan rambu-rambu bencana yang ada? Makanya saya bilang, saya tidak tahu

h. Apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam memantau sistem peringatan dini dimasyarakat mengenai bencana?

Maksudnya, …tidak tahu, kalau ada banjir diberitahu kepala puskesmas berkesinambungan ke stafnya

i. Apakah Ibu perlu melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar siapsiaga menghadapi banjir?

Kalau saya sendiri, karena itu bukan bagian saya, tidak perlu

j. Apakah Ibu perlu bekerjasama dengan pihak di luar Puskesmas dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir?

Tidak perlu, karena bukan bagian saya

7. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat?

Pernah

Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?

Fungsi puskesmas sebagai pemberdayaan masyarakat, karena kita ketahui bahwa Puskesmas sebagai pusat pelayanan kepada masyarakat

b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan menghadapi bencana banjir di Puskesmas?

Persiapan ya, nggak tahu

c. Menurut Ibu, apa saja upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat mendukung persiapan tenaga kesehatan menghadapi bencana?Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat contohnya Poskesdes, Posyandu, Polindes?

Ya, kalau biasanya kalau terjadi bencana seperti posyandu, salah satu petugas seperti kader ikut terlibat dalam bencana

Jika ada, UKBM tersebut perlukah memotivasi dan mendukung UKBM tersebut? Ya, kalau misalnya sekarang ini nggak…tapi kalau sudah ada bencana sebagai petugas posko iya …karena ada kami petugas kami Ibu Endang khusus bagian gawat darurat, bagian dia yang menjurus

d. Apakah Ibu perlu melatih masyarakat agar menjadi kader terlatih yang dipersiapkan untuk menghadapi bencana banjir?

Menurut saya tidak perlu, karena bukan bagian saya

e. Pelatihan apa saja yang sudah Ibu lakukan dalam melatih masyarakat atau kader untuk siapsiaga menghadapi bencana banjir?

Kalau kader gizi , kalau saya kan hanya sasaran balita diposyandu…khususnya anak yang gizi kurang, gizi buruk dan ibu hamil, ibu menyusui, kalau untuk masalah ini, nggak…karena kami ada bagian khusus

f. Adakah Konsil kesehatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BP (Badan Penyantun Puskesmas) di wilayah kerja Puskesmas Ibu?

Saya rasa tidak ada

Jika memang ada, perlukah Ibu menggalang kemitraan dengan badan ini? Saya rasa tidak perlu karena bukan wewenang saya

g. Apa Ibu perlu melibatkan pemberdayaan keluarga agar siap siaga menghadapi bencanabanjir didalam wilayah kerja Puskesmas?

Kalau saya sendiri, tidak perlu, karena itu bukan khusus bagian saya …tapi kalau sudah terjadi banjir kami ikut sertakan untuk posko begitu


(6)

8. a. Apakah Ibu pernah mendengar fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama?

Pernah

Apa yang Ibu ketahui tentang hal itu?

Strata pertama, contohnya bagaimana …Saya pikir posyandu, kalau posyandu saya tahu, posyandu ada pratama,madya, utama…tapi ini tidak tahu

b. Kegiatan apa saja yang mendukung fungsi Puskesmas tersebut dalam persiapan menghadapi bencana banjir?

Pengobatan, salah satu di puskesmas pemberian pengobatan

c. Apakah ada Standar Operasional Prosedur Penanganan Gawat Darurat dan rujukan ditempat kerja Ibu?

Ya, mungkin ada coba bagian yang bersangkutan yang memberitahu d. Jika ada, apakah Ibu terlibat dalam pembentukan SOP tersebut? Saya rasa tidak perlu, bukan bagian saya

e. Apakah Ibu perlu menjalan SOP tersebut? Tidak ada, bukan bagian saya

f. Obat dan perbekalan/sarana dan prasarana apa sajakah yang dibutuhkan agar penanganan gawat darurat dan rujukan dapat berjalan dengan baik?

Obat-obat emergensi, kalau banjir, obat diare, sesuai keadaan masyarakat,peralatan … tensi, obat-obatan, pemberian sembako, kalau bagian saya seperti pemberian bubur bayi, PMT

g. Apakah Ibu perlu melibatkan diri dalam perencanaan penyediaan obat dan perbekalan/sarana dan prasarana kesehatan untuk menghadapi bencana banjir? Karena ini bukan berhubungan dengan saya, saya rasa tidak perlu, kalau sarana prasarana

ya kalau dibutuhkan boleh juga

h. Menurut Ibu, perlukah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dalam penanganan gawat darurat dan penanggulangan bencana banjir?

Menurut saya sangat perlu, agar kita lebih tahu penanganan yang lebih baik lagi Bagaimana dengan frekuensi pelatihan tersebut bagi tenaga kesehatan?

Menurut saya, dua kali pelatihan…pertama misalnya bagaimana pertolongan pertama penanganan banjir kedua dalam bencana lain, kadang disini kanada bencana kebakaran,kan bencana ini kan beragam-ragam, namanya ilmu berubah-ubah kalau bisa satu tahun sekali

i. Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi bencana banjir dan dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan datang?

Perlu

j. Apa saja yang Ibu sudah lakukan dalam melayani masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga mampu menghadapi bencanabanjir dan dampak yang ditmbulkan akibat bencana banjir tersebut diwaktu akan datang?

Eh…sebenarnya kalau diwaktu mendatang, paling kita penyuluhan saja, khususnya mereka yang dibantaran sungai, supaya mereka kalau air mau naik supaya mereka siapsiaga, supaya kalau naik air supaya mereka cepat mengungsi

Masyarakat kita ini kadang sudah sakit tidak mau berobat…padahal sudah berobat gratis …jamkesmas tidak mau datang…yaitulah kalau saya bagian gizi supaya perkembangan anaknya dipantau


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor Norplant (akbk) Terhadap Pelaksanaan Kontrol Ulang di Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2004

0 33 89

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG RESIKO BENCANA BANJIR TERHADAP KESIAPSIAGAAN REMAJA USIA 15 – 18 TAHUN DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN PEDURUNGAN KIDUL KOTA SEMARANG

0 4 132

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA NGOMBAKAN KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

1 14 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Bantaran Sungai Bengawan Solo Kampung Sewu Kecamatan Jebres Surakarta.

0 1 15

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Bantaran Sungai Bengawan Solo Kampung Sewu Kecamatan Jebres Surakarta.

0 2 14

PENGARUH SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN PRAMUKA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR Pengaruh Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Pramuka Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 3 Mojolaban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 1 13

SKRIPSI Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan Kota Surakarta.

0 0 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan Kota Surakarta.

0 0 13

NASKAH PUBLIKASI Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan Kota Surakarta.

0 0 23

Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat Sragen Kulon dalam Menghadapi Bencana Banjir

0 0 6