Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva dan Kinerja Keuangan Pada Perusahan Gas Negara(Persero) Tbk

(1)

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP PRODUKTIVITAS AKTIVA DAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN

GAS NEGARA (PERSERO) Tbk

TUGAS AKHIR

Diajukan oleh:

NOVITA SARI SETIAWAN NIM: 112101118

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

2   

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

NAMA : NOVITA SARI SETIAWAN

NIM : 112101118

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN

JUDUL : PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP

PRODUKTIVITAS AKTIVA DAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN GAS NEGARA(PERSERO) Tbk

Tanggal,.…….. 2014 Dosen Pembimbing

Iskandar Muda SE, M.Si

NIP. 19621204 198903 2 003

Tanggal,.…….. 2014 Ketua Program Studi

Diploma III Keuangan

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si

NIP.19741123 200012 2 001

Tanggal,….…... 2014 Dekan Fakultas Ekonomi

Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah,puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT yang mana atas rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva Dan Kinerja Keuangan Pada Perusahan Gas Negara(Persero) Tbk .

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, Program Studi D-III Keuangan. Tugas akhir ini membahas tentang bagaimana pengaruh struktur modal dan kinerja keuangan pada Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk Distribusi Wilayah III dalam melayani pelanggan untuk menggunakan gas. Selain itu, Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva Dan Kinerja Keuangan sendiri dilakukan pada umumnya untuk mengetahui penggunaan struktur modal serta kinerja keuangan pada Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk.

Dengan kerendahan hati Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulisan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.


(4)

4   

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan Terimah Kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini antara lain kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr.Yeni Absah, SE,M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE,M.Si selaku sektretaris Jurusan Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Iskandar Muda, SE.M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dalam penulisan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh Staf Pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu hidayani Agustina selaku Manajer SDM , terimah kasih banyak karena telah membantu saya dalam mengerjakan Tugas Akhir ini. Walaupun sedikit Insyallah nasihat yang ibu berikan akan memotivasi saya untuk menjadi manusia yang lebih baik.

7. Teristimewa untuk Ayahanda Alm.Hery Susasnto Setiawan dan Ibundaku Hj.Rahmawaty Chaniago, terima kasih karena engkau adalah motivasi saya dalam menggapai impian saya. Walaupun ayah sudah tiada dapat hadir disaat aie wisuda, saya tau bahwa kasih sayang nya akan selalu hadir


(5)

di dalam hati aie dan untuk mamak terima kasih karena telah memberi semangat dan telah mendoakan aie dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terimah kasih ayah, Mamak doa dan kasih sayang mu kepadaku yang tiada henti untuk menggapai masa depan setinggi-tingginya. Insyallah aie bisa membahagiakan mamak, i miss u forever ayah dan mamak.

8. Kepada abg ku Guntur Samudera Putra, Kakak ku Herawaty Setiawan Dan abg ku Bayu Sagara Putra ,Amd Terimah kasih atas doa dan dukungan nya untuk aie dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Untuk haffiz, mak bongcu syg hafiz.

9. Buat teman-teman seperjuangan Nita, Yuni, Sri terimah kasih karena kalian sudah menjadi teman baik saya dari awal kuliah sampai sekarang. Insyallah kita akan berteman sampai kapan pun ya kawan. Kalau kita sudah wisuda mudah-mudahan kita cepat dapat kerja ya kawan.

10. Buat sahabat ku Ramadani, Putri, abraar, Silvi, Sekar, Uya. Semoga kalian bisa menjadi sahabatku selamanya. amin

Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga Allah Swt turut membalas segala amal baik kita, memberikan kita kesehatan ,dan semoga Tugas Akhir ini dapat Bermanfaat bagi kita semua. amin

Medan, Juni 2014

Novita sari Setiawan Nim. 112101118


(6)

6   

ABSTRACK

Struktur modal yang dapat meminumkan biaya modal rata-rata (average cost of capital) yang dapat meningkatkan nilai perusahaan (harga saham) perusahaan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung antara struktur modal dengan produktivitas aktiva dan kinerja perusahaan gas negara. Pengaruh langsung dan tidak langsung antara struktur modal dan produktivitas aktiva diprediksi berdasarkan teori free cash flow.

Pengaruh langsung dan tidak langsung antara struktur modal dan kinerja keuangan diprediksi berdasarkan teori tradeoff.

Penelitian ini menemukan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan hutang pada struktur modal tidak menyebabkan pertambahan investasi, sehingga perubahan struktur modal tidak berpengaruh terhadap produktivitas aktiva. Peningkatan hutang tidak berasal dari tambahan dana eksternal, melainkan disebabkan oleh meningkatnya nilai rupiah dari valuta asing .

Dari hasil penelitian ini menemukan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap produktivitas aktiva dan kinerja keuangan. Pengaruh langsung antara produktivitas aktiva dan kinerja keuangan adalah negatif, berlawanan dengan prediksi teori tradeoff.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRACK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 ... Latar Belakang Masalah... 1

1.2 ... Rum usan Masalah ... 3

1.3 ... Tujua n Penelitian ... 3

1.4 ... Manf aat Penelitian... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Ringkas ... 5

2.2 Landasan Hukum ... 6

2.3 Visi,Misi dan Nilai-nilai Budaya PGN ... 7

2.4 Strategi dan Tujuan Perusahaan ... 8

2.5 Struktur Organisasi ... 9

2.6 Job Description ... 10

2.7 Jaringan Usaha / Kegiatan ... 18


(8)

8   

2.9 Rencana Kegiatan ... 23

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Modal ... 28

3.2 Jenis-jenis Modal ... 29

3.3 Pengertian Struktur Modal Menurut Para Ahli ... 30

3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 32

3.5 Teori Struktur Modal ... 35

3.6 Pengertian Produktivitas Aktiva ... 39

3.7 Pengertian Kinerja Keuangan ... 39

3.8 Produktivitas dan Kinerja Keuangan ... 40

3.9 Pengaruh Tidak Langsung Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva ... 42

3.10 Pengaruh Tidak Langsung Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan ... 43

3.11 Pengaruh Langsung Produktivitas Aktiva terhadap Kinerja Keuangan ... 49

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 51


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antara Struktur Modal dengan Produktivitas Aktiva ... 41 Tabel 3.2 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antara Struktur Modal

dengan Kinerja Keuangan ... 43 Tabel 3.3 Perkembangan Aktiva Lancar,Aktiva Tetap,Penjualan,Laba

sebelum Pajak dan Laba Bersih ... 45 Tabel 3.4 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung antara Produktivitas

Aktiva dan Kinerja Keuangan ... 48


(10)

6   

ABSTRACK

Struktur modal yang dapat meminumkan biaya modal rata-rata (average cost of capital) yang dapat meningkatkan nilai perusahaan (harga saham) perusahaan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung antara struktur modal dengan produktivitas aktiva dan kinerja perusahaan gas negara. Pengaruh langsung dan tidak langsung antara struktur modal dan produktivitas aktiva diprediksi berdasarkan teori free cash flow.

Pengaruh langsung dan tidak langsung antara struktur modal dan kinerja keuangan diprediksi berdasarkan teori tradeoff.

Penelitian ini menemukan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan hutang pada struktur modal tidak menyebabkan pertambahan investasi, sehingga perubahan struktur modal tidak berpengaruh terhadap produktivitas aktiva. Peningkatan hutang tidak berasal dari tambahan dana eksternal, melainkan disebabkan oleh meningkatnya nilai rupiah dari valuta asing .

Dari hasil penelitian ini menemukan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap produktivitas aktiva dan kinerja keuangan. Pengaruh langsung antara produktivitas aktiva dan kinerja keuangan adalah negatif, berlawanan dengan prediksi teori tradeoff.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpun dana masyarakat secara langsung dengan cara menanamkan dana ke dalam perusahaan yang sehat dan baik pengelolaannya. Fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana pembentukan modal dan akumulasi dana bagi pembiayaan suatu perusahaan atau emiten. Dengan demikian pasar modal merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan nasional pada umum nya dan emiten khususnya di luar sumber-sumber yang umum dikenal seperti tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, kredit perbankan dan bantuan luar negeri.

Fungsi pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut keputusan tentang pembiayaan kegiatan usaha. Sumber pembiayaan ini dapat diperoleh dari dalam dan luar perusahaan. Keputusan pembiayaan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan termasuk biaya modalnya. Biaya modal perusahaan akan semakin menurun dengan makin besarnya komposisi hutang yang dipergunakan. Penggunaan hutang akan menurunkan biaya modal dan meningkatkan nilai


(12)

11   

perusahaan. Tetapi, semakin tinggi tingkat hutang akan meningkatkan risiko yang harus ditanggung perusahaan. Dengan proporsi hutang yang makin besar akan berpengaruh pula pada kemungkinan perolehan rating perusahaan. Prinsip pokok atas penggunaan hutang adalah keseimbangan antara keuntungan dan kerugian penggunaan hutang, yaitu diperolehnya nilai perusahaan yang maksimal dengan biaya modal yang minimal.

Struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih kekurangan (deficit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu hutang (Debt Financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternative-alternative pendanaan yang efisien.

Menurut Ariffin (2005:77) struktur modal (capital structure) merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Tidak seperti debt ratio dan leverage ratio yang hanya menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Dalam teori struktur modal di asumsikan bahwa perubahan struktur modal berasal dari penerbitan obligasi dan pembelian kembali saham biasa atau penerbitan saham baru. Selanjutnya perlu dikaji bagaimana pengaruh struktur modal terhadap produktivitas aktiva dan kinerja keuangan. Kinerja keuangan adalah gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu di raih oleh perusahaan perbankan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan


(13)

untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan

Dari deskrispsi terdahulu tentang struktur modal dan kinerja keuangan Perusahaan Gas Negara (Persero) TBK adanya kajian tentang pentingnya pengaruh struktur modal bagi perusahaan terutama perusahaan yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat yang mana selalu dibutuhkan dalam jangka waktu yang panjang. Dalam teori struktur modal di asumsikan bahwa perubahan struktur modal berasal dari penerbitan obligasi dan pembelian kembali saham biasa atau penerbitan saham baru. Selanjutnya perlu dikaji bagaimana Pengaruh Struktur modal terhadap kinerja keuangan. oleh karena itu, saya, tertarik mengambil judul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Gas Negara (Persero) TBK.

Dengan judul ini penulis dapat melihat bagaimana Pengaruh Struktur Modal pada Perusahaan Gas Negara ( Persero ) Tbk dalam aktivitas atau kegiatan perusahaan dalam membuat Laporan Kinerja Keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap produktivitas aktiva Perusahaan Gas Negara(Persero) TBK?

2. Bagaimana pengaruh struktur modal tidak langsung terhadap kinerja keuangan Perusahaan Gas Negara (Persero) TBK?


(14)

13   

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang di harapkan peneliti adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pengaruh struktur modal terhadap produktivitas aktiva pada Perusahaan Gas Negara(Persero) TBK.

2. Untuk mendeskripsikan pengaruh struktur modal tidak langsung terhadap kinerja Keuangan pada Perusahaan Gas Negara (Persero) TBK.

1.4 Manfaat Penelitian

1 Bagi Mahasiswa

Sebagai sarana perluasan wawasan agar dapat meningkatkan kepekaan menghadapi masalah ekonomi khusunya manajemen keuangan.

2 Bagi Akademik

Bermanfaat sebagai acuan bagi penelitian-penelitian lanjutan yang relevan serta sebagai bahan dokumentasi penelitian.

Dapat digunakan sebagai bahan pemberi informasi bagi mahasiswa mengenai aktualisasi teori dalam lapangan nyata.

3 Bagi Perusahaan

Sebagai salah informasi dan kontribusi bagi pihak Perusahaan Gas Negara Agar Bisa mengoptimalkan Pengaruh Struktur Modal sehingga bisa mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan yang lebih Baik.


(15)

(16)

15   

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Ringkas

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau sering disebut PGN dengan kode transaksi perdagangan Bursa Efek Indonesia “PGAS”, merupakan sebuah perusahaan milik Negara yang yang dirintis sejak tahun 1859, ketika masih bernama Firma LJN Enthoven & Co. Kemudian pada tahun 1950, oleh pemerintah Belanda, perusahaan tersebut diberi nama NV Overzeese Gas en Electriciteit (NV OGEM). Namun pada tahun 1985, Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih kepemilikan firma tersebut dan mengubah nama menjadi Penguasa Perusahaan Peralihan Listrik dan Gas (P3LG) seiring dengan perkembangan Pemerintah Indonesia, pada tahun 1961 status perusahaan itu beralih menjadi BPU-PLN.

Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1965, perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan Negara dan dikenal sebagai Perusahaan Gas Negara (PGN). Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1984, perseroan berubah status hukumnya dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perusahaan Umum (Perum). Setelah itu, status perusahaan diubah dari Perum menjadi Perseroan Terbatas yang dimiliki oleh Negara berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 dan Akta Pendirian Perusahaan No. 486 tanggal 30 Mei 1996 yang diaktakan oleh notaris Adam Kasdarmaji SH. Seiring dengan perubahan status perseroan berubah menjadi perusahaan terbuka, anggaran


(17)

Dasar Perusahaan diubah dengan Akta Notaris No.5 dari Fathiah Helmi SH tanggal 13 November 2003, yang antar lain berisi tentang perubahan struktur permodalan. Perubahan ini telah disahkan oleh Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan No C-26467 HT.01.04 Th 2003 tanggal 4 November 2003, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dengan No. 94 Tambahan No. 11769 tanggal 24 November 2003.

Pada tanggal 5 Desember 2003, Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran umum saham perdana kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 saham, yang terdiri dari 475.309.000 saham dari investasi saham Pemerintah Republik Indonesia, pemegang saham perseroan dan 820.987.000 saham baru.

Sejak saat itu, nama resmi Perseroan menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk. Saham perusahaan telah dicatatkan dalam Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode transaksi perdagangan “PGAS” .

2.2. Landasan Hukum

Adapun landasan Hukum perusahaan menggunakan berbagai peraturan perundangan antara lain :

1. PP No. 19/1965 Dasar Hukum Pendirian.

2. UU Migas No.22 Tahun 2001. Dengan telah disahkannya UU Migas, maka kerangka hukum bisnis migas di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan, tidak hanya terjadi di sektor hulu tetapi juga pada sektor hilir dimana perusahaan melakukkan kegiatan usahanya saat ini.


(18)

17   

3. Menteri Kehakiman No: C2-7729.HT.01.01.Th 96 Tanggal 31 Mei 1996 tentang Pengesahaan badan Hukum.

4. Persetujuan Mentri Kehakiman atas Akta Perubahan Anggaran Dasar No. C-19905 HT.01.04 Th.99 Tanggal 10 Desember 1999.

5. Undang-undang RI No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

6. Undang-undang RI N0 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 7. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate

Govermace pada Badan Usaha Milik Negara.

2.3. Visi, Misi dan Nilai-nilai Budaya PGN

Untuk menghadapi tantangan kompetisi usaha di masa depan, PGN telah menetapkan Visi dan Misi perusahaan serta merumuskan nilai-nilai yang dianut perusahaan ke dalam suatu budaya perusahaan.Berikut adalah Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Budaya PGN:

2.3.1 Visi PGN :

Menjadi perusahaan kelas dunia dalam pemanfaatan gas bumi.

2.3.2 Misi PGN :

Meningkatkan nilai tambah Perusahaan bagi stakeholders melalui :

a. Penguatan bisnis inti di bidang ransportasi niaga gas bumi dan pengembangannya.

b. Pengembangan usaha pengelolaan gas.

c. Pengembangan usaha jasa operasi, pemeliharaan dan keteknikan yang berkaitan dengan industri gas.


(19)

d. Profitisasi sumber daya dan aset perusahaan dengan mengembangkan usaha lainnya.

2.3.3 Nilai-nilai Budaya PGN (ProCISE) :

a. Profesionalisme / Profesionalism.

b. Penyempurnaan Terus Menerus / Continous Improvement. c. Integritas / Integrity.

d. Keselamatan.

2.4. Strategi dan Tujuan Perusahaan 2.4.1 Strategi Perusahaan

Menyelesaikan pengembangan infrastruktur jaringan pipa tranmisi gas yang terpadu dengan jaringan distribusi yang diharapkan akan tumbuh peran serta pelaku bisnis disepanjang rantai bisnis gas bumi dari sektor hulu ke sektor hilir, dalam rangka mempersiapkan Unbudling dan Open Access.

2.4.2 Tujuan Perusahaan

Tujuan perusahaan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 sebagai berikut :

1. Mengembangkan dan memanfaatkan gas bagi kepentingan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. 2. Menyediakan gas dalam jumlah dan mutu yang memadai untuk melayani


(20)

19   

2.5. Struktur Organisasi

Pembuatan struktur organisasi dalam suatu perusahaan mutlak harus dilakukan oleh pemimpin perusahaan agar aktivitas personil perusahaan tidak tumpah tindih (over lapping). Struktur organisasi yang telah dibuat akan membantu memberikan pengertian yang jelas dengan pembagian tugas yang ada dalam perusahaan itu dan setiap pekerja mengetahui dari mana sumber perintah dan kepada siapa seseorang itu bertanggung jawab.

Dengan adanya struktur organisasi diharapkan tercapainya suatu koordinasi yang efektif di antar unit-unit maupun bagian-bagian dalam organisasi, sehingga tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai. Oleh karena itu, struktur organisasi yang digunakan harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan agar pendayagunaan sumber daya yang ada dapat optimal.

Struktur organisasi pada PT Perusahaan Gas Negara merupakan struktur organisasi garis dan staf, yang mencerminkan tanggung jawab dan wewenang secara vertikal serta hubungan antar bagian secara horizontal.

Struktur Organisasi Perusahaan Gas Negara(Persero) Tbk Distribusi Wilayah III dapat dilihat pada Lampiran.


(21)

2.6 Job Description

Berikut adalah uraian pekerjaan (Job Description) untuk setiap departemen pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

1. General Manager

Fungsi General Manager :

General Manager mempunyai fungsi menyelenggarakan kegiatan usaha distribusi gas bumi melalui jaringan pipa gas sesuai perkembangan usaha dan kebijakan yang ditetapkan Direksi.

Tugas General Manager :

a. Menetapkan , mengendalikan dan mengelola Rencana Kerja dan Anggaran. b. Mengendalikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan jaringan pipa gas

serta fasilitas penunjangnya.

c. Mengendalikan pengelolaan kegiatan operasi dan pemeliharaan.

d. Mengendalikan pengelolaan kegiatan penjualan dan layanan pelanggan. e. Mengendalikan pengelolaan kegiatan K3PL dan integritas jaringan.

f. Mengendalikan pengelolaan kegiatan keuangan dan kegaitan SDM, serta pengelolaan kegiatan tanggung-jawab sosial dan lingkungan perusahaan. g. Mengendalikan pengelolaan keolgistikan dan administrasi umum.

h. Mengendalikan pelaksanaan manajemen resiko, sistem dan prosedur yang berlaku, serta Good Corporate Govermance dan Budaya Perusahaan untuk peningkatan kinerja SBU.

i. Mengendalikan perjanjian dan kerja sama lainnya, pengelolaan bantuan hukum serta pengelolaan kegiatan kehumasan.


(22)

21   

2. Departemen Keuangan dan SDM

Fungsi Departemen Keuangan dan SDM :

Departemen Keuangan Dan SDM mempunyai fungsi memastikan pengelolaan keuangan , SDM serta tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan secara optimal.

Tugas Departemen Keuangan dan SDM :

a. Mengelola Rencana Kerja dan Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan keuangan dan SDM serta tanggung jawab sosial dan lingkungan.

b. Memastikan terintegrasinya rencana kerja antar satuan kerja di dalam departemen keuangan dan SDM, maupun dengan satuan kerja yang lain di dalam organisasi SBU.

c. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja antar satuan kerja di dalam departemen Keuangan dan SDM.

d. Mengendalikan kegiatan pengelolaan keuangan dan SDM.

e. Memastikan pelaksanaan program tanggung jawab sosial dan lingkungan. f. Mengendalikan penyusunan laporan periodik departemen keuangan dan

SDM sebagai dasar melakukan analisa untuk memastikan pencapaian target kinerja, dan menetapkan langkah tindak lanjut yang tepat.

3. Dinas Keuangan

Fungsi Dinas Keuangan :

Dinas keuangan mempunyai fungsi memastikan pengelolaan kegiatan keuangan yang meliputi anggaran, perbendaharaan,akuntasi,perpajakan serta pelaksanaan program tanggung jawab sosial dan lingkungan.


(23)

Tugas Dinas Keuangan :

a. Mengelola penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) SBU serta menyusun usulan otorisasi pelaksanaan RKA SBU.

b. Melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RKA SBU secara berkala. c. Melakukan koordinasi, pengawasan serta evaluasi aktiva dan kewajiban. d. dropping ke kantor pusat.

e. Mengelola dan mengendalikan kegiatan serta administrasi penerimaan dan pembayaran dana atas transaksi keuangan perusahaan dilingkungan SBU. f. Mengendalikan pengelolaan rekening bank SBU.

g. Mengelola dan mengendalikan asuransi atas aset.

h. Memastikan keabsahan serta mengendalikan proses pencairan jaminan pembayaran pelanggan dan jaminan pengadaan.

i. Mengelola dan mengendalikan kegiatan akuntasi dan penyusunan laporan keuangan termasuk daftar aset tetap.

j. Mengelola dan mengendalikan kegiatan perpajakan.

k. Mengkoordinasikan rencana program dan tanggung jawab sosial dan lingkungan serta mengevaluasi laporan pelaksanaanya.

4. Seksi Anggaran

Fungsi Seksi Anggaran :

Seksi Anggaran mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan penyusunan dan pengendalian atas pelaksanaan dan penyusunan laporan pencapaian RKA SBU.


(24)

23   

Tugas Seksi Anggaran :

a. Mengkoordinir pembuatan usulan RKA SBU.

b. Menyusun RKA untuk masing-masing Pusat Biaya/Unit Kerja SBU sesuai dengan RKAP yang telah ditetapkan .

c. Menyusul usulan otorisasi pelaksanaan RKA SBU.

d. Menyusun otorisasi pelaksanaan RKA SBU sesuai dengan otorisasi yang telah ditetapkan oleh Direksi untuk masing-masing Pusat Biaya /Unit kerja. e. Melaksanakan evaluasi, monitoring, dan pengendalian terhadap pelaksanaan

RKA SBU secara berkala.

f. Menyusun laporan pencapaian RKA SBU.

g. Menyusun usulan realokasi RKA SBU apabila diperlukan.

5. Seksi Perbendaharaan

Fungsi Seksi Perbendaharaan :

Seksi perbendaharaan mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pengendalian Perbendaharaan SBU.

Tugas Seksi Perbendaharaan :

a. Melaksanakan dan mengendalikan verifikasi keabsahan dokumen penerimaan dan dokumen permintaan pembayaran.

b. Melaksanakan dan mengendalikan atas penerimaan dan pengeluaran dana perusahaan.

c. Melaksanakan pengelolaan administrasi transaksi pembayaran dan penerimaan dana.

d. Melaksanakan evaluasi kebutuhan dana SBU dan pengajuan dropping ke Kantor Pusat.


(25)

e. Melakukan pengelolaan dan monitoring rekening bank SBU.

f. Mengevaluasi keabsahan dan melakukan pencairan jaminan pembayaran pelanggan dan jaminan pengadaan.

g. Menyusun usulan penutupan asuransi ke Kantor Pusat dan melaksanakan penutupan asuransi yang belum ditutup oleh Kantor Pusat.

6. Seksi Akuntansi

Fungsi Seksi Akuntansi :

Seksi akuntasi mempunyai fungsi mengelola pelaksanaan kegiatan akuntasi, penyusunan laporan keuangan termasuk daftar aset tetap serta perpajakan.

Tugas Seksi Akuntansi :

a. Menerima,mencatat serta mengklasifikasikan transaksi keuangan.

b. Melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja lain yang terkait, untuk memastikan ketersediaan data yang diperlukan untuk penyusunan laporan keuangan.

c. Melakukan koordinasi, memonitor dan mengevaluasi pengelolaan pencatatan aset tetap.

d. Menyusun dan mengevaluasi laporan keuangan.

e. Melakukan perencanaan perpajakan yang terkait dengan penyusunan RKAP. f. Melakukan evaluasi dan review pengenaan tarif perpajakan atas transaksi

keuangan.

g. Melakukan pengendalian atas kegiatan administrasi perpajakan melalui pembuatan kertas kerja perpajakan yang meliputi perhitungan, rekonsialiasi dan ekualisasi.


(26)

25   

h. Menyusun dan mengevaluasi laporan perpajakan termasuk membuat Surat Setoran Pajak serta laporan pajak berupa Surat pemberitahuan (SPT).

7. Seksi TJSL

Fungsi Seksi TJSL :

Seksi TJSL mempunyai fungsi mengelola pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR).

Tugas Seksi TJSL :

a. Membuat rencana dan melaksanakan program tanggung jawab sosial dan lingkungan.

b. Membuat laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan, tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR).

8. Dinas SDM

Fungsi Dinas SDM :

Dinas SDM mempunyai fungsi memastikan pelaksanaan kegiatan manajemen SDM SBU dapat mendukung produktivitas kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.

Tugas Dinas SDM :

a. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan administrasi SDM.

b. Mengelola perencanaan dan pengadaan tenaga kerja .

c. Melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pengembangan SDM.

d. Melaksanakan pengaturan penempatan pekerja melalui proses mutasi dan rotasi, serta mengevaluasi usulan promosi.


(27)

e. Memastikan ketepatan waktu dan keakuratan pelaksanan administrasi SDM, remunerasi dan database kepegawaian.

f. Memastikan pelaksanaan peraturan perusahaan dan berjalannya kegiatan hubungan industrial sesuai dengan aturan yang berlaku.

g. Menindaklanjuti keluhan dan perselisihan pekerja kepada pihak yang terkait.

9. Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM

Fungsi Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM :

Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia.

Tugas Seksi Pembinaan dan Pengembangan SDM :

a. Melakukan koordinasi pembuatan rencana kebutuhan tenaga kerja untuk jangka pendek, menengah dan panjang.

b. Memfasilitasi kegiatan pemetaan potensi individu yang diselenggarakan oleh Kantor Pusat.

c. Melakukan analisa kesenjangan kompetensi .

d. Melakukan koordinasi usulan rotasi/mutasi dan promosi pekerja.

e. Melakukan koordinasi, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan pemenuhan pekerja.

f. Menyusun dan melaksanakan program apresiasi terhadap pekerja yang berprestasi.

g. Mengelola program pendidikan dan pelatihan pekerja yang diselenggarakan oleh SBU.

h. Melaksanakan analisa kebutuhan diklat pekerja berdasarkan analisa kesenjangan kompetensi.


(28)

27   

i. Melakukan koordinasi, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanan kegiatan pembinaan SDM melalui pengelolaan manajemen kinerja dan counseliung bagi pekerja yang membutuhkan.

j. Menfasilitasi penyusunan Sasaran Kinerja Individu (SKI), Penilaian Kinerja Pekerja (PKP) dan cascading KPI.

k. Melaksanakan pembinaan dan mengelola program mentoring bagi siswa calon pekerja baru dan calon pekerja.

l. Menyusun usulan penyempurnaan uraian jabatan.

10.Seksi Remunerasi dan Hubungan Industrial

Fungsi Seksi Remunerasi dan Hubungan Industrial :

Seksi Remunerasi dan Hubungan Industrial mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan administrasi SDM, kegiatan remunirasi, pengelolaan sistem informasi SDM dan membina hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan serta memastikan penerapan peraturan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Tugas Seksi Remunerasi dan Hubungan Industrial :

a. Menyusun usulan RKAP khususnya biaya pekerja, biaya jasa outsorcing dan biaya lain yang terkait.

b. Mengevaluasi pelaksanaan pembayaran fasilitas (benefit) pekerja. c. Melakukan monitoring administrasi dan pelayanan pensiunan. d. Melakukan evaluasi data lembur, potongan, dan kehadiran pekerja. e. Melakukan pelayanan duka cita pekerja.


(29)

g. Melakukan penyusunan TOR, monitoring serta pengawasan kontrak jasa

outsorcing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Melaksanakan administrasi dan pengendalian tenaga kerja outsourching. i. Melakukan koordinasi, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan pelaksanaan

Perjanjian Kerja Bersama (PKB), penanganan keluhan dan perselisihan pekerja.

j. Menindaklanjuti permasalahan pekerja yang melakukan tindakan indisipliner dan permasalahan hubungan industrial lainnya.

k. Melaksanakan administrasi dan monitoring kontrak jasa profesi dan tenaga ahli.

l. Melaksanakan pengusrusan perijinan, pelaporan-pelaporan serta pengawasan ketenagakerjaan ke Dinas Tenaga kerja atau Instansi terkait.

2.7 Jaringan Usaha/Kegiatan

Sebagai penyedia Utama Gas Bumi, PGN memiliki dua bidang usaha distribusi (penjualanan) dan transmisi (transportasi) gas bumi melalui jaringan pipa yang tersebar diseluruh wilayah usaha. Usaha distribusi meliputi kegiatan pembelian gas bumi dari pemasok dan penjualanan gas bumi melalui jaringan pipa distribusi ke pelanggan rumah tangga, komersial dan industri. Sedangkan usaha transmisi merupakan kegitan pengangkutan (transportasi) gas bumi melalui jaringan pipa tarnsmisi dari sumber-sumber gas ke penggunaan industri.

2.7.1 Kegiatan Usaha Distribusi

PGN mendistribusikan produk gas bumi melalui jaringan pipa distribusi ke para pelanggan. Kegiatan usaha ini memberikan kontribusi sebesar 81% dari total


(30)

29   

pendapatan yang diperoleh pada tahun 2011. PGN merupkan pelaku utama dalam kegiatan usaha distribusi gas di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 94%. Jaringan layanan mencakup delapan kota utama di Indonesia yaitu Jakarta, Cirebon, Surabaya, Palembang, Medan, Batam dan Pekanbaru yang di dukung oleh jaringan pipa distribusi sepanjang 3.097 km dengan kapasitas sebesar 831 MMSCFD. Pasokan gas dan kontrak pemebelian sebelum diperlakukan UU Migas No. 22/2001, PGN memperoleh pasokan gas bumi terutama dari Pertamina DOH Cirebon dan BP Muara Karang untuk memenuhi kebutuhan pasar gas bumi di wilaya distribusi Jawa bagian Barat. Sedangkan untuk wilayah distribusi Jawa bagian Timur memperoleh pasokan gas bumi dari EMP Kangean dan Lapindo Brantas, untuk wilayah distribusi Sumatera bagian Utara memperoleh pasokan gas bumi dari Pertamina DOH Pangkalan Brandan. Setelah diberlakukan UU Migas bumi secara langsung dari produsen gas bumi anatara lain Pertamina, BP Indonesia, Lapindo Brantas, ConocoPhillips dan Ellipse. Kontrak pembelian gas bersifat jangka panjang antara 10 tahun sampai 20 tahun. Perjanjian gas bumi jangka panjang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan pasokan gas bumi secara lebih pasti agar kualitas pelayanan perusahaan kepada pelanggan dapat terpenuhi dengan lebih baik. Dalam rangka penetrasi pasar ke wilayah yang menjadi target perusahaan, maka daerah layanan pasar dibagi menjadi tiga wilayah distribusi, sebagai berikut :

a. SBU Distribusi Wilayah I, Jawa Bagian Barat yang terdiri dari Jakarta, Banten, Bekasi, Karawang, Bogor, Cirebon, Palembang dan Bandung.


(31)

b. SBU Distribusi Wilayah II, Jawa Bagian Timur yang terdiri dari Surabaya-Gresik, Sidoarjo-Mogokerto, dan Pasuruan-Probolinggo serta Semarang dan Makasar.

c. SBU Distribusi Wilayah III, Sumatera Bagian Utara yang terdiri dari Medan, Batam dan Pekanbaru.

2.7.2 Kegiatan Usaha Transmisi

Kegiatan usaha transmisi meliputi tranportasi gas bumi dari lapangan gas milik produsen melalui jaringan pipa transmisi bertekan tinggi ke stasiun penyerahan pembeli. Dalam kapasitasnya sebagai pengankut gas bumi dari produsen ke konsumen, PGN memperoleh pendapatan jasa transportasi (Toll Fee). Khusus untuk melayani PLN Panaran (Batam), selain mendapat jasa transportasi, perusahaan bertindak sebagai penjualan gas bumi.

PGN mengoperasikan jaringan pipa transmisi sepanjang 1.074 km dengan kapasitas sebesar 887 MMSCFD dan tingkat utilisasi sebesar 54%. Kapasitas ini mewakili sekitar 47% pangsa pasar kegiatan usaha transmisi di Indonesia. Jangkauan layanan transmisi PGN meliputi ruas Duri dan Grissik-Singapura dilakukan oleh anak perusahaan PGN yaitu PT Transportasi Gas Indonsia (Transgapindo).

2.8 Kinerja Usaha Terkini

PT PGN (Persero) Tbk merupakan perusahaan infrastruktur yang berpengalaman menyalurkan dan menyediakan gas bumi bagi kepentingan umum (public utility). Sebagai perusahaan infrastruktur, PGN memiliki jaringan pipa transmisi dan distribusi yang handal.


(32)

31   

Kinerja usaha PGN adalah transporter, distributor dan trader di bidang gas bumi. Sebagai transporter, PGN menyediakan infrastruktur jaringan pipa transmisi yang menghubungkan sumber-sumber gas ke konsumen akhir atau ke stasiun penerima di jaringan distribusi. Sebagai distributor, PGN menyediakan infrastruktur jaringan pipa distribusi yang menghubungkan stasiun penerima dengan konsumen akhir yaitu kepada pelanggan rumah tangga, komersial dan industri. Tugas utama PGN di bidang distribusi adalah untuk meningkatkan pemanfaatan energi melalui pendayagunaan gas bumi sebagai substitusi BBM. Sebagai trader PGN melaksanakan pembelian gas dari produsen dan menjualnya kepada pelanggan Rumah Tangga, Komersial dan Industri melalui jaringan pipa.

Pada tahun 2013 merupakan momentum penting bagi PGN dalam upaya memperkuat posisi sebagai perusahaan energi kelas dunia. Selain terus membangun dan mengembangkan infrastruktur gas bumi di dalam negeri, PGN juga mulai berinvestasi ke sektor hulu migas. Langkah ini merupakan upaya PGN untuk memastikan bahwa pasokan gas bumi akan terus meningkat dan digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia."

Sepanjang tahun 2013, kinerja PGN tetap solid dan mengalami pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan. Secara finansial, PGN meraih total pendapatan sebesar US$ 3 miliar atau tumbuh 16% daripada tahun 2012 senilai US$ 2,5 miliar. Aset PGN juga tumbuh dari US$ 3,9 miliar (2012) menjadi US$ 4,3 miliar. Sedangkan ekuitas PGN melonjak dari US$ 2,3 miliar menjadi US$ 2,7 miliar.


(33)

Secara operasional, kegiatan usaha distribusi PGN berhasil menyalurkan gas bumi sebanyak 827 MMSCFD, meningkat daripada tahun 2012 sebanyak 807 MMSCFD. Di bisnis transmisi, melalui anak perusahaan yaitu PT Transportasi Gas Indonesia, gas yang disalurkan turun tipis dari 877 MMSCFD ke 854 MMSCFD di tahun 2013. Penurunan gas oleh usaha transmisi ini disebabkan oleh berhentinya penyaluran gas ke PLN Medan akibat ketiadaan pasokan gas dan penurunan penyerapan gas oleh oftaker Singapura.

Gas yang disalurkan PGN terbukti telah memberikan banyak manfaat kepada sektor usaha dan perekonomian Indonesia. Contohny, usaha distribusi gas PGN menyalurkan gas bumi sebanyak 827 MMSCFD atau setara 145 ribu barel minyak per hari ke sektor industri, komersial, UMKM dan rumah tangga, maka nilai penghematan yang dihasilkan dengan menggunakan gas bumi mencapai sekitar Rp 55 triliun per tahun dibandingkan dengan menggunakan minyak.

"Dengan biaya energi yang lebih hemat dan ramah lingkungan, tentunya sektor usaha akan memiliki daya saing yang tinggi dan menciptakan multiplier effect yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia. Karena itu sebagai BUMN, PGN akan terus mendukung dan mewujudkan program konversi energi ke gas bumi melalui pembangunan infrastruktur gas bumi terintegrasi di berbagai wilayah di Indonesia,". Sebagai upaya untuk mempercepat pemanfaatan gas bumi di Indonesia, pada tahun 2014 PGN telah menyiapkan investasi untuk membangun infrastruktur gas bumi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mulai dari sektor industri, komersial, UMKM dan rumah tangga.


(34)

33   

Berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang akan dibangun PGN tahun ini diantaranya adalah : Pembangunan Pipa Gas Kalimantan-Jawa (Kalija) tahap I, Pembangunan sambungan gas rumah tangga dalam rangka program PGN Sayang Ibu hingga sebanyak 1 juta sambungan gas, serta pembangunan 16 SPBG dan MRU di Indonesia.

Direktur Keuangan PGN tahun ini PGN telah menyiapkan anggaran untuk pengembangan usaha mencapai sekitar US$ 1,25 miliar. Sebanyak US$ 200 juta digunakan untuk membangun infrastruktur gas bumi terintegrasi senilai US$ 200 juta, US$ 400 juta untuk bisnis di sektor LNG dan US$ 650 juta untuk investasi di sektor hulu.

"Dengan fundamental yang sangat solid, PGN memiliki ruang yang cukup leluasa untuk membiayai ekspansi bisnis. Kerena itu PGN akan terus memaksimalkan setiap peluang untuk mendorong percepatan pemanfaatan gas bumi di berbagai segmen pelanggan.

2.9 Rencana Kegiatan

PGN memproyeksikan pencapaian visi melalui upaya-upaya transformasi dalam beberapa tahapan, yaitu: tahap perkuatan pondasi dan kapabilitas internal yang telah dimiliki, diikuti tahap perluasan kapabilitas pada area-area usaha baru. Area-area usaha baru dipilih untuk mencapai sasaran strategis pemenuhan pasokan gas, perkuatan usaha eksisting, peningkatan keuntungan, pemanfaatan kapabilitas yang dimiliki, dan diversifikasi usaha di luar usaha eksisting. Tahap selanjutnya merupakan tahap perbaikan yang berkelanjutan dan ekspansi usaha


(35)

yang agresif sebagai tahap perwujudan sebagai perusahaan kelas dunia. Sebagai bagian dari pelaksanaan.

PGN membagi area bisnisnya menjadi empat Unit Bisnis Strategis dengan fokus geografis masing-masing :

1. SBU Distribusi Wilayah I, mencakup area Sumatera Selatan hingga Jawa Barat (termasuk Jakarta – Bogor).

2. SBU Distribusi Wilayah II, mencakup Jawa Timur.

3. SBU Distribusi Wilayah III, mencakup Sumatera Utara, Pekanbaru dan Kepualauan Batam.

4. SBU Transmisi, mencakup jaringan transmisi di Sumatera Selatan dan Jawa

Selain itu, anak perusahaan PGN, PT Transportasi Gas Indonesia, mengelola bisnis transmisi gas bumi untuk jaringan Duri dan Grissik-Singapura.

PGN telah menyusun Rencana Kegiatan Jangka Panjang 2010- 2020 dan Rencana Usaha Perusahaan 2010-2014 untuk menjadi panduan dalam pengembangan dimasa mendatang dalam mencapai visi dan misi PGN, diantaranya pembangunan LNG Receiving Terminal, pengembangan dan pemanfaatan CNG dan pembangunan jaringan pipa distribusi Jawa Barat.


(36)

35   

Rencana Kegiatan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk :

1. Distribusi

Perusahaan telah mengembangkan bisnis distribusi gas bumi melalui jaringan pipa dari 3,187 km panjang dengan kapasitas 692 MMSCFD, yang terdiri dari kota-kota utama di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Banten, Karawang, Cirebon, Surabaya, Palembang, Medan, Batam dan Pekanbaru. Jaringan distribusi dan fasilitas yang dikelola oleh tiga unit SBU Distribusi dengan pengembangan berdasarkan wilayah kerja. Distribusi adalah bisnis utama companyâ € ™ s yang kontribusi pendapatan sebesar 83,4 % dari total pendapatan pertahun.

2. Pasokan Gas

Perusahaan memenuhi kebutuhan pasar gas alam melalui beberapa sumber daya gas yang dipasok oleh Pertamina dan Kontraktor Kontrak Bagi Hasil, melalui Perjanjian Jual Beli Gas untuk jangka waktu 5 sampai 20 tahun. Perjanjian jangka panjang dimaksudkan untuk memastikan bahwa PGN mendapat pasokan gas alam terus, sehingga kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan dapat dipertahankan dengan baik.

3. Transmisi

PGN mengangkut gas melalui jaringan transmisi dari pemasok hulu kepada pengguna akhir . Perusahaan saat ini mengoperasikan tiga jaringan pipa transmisi dengan panjang gabungan sekitar 1.015 km, Grissik ke Duri (operasional pada tahun 1998), Grissik ke Singapura ( operasional pada tahun 2003 ) , dan Medan, Jakarta / Bogor (operasional pada tahun 1991).


(37)

4. Konsumen

Para pelanggan perusahaan dibagi menjadi tiga kategori, rumah tangga, komersial dan industri yang. Dari sisi jumlah, pelanggan rumah tangga mewakili 97 % dari total pelanggan, sedangkan sisanya 3 % oleh komersial dan industri. Namun, pelanggan industri menyerap 98 % dari total volume, sedangkan sisanya 2 % yang diambil oleh rumah tangga dan pelanggan komersial. Strategic Business Unit (SBU).Distribusi adalah unit yang ditugaskan untuk langsung mengelola kegiatan usaha distribusi gas bumi. PGN fokus kepada upaya meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan.Sehingga untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar ada beberapa hal yang dilakukan oleh PGN, diantaranya adalah:

a. Rutin melakukan temu pelanggan, sharing session dan visitasi Account Executive ke lokasi pelanggan untuk lebih mendengar keluhan dan masukan dari pelanggan dan menyampaikan informasi terkini seputar bisnis gas bumi. Semua kegiatan tadi diadakan di semua SBU dan/atau Area Penjualan dan Layanan yang ada di PGN.

b. Membuat mekanisme pembayaran melalui PPOB (Payment Point Online Bank) dengan bank nasional. Dengan PPOB ini pelanggan rumah tangga dan pelanggan kecil yang dulu harus membayar tagihan gas di loket kantor PGN dan datanya belum terintegrasi ke sistem billing PGN, kini dapat membayar tagihan melalui bank dan langsung terkoneksi dengan sistem billing PGN. c. Aktif mencari tambahan pasokan gas baru.Untuk memenuhi pemintaan energi

gas bumi yang besar, PGN aktif mencari tambahan pasokangas baru. Salah satu langkah yang ditempuh adalah menjalin kerjasama/perjanjian jual beli


(38)

37   

dengan BUMN/BUMD yang memiliki kontrak/jatah alokasi gas. Melalui sinergi dengan BUMN/BUMD, utilisasi gas bumi dapat segera dilaksanakan karena infrastruktur PGN sudah siap dan dapat menekan biaya bagi BUMN/BUMD karena mereka tidak perlu mengalokasikan dana dan mencari pinjaman untuk membangun infrastruktur baru.


(39)

3.1 Pengertian Modal

Dalam menjalankan aktivitasnya setiap perusahaan selalu membutuhkan sejumlah dana tertentu atau biasa disebut modal. Modal dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat vital, karena dibutuhkan dalam pendirian maupun operasional perusahaan, karena itu berhasil atau tidaknya aktivitas suatu perusahaan salah satunya ditentukan oleh modal. Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki perusahaa. Modal yang dimiliki perusahaan berbeda-beda tergantung dari jenis usaha setiap perusahaan. Maka dari itu, dibutuhkan pengelolaan modal yang tepat, yaitu pengelolaan yang dapat menentukan seberapa besar alokasi dana untuk masing-masing modal sesuai dengan bidang usaha dari perusahaan tersebut.

Riyanto (2007 : 17) mengemukakan beberapa definisi modal: Pengertian modal yang klasik, dimana arti modal ialah sebagai “hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut”. Dalam perkembangannya kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat “non- physical oriented”, dimana antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal, meskipun dalam hal ini juga sebenarnya belum ada persesuaian pendapat diantara para ahli ekonomi sendiri.

Berdasarkan pendapat tersebut, modal memiliki pengertian yang berbeda- beda tergantung kepada sudut pandangnya masing-masing. Apabila dilihat dari


(40)

39   

sudut pandang ekonomi, modal ini lebih bertitik tolak kepada unsur kekayaan perusahaan. Sedangkan dari sudut pandang pengusaha, modal dapat diartikan sebagai surat berharga seperti modal saham, obligasi, hipotek, dan sebagainya. Namun dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan modal adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dipakai untuk proses produksi lebih lanjut.

3.2 Jenis-jenis Modal

Riyanto (2007 : 19) memaparkan jenis-jenis modal sebagai berikut:

1) Modal Asing. Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang, yang pada saatnya harus di bayar kembali. Modal asing di bagi ke dalam tiga golongan yaitu utang jangka pendek, utang jangka menengah dan utang jangka panjang.

2) Modal Sendiri. Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu modal sendiri di tinjau dari sudut likuiditas merupakan “dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya”. Modal sendiri selain berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan dan dibentuk sendiri di dalam perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern ialah dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Adapun modal yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan.


(41)

Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) terdiri dari modal saham, cadangan dan laba ditahan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa modal dibagi menjadi dua jenis, yaitu modal asing dan modal sendiri. Dimana modal asing merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan dan pada akhirnya modal tersebut harus dikembalikan, atau biasa disebut dengan hutang perusahaan. Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan. Jika dilihat dari sudut neraca, modal asing adalah unsur-unsur yang ada dalam liabilitiessementara modal sendiri berada pada pada sisi ekuitas. Perimbangan atau perbandingan antara kedua golongan modal tersebut dalam suatu perusahaan akan menentukan “struktur finansial” dari perusahaan tersebut.

3.3Pengertian Struktur Modal Menurut Para Ahli:

1 Menurut Weston dan Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.

2 Menurut keown (2000), struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.

3 Menurut Margaretha (2004), struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri.


(42)

41   

4 Menurut Higgins (2004), capital structure is the composition of the liabilities side of a company’s balance sheet, the mix of funding sources a company uses to finance its operations.

5 Menurut Mardiyanto (2009), struktur modal didefinisikan sebagai komposisi dan proposi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan.

6 Menurut Rodoni dan Ali (2010), struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

7 Menurut Suad (2004) struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri.

8 Menurut Warsini (2003) struktur modal merupakan sumber pendanaan jangka panjang terdiri dari obligasi dan saham.

9 Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham (Birgham dan Gapensi : 1996) dalam penelitian Tinjung Desy Nursanti (2004).

10 Menurut Riyanto (2001), struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

11 Struktur modal menunjukkan proposi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal,


(43)

investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya.

12 Jadi, berdasarkan beberapa referensi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal, dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka pendek.

3.4 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal antara lain :

3.4.1  Struktur Aktiva (Tangibility)

Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanent yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan

3.4.2 Growth Opportunity

Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori Agency menggambarkan hubungan yang negative antara Growth Opprtunity dan leverage. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.


(44)

43   

3.4.3  Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.

3.4.4  Profitabiltas

Teori Pecking Order menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai

internal funding. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan profitalitas rendah.

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi investasi menggunakan utang yang relative kecil (Bringham & Houston, 2001).

Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah utang.

3.4.5  Risiko Bisnis

Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negative terhadap


(45)

3.5 Teori Struktur Modal

3.5.1 Teori Pendekatan Tradisonal

Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optinal. Artinya Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.

3.5.2.Teori Pendekatan Modigliani dan Miller

Teori Struktur Modal modern yang pertama adalah Teori Modigliani dan Miller (Teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan .MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston,2001,p.31) yaitu:

a. Tidak terdapat agency cost.

b. Tidak ada pajak

c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan.

d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan.

e. Tidak adanya biaya kebangkrutan.

f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) dipengaruhi oleh penggunaan Hutang.

g. Para investors adalah Price-Takers.

h. Jika ada kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (Market Value).


(46)

45   

3.5.3 Teori MM dengan pajak.

Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.

3.5.4 Teori Trade-Off dalam Struktur Modal

Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)” (p.81). Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau

reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress). Trade-off theory

mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off

antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya


(47)

jarang manajer keuangan yang berpikir demikian. Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur modal perusahaan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.

3.5.5Teori Pecking Order

Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart,Megginson, dan Gitman (2004, p.458-459), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :

1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

2. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.


(48)

47   

3. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

4. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.

Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan eksternal.


(49)

3.5.6 Teori Asimetri Informasi dan Signaling

Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan.

Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya. Teori ini terdiri dari Teori :

1 Myers dan Majluf (1984)

Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar. 

2 Signaling (1984)

Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. 

3 Teori Keagenan /Agency Approach ( 1976)

Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah konsep free-cash flow. Ada kecenderungan manager


(50)

49   

ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.

3.6Pengertian Produktivitas Aktiva

Produktivitas Aktiva adalah penanaman modal bank, baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, efek (surat berharga), efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo), tagihan derivatif, tagihan akseptasi, penempatan dana pada bank lain, penyertaan, dan lain-lain. 

 

3.7 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu di raih oleh perusahaan perbankan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.

Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu. Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan.


(51)

Kinerja perusahaan dapat di ukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali di gunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.

Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin di kendalikan di masa depan. Informasi fluktuasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, disamping itu informasi tersebut juga dapat berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.

3.8 Produktivitas dan

Kinerja Keuangan

Upaya untuk mengkaitkan ukuran produktivitas dengan profitabilitas menjadi perhatian khusus akuntan manajemen (Miller dan Rao, 1989: 757-767). Perhatian terhadap pengaruh laba (Profit) ini didorong oleh hasil observasi bahwa pertambahan penghargaan (Reward) berupa bonus, promosi, dan gaji sering berkaitan erat dengan kinerja laba (Profit Perfomance). Oleh karena itu, para manajer memiliki kepentingan pribadi terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Ada beberapa model pengkuran keterkaitan laba (profit – linked ), antara lain: PPP model, dibangun oleh Miller (1984:145-153) dengan rumus “Profitability =Productivity +Price Recovery “ dan APC model, dibangun oleh “The American


(52)

51   

Productivity Center“ pada tahun 1980 (Rao, 2000). Kedua model tersebut berusaha mengukur besarnya pengaruh perubahan produktivitas terhadap perubahan profitabilitas (Hansen, keown, 1992: 80).

APC Model adalah model sederhana yang dapat mengkaitkan produktivitas dengan profitabilitas. Daya tarik dari model pengukuran produktivitas ini adalah menggunakan data akuntasi yang tersedia untuk menyajikan hasil kinerja (profitabiltas) dalam bentuk dollar (mata uang), bukan dalam bentuk indeks. Perusahaan dengan sangat mudah dapat menerapkan model ini dengan bantuan perangkat lunak lembar kerja (spreadsheed) populer, Microsoft Excel (Rao, 2000).

Miller (1984: 145-153) mengukur keterkaitan produktivitas dengan profitabilitas (kinerja keuangan) menggunakan formula:

Formula ini menjelaskan bahwa profitabiltas adalah fungsi dari produktivitas dan price recovery. Produtivitas adalah ukuran dari eksekusi proses (process execution), yaitu kemampuan mentransformasi input menjadi output secara efesien. Perusahaan dengan eksekusi proses yang sangat baik (superior) memiliki kegagalan proses yang sangat kecil dan bahan baku yang terbuang (waste) yang sangat sedikit. Keadaan seperti ini merupakan salah satu cara untuk berhasil dalam persaingan. Price recovery adalah ukiran dari posisi struktural (structural position), yaitu suatu posisi dimana perusahaan dapat memperoleh nilai yang diciptakan melalui kekuatan harga (pricing power). Produktivitas dinyatakan dengan kuantitas output dibagi dengan kuantitas input, sedangkan

price recovery dinyatakan dengan harga output dibagi dengan harga input (Rao, 2000).


(53)

Formula di atas menjelaskan bahwa profitabiltas dipengaruhi oleh produktivitas dan price recovery. Semakin tinggi tingkat produktivitas, dengan asumsi price recovery konstan, maka semakin tinggi tingkat profitabiltas. Dengan demikian, diprediksi ada hubungan positif antara produktivitas dengan kinerja keuangan (profitabilitas). Prediksi ini sejalan dengan teori free cash flow (Jensen, 1986: 323-329) yang menyatakan bahwa hutang dapat memotivasi manajemen menjadi lebih efisien dan membuat manajer menjadi disiplin, sehingga penggunaan aktiva (sumber daya) menjadi lebih produktif, kinerja keuangan meningkat dan semakin baik.

3.9 Pengaruh Tidak Langsung Strukur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva

Pengaruh tidak langsung positif yang tidak signifikan antara variabel laten SM (struktur modal) dengan variabel laten PA (produktivitas aktiva). Pengaruh tidak langsung positif antara variabel laten SM (struktur modal) dengan variabel indikator variabel laten PA (produktivitas aktiva), yaitu variabel SAR dengan koefisien jalur sebesar 0,146. Ringkasan pengaruh langsung dan tidak langsung antara struktur modal dengan produktivitas aktiva, disajikan pada Tabel 3.1


(54)

53   

Tabel 3.1

PENGARUH LANGSUNG DAN PENGARUH TIDAK LANGSUNG ANTARA STRUKTUR MODAL(SM) DENGAN PRODUKTIVITAS

AKTIVA(PA)

Pengaruh SM PA SAR

Pengaruh Langsung 0,000 0,000

Pengaruh Tidak Langsung

0,210 0,146

Sumber:Http://sahamok.com/laporan-keuangan/laporan-keuangan-perusahaan-gas-negara-pgn/ Tahun 2013

Hasil temuan ini bearti bahwa setiap terjadi perubahan variabel laten struktur modal sebesar satu unit, maka variabel laten produktivitas aktiva secara tidak langsung akan berubah sebesar 0,210 unit: dan secara tidak langsung variabel indikator SAR berubah sebesar 0,146 unit. Temuan ini menunjukan pengaruh tidak langsung antara struktur modal dengan produktivitas aktiva yang relatif lemah. Hasil temuan ini tidak sejalan dengan prediksi teori free cash flow yang menyatakan hubungan positif yang signifikan antara struktur modal dengan produktivitas aktiva.

Hasil temuan ini tidak mendukung hasil temuan dari Filbeck dan Gorman (2001); Filbeck dan Gorman (2001) menemukan hubungan positif yang signifikan antara leverage (struktur modal). Dengan produktivitas aktiva Lichtenberg dan Siegel (1990) menemukan bahwa perusahaan yang termasuk ke dalam LBO secara signifikan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan lain pada industri yang sama. Nickell dan Nicolitsas (1999) menemukan hubungan positif antara peningkatan hutang dengan produktivitas.


(55)

3.10 Pengaruh Tidak Langsung Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan

Pengaruh tidak langsung positif dan signifikan antara variabel laten struktur modal dengan variabel laten kinerja keuangan dengan koefisien jalur. Hasil temuan ini terbukti menerima hipotesis empat yang menyatakan bahwa ada pengaruh tidak langsung positif dan signifikan antara struktur modal dengan kinerja keuangan dan sekaligus menjawab rumusan masalah ini.

Pengaruh tidak langsung positif antara variabel laten struktur modal dengan variabel indikator dari variabel laten kinerja keuangan, yaitu variabel ROA dengan koefisien jalur sebesar 0,882 dan BEP dengan koefisien jalur sebesar 0,862. Ringkasan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung antara struktur modal dengan kinerja keuangan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2

PENGARUH LANGSUNG DAN PENGARUH TIDAK LANGSUNG ANTARA STRUKTUR MODAL DENGAN KINERJA KEUANGAN Pengaruh Variabel

SM

KK ROA BEP

Pengaruh Langsung 0,000 0,000 0,000

Pengaruh Tidak Langsung

0,888 0,882 0,862

Sumber:Http://sahamok.com/laporan-keuangan/laporan-keuangan-perusahaan-gas-negara-pgn/ Tahun 2013

Hasil temuan ini bearti bahwa setiap terjadi perubahan variabel laten struktur modal sebesar satu unit, maka variabel laten kinerja keuangan secara tidak langsung akan berubah sebesar 0,888 unit: dan secara tidak langsung


(56)

55   

variabel indikator ROA berubah sebesar 0,882 unit, dan variabel BEP berubah sebesar 0,862. Temuan ini menunjukan pengaruh tidak langsung antara struktur modal dengan kinerja keuangan yang sangat kuat. Hasil temuan ini sejalan dengan prediksi teori tradeoff yang menyatakan hubungan psoitif antara struktur modal dengan kinerja keuangan.

Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Safieddine dan Titman (1997). Safieddine dan Titman (1997) menemukan bukti hubungan positif antara rasio hutang dengan kinerja keuangan dengan variabel indikator return on assets

(ROA). Mereka menemukan bahwa kinerja perusahaan meningkat seiring dengan rekapitalisasi peningkatan leverage. Mereka menyatakan bahwa penggunaan hutang berfungsi sebagai alat pertahanan pada pengambil-alihan perusahaan. Bukti temuan sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa hutang membantu perusahaan bertahan dari pengambil-alihan disebabkan hutang memperkuat komitmen manajer untuk melakukan peningkatan kinerjanya.

Sebaliknya temuan ini tidak sejalan dengan hasil temuan dari Titman dan Wessels: Rajan dan Zingales menemukan hubungan negatif yang signifikan antara profitabilitas dengan rasio hutang. Rajan dan Zingales juga menemukan beberapa bukti hubungan negatif antara profitabilitas dengan leverage. Menemukan hubungan negatife antara antara profitabiltas (kinerja keuangan dengan variabel indikator basic earning power).

Untuk melihat kenyataan dari hasil temuan ini, informasi perkembangan aktiva lancar, aktiva tetap, penjualan, laba sebelum pajak, dan laba bersih dari sampel perusahaan selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, disajikan pada Tabel 3.3


(57)

Tabel 3.3

PERKEMBANGAN AKTIVA LANCAR,AKTIVATETAP,PENJUALAN,LABA SEBELUM PAJAK, DAN LABA BERSIH

Tahun Aktiva Lancar

Aktiva tetap Penjualan Laba sebelum

pajak

Laba Bersih

2008 397.081,18 274.019,90 451.178,04 47.861,06 35.577,13 2009 441.655,53 355.688,16 484.538,15 54.443,68 41.078,73 2010 722.119,13 624.266,93 600.300,07 -11.224,05 -44.777,09 2011 725.887,30 859.762,52 854.582,52 -182.360,34 -161.417,34 2012 727.023,49 832.519,61 936.494,83 64.568,37 26.998,06 2013 915.394,58 826.287,52 1.217.496,00 -248.670,33 -208.957,40

Rata-rata

654.860,20 628.757,44 757.431,60 -45.896,94 -51.916,32 Sumber:Http://sahamok.com/laporan-keuangan/laporan-keuangan-perusahaan-gas-negara-pgn/ Tahun 2013

Tabel 3.3 menunjukan adanya peningkatan aktiva lancar, aktiva tetap, dan penjualan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Disisi lain, terjadi penurunan laba sebelum pajak dan laba bersih sejak tahun 2010 hinga tahun 2013. Peningkatan aktiva lancar yang cukup tajam terjadi sejak tahun 2010 hingga tahun 2013. Peningkatan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan aktiva tetap. Hal ini menunjukan adanya upaya untuk menjaga kelangsungan operasi perusahaan. Peningkatan aktiva lancar ini tercermin dari meningkatnya nilai persediaan sebagai akibat dari meningkatnya harga beli gas, dan meningkatnya piutang dagang sebagai akibat dari meningkatnya harga jual produk dan tunggakan piutang. Peningkatan aktiva lancar diduga berasal dari kredit pemasok


(58)

57   

(hutang lancar), penambahan ekuitas,dan penambahan modal kerja (pinjaman perorangan).

Peningkatan aktiva tetap yang cukup besar terjadi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Peningkatan ini diduga bukan berasal dari pertambahan investasi, akan tetapi sebagai akibat dari kapitalisasi kerugian selisih kurs. Kerugian selisih kurs terutama disebabkan oleh melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang asing. Peningkatan penjualan bukan disebabkan oleh peningkatan volume penjualan, melainkan disebabkan meningkatkannya harga jual, terutama produk ekspor,sebagai akibat dari tingginya kurs valuta asing.

Penurunan laba sebelum pajak dan laba bersih yang cukup tajam terjadi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Biaya produksi diperkirakan juga meningkat sebagai akibat dari penggunaan bahan baku impor, dan meningkatnya biaya tetap sebagai akibat dari penurunan kuantitas produksi. Biaya operasi juga diperkirakan meningkat, salah satu penyebabnya adalah selisih kurs hutang valuta asing. Peningkatan biaya ini, secara rata-rata diperkirakan lebih besar dari peningkatan penjualan,sehingga secara rata-rata perusahaan mengalami kerugian (penurunan laba bersih).

Penurunan laba bersih secara tajam terjadi pada tahun 2010, yaitu laba bersih sebesar Rp.41.078,73 juta, pada tahun 2009 menjadi Rp -44.777,09 juta,(rugi bersih) pada tahun 2010, kemudian turun tajam menjadi Rp-161.417,34 juta pada tahun 2011,selanjutnya naik dengan tajam menjadi Rp.26.998,04 juta (laba bersih) pada tahun 2012, dan turun dengan tajam kembali menjadi 208.957,40 juta (rugi bersih) pada tahun 2013. Kenaikan laba bersih dari Rp-161.417,34 juta (rugi bersih) pada tahun 2011 menjadi Rp.26.998,04 juta (laba


(59)

bersih) pada tahun 2012 wajar menjadi pertanyaan, sebab dalam kondisi krisis, perusahaan gas negara sulit rasanya dapat melakukan terobosan yang dapat dengan segera menghilangkan dampak dari krisis tersebut. Hal ini kemudian dibuktikan dengan terjadinya penurunan laba bersih yang sangat tajam kembali pada tahun 2013, yang mencerminkan adanya akumulasi kerugian yang diduga berasal dari tahun 2012. Dengan demikian, diduga ada upaya yang dilakukan manajemen perusahaan pada tahun 2013 untuk merekayasa akuntasi keuangannya dengan teknik-teknik akuntasi tertentu atau teknik lainnya.

Menurut teori tradeoff, apabila titik struktur modal optimal telah terlampaui, maka pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan, sebaliknya pertambahan ekuitas akan meningkat nilai perusahaan. Fakta empiris menunjukan bahwa posisi struktur modal (debt to asset ratio, DAR) perusahaan pada tahun 2008, sudah relatif tinggi (0,60) yang diperkirakan secara rata-rata, sudah berada di atas target struktur modal optimalnya. Sejak tahun 2010 rasio leverage terus meningkat menjadi 1,03 pada tahun 2013 yang disebabkan peningkatan jumlah hutang sebagai akibat dari peningkatan kurs valuta asing terhadap rupiah dan tingginya suku bunga. Menurut prediksi tradeoff, pada situasi ini, peningkatan hutang akan mengakibatkan penurunan kinerja keuangan. Fakta empiris mengikuti prediksi tersebut yang menunjukan bahwa terjadi penurunan kinerja keuangan (laba bersih) dari Rp.35.577,13 juta pada tahun 2008 menjadi rugi sebesar Rp-208.957,40 juta pada tahun 2013. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ditemukan pengaruh tidak langsung positif dan signifikan antara struktur modal dengan kinerja keuangan dengan pengaruh relatif sangat kuat.


(60)

59   

3.11 Pengaruh Langsung Produktivitas Aktiva Terhadap Kinerja Keuangan

Pengaruh langsung positif dan signifikan antara variabel laten produktivitas aktiva dengan variabel laten kinerja keuangan dengan koefisien jalur. Hasil temuan ini terbukti menerima hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh langsung positif antara produktivitas aktiva dengan kinerja keuangan, dan sekaligus menjawab rumusan masalah ini.

Pengaruh tidak langsung positif antara variabel laten produktivitas aktiva dengan variabel indikator dari variabel laten kinerja keuangan, yaitu variabel ROA dengan koefisien jalurs sebesar 0,309 dan variabel BEP dengan koefisien jalur sebesar 0,302. Ringkasan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung antara struktur modal dengan kinerja keuangan, disajikan pada Tabel 3.4

Tabel 3.4

PENGARUH LANGSUNG DAN PENGARUH TIDAK LANGSUNG ANTARA PRODUKTIVITAS AKTIVA(PA) DENGAN

KINERJA KEUANGAN(KK) Pengaruh

Variabel PA

KK ROA BEP

Pengaruh Langsung

0,311 0,000 0,000

Pengaruh Tidak Langsung

0,000 0,309 0,302

Sumber:Http://sahamok.com/laporan-keuangan/laporan-keuangan-perusahaan-gas-negara-pgn/ Tahun 2013

Hasil temuan berarti bahwa setiap terjadi perubahan variabel laten produktivitas aktiva sebesar satu unit, maka variabel laten kinerja keuangan secara langsung dan signifikan akan berubah sebesar 0,311 unit: dan secara tidak


(61)

langsung variabel indikator ROA berubah sebesar 0,309 unit, dan variabel indikator BEP berubah sebesar 0,302. Temuan ini menunjukan pengaruh langsung antara variabel laten produktivitas aktiva dengan kinerja keuangan yang signifikan tetapi relatif lemah.

Hasil temuan ini sejalan dengan prediksi teori free cash flow yang menyatakan bahwa pertambahan hutang akan meningkatkan disiplin, manajer (operasi) untuk bekerja lebih produktif, sehingga penggunaan aktiva menjadi lebih efektif dan perusahaan semakin profitabel serta kinerja keuangan menjadi semakin baik. Fakta empiris menunjukan bahwa pengaruh langsung antara produktivitas aktiva dan kinerja keuangan , adalah positif dan signifikan.

Hal ini menjelaskan bahwa apabila produktivitas aktiva meningkat,maka secara signifikan kinerja keuangan akan menurun. Apabila peningkatan hutang, terutama hutang jangka panjang adalah riil dan digunakan untuk pertambahan investasi secara riil, maka kemampuan manajemen investasi akan meningkat, produktivitas aktiva akan meningkat,sehingga kinerja keuangan juga meningkat.


(62)

61   

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk” maka diambil beberapa kesimpulan:

1. Perusahaan yang menetapkan kebijakan struktur modal dengan meningkatnya leverage mempunyai resiko tinggi berupa tingkat bunga yang dibebankan semakin tinggi, jika dalam kondisi perekonomian yang tidak pasti. Dalam posisi ini perusahaan dapat kesulitan membayar hutang-hutang dan kewajiban finansial lainnya. Oleh karena itu perusahaan perlu memerhatikan kondisi tersebut sebelum menentukan sumber-sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai operasinya, karena nantinya akan mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Pengaruh struktur modal terhadap produktivitas aktiva tidak mendukung dengan teori free cash flow yang tidak mendukung dengan hasil penelitian dari Filbeck dan Gorman yang menemukan hubungan positif dan signifikan antara struktur modal dengan produktivitas aktiva.

3. Dengan menggunakan teori tradeoff apabila posisi struktur modal telah berada di atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan sangat bergantung pada efisiensi yang diindikasikan dengan meningkatnya profitabilitas (kinerja keuangan).


(63)

4. Dengan teori free cash flow menjelaskan bahwa hutang dapat memotivasi manajemen menjadi lebih efisien dan produktif, sehingga produktivitas aktiva semakin lebih baik yang mengakibatkan kinerja keuangan menjadi semakin baik.

4.2 Saran

Setelah mengemukakan beberapa kesimpulan, maka akan dikemukakan beberapa saran-saran yang dianggap perlu untuk meningkatkan keberhasilan Perusahaan Gas Negara(Persero) Tbk. Adapun saran tersebut adalah:

1. Penggunaan struktur modal yang belum optimal, karena belum mampu meningkatkan nilai perusahaan yang lebih besar dari pada nilai buku perusahaannya, jadi harus ada peningkatan nilai perusahaan dari pada nilai buku perusahaan sehingga penggunaan struktur modal menjadi optimal.

2. Perusahaan hendaknya mengantisipasi kondisi perekonomian yang terjadi apabila keadaan perekonomian memburuk, maka perusahaan dalam menggunakan hutang jangka panjang sebaiknya ditingkat yang wajar, karena dapat menimbulkan resiko yang tinggi. Hal ini untuk mencegah perusahaan kesulitan dalam membayar hutang-hutang yang dapat berdampak mengurangi kepercayaan kreditur dan calon investor, yang kemudian dapat berakibat menurunnya nilai perusahaan. Selain itu perusahaan harus memperhitungkan secara tepat komposisi struktur modal yang dipilih agar kerugian atau penurunan nilai perusahaan tidak terlalu besar. Keputusan tentang pemilihan struktur modal


(64)

63   

hendaknya dievaluasi secara periodik dan kebijakan penentuan komposisi struktur modal tidak hanya berdasarkan sikap manajemen, akan tetapi harus pula didasarkan pada kondisi perekonomian dan keinginan pemilik perusahaan.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Brigham dan Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Bab 2. Jakarta: Salemba Empat

Hanafi,Mamduh, Halim dan Abdul. 2005. Analisis Laporan Keuangan Edisi Kedua. Unit Penerbit dan percetakan AMP-YKPN: Yogyakarta

Husnan, Suad dan Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi Keempat. UPP AMP YKPN: Yogayakarta

Laporan Keuangan perusahaan Gas Negara.

Http://sahamok.com/laporan-keuangan/laporan-keuangan-perusahaan-gas-negara-pgn/ Diakses Pada

22 April 2014 20.00

Maragretha, Farah. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan. Grasindo. 2005

Pengertian Struktur Modal. Ekonomi.kabo.biz/2011/02/pengertian struktur-modal.html Diakses Pada 22 April 2014 20.30

Perusahaan Gas Negara. Http://pgn.co.id Diakses Pada 20 April 2014 19.30

Rusdin. 2006. Pasar Modal Teori Masalah dan Kebijakan dalam Praktik.

Alfabeta: Bandung

Teori Struktur Modal. noviawahyunurhidayah.blogspot.com.mx/p/teori-struktur-modal.html Diakses Pada 23 April 2014 20.00


(66)

65   


(67)

(1)

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai

“Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas dan Kinerja Keuangan pada

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk” maka diambil beberapa kesimpulan:

1. Perusahaan yang menetapkan kebijakan struktur modal dengan

meningkatnya leverage mempunyai resiko tinggi berupa tingkat bunga

yang dibebankan semakin tinggi, jika dalam kondisi perekonomian yang

tidak pasti. Dalam posisi ini perusahaan dapat kesulitan membayar

hutang-hutang dan kewajiban finansial lainnya. Oleh karena itu perusahaan perlu

memerhatikan kondisi tersebut sebelum menentukan sumber-sumber dana

yang akan digunakan untuk membiayai operasinya, karena nantinya akan

mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Pengaruh struktur modal terhadap produktivitas aktiva tidak mendukung

dengan teori free cash flow yang tidak mendukung dengan hasil penelitian

dari Filbeck dan Gorman yang menemukan hubungan positif dan

signifikan antara struktur modal dengan produktivitas aktiva.

3. Dengan menggunakan teori tradeoff apabila posisi struktur modal telah

berada di atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan

hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan sangat

bergantung pada efisiensi yang diindikasikan dengan meningkatnya


(2)

4. Dengan teori free cash flow menjelaskan bahwa hutang dapat memotivasi

manajemen menjadi lebih efisien dan produktif, sehingga produktivitas

aktiva semakin lebih baik yang mengakibatkan kinerja keuangan menjadi

semakin baik.

4.2 Saran

Setelah mengemukakan beberapa kesimpulan, maka akan dikemukakan

beberapa saran-saran yang dianggap perlu untuk meningkatkan keberhasilan

Perusahaan Gas Negara(Persero) Tbk. Adapun saran tersebut adalah:

1. Penggunaan struktur modal yang belum optimal, karena belum mampu

meningkatkan nilai perusahaan yang lebih besar dari pada nilai buku

perusahaannya, jadi harus ada peningkatan nilai perusahaan dari pada

nilai buku perusahaan sehingga penggunaan struktur modal menjadi

optimal.

2. Perusahaan hendaknya mengantisipasi kondisi perekonomian yang

terjadi apabila keadaan perekonomian memburuk, maka perusahaan

dalam menggunakan hutang jangka panjang sebaiknya ditingkat yang

wajar, karena dapat menimbulkan resiko yang tinggi. Hal ini untuk

mencegah perusahaan kesulitan dalam membayar hutang-hutang yang

dapat berdampak mengurangi kepercayaan kreditur dan calon investor,

yang kemudian dapat berakibat menurunnya nilai perusahaan. Selain

itu perusahaan harus memperhitungkan secara tepat komposisi struktur

modal yang dipilih agar kerugian atau penurunan nilai perusahaan

tidak terlalu besar. Keputusan tentang pemilihan struktur modal


(3)

hendaknya dievaluasi secara periodik dan kebijakan penentuan

komposisi struktur modal tidak hanya berdasarkan sikap manajemen,

akan tetapi harus pula didasarkan pada kondisi perekonomian dan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Brigham dan Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Bab 2.

Jakarta: Salemba Empat

Hanafi,Mamduh, Halim dan Abdul. 2005. Analisis Laporan Keuangan Edisi

Kedua. Unit Penerbit dan percetakan AMP-YKPN: Yogyakarta

Husnan, Suad dan Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi Keempat. UPP AMP YKPN: Yogayakarta

Laporan Keuangan perusahaan Gas Negara.

Http://sahamok.com/laporan-keuangan/laporan-keuangan-perusahaan-gas-negara-pgn/ Diakses Pada

22 April 2014 20.00

Maragretha, Farah. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan. Grasindo. 2005

Pengertian Struktur Modal. Ekonomi.kabo.biz/2011/02/pengertian

struktur-modal.html Diakses Pada 22 April 2014 20.30

Perusahaan Gas Negara. Http://pgn.co.id Diakses Pada 20 April 2014 19.30

Rusdin. 2006. Pasar Modal Teori Masalah dan Kebijakan dalam Praktik. Alfabeta: Bandung

Teori Struktur Modal.

noviawahyunurhidayah.blogspot.com.mx/p/teori-struktur-modal.html Diakses Pada 23 April 2014 20.00


(5)

(6)