2.3.2 Etiologi Nyeri Rheumatoid Athritis Menurut Berman, Snyder, Kozier, Erb 2009, penyebab terjadinya nyeri secara
umum adalah adanya trauma mekanik, trauma termal, trauma kimiawi, trauma elektrik, neoplasma, peradangan dan faktor psikologis. Nyeri pada RA disebabkan
oleh proses peradangan inflamasi pada membran sinovial yang terjadi akibat proses fagositosis yang menghasilkan enzim-enzim dalam sendi dan akan
memecahkan kolagen sehingga menyebabkan edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan menganggu gerak sendi dan menimbulkan nyeri Jenkins, 2011.
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Rheumatoid Athritis
Menurut Potter Perry 2005, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri meliputi usia, jenis kelamin, kebudayaan, perhatian, ansietas, pengalaman
sebelumnya, efek plasebo, dukungan keluarga dan sosial, keletihan dan pola koping. Menurut Ari 2009, terdapat dua faktor yang berperan dalam beratnya rasa nyeri
pada pasien RA yaitu beratnya penyakit dan ambang nyeri pasien. Makin berat penyakit, maka makin bertambah pula rasa nyeri yang dirasakan pasien RA dan
apabila perjalanan penyakit dapat dihentikan remisi, maka rasa nyeri akan berkurang. Pasien dengan ambang nyeri yang tinggi akan merasakan nyeri ringan dan
tidak akan mengganggu aktivitasnya. Faktor lainnya yang mempengaruhi nyeri pada
pasien RA adalah usia dan jenis kelamin. Insiden RA meningkat pada usia 40 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita Price Wilson, 2005.
2.3.4. Fisiologi Nyeri Rheumatoid Athritis
Fisiologi dari setiap nyeri yang dirasakan pasien adalah sama. Reseptor nyeri adalah organ
tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri nosireceptor ada yang bermielien
dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer Corwin, 2009. Menurut Potter Perry 2005, berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat
dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit cutaneus, somatik dalam deep somatic, dan pada daerah visceral. Karena letaknya yang berbeda-beda
inilah nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor cutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah
untuk dialokasi dan didefinisikan. a. Reseptor A-
δ A-δ fiber Merupakan serabut komponen cepat kecepatan tranmisi 6-30 mdet yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C C fiber Merupakan serabut komponen lambat kecepatan tranmisi 0,5 mdet yang terdapat
pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada
tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul
dan sulit dilokalisasi. c. Reseptor visceral
Reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap
pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
2.3.5 Karakteristik Nyeri Rheumatoid Athritis