Peserta didik dalam proses pembelajaran dapat mengidentifikasi jenis, peran,
permainan alat musik tradisional yang sudah mengkombinasikan alat musik modern seperti gitar, ukulele, dan kontrabass.
Dalam tari hula terdapat banyak gerakan yang ditarikan melambangkan aspek alam, seperti hula dasar dan gerakan Pohon Kelapa, atau gerakan kaki dasar seperti
Kaholo, Kao, dan Ami. Ada banyak jenis tarian yang berasal dari kepulauan Polinesia lain seperti dari Tahiti, Samoa, Tonga dan Aotearoa Selandia Baru;
namun, hula adalah keunikan dan khas Kepulauan Hawaii
Hula kahiko hula ‘olapa : Salah satu jenis tari Hula dari Hawaii
Hula kahiko meliputi berbagai variasi gaya hula, mulai dari gaya khidmat dan suci hingga gaya yang santai. Sebagian besar hula diciptakan untuk memuji kepala
suku dan dipertunjukkan untuk menghormati atau menghibur mereka. Hula juga dipertunjukkan dalam ritual
keagamaan , misalnya dalam upacara di
panggung heiau
. Kesalahan kecil sewaktu menari bahkan sudah menjadikan tarian sebagai tidak sah, dan dipercaya sebagai pertanda nasib buruk. Penari yang masih
belajar sudah tentu banyak membuat kesalahan. Selama masih belajar, penari dipingit secara ritual dan berada bawah perlindungan dewi
Laka . Setelah tamat, upacara
diadakan untuk merayakan keberhasilan belajar hula dan lepasnya dari pingitan. Hula
kahiko ditarikan mengikuti nyanyian yang liriknya mengenai sejarah Hawaii. Penari hula kahiko bisa dikenali lewat kostum tradisional yang dikenakan.
Alat musik : Ipu genderang dari labu air
Ipu heke genderang ipu ganda Pahu genderang dari batang pohon kelapa dan kulit ikan hiu
Pūniu genderang kecil dari tempurung kelapa berlapis kulit ikan ʻIliʻili batu lava yang dipakai seperti kastanet
ʻUlīʻulī kericikan dengan hiasan bulu-bulu Pūʻili perkusi batang bambu
Kālaʻau perkusi untuk ritme Gelang kaki yang dikenakan penari pria juga bisa dianggap sebagai alat
musik. Gelang kaki tersebut dibuat dari untaian gigi anjing, dan memperkaya bunyi sewaktu kaki dihentakkan.
Kostum
Penari tradisional
wanita mengenakan
sejenis rok rumbai-rumbai yang
disebut pāʻū dan telanjang dada. Pada zaman sekarang, kostum wanita penari
tradisional sudah banyak berubah. Pāʻū bisa lebih panjang dari panjang kain
tapa kain dari kulit kayu yang biasanya hanya cukup panjang untuk melingkari bagian pinggang. Walaupun demikian, penonton sering melihat penari yang
melingkari pinggang dengan kain tapa yang panjang hingga bagian pinggul terlihat lebih besar. Penari juga memakai banyak sekali hiasan seperti kalung, gelang, gelang
kaki, serta sebanyak mungkin lei lei untuk kepala, kalung, gelang, dan gelang kaki. Penari pria tradisional mengenakan malo kain cawat seperti yang dipakai sehari-
hari. Mereka juga mengenakan malo dari kain tapa panjang hingga berlapis-lapis. Seperti halnya penari wanita, penari pria juga mengenakan kalung, gelang, gelang
kaki, dan lei. Bunga untuk membuat lei sewaktu menari diambil di hutan. Biasanya bunga
diambil setelah berdoa kepada Laka dan dewa-dewa hutan. Lei biasanya ditinggalkan sebagai persembahan di altar kecil untuk dewi Laka yang ada di setiap hālau. Kain
tapa dan lei hanya dipakai sekali untuk menari hula yang suci. Setelah menari, keduanya dianggap sudah terisi dengan kesucian tari hula, dan tidak dipakai lagi.
Pertunjukkan Hula dipertunjukan untuk hiburan sehari-hari atau di pesta-pesta keluarga. Ketika
dipertunjukkan di hadapan kepala suku, tari hula menjadi acara yang serius. Kepala suku biasanya berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya di wilayah
kekuasaannya. Setiap desa harus menjamu kepala suku dengan makanan, menyediakan tempat menginap dan hiburan untuk kepala suku dan rombongannya.
Pertunjukan hula dulunya merupakan salah satu bentuk tanda kesetiaan, dan sering dipakai untuk menyanjung kepala suku. Ada jenis hula yang dibawakan untuk
menyanjung kepala suku berikut garis keturunan, nama, dan bahkan alat kelaminnya hula maʻi. Dalam kesempatan tersebut juga dibawakan hula suci untuk para dewa-
dewi Hawaii. Semua tarian hula harus dibawakan hingga selesai tanpa salah. Kesalahan dianggap membawa pertanda buruk dan sikap tidak hormat.
Kepala suku dari wilayah lain juga dijamu dengan tari hula. Bentuk keramahan ini dilanjutkan untuk menyambut kedatangan tokoh-tokoh penting dari Barat yang
datang berkunjung. Mereka nantinya menulis pengalaman mereka menyaksikan pertunjukan hula pada abad ke-19 dan abad ke-20.