10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Tanah
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang  terdiri  dari  agregat  butiran  mineral-mineral  padat  yang  tidak  tersementasi
terikat  secara  kimia  satu  sama  lain  dan  dari  bahan-bahan  organik  yang  telah melapuk yang berpartikel padat disertai dengan zat cair dan gas mengisi ruang-
ruang  kosong  di  antara  partikel-partikel  padat  tersebut.  Tanah  berguna  sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, di samping itu tanah
berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan Das, 1988. Sifat  dan  karakteristik  tanah  sangat  tergantung  pada  keadaan  topografi  dan
geologi  yang membentuk  tanah tersebut. Sifat-sifat  fisik  banyak tergantung pada faktor  ukuran,  bentuk  dan  komposisi  kimia  butiran.  Istilah  tanah  dalam  bidang
mekanika  tanah  dimaksudkan  sebagai  campuran  dari  partikel  yang  terdiri  dari salah  satu  atau  berbagai  jenis  partikel  berikut,  yang  tergantung  dari  ukuran
partikel yang dominan seperti: a.  Berangkal boolders: Potongan batuan yang besar biasanya diambil lebih dari
250  sampai  300  mm.  Untuk  ukuran  150  sampai  250  mm  fragmen  batuan  ini disebut krokol cobbles atau pebbles
b.  Kerikil gravel : Partikel batuan yang berukuran 5mm sampai 150 mm c.  Pasir  sand  :  Partikel  batuan  yang  berukuran  0,075  mm  sampai  5  mm,
berkisar dari kasar 5 sampai 3 mm sampai halus  l mm d.  Lanau silt : Partikel batuan berukuran 0,002 sampai 0,074 mm
e.  Lempung  clay  :  Partikel  mineral  yang  berukuran  lebih  kecil  0,002  mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi bagi tanah kohesif.
f.  Koloid coloids : Partikel mineral  yang diam dan berukuran lebih kecil dari 0,001 mm.
Apabila suatu ukuran partikel mendominasi suatu tanah, maka tanah tersebut akan  diberi  nama  sesuai  dengan  partikel  tersebut.  Misalnya  pasir,  kerikil,  kerikil
kepasiran,  lempung  dan  sebagainya.  Suatu  pengecualian  terdapat  pada  lempung
11 dan  lanau,  yang  deposit  lanau  dominan  dengan  kandungan-kandungan  lempung
lebih dan 10 sampai 25 akan disebut lempung Bowles, 1997
2.2  Lempung dan Mineral Penyusunnya